Anda di halaman 1dari 13

DIMENSI PSIKOLOGIS

KONSELOR YANG EFEKTIF


OLEH :
TISYA CANTIKA HUSNA
(21222025)
KARAKTERISTIK DAN KUALITAS KONSELOR
Berkaitan dengan karakteristik yang harus dimiliki oleh seorang yang terlibat dalam hubungan
membantu (helping relationship), maka seorang ahli konseling dan psikoterapis yaitu Rogers
mengemukakan ada tiga karakteristik yaitu congruens, unconditional positive regard dan emphaty
(Lesmana, 2006).

Selain Rogers, beberapa karakteristik pribadi yang harus dimiliki oleh konselor dikemukakan oleh
Brammer (1985), yaitu :
 kesadaran akan diri dan nilai-nilai.
 Kesadaran akan pengalaman budaya.
 Kemampuan menganalisis kemampuan helper sendiri.
 Kemampuan sebagai teladan atau model.
 Altruisme.
 Penghayatan etik yang kuat.
 Tanggung jawab
Menurut Surya (2003), ada beberapa karakteristik kualitas kepribadian konselor, tentunya kepribadian
ini terkait dan mendukung keefektifan dalam konseling. Karakteristik itu adalah :

Pengetahuan Dapat dipercaya


Kesehatan psikologis
mengenai diri Kompetensi
yang baik
sendiri

Kekuatan atau daya Kehangatan Pendengar yang


Kejujuran
aktif

Kesabaran Kepekaan Kebebasan Kesadaran


Berkaitan dengan kemampuan atau kualitas sebagai seorang konselor yang efektif, menurut Eisenberg dan
Delaney (1997) dalam Mappiare (2002) mengemukakan beberapa ciri-ciri konselor efektif sebagai berikut:
 Para helper (konselor) yang efektif sangat terampil mendapatkan keterbukaan.
 Para helper yang efektif membangkitkan rasa percaya, kredibilitas dan keyakinan dari orang-orang
yang mereka bantu.
 Para helper yang efektif mampu menjangkau wawasan luas, seperti halnya mereka mendapatkan
keterbukaan.
 Para helper yang efektif berkomunikasi dengan hati-hati dan menghargai orang yang mereka upayakan
bantu.
 Para helper yang efektif mengakui dan menghargai diri sendiri dan tidak menyalahgunakan orang-orang
yang mereka coba bantu untuk memuaskan kebutuhan pribadi sendiri.
 Para helper yang efektif mempunyai pengetahuan khusus dalam beberapa bidang keahlian yang
mempunyai nilai bagi orang-orang tertentu yang akan dibantu.
 Para helper yang efektif berusaha memahami, bukannya menghakimi tingkah laku orang yang diupayakan
dibantu.
 Para helper yang efektif mampu bernalar secara sistematis dan berpikir dengan pola sistem.
 Para helper yang efektif berpandangan mutakhir dan memiliki wawasan luas terhadap peristiwa-
peristiwa yang berkenaan dengan manusia.
 Para helper yang efektif mampu mengidentifikasi pola tingkah laku yang merusak diri (self defeating)
dan membantu orang lain untuk berubah dari tingkah laku merusak diri ke pola tingkah laku yang secara
pribadi lebih memuaskan.
 Para helper yang benar-benar efektif sangat terampil membantu orang lain melihat diri sendiri dan
merespons secara tidak defensif terhadap pertanyaan “siapakah saya”.
SIKAP DASAR
KONSELOR
Sikap sebagai suatu disposisi tidak tampak nyata, tidak
dapat dilihat langsung. Sebaliknya keterampilan dapat
tampak wujudnya dalam perbuatan. Fungsi keterampilan bagi
konselor adalah suatu upaya untuk merefleksikan sikap-sikap
yang dimilikinya terhadap para klien (Mappiers, 2002).

Sikap dasar merupakan suatu kondisi fasilitatif pada diri


konselor yang dapat membantu terjadinya perubahan pada
diri klien.

5
Beberapa Sikap Dasar Konselor

Penerimaan Pemahaman

Kesejatian
dan
keterbukaan
1. Penerimaan

Penerimaan mengacu pada kesediaan konselor memiliki penghargaan tanpa menggunakan standar
ukuran atau persyaratan tertentu terhadap individu sebagai manusia atau pribadi secara utuh. Dengan
kata lain, konselor siap menerima klien atau individu yang datang kepadanya untuk konseling tanpa
menilai status, pendidikan, dan sebagainya.

Menurut Brammer, Abrego dan Shostrom (1993) dalam Lesmana (2006) mengemukakan bahwa ada
beberapa asumsi dasar yang melandasi sikap penerimaan ini, yaitu :
a. Individu mempunyai harkat dan martabat yang tak terbatas.
b. Manusia memiliki hak untuk membuat keputusannya sendiri dan untuk menjalani hidupnya sendiri.
c. Orang mempunyai kemampuan dan potensi untuk memilih secara bijaksana dan menjalani hidup yang
teraktualisasi dan bermakna secara sosial.
d. Setiap orang bertanggung jawab untuk hidupnya sendiri.

Dengan demikian jelaslah bahwa seorang konselor harus percaya kliennya mempunyai kemampuan
mengaktualisasikan dirinya, dan bertanggung jawab sendiri untuk dirinya.
2. Pemahaman

Mengacu pada kecenderungan konselor menyelami tingkah laku, pikiran dan perasaan klien sedalam
mungkin dalam dicapai oleh konselor (Mappiare, 2002). Memahami secara empati merupakan cara
seseorang untuk memahami cara pandang dan perasaan orang lain.

Rogers menyebut hal ini sebagai internal frame of reference (Patterson, 1986:384). Artinya, memahami
klien berdasarkan kerangka persepsi dan perasaan klien sendiri. Ada tiga aspek dalam empati menurut
Patterson (1980), yaitu :
a. Keharusan bahwa konselor mendengarkan klien dan mengkomunikasikan persepsinya kepada klien.
b. Ada pengertian atau pemahaman konselor tentang dunia klien.
c. Mengkomunikasikan pemahamannya kepada klien.

Dengan adanya empati klien merasakan bahwa ada orang lain yang mau dan bersedia memahami dirinya
yang sebelumnya tidak ia dapatkan.
3. Kesejatian dan keterbukaan

Kesejatian (authenticity) pada dasarnya merujuk pada keselarasaan atau harmoni yang mesti ada dalam
pikiran dan perasaan konselor dengan apa yang terungkap melalui perbuatan atau ucapan verbalnya. Hal ini
penting dilakukan oleh konselor agar dapat menimbulkan kepercayaan klien.

Menurut Egan (1986) menguraikan hal-hal yang dilaukan dan yang tidak dilakukan oleh konselor untuk
menjadi genuiness, sebagai berikut :
a. Menghindari berlebihan dalam peran.
b. Berlaku spontan, tapi tidak lepas kendali atau sembrono dalam hubungan konseling.
c. Berlaku tegas (asertif).
d. Menghindari sikap defensif.
e. Berlaku konsisten, menghindari pertentangan antara nilai dan perilaku, antara pemikiran dan kata-kata
dalam berinteraksi dengan klien.
f. Berlaku terbuka, mampu melakukan pengungkapan diri, berbagi pengalaman dengan klien.
KETERAMPILAN (KOMPETENSI) DASAR KONSELOR

Kompetensi Pengembangan
Kelincahan Karsa Keakraban
Intelektual Cipta
(Fleksibilitas)
1. Kompetensi Intelektual

Tugas konselor adalah membantu kliennya meningkatkan dirinya secara keseluruhan. Konselor sendiri agar
dapat membantu kliennya, maka ia harus memiliki pengetahuan tentang ilmu perilaku, mengetahui filsafat,
mengetahui lingkungannya.

Selain itu, konselor dituntut untuk memiliki kemampuan berpikir runtun-rapi, dan logis. Hal ini penting agar
konselor dapat berpikir objektif, mempertimbangkan alternatif dan menafsirkan hasil-hasil konseling.

2. Kelincahan Karsa Cipta (Fleksibilitas)

Artinya kemampuan konselor untuk mengubah, memodifikasi dan menetapkan cara-cara yang digunakan.
Dalam artian sifat hubungan dalam konseling, konselor haruslah tidak kaku. Ia harus peka dan tanggap
terhadap perubahan persepsi, sikap, dan ekspektasi klien terhadapnya. Konselor berupaya untuk
beradaptasi dengan situasi yang berikatan dengan konseling.

3. Pengembangan Keakraban

Kesediaan konselor untuk mendengarkan dengan penuh perhatian, terbuka dan penerimaan segala apa yang
mungkin akan diucapkan oleh klien. Dengan kata lain, konselor mendengarkan dengan penuh perhatian,
penerimaan, pemahaman, serta sikap terbuka.
SIKAP-SIKAP YANG PERLU DIHINDARI KONSELOR DALAM HUBUNGAN KONSELING

Sikap acuh
tak acuh

Terus
Tidak sabar
memberi
dan marah
nasehat

Terpengaruh
secara Tidak kreatif
emosional
THANK
YOU

Anda mungkin juga menyukai