Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

TANGGUNG JAWAB DAN KUALIFIKASI KONSELOR

Disusun Untuk Memenuhi Tugas

Mata Kuliah Bimbingan dan Konseling

Dosen Pengampu: Dr. Ani, M.Pd.I

Disusun Oleh:

1. Sakinatul Savara 3121007


2. Nadira Sya’baniyah 3121015
3. Dzatu Mazaya 3121045

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB DAN DAKWAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI K.H. ABDURRAHMAN WAHID

2024
PENDAHULUAN

Dalam menjalani kehidupan sehari-hari tentunya kita tidak pernah terlepas dari suatu
permasalahan yang muncul dalam kehidupan ini. Permasalahan itu bisa meliputi dari masalah
pribadi maupun masalah bersama. Oleh karena itu bimbingan konseling ini sangat dibutuhkan
bagi setiap orang dari kalangan anak-anak, remaja, bahkan samapai dewasa baik di
lingkungan sekolah, keluarga, dan lingkungan masyarakat supaya orang tersebut bisa
menghadapi dan menyelesaikan permaslahan yang terjadi dalam kehidupan mereka. Karena
tidak semua orang bisa menyelesaikan masalahnya sendiri, terkadang mereka ada yang
kesulitan dan memerlukan bantuan maupun arahan dari orang lain agar mereka bisa
menemukan bagaimana cara penyelesaiannya.

Dalam hal ini kegiatan bimbingan konseling juga harus selalu ditingkatkan agar
tercapainya tujuan mereka dalam memberikan bimbingan kepada klien. Orang yang bertugas
dalam memberikan bimbingan dan arahan biasa disebut sebagai konselor. Sebagai konselor
mereka harus memiliki kualifikasi akademik yang sesuai dengan bidangnya. Mereka juga
pasti harus memiliki kualitas. Kualitas atau kriteria yang harus dimiliki konselor meliputi
pribadi, pengetahuan, wawasan, keterampilan, dan nilai-nilai yang dimilikinya. Karena itu
semua akan memudahkannya dalam menjalankan proses konseling sehingga bisa mencapai
tujuan yang efektif. Konselor juga akan memiliki tanggung jawab masing-masing yang harus
dilaksanakan. Oleh karena itu, dalam upaya memberikan pemahaman tentang tanggung jawab
dan kulifikasi konselor, melalui tulisan ini akan di paparkan tentang beberapa yang menjadi
tanggung jawab dan kulifikasi konselor yang bisa menjadi pijakan dalam setiap gerak
langkah konselor dalam bimbingan dan konseling.

PEMBAHASAN

A. Tanggung Jawab Konselor


Bertanggung jawab adalah kesadaran manusia terhadap perilaku atau sikap baik
secara sadar maupun tidak sadar. Sedangkan menurut Eva, bertanggung jawab berarti
melakukan sesuatu sebagai bentuk kesadaran terhadap kewajibannya. Ludmila menyebut
Tanggung jawab sebagai ciri kepribadian yang tercermin dalam kesadaran dan
pengalaman emosional yang dibutuhkan melakukan pekerjaan yang penting bagi semua
orang serta dalam kesiapan untuk mewujudkan tingkah laku yang bertanggung jawab.
Tanggung jawab dianggap sebagai kualitas individu, yang tercermin dalam realisasi dan
emosional pengalaman yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan penting bagi semua

1
orang, dan juga kesiapan seseorang untuk menyadari perilaku bertanggung jawab. (Pahri,
2020)
Bertanggungjawab adalah kewajiban, memikul jawab, semuanya sesuatunya, atau
memberikan jawaban dan penurut akibatnya. Tanggungjawab juga berarti sebagai
perwujudan kesadaran terkait kewajiban. Seseorang mau bertanggungjawab karena ada
kesadaran atau keinsafan atau pengertian atas segala perbuatan dan akibatnya. Timbulnya
tanggungjawab itu karena manusia itu hidup bermasyarakat dan hidup dalam lingkungan
alam. Tanggungjawab itupun kodrati, sudah menjadi bagian kehidupan manusia, yang
setiap manusia pasti dibebani dengan tanggungjawab. Bila tidak mau bertanggungjawab,
maka akan ada pihak lain yang harus tanggungjawab itu. Sedangkan menurut Hossein,
esensi tanggung jawab ketika semua anggota dalam sebuah kelompok atau masyarakat
berpartisipasi dalam mengambil tindakan yang proporsional sesuai kewajiban dimana
seseorang berada. (Khajehpour, Hossein. dkk, 2017)
Tanggung jawab konselor dalam proses konseling adalah mendorong untuk
mengembangkan potensi klien, agar dia mampu bekerja efektif, produktif, dan menjadi
manusia mandiri. Disamping itu, tujuan konseling adalah agar klien mencapai kehidupan
berdaya guna untuk keluarga, masyarakat dan bangsanya. Satu hal yang penting lagi dari
tujuan konseling adalah agar meningkatkan keimanan dan ketaqwaan klien. Sehingga
klien menjadi manusia yang seimbang antara pengembangan intelektual, sosial-
emosional, dan moralreligius. (Sofyan, 2014)
Pengembangan potensi intelektual menunjang tumbuhnya kreativitas dan
produktivitas. Perkembangan sosial berorientasi kepada pengembangan relationship with
other, yaitu agar klien mampu menjalin hubungan yang harmonis dengan orang lain di
keluarga, sekolah, tempat pekerjaan, dan masyarakat. Sedangkan perkembangan
emosional bertujuan agar terbentuk emosi yang stabil, dan sikap mental yang positif
terhadap diri dan dunia luar. (Sofyan,2014)
Jenis tanggung jawab terdiri dari Vertikal, Horizontal dan Personal. Tanggung
jawab secara vertikal terkait hubungan manusia dengan Tuhan-Nya. Manusia yang
beragama memiliki tanggung jawab kepada Tuhan-Nya, tanggung jawab dalam bentuk
ibadah. Secara Horizontal, manusia memiliki tanggung jawab kepada sesama manusia
lainnya, seperti tanggung jawab menjaga hak asasi manusia dan menjaga alam
sekitarnya. Sedangkan tanggung jawab personal menyangkut substansi dirinya sebagai
manusia yang memiliki hak dan kewajiban. Lenk (1992) menyampaikan bahwa model
tanggung jawab terdiri dari enam komponen, yakni (1) subjek tanggung jawab (siapa

2
yang bertanggung jawab), (2) objek tanggung jawab (untuk apa), (3) penerima tanggung
jawab (untuk / kepada siapa), (4) contoh juri atau sanksi, (5) kriteria tanggung jawab
preskriptif / normatif, dan (6) wilayah tanggung jawab dan tindakan. (Zaprulkhan, 2016).
Adapun macam-macam tanggung jawab konselor, Flanagan dan
McGraw (1961) mengusulkan bahwa prinsip-prinsip yang mengatur perilaku konselor
dapat diklasifikasikanke dalam lima kategori.
1. Tanggung Jawab Konselor kepada Dirinya Sendiri.
a) Anda dapat mengontrol emosi Anda dalam situasi apa pun, di mana pun
b) Anda dapat mengembangkan potensi positif
c) Sebagai orang yang menjalani kehidupan spiritual, moral, sosial
dan pribadi dalammasyarakat, saya mampu menerapkan pandangan
positif dan dinamis tentang diri saya.
2. Tanggung Jawab Konselor terhadap Konselingnya
a) Evaluasi dan pelihara potensi positif dari konseling
b) Mempertimbangkan kepentingan publik, terutama konseling
c) Menjaga harkat dan martabat manusia berdasarkan hak asasi manusia
d) Bersikap toleran terhadap masalah konseling
3. Tanggung Jawab Konselor terhadap Administrasi Sekolah dan Staf
a) Memahami prinsip, tujuan, organisasi dan peran pemangku kepentingan
lainnya (guru,guru kelas, pemimpin sekolah/madrasah di tempat kerja).
b) Mengkomunikasikan prinsip, tujuan, dan kegiatan layanan
bimbingan dan konselingkepada pemangku kepentingan lain di tempat
kerja
c) Kerjasama dengan pemangku kepentingan tempat kerja seperti guru, orang
tua dan stafadministrasi.
4. Tanggung Jawab Konselor terhadap Masyarakat
a) Bersedia membantu anggota masyarakat dalam menangani masalah
kehidupan di bidangsosial, pribadi dan profesional, sebagaimana mestinya
b) Bersedia menggunakan keterampilan dan kemampuan saya untuk
memecahkan masalahyang dihadapi kelompok masyarakat setempat.
5. Tanggung Jawab Konselor terhadap Profesinya
a) Memahami dasar, tujuan, dan AD/ART organisasi profesi konseling, serta
memberikan konseling untuk pengembangan diri dan pengembangan
profesional.

3
b) Mematuhi etika profesi dalam bimbingan dan konseling.
B. Kualifikasi KOnselor yang efektif
Kualifikasi konselor merupakan suatu kriteria yang meliputi segala aspek
kepribadian yang penting dan menjadi penentu efektif atau tidaknya konselor bila
dibandingkan dengan pendidikan dan latihan yang sudah pernah ia dapatkan. Aspek-
aspek yang berkaitan dengan kualifikasi konselor dalam menentukan keefektifan
konseling diantaranya (Siti Haulah, dkk, 2018):
1. Terlebih dahulu konselor harus mempunyai pengetahuan mengenai diri sendiri
(self-knowledge). Kemudian diaplikasikan pada konseli mulai dari apa saja yang
akan dilakukan, kemudian mengapa ia harus melakukan hal tersebut, dan
masalah-masalah yang dihadapi konseli dalam proses konseling. Konselor yang
mempunyai pengetahuan self knowledge akan mempunyai karakteristik seperti
berikut:
a) Menyadari dirinya sebagai konselor yang memiliki kedudukan penting
dan dibutuhkan karena memiliki kelebihan di bidang bimbingan dan
konseling.
b) Peka terhadap perasaan yakni perasaan takut, bersalah, marah dan lain-
lain. Seorang konselor juga harus bisa mengendalikan perasaannya selama
proses konseling berlangsung.
c) Sadar akan kelebihan dan kekurangan diri.
2. Seorang konselor mempunyai kompetensi untuk membantu konseling
memecahkan permasalahan yang dimilikinya. Kompetensi pada diri konselor ini
penting, sebab konseling yang datang untuk konseling ingin belajar dan
mengembangkan kompetensi yang dibutuhkan untuk mencapai hidup yang lebih
baik.
Dalam penataan pendidikan profesional konselor dan layanan BK dalam jalur
pendidikan formal, dinyatakan bahwa kompetensi yang harus dimiliki konselor di
Indonesia meliputi empat aspek antara lain: pedagogik, pribadi, sosial dan
profesional. Kompetensi tersebut dijabarkan lagi dalam sub kompetensi, pertama
yaitu kompetensi akademik yang mana seorang konselor harus bisa mengenal
secara mendalam konseli-konseli yang akan dilayani, menguasai macam-macam
teori dan prosedural termasuk teknologi yang digunakan dalam bimbingan dan
konseling. Yang kedua yaitu kompetensi profesional yakni konselor melakukan

4
bimbingan dan konseling yang memandirikan, mengembangkan pribadi, serta
profesional cara berkelanjutan.
3. Konselor harus lebih sehat psikisnya daripada konseling.
4. Karakter dapat dipercaya. Seorang konselor dianggap oleh konseling bukan
sebagai suatu ancaman melainkan malah sebagai pihak yang dapat memberikan
rasa aman. Konselor yang mempunyai karakter dapat dipercaya memiliki kualitas
seperti berikut:
a) Dapat dipercaya dan konsisten dalam menepati janji.
b) Dapat menjamin kerahasiaan konseling, sehingga konseling tidak merasa
menyesal telah membuka rahasia dirinya.
c) Bertanggung jawab terhadap semua perkataannya dalam konseling
sehingga si konseli merasa mendapatkan lingkungan yang memotivasi.
5. Kejujuran dan keterbukaan dua hal tersebut akan memudahkan konselor dan
konselingnya dalam berinteraksi dan menciptakan suasana keakraban psikologis.
Konselor yang jujur memiliki karakteristik:
a) Memiliki kongruensi, maksudnya disini seorang konselor mempunyai
kesesuaian antara kualitas diri yang aktual dengan penilaian publik
terhadap dirinya.
b) Punya pemahaman terhadap makna kejujuran itu sendiri.
6. Konselor harus mempunyai kekuatan dan keberanian untuk melakukan apa yang
telah dikatakannya sehingga dengan kekuatan tersebut nantinya akan membantu
konselor dalam proses konseling. Konselor sebagaimana yang telah disebutkan di
atas mempunyai kualifikasi sebagai berikut:
a) Menetapkan batasan dan mematuhinya agar bisa melakukan proses
konseling secara efektif dan efisien
b) Fleksibel dalam melakukan pendekatan pada saat proses konseling
c) Bisa mengendalikan emosi sehingga tidak terbawa emosi pada saat proses
konseling.
7. Seorang konselor harus mampu menciptakan suasana hangat ketika berinteraksi
dengan konseli. Hal tersebut bisa diupayakan dengan cara memperhatikan cara
berkomunikasi seperti ekspresi mata, mimik wajah, tekanan suara sampai isyarat
tubuh. Dalam proses konseling, suasana hangat sangatlah dibutuhkan guna
mencairkan suasana dan mengajak konseling untuk berbagi pengalaman
emosional.

5
8. Seorang konselor juga dikategorikan sebagai pendengar aktif. Konselor yang
mampu menjadi pendengar yang baik mempunyai kualifikasi sebagai berikut:
a) Bisa beradaptasi pada orang yang bukan dari kalangannya sendiri dan
mampu berbagi ide, perasaan dan masalah yang sebenarnya bukan
merupakan masalah.
b) Memperlakukan konseling dengan cara-cara yang dapat membangkitkan
respon yang bermakna.
9. Seorang konselor harus mempunyai kesabaran dalam artian dapat membiarkan
suasana berkembang secara alami tanpa mencampurkan gagasan atau perasaan
pribadi. Konselor juga tidak dapat memaksa atau mempercepat pertumbuhan
psikologis konseling. Konselor yang sabar lebih memperhatikan diri daripada
hasilnya serta cenderung tidak tergesa-gesa (Hidayat R, 2013).
10. Seorang konselor dituntut untuk peka akan dinamika atau perubahan yang
ditimbulkan dalam diri konseling. Sehingga dalam prosesnya seorang konseling
akan tahu kapan di mana dan berapa lama kira-kira si konseli akan melakukan
proses konseling dan konselor juga dapat mengajukan pernyataan untuk menggali
informasi dari si konseli yang mana informasi tersebut dipandang mengancam
oleh konseling sehingga harus ditanyakan oleh konselor dengan cara yang arif.
11. Seorang konselor harus menghargai kebebasan dalam proses konseling.
12. Seorang konselor harus mempunyai kesadaran yang holistik di mana Iya
mendekati konseli dengan tidak hanya meneropong dari satu aspek teori saja.
13. Kearifan.
Berkaitan dengan hal tersebut Wilis menyimpulkan karakteristik seorang konselor
khususnya di Indonesia sebagai berikut:
1. Beriman dan bertakwa
2. Suka kepada manusia
3. Komunikator yang terampil
4. Mempunyai pengetahuan dan wawasan tentang manusia dan sosial budaya
5. Fleksibel, tenang dan sabar
6. Menguasai keterampilan teknik dan memiliki intuisi
7. Memahami etika profesi
8. Respect, jujur, asli, menghargai tidak menilai
9. Empati, memahami, menerima, hangat, dan bersahabat
10. Fasilitator dan motivator

6
11. Emosi tampil, pikiran jernih, cepat dan mampu
12. Objektif, rasional, logis, dan mampu
13. Konsisten dan bertanggung jawab
Dalam Permendikas No. 27 Tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik
dan Kompetensi Konselor, disebutkan kompetensi akademik dan profesional sebagai satu
kesatuan yang harus terintegrasi untuk membangun keutuhan kompetensi pedagogik,
kepribadian, sosial, dan profesional. Dalam apek kompetensi kepribadian meliputi:
1. Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
2. Menghargai dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, individualitas,
dan kebebasan memilih
3. Menunjukkan integritas dan stabilitas kepribadian yang kuat
4. Menampilkan kinerja berkualitas tinggi.
Kualitas dan kepribadian seorang konselor ini akan dapat dirasakan terutama
pada saat proses konseling yang dilakukan antara dirinya dengan konseli. Maka untuk
itu, konselor dituntut untuk terus mengasah kemampuan dirinya sehingga bisa menyadari
bahwa dirinya merupakan seorang helper, yang mana hal tersebut bisa diupayakan
dengan melalui jalur formal (Amalia, 2016).

7
KESIMPULAN

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa di dalam kegiatan bimbingan


konseling harus selalu ditingkatkan agar tercapainya tujuan mereka dalam memberikan
bimbingan kepada klien. Dalam hal itu, orang yang bertugas dalam memberikan
bimbingan dan arahan biasa disebut sebagai konselor. Sebagai konselor mereka harus
memiliki kualitas dan kualifikasi akademik yang sesuai dengan bidangnya. Karena itu
semua akan memudahkannya dalam menjalankan proses konseling sehingga bisa
mencapai tujuan yang efektif. Konselor juga akan memiliki tanggung jawab masing-
masing yang harus dilaksanakan.
Tanggung jawab konselor dalam proses konseling adalah mendorong untuk
mengembangkan potensi klien, agar dia mampu bekerja efektif, produktif, dan menjadi
manusia mandiri. Adapun macam-macam tanggung jawab konselor, yang
sebagaimana sudah di klasifikasikan oleh Flanagan dan McGraw ke dalam lima
kategori; tanggung jawab kepada dirinya sendiri; tanggung jawab terhadap konselingnya;
tanggung jawab terhadap administrasi sekolah dan staf; tanggung jawab terhadap
Masyarakat; dan tangung jawab terhadap profesinya.
Tidak hanya tanggung jawab, seorang konselor juga harus memiliki kulifikasi
tersendiri diantaranya; harus mempunyai pengetahuan mengenai diri sendiri, mempunyai
kompetensi untik membantu konseling memecahkan permasalahannya; harus lebih sehat
psikisnya daripada konseling; memiliki karakter yang dapat dipercaya; kejujuran dan
keterbukaan; mempunyai kekuatan dan keberanian; mampu menciptakan suasana hangat
ketika berinteraksi dengan konseling; menjadi pendengar yang aktif; mempunyai
kesabaran; dituntut untuk peka; harus menghargai kebebasan; harus mempunyai
kesadaran yang holistik; dan kearifan.
Kualitas dan kepribadian seorang konselor ini akan dapat dirasakan terutama
pada saat proses konseling yang dilakukan antara dirinya dengan konseling. Maka untuk
itu, konselor dituntut untuk terus mengasah kemampuan dirinya sehingga bisa menyadari
bahwa dirinya merupakan seorang helper, yang mana hal tersebut bisa diupayakan
dengan melalui jalur formal.

8
DAFTAR PUSTAKA

Batas dan Tanggung Jawab dalam Proses Konseling, Universitas Negeri Surabaya,
https://www.studocu.com/id/document/universitas-negeri-surabaya/layanan-
bimbingan-dan-konseling/batasan-dan-tanggung-jawab-dalam-konseling/42913026,
diakses 23 Maret 2024, 21.11, 10-11.
Haolah, S., Atus, A., & Irmayanti, R. (2018). Pentingnya kualitas pribadi konselor dalam
pelaksanaan konseling individual. FOKUS (Kajian Bimbingan & Konseling Dalam
Pendidikan), 1(6), 215-226.

Hidayat, R. (2013). Persepsi Siswa Tentang Pribadi Konselor Yang Diharapkan Siswadi Smp
Negeri 2 Tersono Tahun Ajaran 2013/2014. Universitas Negeri Semarang.

Khajehpour, Hossein. dkk, (2017). Environmental responsibility accounting in complex


energy systems, Journal of Cleaner Production, doi: 10.1016/j.jclepro.2017.08.013.
MA’RIFATIN, I. K. PENINGKATAN KUALITAS PRIBADI KONSELOR SEBAGAI
UPAYAMENYIKAPI INTOLERANSI BUDAYA DI INDONESIA.

Pahri Siregar , (2020). Tanggung Jawab Konselor dalam Perspektif Fenomenologis, AL-
IRSYAD: Jurnal Bimbingan Konseling Islam, Volume 2 Nomor 1.
Putri, A. (2016). Pentingnya kualitas pribadi konselor dalam konseling untuk membangun
hubungan antar konselor dan konseli. Jurnal Bimbingan Konseling Indonesia, 1(1),
10-13.

Sofyan S. Willis, (2014). Konseling Individual Teori dan Praktek, (Bandung: Alfabeta), 159.
Willis, S. S. (2017). Konseling individual, teori dan praktek.

Zaprulkhan, (2016). Filsafat Ilmu Sebuah Analisis Kontemporer, Jakarta: Rajagrafindo


Persada.

Anda mungkin juga menyukai