Anda di halaman 1dari 6

KOMPETENSI PRIBADI KONSELOR REFLEKSI

Dosen Pengampu : Rindha Widyaningsih S.Fil, M.A.

Mata Kuliah : Pengembangan Pribadi Konselor

Disusun Oleh :

Kelompok 7

1. Adelia Salsabila 214110101242


2. Ike Lintang Sari 214110101128
3. Hani Masruroh 214110101192
4. Azmi Fawaid Manggala 214110101234

PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING ISLAM

FAKULTAS DAKWAH

UIN PROF. K. H. SAIFUDDIN ZUHRI PURWOKERTO


Kompetensi kepribadian adalah salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang
guru yang berkaitan dengan tingkah laku pribadi guru itu sendiri yang kelak harus memiliki
nilai-nilai luhur sehingga terlihat dalam perilaku sehari-hari (Saudagar, 2011).

Refleksi adalah Teknik untuk memusatkan perhatian pada perasaan klien selama
konseling. Sehingga perasaan yang ragu-ragu atau belum jelas dapat menjadi jelas. Refleksi
merupakan salah satu jenis teknik konseling yang penting dalam hubungan konseling. Yaitu
sebagai upaya untuk menangkap perasaan, pemikiran, dan pengalaman klien dan kemudian
merefleksikan kembali kepada klien. Inilah yang harus dilakukan konselor, karena klien
seringkali tidak menyadari perasaan, pikiran, dan pengalamannya yang dapat menguntungkan
atau merugikan dirinya.

Jika dia menyadari perasaannya, klien dapat segera mengubah perilakunya ke arah yang
positif. Namun, tidak mudah bagi calon konselor untuk menangkap dan memahami perasaan,
pikiran dan pengalaman dan kemudian merefleksikannya kembali ke klien dalam bahasa calon
konselor itu sendiri, sehingga calon konselor harus dilatih secara terus menerus dan progresif
dalam kemampuan untuk berefleksi ini.

Tujuan dari latihan refleksi adalah untuk memberikan keterampilan kepada calon
konselor agar dapat merefleksikan perasaan, pikiran dan pengalaman klien dengan mengamati
perilaku verbal dan non-verbal.

Refleksi adalah keterampilan pembimbingan atau konselor untuk mengkomunikasikan


perasaan, pikiran, dan pengalaman klien kepada klien sebagai hasil dari mengamati perilaku
verbal dan nonverbal mereka. refleksi ada tiga macam yaitu:

1) refleksi perasaan, yaitu keterampilan konselor untuk dapat memantulkan (merefleksikan)


perasaan klien sebagai hasil pengamatan verbal dan nonverbal terhadap klien

2) refleksi pikiran yaitu keterampilan pembimbing atau konselor untuk memantulkan ide,
pikiran pendapat klien sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan nonverbal
terhadap klien,

3) refleksi pengalaman yaitu keterampilan pembimbing atau konselor untuk merefleksikan


penglaman-pengalaman klien terhadap hasil pengamatan perilaku verbal nonverbal
klien.Secara lebih sederhana.refleksi dapat didefenisikan sebagai upaya konselor memperoleh
informasi lebih mendalam tentang apa yang dirasakan oleh klien dengan cara memantulkan
kembali perasaan. pikiran, dan pengalaman klien. Dalam hal ini.seorang konselor dituntut
untuk menjadi pendengar yang aktif.

Hal yang sama juga dikemukakan oleh Bolton (2003) yang mengatakan bahwa
mendengarkan lebih dari sekedar mendengar. Secara lebih spesifik, beliau mengatakan bahwa
dalam proses mendengar terdapat unsur menyimak. Artinya, konselor harus memperhatikan
dengan baik pesan yang disampaikan oleh klien. Refleksi ada tiga macam, yaitu:

1) Reflecting feelings (Merefleksi Perasaan)

Pada refleksi perasaan, konselor mencerminkan kembali perasaan yang disampaikan oleh
klien.

Contoh:Klien :Saya begitu yakin akan menamatkan sekolah pada usia sekarang. Tetapi saya
gagal menyelesaikannya.Saya merasa bodoh.Konselor : jadi, kegagalan itulah yang
menyebabkab Anda merasa bodoh?

2) Reflecting meaningsApabila perasaan dan fakta dicampurkan dalam suatu respons yang
akurat, hal inilah disebut sebagai refleksi makna.

Contoh:Klien : Ibu guru saya terus-menerus bertanya tentang kehidupan saya. Saya tidak ingin
dia melakukan hal itu.Konselor :Anda merasa jengkel karena dia tidak merespek privasi Anda.

3) Summative reflections (Refleksi sumatif)Terjadi suatu refleksi sumatif, bila diungkapkan


kembali secara singkat tema dan perasaan utama yang dieksresikan pembicara selama durasi
percakapan yang lebih lama dari pada yang terliput oleh bentuk refleksi lainya.

Menurut Bolton (2002), kalimat-kalimat berikut dapat digunakan untuk memulai


refleksi sumatif: “Tema yang selalu Anda ulangi seperti adalah …” “Marilah kita melakukan
rekapitulasi dari apa yang Sudah kita bicarakan sejauh ini "Saya memikirkan apa yang Anda
katakan, Saya malihat suatu pola dan saya ingin mengeceknya.

Ciri-ciri respons refleksi adalah:

a. Tidak menilai (nonjudgmental).

b. Refleksi akurat dari apa yang dialami oleh pihak yang lain.

c. Ringkasd. Kadang-kadang lebih banyak/dalam dan pada kata-kata yang terucap.


KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU BK

Keberadaan bimbingan dan konseling di sekolah bertujuan untuk membantu siswa


mengembangkan dirinya dan menyelesaikan masalahnya sehingga tahap perkembangannya
tidak terganggu. Untuk mencapai tujuan ini, maka perlu dilaksanakan layanan bimbingan dan
konseling yang bermutu. Perwujudan dari layanan bimbingan dan konseling yang bermutu di
sekolah tidak lepas dari peran guru bimbingan dan konseling (selanjutnya disingkat BK).
Keberhasilan layanan bimbingan dan konseling sangat dipengaruhi oleh kinerja guru BK dalam
melaksanakan tugasnya. Guru BK di sekolah memiliki peran dan tugas yang berbeda dengan
guru mata pelajaran. Selain memiliki tugas untuk membimbing semua siswa asuhnya, guru BK
memiliki tugas untuk memberikan layanan konseling kepada siswa yang memerlukan.
Beragamnya tugas yang ditanggungnya, guru BK harus menguasai berbagai kompetensi untuk
menunjang kinerjanya. kompetensi kepribadian seorang guru BK merupakan faktor yang
sangat penting dan berpengaruh terhadap kebermutuan layanan bimbingan dan
konseling di sekolah.

Kompetensi kepribadian yang harus dikuasai dan ditampilkan oleh guru BK di sekolah
tercantum dalam Pemendiknas Nomor 27 Tahun 2008 yang dipetakan menjadi beberapa aspek
sebagai berikut:

1. Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa Kompetensi kepribadian beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang harus dimiliki guru BK yaitu:

1) menampilkan kepribadian yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
2) Konsisten dalam menajalankan kehidupan beragama dan toleran terhadap pemeluk
agama lain, dan
3) berakhlak mulia dan berbudi pekerti luhur.

2. Menghargai dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, individualitas, dan kebebasan


memilih Kompetensi kepribadian menghargai dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan,
individualitas, dan kebebasan memilih, yang harus dimiliki guru BK yaitu:

1) mengaplikasikan pandangan positif dan dinamis tentang manusia sebagai makhluk


spiritual, bermoral, sosial, individual, dan berpotensi,
2) menghargai dan mengembangkan potensi positif individu pada umumnya dan konseli
pada khususnya,
3) peduli terhadap kemaslahatan manusia pada umumnya dan konseli pada khususnya,
4) menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia sesuai dengan hak asasinya,
5) toleran terhadap permasalahan konseli, serta
6) bersikap demokratis.

3. Menunjukan integritas dan stabilitas kepribadian yang kuat Kompetensi kepribadian


menunjukan integritas dan stabilitas kepribadian yang kuat, yang harus dimiliki guru BK yaitu:

1) menampilkan kepribadian dan perliaku yang terpuji (seperti berwibawa, jujur, sabar,
ramah, dan konsisten),
2) menampilkan emosi yang stabil,
3) peka, bersikap empati, dan menghormati keragaman dan perubahan, serta
4) toleransi tinggi terhadap konseli yang menghadapi stres dan frustasi.

4. Menampilkan kinerja yang berkualitas tinggi Kompetensi kepribadian menampilkan kinerja


yang berkualitas tinggi, yang harus dimiliki guru BK yaitu:

1) menampilkan tindakan yang cerdas, kreatif, inovatif, dan produktif,


2) bersemangat, berdisiplin, dan mandiri,
3) berpenampilan menarik dan menyenangkan, serta
4) berkomunikasi secara efektif.
REFERENSI

Saudagar, F., & Idrus, A. (2011). Pengembangan Profesionalitas Guru. Jakarta: Gaung Persada
Press.

Rini, D., Justitia D., & Setiawaty D., (2016). Kompetensi Kepribadian Guru BK. 27-29

Anda mungkin juga menyukai