Anda di halaman 1dari 31

Syifa Angestiami Pinggala Putri (2024090194)

Shera Marsyanda (2024090197)


Khairiah Wijayanti (2024090219)
Irene Maharani (2024090215)
Annissa Aulia Putri (2024090260)
Konselor
sebagai Pribadi
Psikologi Konseling

Konselor sebagai Pribadi


Didalam kegiatan konseling, seorang konselor berhadapan dan bertatapan
langsung dengan orang lain yang dalam hal ini berstatus sebagai klien. Keduanya
sangat besar dipengaruhi oleh konstelasi kepribadian masing-masing yang amat
pribadi atau singkatnya faktor manusianya. Menyenangi orang lain akan
memberikan dampak tertentu seperti mengurangi ketegangan sehingga menjamin
kelancaran interaksi

Comb (1969) menyimpulkan dari hasil penelitian bahwa : Teknik yang banyak
dilakukan dalam konseling adalah "diri sendiri sebagai alat" (self as instrumen)
pribadi konselor menjadi fasilitator untuk pertumbuhan positif dari klien. Corey
(1991) alat yang paling penting untuk dipakai dalam pekerjaan seorang konselor
adalah dirinya sendiri (yourself as a person)
Psikologi Konseling

Rollo May (1967) mengemukakan hal yang penting bagi seseorang agar bisa
menjadi konselor yang baik ialah dirinya sendiri (The personal equation is all-
important in counseling)

Menurut George & Christhiani terdapat tiga hal penting yang mempengaruhi
konselor, baik positif maupun negatif dalam kegiatan konseling sebagai kegiatan
profesional, diantaranya yaitu :
1. Kualitas pribadi
2. Pengetahuan tentang profesi
3. Keterampilan khusus konseling
Psikologi Konseling

Ikatan National Bimbingan Kejuruan Kemudian pada tahun 1964, Ikatan Konselor
(National Vocational Guidance Association) untuk konseling dan Spuervisi (Association
yang pada tahun 1949 mengemukakan ciri for Conseling Education and Supervision)
umum yang perlu dimiliki seseorang menunjukkan bahwa seseorang konselor
konselor, ialah: harus memiliki sekelompok kualitas dasar
1. Menaruh minat yang mendalam terhadap kepribadian sebagai berikut:
orang lain dan penyabar. 1. Percaya kepada setiap orang.
2. Peka terhadap sikap dan tindakan orang 2. Menghayati nilai – nilai kemanusiaan
lain. individu
3. Memimliki kehidupan emosi yang stabil 3. Sikap keterbukaan
dan objektif 4. Peka terhadap dunia sekelilingnya
4. Memiliki kemampuan untuk kepercayaan 5. Memahami diri sendiri
orang lain. 6. Menghayati profesionalitasnya.
5. Menghargai fakta.
Psikologi Konseling

Pada tahun 1961, Rogers menyimpulkan dari pengalaman pribadi


dan penelitiannya mengenai karakteristik konselor bahwa ciri
kepribadian seseorang konselor yang efektif, lebih penting dari pada
dassar teori atau keterampilan teknik yang dimiliki. Menurut Rogers
ciri tersebut adalah: 1. Menarik, 2. Peramah, 3. Seorang yang
memperlihatkan sikap meyakinkan, 4. Dapat dipercaya
Psikologi Konseling

Hal ini sering kali dianalogikan dengan kegiatan seorang dokter sebagai
manusia biasa yang bisa sakit, namun dalam keadaan sakit, dokter tersebut
tidak perlu menghentikan tugasnya kalau memang memungkinkan dan
diperlukan untuk menyembuhkan pasien yang mungkin menderita penyakit
yang sama dengan dokternya. Jadi yang dipermasalahkan adalah apakah
akan efektif atau tidak efektif karena tertentu dan objektif pada konselor.

George & Cristiani (1981) mengintisarikan dari pembahasannya mengenai


ciri-ciri konselor yang efektif dan mengemukakannya sebagai berikut:
1. Konselor yang Efektif membukakan diri dan menerima pengalaman sendiri.
2. Konselor yang Efektif menyadari akan nilai dan pendapatnya sendiri.
3. Konselor yang efektif bisa membina hubungan hangat dan mendalam dengan orang lain.
4. Konselor yang Efektif bisa membiarkan diri sendiri dilihat orang lain sebagaimana adanya.
5. Konselor yang Efektif menerima tanggung jawab pribadi dari perilakunya sendiri
6. Konselor yang efektif mengembangkan tingkatan aspirasi yang realistik.
Psikologi Konseling

Daftar karakteristik kepribadian sebagai konselor yang efektif adalah:


1. Memiliki identitas.
2. Menghargai diri sendiri.
3. Bisa mengenal dan menerima kekuatannya sendiri.
4. Terbuka akan perubahannya.
5. Memperluas kesadaran terhadap diri sendiri dan orang lain.
6. Bersedia dan mentoleransikan keragu-raguan.
7. Mengembangkan gaya konselingnya sendiri.
8. Bisa mengalami dan memahami dunianya klien sekalipun empatinya bukan
mau memiliki (non possessive).
9. Merasa bebas dan pilihan-pilihannya berorientasi ke kehidupan.
10. Ia adalah ia sebagaimana adanya, tulus dan jujur.
11. Memiliki sentuhan humor.
Kepribadian
dan Tingkah
Laku Konselor
Psikologi Konseling

Kepribadian dan Tingkah Laku Konselor


Keotentikan Terapis
Kegiatan terapi menuntut seorang terapis untuk bersedia mengambil resiko-
resiko mencurahkan peran yang distereotipkan dan menjadi pribadi yang real
dalam suatu hubungan.
Sumber belajar personal klien ditemukan dalam hubungan otentik dengan
terapis.
Terapis diharapkan dapat membantu klien dalam memperoleh hubungan
yang lebih dekat dengan keberadaannya yang sebenarnya.
Terapis bertindak sebagai model; jika terapis menunjukkan tingkah laku yang
tidak selaras, kegiatan berisiko rendah, dan mengecoh dengan bersembunyi
dan samar, maka klien pun akan tetap tertutup dan tidak menaruh
kepercayaan.
Psikologi Konseling

Penyingkapan Diri
Beberapa ciri untuk menentukan kapan pernyataan diri bersifat fasilitatif
:
1. Menyatakan perasaan-perasaan yang berkaitan langsung dengan transaksi
sekarang bisa berguna. Jika konselor merasa bosan atau tersinggung dalam
sesi konseling maka penting untuk mengemukakan namun di lain pihak tidak
bijaksana ketika mengungkapkannya
2. Memperbedakan penyingkapan yang merupakan penyampaian sejarah dan
pengekspresian langsung pengalaman konselor sangat membantu
3. Konselor acap kali bertanya kepada diri sendiri mengapa konselor
menyingkapkan diri dan sejauh mana penyingkapan diri itu patut
4. Konselor menimbang pengaruh-pengaruh dari penyingkapan diri konselor
terhadap klien atau para anggota kelompok konseling
Psikologi Konseling

Konselor sebagai Pribadi Terapeutik


Pribadi terapeutik mencakup ciri-ciri berikut :
1. Telah menemukan jalan mereka sendiri
2. Memiliki respek diri dan penghargaan diri
3. Menyadari dan menerima kekuasaan mereka sendiri
4. Terbuka terhadap perubahan yang berhubungan dengan diri mereka dan
bersedia dengan resiko
5. Berada dalam proses meningkatkan kesadaran terhadap diri mereka sendiri
dan orang lain
6. Bersedia dan mampu toleran terhadap keberdwiartian
7. Memiliki identitas
8. Sanggup memberikan empati nonposesif
9. Berorientasi terhadap kehidupan
10. Otentik, nyata, selaras, tulus dan jujur
Psikologi Konseling

11. Mampu memberi dan menerima cinta


12. Mereka hidup pada saat sekarang
13. Bersedia mengakui kesalahan
14. Mampu terlibat secara mendalam terhadap pekerjaan
15. Mampu menemukan diri kembali, bisa menghidupkan dan menciptakan kembali
hubungan-hubungan signifikan dalam hidup
Psikologi Konseling

Konseling Psikoterapi Pribadi


bagi Para Terapis
Sebagai terapis, tidak diharapkan untuk menggunakan waktu klien mereka untuk
menyelesaikan masalah-masalah pribadi mereka sendiri, tetapi dengan
mengungkapkan kesadaran,mereka bisa menempatkan diri pada penanganan
area-area dalam kehidupan mereka sendiri yang perlu dieksplorasi lebih dalam.

Belajar menjadi konselor jadinya bukan sekedar berusaha memperoleh


kecakapan-kecakapan melakukan intervensi terapeutik terhadap orang lain
melainkan bisa menjadi suatu kekuatan yang menunjang pertumbuhan peribadi
konselor itu sendiri.
Masalah yang
dihadapi oleh
Konselor Muda
Psikologi Konseling

Kecemasan kita belum tentu Neurotik


Kebanyakan terapis baru, apapun latar belakang akademis dan pengalaman
mereka, mengantisipasi perasaan-perasaan mendua ketika mereka
menghadapi. klien-klien pertama mereka. Sebagai pemula, jika kita cukup
sadar, kita bisa dihinggapi kecemasan dan mengajukan kepada diri kita
sendiri pertanyaan-pertanyaan seperti Apa yang akan saya katakan?
Bagaimana saya akan mengatakannya? Akan mampukah saya membantu?
Psikologi Konseling

Kita tidak harus sempurna


Penulis menemukan banyak calon konselor yang takut membeberkan kesalahan-
kesalahan mereka kepada pembimbing-pembimbing mereka. Sementara di satu
pihak tidak ingin mengabaikan ketakutan itu, di lain pihak penulis mendorong
para calon konselor untuk berani mengutarakan kesalahan-kesalahan mereka
sendiri atau apa yang mereka pandang sebagai kekeliruan-kekeliruan.

Hanya jika kita bersedia membeberkan keraguan- keraguan kita kepada sesama
mahasiswa dan para pembimbinglah kita bisa diharapkan memperoleh hikmah
dari kekeliruan-kekeliruan kita.
Psikologi Konseling

Diam : Suatu Pengalaman yang Mengancam


Diam beberapa saat selama pertemuan terapi akan terasa diam beberapa jam bagi
seorang terapis pemula. Keheningan bisa memiliki banyak arti yaitu kliem diam-
diam memikirkan hal-hal yang telah dibicarakan sebelumnya atau mengevaluasi
pemahaman tertentu yang baru diperolehnya, klien menunggu terapis dan klien
atau terapis merasa jenuh.

Keheningan bisa menceritakan lebih banyak dibandingkan dengan kata-kata dan


barangkali interaksi berlangsung pada taraf permukaan.
Psikologi Konseling

Menangani Klien Penuntut


Masalah utama yang mengganggu banyak terapis pemula adalah bagaimana
menangani klien yang terlalu menuntut. Tuntutan-tuntutan tersebut diantaranya
klien sering menelepon Anda di rumah dan mengajak Anda berbicara lama di
telepon, ingin menemui Anda secara sosial dan menuntut Anda jangan
meninggalkan dia.

Pemikiran yang harus dilakukan dalam menangani klien penuntut yaitu kita
perlu menyadari sifat tuntutan dan reaksi kita terhadapnya dan kita harus
memiliki keberanian untuk mengonfrotasikan klien kepada persepsi-persepsi kita
tentang tingkah laku klien dan tuntutan kita sendiri.
Psikologi Konseling

Menangani Klien Tak Berkomitmen


Menangani Klien-Klien yang Tak Berkomitmen
Masalah klien yang sesungguhnya yaitu menaruh sedikit perhatian
pada konselingnya sendiri. Kurangnya motivasi pada klien dapat
dilihat dari seringnya dia membatalkan janji, tidak peduli, atau tidak
bersedia memikul tanggung jawab dalam proses konseling.
Kesalahan yang sering ditemukan pada terapis baru yaitu membiarkan
dirinya hanyut dalam permainan dengan klien-klien mereka.
Psikologi Konseling

Hubungan Sosial dengan Para Klien


Hubungan Sosial dengan Para Klien
Tak jarang terapis pemula harus bergulat dengan masalah pencampuran
hubungan sosial dengan hubungan terapeutik.
Terapis bisa saja tergoda untuk menjalin hubungan sosial atau persahabatan
dengan klien. Namun ditemukan bahwa sangat sulit berurusan dengan
hubungan terapeutik dan hubungan sosial diluar terapi dengan orang yang
sama.
Oleh karena itu, terapis tidak bisa melakukan konsultasi kepada anggota
keluarga maupun kerabat dekat.
Psikologi Konseling

Mengharapkan Hasil Seketika


Mengharapkan Hasil-Hasil Seketika
Banyak terapis pemula yang dicemaskan oleh kemungkinan tidak melihat
hasil pekerjaan mereka.
Terapis diharapkan mampu belajar menoleransi kebingungan dari
ketidakpastian apakah klien mengalami kemajuan atau apakah terapis
menjadi penolong dalam pertumbuhan atau perkembangan klien.
Hasil yang baik dari usaha-usaha bersama antara terapis dan klien mungkin
belum akan tampak dalam beberapa bulan atau tahun setelah terapi berakhir.
Jadi, untuk memperoleh kepercayaan diri seorang terapis dapat membiarkan
dirinya merasakan ketidakberdayaan, keraguan, rasa tak mampu, dan
kebimbangan apakah harus terus bekerja sebagai terapis. Dengan begitu,
setelah kecemasan berkurang, terapis akan mampu memberikan perhatian
kepada orang lain maupun diri sendiri dalam hubungan terapeutik.
Psikologi Konseling

Kita tidak akan berhasil menangani klien


Tujuan tujuan yang realistis adalah esensial bagi suatu hubungan yang potensial
dengan seorang klien. Kita tidak akan berhasil dalam menangani setiap klien.
Bahkan para terapis yang berpengalaman pun suatu saat menjadi muram dan
mulai meragukan nilai mereka sendiri.

Menjadi Diri Sendiri


Penulis menganjurkan kepada mahasiswa untuk meletakkan teori-teori dan hasil
belajar mereka di latar belakang dan untuk mengikuti intuisi mereka sendiri
Psikologi Konseling

Jujur Kepada Para Klien


Terkadang calon konselor tidak harus membebani diri sendiri dengan
pengharapan (anggapan) bahwa harus serba tahu dan cerdik bahkan meskipun
tanpa pengalaman, jika memang ada kasus yang konselor merasa masalahnya
terlalu sulit untuk ditangani, konselor boleh saja jujur dengan klien bahwa hal
tersebut harus di pindahkan ke konselor yg lebih berpengalaman, kesediaan
calon konselor untuk menjadi realistis telah membantu dirinya sendiri untuk
menghindari perangkap mencoba tampak baik bagi klien.
Psikologi Konseling

Penipuan Diri dalam Terapi


Penipuan diri tidak harus merupakan tindakan berbohong secara sadar, sebab
penipuan diri bisa samar dan tidak disadari. Baik pada klien maupun pada
terapis, motivasi untuk menipu bisa berlandaskan keinginan untuk membuat
hubungan menjadi seimbang dan produktif, kedua belah pihak tertarik untuk
melihat hasil-hasil yang positif.

Keinginan kita untuk menyaksikan perubahan-perubahan pribadi bisa


mengaburkan kenyataan dan menyebabkan kita kurang skeptis dari pada
seharusnya.
Psikologi Konseling

Bahaya Kehilangan Diri


Kekeliruan umum para pemula adalah bahwa mereka terlalu kuatir atas
klien-klien mereka sehingga kemungkinan bisa membuat terapis/konselor
kehilangan diri mereka.

Hal yang paling terapeutik untuk dilakukan adalah sepenuhnya menjadi apa
yang kita mampu (merasakan klien-klien kita dan mengalami pergulatan-
pergulatan mereka bersama mereka), tetapi belajar membiarkanklien
memikul tanggung jawab atas kehidupan dan pilihannya sendiri diluar
pertemuan terapi. Jika kita mengambil alih tanggung jawab klien atas
perlunya dia belajar mengarahkan hidupnya sendiri, berarti kita menghambat
alih-alih menunjang pertumbuhan klien.
Psikologi Konseling

Pengembangan Rasa Humor


Meskipun merupakan perkara yang harus bisa dipertanggungjawabkan, terapi
tidak perlu menjadi terlalu serius. Baik para klien maupun para terapis bisa.
memperkaya hubungan terapeutik dengan tertawa. Penulis telah menemukan
bahwa humor dan tragedi berkaitan erat dari bahwa, setelah membiarkan diri
mengalami pengalaman-pengalaman tertentu yang tragis, kita bisa juga secara
jujur tertawa atas betapa seriusnya kita menghadapi situasi-situasi.

Pemantapan Tujuan yang Realistis


Tujuan tujuan yang realistis adalah esensial bagi suatu hubungan yang
potensial dengan seorang klien.
Psikologi Konseling

Pemberian Nasihat
Cukup sering klien-klien yang menderita datang pada pertemuan terapi untuk
mencari saran atau nasihat dan bahkan menuntut untuk dinasihati. Mereka
menginginkan lebih dari sekadar pengarahan. Mereka juga ingin konselor yang bijak
membuat suatu keputusan atau penyelesaian masalah mereka. Sedangkan
sebenernya Tugas terapis adalah hanya membantu mereka agar secara mandiri
membuat pilihan-pilihan dan agar memiliki keberanian untuk menerima
konsekuensi-konsekuensi dari pilihan-pilihannya itu.

Sugesti dan Persuasi dalam Terapi


Peran sugesti dan persuasi atau bujukan dalam terapi berkaitan erat dengan
pemberian nasihat. Sebagian besar kita memberikan sugesti dan membujuk ketika
menjalankan konseling. Sementara sugesti itu berkaitan dengan pemberian nasihat
sebab dengan sugesti kita menstimulasi klien untuk melihat jalan orang lain.
Psikologi Konseling

Kehati-hatian yang Realistis


Tujuan-tujuan yang realistis adalah esensial bagi suatu hubungan yang potensial
dengan seorang klien. Baik konselor maupun klien perlu menetapkan tujuan-tujuan
yang realistis. Jika tujuan-tujuan kita realitas, kita mungkin sedih bahwa kita tidak
bisa menyelesaikan lebih banyak tetapi setidaknya kita bisa terhindar dari frustasi
karena tidak bisa mencapai keajaiban-keajaiban.

Mengembangkan Gaya Konselor Sendiri


Para calon konselor perlu diingatkan terhadap kecenderungan untuk meniru gaya-
gaya para pembimbing mereka, para terapis dan model-model lainnya. Jika kita
meniru gaya terapis lain menghambat keefektifan kita sendiri dalam menjangkau
orang lain. KIta boleh saja mengikuti cara-cara dari orang lain tetapi, pada saat yang
sama, berusaha menemukan suatu cara yang khas bagi diri sendiri dan sesuai dengan
kepribadian kita sendiri.

Anda mungkin juga menyukai