Disusun Oleh :
Kelompok 7
FAKULTAS DAKWAH
Refleksi adalah Teknik untuk memusatkan perhatian pada perasaan klien selama
konseling. Sehingga perasaan yang ragu-ragu atau belum jelas dapat menjadi jelas. Refleksi
merupakan salah satu jenis teknik konseling yang penting dalam hubungan konseling. Yaitu
sebagai upaya untuk menangkap perasaan, pemikiran, dan pengalaman klien dan kemudian
merefleksikan kembali kepada klien. Inilah yang harus dilakukan konselor, karena klien
seringkali tidak menyadari perasaan, pikiran, dan pengalamannya yang dapat menguntungkan
atau merugikan dirinya.
Jika dia menyadari perasaannya, klien dapat segera mengubah perilakunya ke arah yang
positif. Namun, tidak mudah bagi calon konselor untuk menangkap dan memahami perasaan,
pikiran dan pengalaman dan kemudian merefleksikannya kembali ke klien dalam bahasa calon
konselor itu sendiri, sehingga calon konselor harus dilatih secara terus menerus dan progresif
dalam kemampuan untuk berefleksi ini.
Tujuan dari latihan refleksi adalah untuk memberikan keterampilan kepada calon
konselor agar dapat merefleksikan perasaan, pikiran dan pengalaman klien dengan mengamati
perilaku verbal dan non-verbal.
2) refleksi pikiran yaitu keterampilan pembimbing atau konselor untuk memantulkan ide,
pikiran pendapat klien sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan nonverbal
terhadap klien,
Hal yang sama juga dikemukakan oleh Bolton (2003) yang mengatakan bahwa
mendengarkan lebih dari sekedar mendengar. Secara lebih spesifik, beliau mengatakan bahwa
dalam proses mendengar terdapat unsur menyimak. Artinya, konselor harus memperhatikan
dengan baik pesan yang disampaikan oleh klien. Refleksi ada tiga macam, yaitu:
Pada refleksi perasaan, konselor mencerminkan kembali perasaan yang disampaikan oleh
klien.
Contoh:Klien :Saya begitu yakin akan menamatkan sekolah pada usia sekarang. Tetapi saya
gagal menyelesaikannya.Saya merasa bodoh.Konselor : jadi, kegagalan itulah yang
menyebabkab Anda merasa bodoh?
2) Reflecting meaningsApabila perasaan dan fakta dicampurkan dalam suatu respons yang
akurat, hal inilah disebut sebagai refleksi makna.
Contoh:Klien : Ibu guru saya terus-menerus bertanya tentang kehidupan saya. Saya tidak ingin
dia melakukan hal itu.Konselor :Anda merasa jengkel karena dia tidak merespek privasi Anda.
b. Refleksi akurat dari apa yang dialami oleh pihak yang lain.
Kompetensi kepribadian yang harus dikuasai dan ditampilkan oleh guru BK di sekolah
tercantum dalam Pemendiknas Nomor 27 Tahun 2008 yang dipetakan menjadi beberapa aspek
sebagai berikut:
1. Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa Kompetensi kepribadian beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang harus dimiliki guru BK yaitu:
1) menampilkan kepribadian yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
2) Konsisten dalam menajalankan kehidupan beragama dan toleran terhadap pemeluk
agama lain, dan
3) berakhlak mulia dan berbudi pekerti luhur.
1) menampilkan kepribadian dan perliaku yang terpuji (seperti berwibawa, jujur, sabar,
ramah, dan konsisten),
2) menampilkan emosi yang stabil,
3) peka, bersikap empati, dan menghormati keragaman dan perubahan, serta
4) toleransi tinggi terhadap konseli yang menghadapi stres dan frustasi.
Saudagar, F., & Idrus, A. (2011). Pengembangan Profesionalitas Guru. Jakarta: Gaung Persada
Press.
Rini, D., Justitia D., & Setiawaty D., (2016). Kompetensi Kepribadian Guru BK. 27-29