Selain Rogers, beberapa karakteristik pribadi yang harus dimiliki oleh konselor dikemukakan oleh
Brammer (1985), yaitu :
kesadaran akan diri dan nilai-nilai.
Kesadaran akan pengalaman budaya.
Kemampuan menganalisis kemampuan helper sendiri.
Kemampuan sebagai teladan atau model.
Altruisme.
Penghayatan etik yang kuat.
Tanggung jawab
Menurut Surya (2003), ada beberapa karakteristik kualitas kepribadian konselor, tentunya kepribadian
ini terkait dan mendukung keefektifan dalam konseling. Karakteristik itu adalah :
5
Beberapa Sikap Dasar Konselor
Penerimaan Pemahaman
Kesejatian
dan
keterbukaan
1. Penerimaan
Penerimaan mengacu pada kesediaan konselor memiliki penghargaan tanpa menggunakan standar
ukuran atau persyaratan tertentu terhadap individu sebagai manusia atau pribadi secara utuh. Dengan
kata lain, konselor siap menerima klien atau individu yang datang kepadanya untuk konseling tanpa
menilai status, pendidikan, dan sebagainya.
Menurut Brammer, Abrego dan Shostrom (1993) dalam Lesmana (2006) mengemukakan bahwa ada
beberapa asumsi dasar yang melandasi sikap penerimaan ini, yaitu :
a. Individu mempunyai harkat dan martabat yang tak terbatas.
b. Manusia memiliki hak untuk membuat keputusannya sendiri dan untuk menjalani hidupnya sendiri.
c. Orang mempunyai kemampuan dan potensi untuk memilih secara bijaksana dan menjalani hidup yang
teraktualisasi dan bermakna secara sosial.
d. Setiap orang bertanggung jawab untuk hidupnya sendiri.
Dengan demikian jelaslah bahwa seorang konselor harus percaya kliennya mempunyai kemampuan
mengaktualisasikan dirinya, dan bertanggung jawab sendiri untuk dirinya.
2. Pemahaman
Mengacu pada kecenderungan konselor menyelami tingkah laku, pikiran dan perasaan klien sedalam
mungkin dalam dicapai oleh konselor (Mappiare, 2002). Memahami secara empati merupakan cara
seseorang untuk memahami cara pandang dan perasaan orang lain.
Rogers menyebut hal ini sebagai internal frame of reference (Patterson, 1986:384). Artinya, memahami
klien berdasarkan kerangka persepsi dan perasaan klien sendiri. Ada tiga aspek dalam empati menurut
Patterson (1980), yaitu :
a. Keharusan bahwa konselor mendengarkan klien dan mengkomunikasikan persepsinya kepada klien.
b. Ada pengertian atau pemahaman konselor tentang dunia klien.
c. Mengkomunikasikan pemahamannya kepada klien.
Dengan adanya empati klien merasakan bahwa ada orang lain yang mau dan bersedia memahami dirinya
yang sebelumnya tidak ia dapatkan.
3. Kesejatian dan keterbukaan
Kesejatian (authenticity) pada dasarnya merujuk pada keselarasaan atau harmoni yang mesti ada dalam
pikiran dan perasaan konselor dengan apa yang terungkap melalui perbuatan atau ucapan verbalnya. Hal ini
penting dilakukan oleh konselor agar dapat menimbulkan kepercayaan klien.
Menurut Egan (1986) menguraikan hal-hal yang dilaukan dan yang tidak dilakukan oleh konselor untuk
menjadi genuiness, sebagai berikut :
a. Menghindari berlebihan dalam peran.
b. Berlaku spontan, tapi tidak lepas kendali atau sembrono dalam hubungan konseling.
c. Berlaku tegas (asertif).
d. Menghindari sikap defensif.
e. Berlaku konsisten, menghindari pertentangan antara nilai dan perilaku, antara pemikiran dan kata-kata
dalam berinteraksi dengan klien.
f. Berlaku terbuka, mampu melakukan pengungkapan diri, berbagi pengalaman dengan klien.
KETERAMPILAN (KOMPETENSI) DASAR KONSELOR
Kompetensi Pengembangan
Kelincahan Karsa Keakraban
Intelektual Cipta
(Fleksibilitas)
1. Kompetensi Intelektual
Tugas konselor adalah membantu kliennya meningkatkan dirinya secara keseluruhan. Konselor sendiri agar
dapat membantu kliennya, maka ia harus memiliki pengetahuan tentang ilmu perilaku, mengetahui filsafat,
mengetahui lingkungannya.
Selain itu, konselor dituntut untuk memiliki kemampuan berpikir runtun-rapi, dan logis. Hal ini penting agar
konselor dapat berpikir objektif, mempertimbangkan alternatif dan menafsirkan hasil-hasil konseling.
Artinya kemampuan konselor untuk mengubah, memodifikasi dan menetapkan cara-cara yang digunakan.
Dalam artian sifat hubungan dalam konseling, konselor haruslah tidak kaku. Ia harus peka dan tanggap
terhadap perubahan persepsi, sikap, dan ekspektasi klien terhadapnya. Konselor berupaya untuk
beradaptasi dengan situasi yang berikatan dengan konseling.
3. Pengembangan Keakraban
Kesediaan konselor untuk mendengarkan dengan penuh perhatian, terbuka dan penerimaan segala apa yang
mungkin akan diucapkan oleh klien. Dengan kata lain, konselor mendengarkan dengan penuh perhatian,
penerimaan, pemahaman, serta sikap terbuka.
SIKAP-SIKAP YANG PERLU DIHINDARI KONSELOR DALAM HUBUNGAN KONSELING
Sikap acuh
tak acuh
Terus
Tidak sabar
memberi
dan marah
nasehat
Terpengaruh
secara Tidak kreatif
emosional
THANK
YOU