Anda di halaman 1dari 7

Kepribadian Konselor Efektif

Nursyamsi
nursyamsi2015@gmail.com
UIN Imam Bonjol Padang

ABSTRAK: Konseling suatu profesi penolong, para anggota profesi ini memiliki
pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh melalui pendidikan untuk bekerja sebagai
konselor tentu harus memiliki kualitas dan keterampilan yang bagus, agar dapat bekerja
secara professional. Salah satu kualitas konselor tersebut adalah kepribadiannya, yang terlihat
dari sikap dan perilakunya dalam hubungan konseling. Adapun sikap konselor tersebut
seperti: ramah, hangat, bersahabat, kreatif, terbuka berpenampilan menarik, cerdas, mandiri,
stabil emosinya, dan sabar. Faktor lain dalam proses konseling yang efektif, juga dapat
ditentukan oleh kualitas hubungan antara konselor dengan konseli. C. Rogers menyatakan
bahwa kualitas yang diperlukan konselor agar proses konseling berjalan secara efektif adalah,
memiliki kualitas kongruen, empati, dan positive regard.

Kata Kunci: Kepribadian, Konselor


Memiliki kepribadian yang matang dan
A. Pendahuluan stabil, (f) Arif dan bijaksana, (g) Punya
Kepribadian konselor keberanian, (h) Memiliki intelegensi
merupakan faktor terpenting dalam yang cukup tinggi, (i) Mampu menalar
konseling, karena konseling sebagai dengan baik, (j) Punya gagasan yang
profesi penolong (helping profession). bermanfaat.
Profesi penolong adalah profesi yang Kepribadian seorang konselor
anggotanya dilatih khusus dan merupakan faktor penting dalam
memiliki sertifikat untuk melakukan konseling, karena kepribadian konselor
layanan unik baik di sekolah maupun merupakan titik tumpu yang berfungsi
di masyarakat. Profesi penolong tidak sebagai penyeimbang atara
hanya konseling, tetapi juga pengetahuan dan keterampilan dalam
kedokteran, hukum, guru, psikolog dan konseling. Kepribadian konselor
pekerja sosial. Akar dari setiap profesi merupakan kunci yang berpengaruh
ini didasari oleh pemahaman tentang dalam bimbingan konseling (M. Surya,
hakikat manusia dan masyarakat 2003:62). Konselor juga harus
(Gibson & Mitchell, 2011: 43). memiliki sikap dan perilaku yang
Konselor harus peduli pada menarik dan menyenangkan bagi orang
kepentingan orang lain (altruistic) dan lain seperti: ramah, penuh perhatian
tidak mudah marah atau frustasi, serta terhadap konseli, menyenangkan tutur
mempunyai karakteristik hangat, katanya, punya percaya diri yang
bersahabat, terbuka, peka, sabar, dan tinggi, mampu menghargai konseli,
kreatif (Gladding, 2012: 62). Berkaitan yang beragam karakternya, dan ikhlas
dengan kepribadian konselor, Prayitno dalam bekerja, serta penampilan
yang dikutip Sukardi (1984: 30-31), menarik.
menyatakan bahwa ada sepuluh kriteria Sebagai konselor bekerja
kepribadian yang harus dimiliki oleh membantuk menyelesaikan persoalan-
konselor sebagai berikut: (a) Bersikap persoalan konseli, tentu harus ada
dan berperilaku yang dapat dicontoh, pendidikan khusus untuk memperoleh
(b) Emosi yang stabil, (c) Mandiri, keahlian di bidang konseling yang
(d) Kualitas kemandirian konselor, (e) dituntu pada profesi ini. Untuk itu ada
1
beberapa persyaratan yang diperlukan 2. Mampu mendengarkan suka duka
bagi konselor dalam bekerja, di orang lain
antaranya berkaitan dengan pribadi 3. Dapat menikmati percakapan yang
konselor. Abu Bakar Baraja (2008:64- berlangsung
65) menjelaskan tentang persyaratan 4. Kemampuan berempati pada orang
menjadi konselor, terutama yang lain
berkaitan dengan pribadi konselor itu 5. Mampu menata emosi diri
sendiri di antaranya adalah sebagai 6. Mampu mengintrospeksi diri
berikut: (a) Cerdas, memiliki 7. Mampu mendahulukan kepentingan
pengetahuan dan berakhlak baik, (b) orang lain
Tampil segar, nyaman dan rileks, (c) 8. Mampu mempertahankan
Mampu memberikan perhatian pada keakraban dengan orang lain
konseli, (d) Mengerti orang lain serta 9. Mampu menjaga jarak tertentu
memahaminya, (e) Memiliki rasa 10. Mampu melihat kualitas pahit
humor, riang, gembira, sehingga manis dari peristiwa kehidupan dan
konselor menyenangkan bagi konseli, sisi humor di dalamnya (Samuel T.
(f) Memiliki rasa toleransi yang baik, Gladding, 2012: 40)
(g) Mampu bergaul dengan baik, tidak
membeda-bedakan orang, (h) Mampu Konselor yang efektif mampu
bekerja sama dengan orang lain dalam mengintegrasikan keterampilan dan
bekerja, (i) Mampu menata dan pengetahuan ilmiah ke dalam
mengelola emosi sendiri. Kepribadian kehidupan mereka, agar mereka
konselo salah satu faktor penentu mampu mencapai keseimbangan
keberhasilannya dalam menyelesaikan interpersonaldan kompetensi teknis.
persoalan-persoalan konseli. Kualitas kepribadian yang lain perlu
Dari penjelasan-penjelasan juga dikembangka oleh konselor, agar
tersebut dapat dipahami bahwa ada dia lebih mapan dalam profesinya.
persyaratan yang harus dimiliki Aspek-aspek tersebut adalah
konselor, terutama aspek sebagaimana dikemukakan Commier &
kepribadiannya dalam bekerja sebagai Cornier (Gladding, 2012) sebagai
profesi penolong. Disamping berikut:
persyaratan lain seperti: ilmu dan 1. Kompetensi intelektual,
keterampilan (skill) kemampuan kemampuan untuk belajar dan
seseorang untuk melakukan suatu berfikir cepat dan kreatif
pekerjaan secara tepat, artinya konselor 2. Memiliki energy, ketahanan fisik
harus menguasai konsep dan teori-teori dan psikis
bimbingan dan konseling serta 3. Keluasan, kemampuan beradaptasi
pengalaman praktek. dengan klien
Konselor yang baik, adalah 4. Dukungan, kemampuan mendorong
konselor yang efektif, yang memahami konsili mengambil keputusna yang
dirinya serta konseli, memahami proses efektif
konseling maksud dan tujuannya. Ada 5. Niat baik, niat untuk membantu
beberapa aspek yang perlu di miliki konseli untuk mendirikan mereka
oleh konselor, terutama yang berkaitan 6. Kesadaran diri, memahami diri
dengan aspek pribadi yang membuat sendiri sikap, perasaan, perilaku,
dia cocok bekerja sebagai konselor. dan nilai dan faktor lain yang saling
Adapun di antara aspek-aspek tersebut mempengaruhi.
adalah:
1. Keingin tahuan dan kepedulian Berbicara aspek yang harus
terhadap manusia dimiliki oleh konselor dalam bekerja
2
membantu orang lain dalam konseling, memberikan penilaian (non-
di antaranya adalah kualitas judgmental). Artinya konselor tidak
kepribadian. Konselor yang profesi menilai, menghakimi, menyalahkan
anak juga memiliki karakteristik dan menjelekkan tingkah laku konseli,
pribadi yang hangat mudah tersenyum, walaupun tingkah laku itu tidak sesuai
ramah, terbuka, bersahabat, kreatif, dan dengan aturan masyarakat. Sikap ini
sabar, serta menjaga kesehatan fisik tidak mudah dicapai oleh konselor,
dan psikis. untuk itu diperlukan pengalaman,
kesabaran, pemahaman diri sendiri
B. Pembahasan terlebih dahulu.
Terkait dengan kepribadian
konselor, pada dasarnya kesuksesan 3. Empati
proses konseling erat kaitannya dengan Empati secara umum, sikap
kualitas pribadi konselor. Kepribadian atau perasann seseorang terhadap
konselor merupakan salah satu aspek penderitaan orang lain, dalam
penting dalam menciptakan bentuk realisasi, dan pengertian
perubahansikap dan perilaku konseling, terhadap perasaan, kebutuhan dan
disbanding kemampuan menguasai penderitaan pribadi lain. Rogers
teori dan praktek, pendidikan konselor (Taufik, 2012: 40) menjelaskan
belum tentu mampu memperubah bahwa empati adalah sikap dalam
karakteristik konseli. Artinya syarat memaknai orang lain, mampu
utama seorang konselor adalah kualitas merasakan dan mengalami
kepribadiannya,disamping sebagaimana yang dirasakan orang
pendidikannya. lain itu, tetapi tanpa kehilangan
Aspek kunci lain dalam proses identitas dirinya sendiri. Dapat
konseling yang efektif adalah dipahami tentang empati tersebut
hubungan konseling, yaitu kualitas adalah sikap (attitude0 yang
hubungan konselor dengan konseli. mampu memahami kondisi yang
Carl Rogers (Sukartini, 2010: 21) sedang dialami orang lain, tetapi
menjelaskan tiga kualitas utama kita tidak terhanyut dengan kondisi
konselor agar konseling efektif yaitu: tersebut, tetap mampu
1. Kongruensi mengendalikan emosi kita. Empati
Kongruen adalah suatu sebagai aspek afektif merupakan
tingkah laku yang sesuai dengan kemampuan yang dapat merasakan
citra diri sendiri, konselor yang pengalaman emosional pada orang
memiliki kualitas kongruen, adalah lain. Kesulitan-kesulitan orang lain
konselor dalam sikap dan diimajinasikan seakan-akan dialami
perilakunya menunjukkan keaslian, oleh diri sendiri Colley (Taufik,
baik secara pribadi maupun 2012: 51).
professional. Konselor tidak Konselor harus peka
berpura-pura menutupi kekurangan terhadap konseli agar dapat
dirinya. memahami kondisinya. Agar lebih
efektif dalam melakukan empati
2. Perhatian positif tanpa syarat pada kepada konseli, pada saat
konseli mendengarkan apa yang dikatakan
Kualitas kedua ini adalah konseli, sebaiknya konselor
dimana konselor memberikan perhatian melakukan hak-hak berikut: (a)
yang positif tanpa syarat. Konselor Memperhatikan konseli sebagai
dapat menerima konseli dengan segala manusia, bukan sebagai obyek, (b)
kekurangan dankelebihannya, tanpa Pusatkan perhatian untuk
3
memahami pesan-pesan verbal dan
non verbal, (c) Pergunakan isyarat Dari pendapat para ahli
perilaku konseli untuk memastikan tersebut yang menyatakan bahwa
keadaan emosionalnya, (d) Coba persoalan kepribadian konselor
merasakan apa yang dirasakan merupakan sesuatu yang krusial
konseli, (e) Coba membayangkan dalam layananonseling. Konselor
bagaimana perasaan kita, jika harus lebih memperhatikan
berada pada sitruasi yang sama, (f) kepribadiannya selalu menambah
Biarkan diri kita mengalami wawasan dan memperbaiki diri,
perasaan sedih, prihatin, menyesal berwajah ramah, murah senyum,
seperti apa yang dialami orang lain. ketulusan hati, kelapangan dada,
(Enjang, 2009: 85). Dapat dipahami serta kesabaran menghadapi tugas
bahwa empati merupakan suatu sebagai profesi penolong (helping
istilah yang dapat digunakan untuk professional). Artinya konselor
pertemuan, pengaruh dan interaksi dalam bekerja membantu konseli
di antara kepribadian-kepribadian. memberikan solusi dari masalah
Empati makna dari kata yang dihadapinya. Holland
³HLQIXO\LQJ´ yang biasa digunakan (Gladding, 2012: 41) menyatakan
oleh psikolog Jerman. Secara bahwa beberapa tipe kepribadian
KDUILDK EHUDUWL ³PHUDVDNDQ NH spesifik berperan dengan baik pada
GDODP´ 'DODP SURVHV HPSDWL \DQJ lingkungan kerja tertentu.
mendalam dan misterius inilah Lingkungan dimana konselor dapat
berlangsung proses pengertian, bekerja dengan baik. Biasanya
pengaruh dan bentuk hubungan berorientasi sosialdan masalah.
antar pribadi. Yang penting Dalam hal ini konselor perlu
lainnya. Empati merupakan proses memiliki keterampilan membangun
kunci menuju konseling efektif hubungan internasional dan
(Roppo May, 1997: 72). kreativitas. Serangkaian sesuai
Alfred Adler (Rollo May, kepribadian konselor dengan
1997: 76) mengemukakan bahwa lingkungannya, serangkaian efektif
empati merupakan salah satu fungsi kerja mereka.
kratif dalam kepribadian, Kepribadian konselor
sebagaimana dijelaskannya bahwa: merupakan factor penting dalam
³(PSDWL WHUMDGL SDGD VDat seorang proses konseling, karena ini
manusia berbicara (satu sama lain). merupakan dasar kesuksesan dia
Tidak memungkinkan untuk dalam membantu menyelesaikan
memahami individu lain jika tidak masalah-masalah dalam konseling,
memungkinkan pula untuk disamping didukung oleh keilmuan,
mengidentifikasikan diri dengan pengalaman dan pendekatan yang
lawan bicara. Jika kita mencari digunakan konselor. Keefektifan
asal-usul kemampuan untuk kepribadian konselor dapat
bertindak dan merasa seolah diri dikembangkan terus menerus
kita ini orang lain ini, kita dapat melalui pendidikan dan pelatihan,
menemukannya dalam keberadaan sehingga dia mampu memahami
perasaan social bawaan pada dirinya sendiri.
kenyataannya, ini merupakan Untuk mencapai kualitas
refleksi dari keterkaitan kepribadian, ada bebeapa factor
keseluruhan yang ada dalam diri lain yang dapat membantu
kita, karakteristik yang tak dapat meningkatkan kualitas kepribadian
GLODNXNDQ VHEDJDL PDQXVLD ´ konselor antara lain adalah:
4
Pertama, konselor harus Kedelapan, pendengaran
mampu terlebih dahulu memahami yang aktif, artinya konselor harus
dirinya sendiri, kelebihan dan memiliki kualitas pendengaran
kekurangannya,serta kebutuhannya, yang baik, hal ini menunjukkan
dan perasaanya, juga kepekaan bahwa konselor memberikan
terhadap diri sendiri. perhatian kepada konseli. Dimana
Kedua, konselor harus konseli yang dating untuk
memiliki kompetensi artinya konseling merupakan orang-orang
konselor harus memiliki kualitas yang sedang bermasalah, dia
diri yang baik, seprti: kesehatan membutuhkan gagasan-gagasan
yang prima, kecerdasan intelektual, baru dari konselor, untuk mencari
kestabilan emosi, social, memiliki solusi yang tepat bagi dirinya, dan
moral yang tinggi. Kualitas pribadi konselor membantu konseli untuk
dan keprofesionalan konselor mencapai apa yang dia harapkan.
penting dalam bekerja untuk Kesembilan, kesabaran,
membantu orang lain. dalam proses konseing, konselor
Ketiga kesehatan psikologis sebaiknya mampu menciptakan
yang baik, artinya konselor mampu situasi secara alami dengan konseli
menata dirinya, menciptakan dalam memberikan arahan-arahan
kenyamanan diri, memenuhi serta bimbingan, sehingga tercipta
kebutuhan diri, dan dapat kondisi yang kondusif.
beradaptasi dalam bekerja. Kesepuluh, kepekaan,
Keempat, dapat dipercaya, artinya konselor dalam proses
artinya konselor dalam bekerja konseling harus peka terhadap apa
hati-hati dan memegang teguh etika yang sedang di hadapi konseli,
profesi, agar konseli tidak kecewa, orang yang berkonsultasi dengan
konsisten dalam bekerja, serta konselor yang mempunyai
bertanggung jawab. sensitivitas dia akan merasakan
Kelima, kejujuran, artinya lebih percaya diri.
konselor dalam bersikap sesuai Sebelas, keabsahan,
dengan kenyataannya, hal ini dapat kebebasan konselor dalam
memudahkan konselor dan konseli konseling maksudnya adalah agar
berinteraksi dalam proses konseli merasa lebih dekat dengan
konseling, harta menimbulkan konselor, sehingga dia dapat
perasaan nyaman secara psikologis menerima apa yang sedang
bagi diri konseli. dialamninya, dan mampu memilih
Keenam, kekuatan, artinya pikiran yang diinginkan.
seorang konselor harus memiliki Dua belas, kesadaran
kekuatan secara psikologis, agar holistic, artinya konselor mampu
konseli merasa nyaman dalam mendekati konseli dari berbagai
konseling, fleksibel dalam bekerja dimensi, dan bagaimana satu
dan mampu menata emosi diri. dimensi dapat mempengaruhi pada
Ketujuh, kehangatan, dimensi lainnya karena manusia
artinya dalam konseling, konselor menghadapi berbagai masalah
mampu mencairkan suasana dalam hidupnya. Pendekatan
perasaan konseli yang sedang tidak holistic dalam konseling penting,
nyaman, melalui nada suara yang karena tidak bias satu persoalan
hangat, tatapan mata serta mimik dlalam satu dimensi dirujuk pada
wajah yang ditampilkan. dimensi lain, melainkan harus

5
dilihat dalam satu keutuhan (M. yang sedang menghadapi persoalan
Surya, 2008: 171-186) hidup (empathy).
Ada beberapa karakteristik 4. Keaslian kepribadian konselor
yang harus dimiliki oleh konselor tersebut akan terfleksikan terhadap
agar berhasil dalam bekerja sikapnya dalam bekerja seperti:
membantu konseli, di antaranya ramah, hangat, terbuka, sensitive,
adalah menunjukkan sikap yang mudah bergaul, memiliki emosi
hangat, mampu memahami kondisi yang stabil, sabar, dan berakhlak
konseli yang dibantu, menghargai yang baik.
konseli, dan self-revealing, sebagai
kondisi fasilitas yang dapat Konseling sebagai profesi
membantu perubahan yang terjadi karakteristik lain yang harus
pada konseli (J. Murad Usman, dikuasainya adalah terkait bidang
2008: 57) pendidikan yang ditempuhnya,
dankeahlian yang dimiliki. Selanjutnya
C. Kesimpulan menguasai teori-teori dibidang
Konseling sebagai suatu profesi konseling, yang dipelajari secara
dalam bekerja konselor harus formal, artinya melalui pendidikan dan
professional, untuk konselor ada pelatihan yang dilalu secara khusus.
beberapa kualitas dan kompetensi yang
harus dikuasainya dalam bekerja.
Adapun kompetensi-kompetensi D. DAFTAR PUSTAKA
tersebut adalah: Baraja Abu Bakar. (2008). Psikologi
1. Kualitas kepribadian konselor, Konseling dan Teknik Konseling.
yang terlihat dari sikap mereka Jakarta: Studia Press
dalam bekerja di antaranya seperti:
keaslian pribadi yang ditampilkan Hafid Ddi Hardiana dan Rusmana
konselor, apa adanya, tidak dibuat- Nandang Editor. (2008). Percikan
buat. Artinya tampilan sikap dan Pemikiran M. Surya Dalam
tingkah laku yang di dalamnya Bimbingan dan Konseling.
pengalaman diri seseorang sesuai Bandung: UPI Press
dengan citra dirinya, persepsi dia
terhadap dirinya, dan persepsi Gibson, Robert & Mitchell, Marianne H.
orang lain tentang dirinya sesuai (2011). Bimbingan dan Konseling.
(congruence) Yogyakarta: Pustaka Pelajar
2. Mampu menghargai orang lain
dengan segala kelebihan dan Gleadding & Samuel, T. (2012). Konseling
kekurangannya, ini merupakan Profesi Yag Menyeluruh. Jakarta:
sikap dasar konselor menghormati PT. Indeks
konseli sebagai pribadi yang
bermartabat, tanpa membeda- Surya Mohammad. (2003). Psikologi
bedakan seseorang dengan orang Konseling. Jakarta: Pustaka Baim
lain (positive regard). Quraisy
3. Empati, konselor mampu
memahami perasaan, dan Supriatna Mamat, Editor (2011).
penderitaan orang lain, mengerti Bimbingan dan Konseling Berbasis
kondisi psikologis orang. Dalam Kompetensi. Jakarta: Raja Grafindo
konseling konselor mampu Persada
menyertai keranka berfikir konseli

6
Corey. G (2001). Theory And Practice of
Counseling and Psychotherapy
Sixth. Ed. Belmont, CA:
Wadswonth

Anda mungkin juga menyukai