Anda di halaman 1dari 14





Carl Ransom Rogers lahir pada tanggal 8 januari 1902 di Oak Park, Illinois, pinggiran Chicago.
Ia anak keempat dari enam bersaudara dari pasangan Walter dan Julia . Orang tuanya menganut
prinsip-prinsip agama yang ketat dan tanpa kompromi sehingga Orang tuanya mengontrol perilakunya
dan tidak diperbolehkan minum alkohol, menari, tidak ada bermain kartu atau menonton, dan sangat
sedikit kontak dengan orang lain.

Awalnya mendalami ilmu pertanian,lalu beralih ilmu agama dan kemudian beralih mendalami ilmu
psikologi. Masuk psikologi klinis di Coloumbia University dan menerima gelar Phd tahun 1931.
Tahun 1942 menulis buku pertamanya "counseling and psychotherapy"
Tahun 1945 di undang untuk mendirikan pusat konseling di Chichago.
Tahun 1946-1957 menjadi presiden . Lalu Ia meninggal dunia pada tahun 1987
Manusia pada dasarnya Manusia memiliki dorongan
kooperatif dan konstruktif dan bawaan pada aktualisasi diri.
tidak perlu diadakan Orang termotivasi untuk
pengendalian terhadap mengaktualkan diri dalam
dorongan-dorongan agresifnya kenyataan yang dipersepsinya
Rogers mengemukakan konsep kepribadian yang terdiri dari tiga aspek yaitu:
1. Organisme, merupakan individu itu sendiri, mencakup aspek fisik maupun psikologis

2. Phenomenal Field, yaitu pengelaman-pengalaman hidup yang bermakna secara psikologis bagi
individu, dapat berupa pengetahuan, pengasuhan orang tua, dan hubungan pertemanan.

3. Self, yaitu interaksi antara organisme atau individu dengan phenomenal field akan membentuk
self ("""me" saya). Kesadaran tentang self akan membantu seseorang membedakan dirinya dari
orang lain.
Proses konseling ini meliputi tujuan dan tahapan
1. Tujuan

Tujuan dasar terapi person-centered adalah menciptakan iklim kondusif bagi


usaha membantu konseli untuk menjadi seorang pribadi yang berfungsi penuh,
Guna mencapai tujuan terapeutik tersebut, terapis perlu mengusahakan agar
konseli bisa memahami hal-hal yang ada di balik topeng yang dikenakannya.
2. Tahapan-tahapan
a. Keterbukaan pada pengalaman, Keterbukaan pada pengalaman perlu memandang kenyataan tanpa
mengubah bentuknya supaya sesuai dengan struktur diri yang tersusun lebih dulu.

b. Kepercayaan terhadap organisme sendiri, konselor harus bisa meningkatnya keterbukaan klien
pada pengalaman-pengalamannya sendiri sehingga kepercayaan klien kepada dirinya sendiri pun
mulai timbul.

c. Tempat evaluasi internal, Konseli menetapkan standar-standar tingkah laku dan melihat ke dalam
dirinya sendiri dalam membuat putusan-putusan dan pilihan-pilihan bagi hidupnya.

d. Kesediaan untuk menjadi suatu proses, Konsep tentang diri dalam proses pemenjadian, yang
merupakan lawan dari konsep tentang diri sebagai produk sangat penting.
• Pendengaran Aktif
• Empati
• Fokus pada Klien
• Ketulusan (Congruence)
• Tidak Direktif
• Penerimaan Tanpa Syarat
• Perasaan dan Ekspresi Diri
• Refleksi
• Penerimaan Utuh
1. Individu dapat mengexplorasi pengalaman-pengalaman psikologis yang bermaknya baginya
dengan perasaan aman.
2. Dapat diterapkan pada setting individual maupun kelompok.
3. Memberikan peluang yang lebih luas terhadap konseli untuk didengar.
4. Konseli memiliki pengalaman positif dalam konseling ketika mereka fokus dalam
menyelesaiakan masalahnya.
5. Konseli merasa mereka dapat mengekpresikan dirinya secara penuh ketika mereka didengarkan
dan tidak dijustifikasi.
1. Sulit bagi konselor untuk bersifat netral dalam situasi hubungan interpersonal.
2. Konseling menjadi tidak efektif ketika konselor terlalu non-direktif dan pasif.
3. Minim teknik untuk membantu konseli memecahkan masalahnya.
4. Tidak cukup sistematik, terutama yang berkaitan dengan konseli yang kecil tanggungjawabnya.
5. Memungkinkan sebagian konselor menjadi terlalu terpusat pada konseli sehingga melupakan
keasliannya.
6. Kesalahan sebagian konselor dalam menerjemahkan sikap-sikap yang harus dikembangkan
dalam hubungan konseling.
Sungguh mengenaskan, seorang ibu muda yang bernama Junania Mercy meracuni keempat
anaknya lalu, memandikan mereka kemudian disaningkan bersama-sama dengan rapi diatas
tempat tidur. Kemudian baru sang ibu mengakhiri hidupnya dengan meminum racun yang sama.
Ibu itu menyaksikan anaknya sekarat. Ia merekamnya dengan sebuah ponsel kemudian ia
membersihkannya dan menata mayat anak-anaknya dengan rapi. Waktu yang mungkin cukup
panjang prosesnya. Kemudian ia memilih baju terbaiknya dan mengakhiri hidupnya. Ibu Mercy
adalah gambaran seorang yang mempunyai tekanan berat, persoalan rumah tangga,ekonomi,
permasalahan anak ke-2 yang menderita kelainan darah. Tak tau kemana lagi harus meminta
tolong dan ia kemudian menjerit dengan jeritan yang tak terungkapkan dengan suara , lalu ia
memilih bunuh diri.
Analisa Kasus :
• Dinamika psikis yang melatar belakangi keputusan bunuh diri yang terjadi pada bu Mercy
adalah aplikasi teori psikoanalisis, bunuh diri merupakan letupan agresi yang bersumber
dari instink kehancuran.
• Karakteristik umum bu Mercy yang melakukan bunuh diri adalah kesempitan berpikir.

Penanganan Kasus :
Pendekatan person centered difokuskan pada tanggung jawab dan kesanggipan klien untuk
menemukan cara mengahdapi kenyataan secara lebih penuh. Klien sebagai orang yang
mengetahui diri nya sendiri. Pendekatan client centered menekankan dunia fenomenal klien.
Dapat disimpulkan bahwa pendekatan person- centered cocok untuk
permasalahan konsep diri. Pendekatan yang berpusat pada konseli ini
sepenuhnya adalah hasil dari kerja keras konseli itu sendiri dan konselor
hanya membantu konseli untuk mengenali permasalahan-permasalahan pada
konseli. Konseli diharapkan dapat mengatasi permasalahan konsep dirinya
dengan bantuan konselor menggunakan pendekatan person-centered dengan
berbagai teknik dan keterampilan interpersonal konselor yang dimunculkan
selama proses konseling sesuai yang dibutuhkan.

Anda mungkin juga menyukai