Anda di halaman 1dari 7

PERAN NILAI-NILAI KONSELOR DALAM PROSES KONSELING

Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Pribadi dan Profesi
Konselor
Dosen pengampu Rizqi Isnaeni Fajri, S.Pd.I.,M.Psi.,Psikolog,
Universitas Islam Bunga Bangsa Cirebon

Disusun Oleh:
Muhamad Risal
Assyifa siddikah thayibatunnisa
Ananda Ineztesya
Salman Al Farizi

FAKULTAS TARBIYAH
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING PENDIDIKAN ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM BUNGA BANGSA CIREBON
2023/2024
A. NILAI-NILAI KONSELOR DAN PROSES KONSELING
1. Definisi Nilai
Nilai adalah sesuatu yang berlaku, sesuatu yang memikat atau menghimbau kita.
Secara spesifik nilai (value) berarti harga, makna, isi dan pesan, semangat, atau jiwa
yang tersurat atau tersirat dalam fakta, konsep dan teori, sehingga bermakna secara
fungsional. Di sini, nilai difungsikan untuk mengarahkan, mengendalikan, dan
menentukan kelakuan seseorang, karena nilai dijadikan standar perilaku.
Cintia menyatakan nilai adalah sumber kekuatan, karena nilai memberi orang-
orang kekuatan untuk bertindak. Nilai mempengaruhi sikap dan perilku serta persepsi
seseorang, nilai sangat penting untuk memahami perilaku berkehidupan karena
menjadi dasar pemahaman sikap dan motivasi individu.
Pendapat lain dikemukakan oleh Fraenkel, nilai sebagai "A value is an idea - a
concept - about someone thinks is important in life. Value are ideas about the warth of
thinking, they are concepts, abstra.”
Nilai merupakan kepercayaan seseorang mengenai kebenaran, keindahan, dan
makna dari tiap pemikiran, benda, atau perilaku. Nilai memberikan arahan dan arti bagi
hidup serta memandu proses pengambilan keputusan. Nilai juga menentukan perilaku
dengan memandu respons terhadap pengalaman dan pilihan dalam hidup
(Wahidmurni).
2. Kepribadian Konselor
Kepribadian seorang konselor merupakan faktor yang paling penting dalam
konseling. Beberapa pakar konseling telah mengadakan penelitian seperti Carkhuff dan
Traux (1965), Waren (1960), Virginia Satir (1967). Semua pakar tersebut menemukan dari
penelitiannya yaitu bahwa`keefektifan konselor banyak ditentukan oleh kualitas pribadinya
(Willis, 2013, hlm. 79). Kepribadian konselor dalam pelaksanaan konseling disinyalir lebih
penting dari penggunaan teori dan teknik konseling. Begitupun dalam konseling individual,
yang menuntut peran konselor secara langsung berhadapan face to face dengan konseli
(peserta didik) yang menyiratkan bahwa`pada saat konseling kualitas pribadi konselor
dipertaruhkan dalam hubungan konseling (counseling relationship). Konseli (peserta didik)
yang akan melakukan konseling individual sangat beragam, disinilah konselor harus
menampilkan kualitas pribadi konselor yang utuh.
Beberapa pendapat tentang nilai-nilai yang harus ada dalam diri konselor
a. Menurut Shertzer dan Stone
1) Menurut NVGA (National Vocational Guidance Association) konselor yang
berkualitas itu ditandai dengn sifat-sifat: (1) mempunyai minat untuk membantu
orang lain; (2) sabar; (3) sensitif terhadap reaksi dan sikap orang lain; (4) emosinya
stabil; dan (5) dapat dipercaya.
2) Hamrin dan Paulson mengemukakan sifat-sifat konselor yang baik, yaitu: (1)
memahami diri sendiri dan konseli, (2) simpatik, (3) bersahabat, (4) memiliki sense
of humor, (5) emosinya stabil, (6) toleran, (7) bersih-tertib, (8) sabar, (9) objektif,
(10) ikhlas, (12) bijaksana, (13) jujur-terbuka, (14) kalem, (15) lapang hati, (16)
menyenangkan, (17) memiliki kecerdasan sosial, dan (18) bersikap tenang.
3) Council of Student Personnel Association in Higher Education merekomendasikan
kualitas konselor, yaitu: (1) memiliki perhatianterhadap mahasiswa, (2) percaya
terhadap kemampuan mahasiswa, (3) memahami aspirasi mahasiswa, (4) memiliki
perhatian terhadap pendidikan, (5) sehat jasmani-rohani, (6) memilii kemauan
untuk membantu orang lain, (7) respek terhadap orang lain, (8) sabar, dan (9)
memiliki rasa humor.
4) Association for Counselor Education & Supervision mengemukaan ada 6 sifat
dasar konselor, yaitu: (1) percaya terhadap individu, (2) komitmen terhadap nilai
manusiawi individu, (3) memahami perkembangan lingkungan, (4) bersikap
terbuka, (5) memahami diri, dan (6) koitmen terhadap profesi.
b. Menurut Gladding
Gladding memaparkan pendapat beberapa ahli mengenai kualitas pribadi konselor.
Myrick berpendapat kualitas pribadi konselor adalah peduli terhadap orang lain
(altrustik), ramah, bersahabat, dan sensitif. Foster dan Guy menjelaskan aspek-aspek
dari kehidupan pribadi seseorang yang membuat dia cocok berperan sebagai seorang
konselor, diantaranya adalah:
1) keingin tahuan dan kepedulian;
2) emampuan mendengarkan;
3) suka berbincang;
4) empati dan pengertian;
5) menahan emosi;
6) introspeksi;
7) kapasitas menyangkal diri;
8) toleransi keakraban;
9) mampu berkuaa;
10) mampu tertawa.
Cormier & Cormier memaparkan kualitas tambahan dari seorang konselor yang
efektif yang meliputi: (1) kompetensi intelektual; (2) energi untuk dapat aktif dan tetap
aktif; (3) keluwesan; (4) dukungan terhadap konseli; (5) niat baik; (6) kesadaran diri.
c. Menurut Permendikas No. 27 Tahun 2008
mengenai Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor yang mencakup
kompetensi akademik dan profesional sebagai satu kesatuan yang secara terintegrasi
membangun keutuhan kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional.
Dalam apek kompetensi kepribadian meliputi
1) Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
2) Menghargai dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, individualitas, dan
kebebasan memilih.
3) Menunjukkan integritas dan stabilitas kepribadian yang kuat
4) Menampilkan kinerja berkualitas tinggi.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, beberapa kriteria kualitas pribadi konselor yang
efektif adalah sebagai berikut:
a. Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dengan menampilkan
kepribadian yang beriman dan bertakwa, konsisten dalam menjalankan kehidupan
beragama dan toleran terhadap pemeluk agama lain, berakhlak mulia dan berbudi
pekerti luhur, sehingga konselor dapat menjadi teladan bagi konseli.
b. Menghargai perbedaan individu, ditunjukkan dengan sikap toleran dengan perbedaan,
peduli, saling menghargai dan menghormatikeberagaman, bersikap demokratis.
c. Menunjukkan integritas dan stabilitas kepribadian yang kuat, dengan menampilkan
kepribadian dan perilaku yang terpuji seperti berwibawa, jujur, sabar, ramah, dan
konsisten, menampilkan emosi yang stabil, peka, empati, peduli pada kepentingan
konseli (altruistik), menghormati keragaman dan perubahan, bersemangat, disiplin,
mandiri, berpenampilan menarik dan menyenangkan, berkomunikasi secara efektif
d. Menampakkan kinerja dan penampilan yang berkualitas tinggi, ditunjukkan dengan
menampilkan tindakan yang cerds, kreatif, inovatif, produktif, bersemangat, disiplin,
mandiri, berpenampilan menarik dan menyenangkan (Haolah et al.).

B. PERAN NILAI DALAM PROSES KONSELING


Kualitas konselor adalah semua kriteria keunggulan termasuk pribadi,
pengetahuan, wawasan, keterampilan, dan nilai- nilai yang dimiliki konselor, yang akan
menentukan keberhasilan (efektivitas) proses bimbingan dan konseling. Salah satu kualitas
adalah kualitas pribadi konselor, yang menyangkut segala aspek kepribadian yang amat
penting dan menentukan efektivitas konseling.
Rogers menyatakan bahwa ada beberapa kompetensi konselor yang dapat
memberikan perubahan langsung terhadap konseli pada saat melakukan proses konseling
diantaranya yaitu: 1) Ketulusan, 2) Penerimaan. menghargai konseli sebagai individu yang
berharga, 3) Empati yaitu suatu kemampuan untuk menempatkan diri, jiwa, dan perasaan
dari konselor ke dalam jiwa, dan perasaan konseli. Beberapa perubahan ini di antaranya
konseli akan menjadi: 1) lebih realistis dalam memandang dirinya sendiri, 2) lebih percaya
diri dan memiliki kemampuan dalam mengarahkan diri, (3) lebih positif dalam menilai diri
sendiri, 4) lebih dewasa, 5) mampu mengatasi stress yang dihadapinya, 6) lebih memiliki
struktur kepribadian yang sehat.
Dalam konteks bimbingan dan konseling kualitas pribadi konselor dalam hal sikap
dan perilaku sehari-hari akan menjadi modal utama dan pertama dalam menjalankan
bimbingan dan konseling yang efektif. Hal itu terjadi karena hanya dengan kualitas pribadi
yang tinggilah tujuan konseling akan tercapai, yang lainnya ditentukan oleh teknik yang
digunakan. Hal ini menunjukkan bahwa betapa pentingnya kualitas pribadi yang harus
dimiliki oleh konselor.
Cavanagh merekomendasikan 12 kualitas pribadi seorang konselor, yaitu ; 1)
Pemahaman tentang diri sendiri ; karakteristik yang ditunjukkan adalah menyadari
kebutuhannya, menyadari perasaannya, menyadari faktor yang membuat kecemasan dalam
konseling dan cara yang dilakukan untuk mengurangi kecemasan, dan menyadari akan
kelebihan dan kekurangan diri. 2) Kompetensi, upaya mendapatkan kualitas secara fisik,
intelektual, emosional, sosial dan kualitas moral yang harus dimiliki oleh konselor. 3)
Keadaan psikologis konselor yang baik, konselor yang memiliki kesehatan psikologis yang
baik memiliki karakteristik, mencapai kepuasan akan kebutuhannya, proses konseling
tidak dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu dan pengalaman pribadi di luar proses
konseling yang tidak memilliki implikasi penting dalam konseling. 4) Dapat dipercaya,
konselor dituntut untuk konsisten dalam ucapan dan perbuatan, memakai ungkapan verbal
dan non verbal untuk menyatakan jaminan kerahasiaan, tidak pernah membuat seseorang
menyesal telah membuka rahasianya. 5) Kejujuran, konseor bersifat terbuka, otentik dan
penuh keihklasan. 6) Memiliki kekuatan untuk mengayomi klien, kemampuan untuk
membuat klien merasa aman yang ditunjukkan dalam hal memiliki batasan yang kebekuan
suasana, berbagi pengalaman emosional dan memungkinkan klien menjadi peduliberalasan
dalam berpikir, dapat mengatakan sesuatu yang sulit dan membuat keputusan yang tidak
populer, fleksibel dan menjaga jarak dengan klien (tidak terbawa emosi klien). 7)
Kehangatan, merupakan pada dirinya sendiri. 8) Pendengar yang aktif, ditunjukkan dengan
sikap dapat komunikasi yang sering dilakukan secara non verbal, dengan tujuan untuk
mencairkan berkomunikasi dengan orang di luar kalangannya sendiri, memberikan
perlakukan kepada klien dengan cara yang dapat memunculkan respons yang berarti, dan
berbagi tanggung jawab secara seimbang dengan klien. 9) Kesabaran, sikap sabar
ditunjukkan dengan kemampuan konselor untuk bertoleransi pada keadaan yang ambigu,
mampu berdampingan secara psikologis dengan klien, tidak merasa boros waktu, dan dapat
menunda pertanyaan yang akan disampaikan pada sesi berikutnya. 10) Kepekaan, memiliki
sensitivitas terhadap reaksi dirinya sendiri dalam proses konseling, dapat mengajukan
pertanyaan yang “mengancam” klien secara arif dan peka terhadap hal-hal yang mudah
tersentuh dalam dirinya. 11) Kebebasan, sikap konselor yang mampu membedakan antara
manipulasi dan edukasi serta pemahaman perbedaan nilai kebebasan dan menghargai
perbedaan. 12) Kesadaran menyeluruh, memiliki pandangan secara menyeluruh dalam hal
menyadari dimensi kepribadian dan kompleksitas keterkaitannya, terbuka terhadap teori-
teori perilaku.
Konseling yang efektif bergantung pada kualitas hubungan antara klien dengan
konselor. Pentingnya kualitas hubungan konselor dengan klien ditunjukkan melalui
kemampuan konselor dalam kongruensi (congruence), empati (empathy), perhatian secara
positif tanpa syarat (unconditional positive regard), dan menghargai (respect) kepada klien.
Kepribadian merupakan titik tumpu dari duajenis kemampuan yang lain (pengetahuan dan
ketrampilan), namun demikian ketiga aspek memiliki keterkaitan bersifat reciprocal atau
dengan kata lain ketiganya harus ada dan saling mempengaruhi (Putri).

C. PERAN NILAI DALAM MENGEMBANGKAN TUJUAN-TUJUAN KONSELING


Peran nilai konselor terhadap tujuan konseling adalah penting karena nilai-nilai yang
dimiliki oleh konselor memengaruhi cara mereka memandang, memahami, dan
memperlakukan klien. Nilai-nilai ini membimbing konselor dalam membentuk tujuan
konseling yang sesuai dengan kebutuhan dan nilai-nilai klien, serta membantu mereka
dalam memberikan dukungan yang efektif selama proses konseling . Berikut adalah
beberapa peran nilai konselor terhadap tujuan konseling:

1. Mengarahkan Proses Konseling


Nilai-nilai konselor seperti empati, keadilan, dan penghargaan terhadap
keberagaman memengaruhi cara mereka memandang situasi klien. Nilai-nilai ini
membantu konselor dalam mengarahkan proses konseling menuju tujuan yang sesuai
dengan kebutuhan dan nilai-nilai klien.
2. Menetapkan Tujuan yang Relevan
Nilai-nilai konselor membantu dalam menetapkan tujuan konseling yang relevan
dan bermakna bagi klien. Konselor menggunakan nilai-nilai mereka sebagai panduan
untuk memastikan bahwa tujuan yang ditetapkan memperhatikan kebutuhan, nilai, dan
aspirasi klien.
3. Membangun Hubungan Kerja yang Kuat
Nilai-nilai konselor seperti rasa hormat, kejujuran, dan empati membantu dalam
membangun hubungan kerja yang kuat antara konselor dan klien. Hubungan yang kuat
ini menjadi dasar bagi konselor untuk memahami nilai-nilai klien dengan lebih baik
dan bekerja sama dengan mereka dalam mencapai tujuan konseling.
4. Memberikan Dukungan yang Berdasarkan Nilai
Nilai-nilai konselor memengaruhi cara mereka memberikan dukungan kepada klien
selama proses konseling. Konselor menggunakan nilai-nilai mereka sebagai pedoman
untuk memberikan dukungan yang bermakna, mendukung, dan sesuai dengan nilai-
nilai klien.
5. Mengevaluasi Kemajuan
Nilai-nilai konselor juga memengaruhi cara mereka mengevaluasi kemajuan klien
terhadap tujuan konseling. Konselor menggunakan nilai-nilai mereka untuk
memberikan umpan balik yang objektif dan memotivasi klien untuk terus berkembang
menuju tujuan mereka (Corey).
DAFTAR PUSTAKA
Corey, G. Heory and Practice of Counseling and Psychotherapy. Cengage Learning.No Title.
2016.
Haolah, Siti, et al. “Pentingnya Kualitas Pribadi Konselor Dalam Pelaksanaan Konseling
Individual.” FOKUS (Kajian Bimbingan & Konseling Dalam Pendidikan), vol. 1, no. 6, 2018,
p. 215, https://doi.org/10.22460/fokus.v1i6.2962.
Putri, Amallia. “Pentingnya Kualitas Pribadi Konselor Dalam Konseling Untuk Membangun
Hubungan Antar Konselor Dan Konseli.” JBKI (Jurnal Bimbingan Konseling Indonesia), vol.
1, no. 1, 2016, p. 10, https://doi.org/10.26737/jbki.v1i1.99.
Wahidmurni. 済無No Title No Title No Title. 2017, pp. 2588–93.

Anda mungkin juga menyukai