Anda di halaman 1dari 23

RINGKASAN MATERI KONSELING UTS

KONSELOR DAN KONSELI

1. Konsep dari kekuatan psikologis itu sendiri memiliki tiga dimensi :

 Dimensi pertama berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan/ Semakin banyak


kebutuhan psikologis yang dicapai orang, orang akan makin kuat secara
psikologisnya. (need fulfilment). Semakin banyak kebutuhan sehat yang dipenuhi
orang, semakin banyak kekuatan psikologis yang mereka miliki.

 Kompetensi intrapersonal adalah kemampuan yang dipelajari yang membantu


orang berhubungan baik dengan diri mereka sendiri. (intrapersonal
competencies). Semakin efektif orang berurusan dengan diri mereka sendiri,
semakin mungkin bagi mereka untuk berhubungan dengan lingkungan dengan
cara yang perlu dipenuhi.

 Kemampuan yang dipelajari yang memungkinkan orang untuk berhubungan


dengan orang lain dengan cara yang saling memuaskan (interpersonal
competencies). Semakin efektif orang berhubungan dengan orang lain, semakin
besar kemungkinan mereka untuk memenuhi kebutuhan mereka. Dimensi-dimensi
yang diatas saling berinteraksi satu sama lain.

2. Ada beberapa macam tipe needs:

 Giving and Receiving Affection. Manusia memiliki kebutuhan untuk memberi


dan menerima kasih sayang

 Being Free. Orang - orang perlu memiliki pilihan yang bebas untuk hidupnya

 Having Fun. Kesenangan adalah salah satu kebutuhan yang paling mendasar.

 Receiving Stimulation. Seseorang yang kekurangan stimulasi akan melakukan


rutinitas yang itu-itu saja dalam dunia pekerjaan maupun sosial

 Feeling a sense of accomplishment. Orang membutuhkan untuk melihat hasil


positif dari usaha-usaha yang telah di lakukannya

 Having Hope. Orang membutuhkan harapan akan kemungkinan yang akan di


capai di kemudian hari, mereka dapat memperbaiki pernikahan mereka atau bisa
memperbaiki pekerjaan mereka.

 Having solitude. Kebanyakan orang tidak menyadari bahwa sebenarnya mereka


membutuhkan untuk berada dalam ketenangan atau kesunyian

 Having an existential purpose of life. Banyak orang tidak menyadari akan


kebutuhan mereka tentang tujuan hidupnya.

3. Hubungan intrapersonal berurusan dengan tiga kompetensi :

 Self-knowledge Orang yang mencari konseling seringkali kekurangan


pengetahuan diri yang memadai, yang terdiri dari mengetahui kekuatan,
kelemahan, kebutuhan, perasaan, dan motif mereka

 Self-esteem Harga diri berarti bahwa orang menganggap diri mereka secara
umum berharga, mampu, dan baik hati.

 Implikasi konseling. Kurangnya harga diri dapat terlihat jelas bagi konselor.
Cara orang tersebut berjalan, berdiri, berpakaian, atau berbicara dapat menjadi
bukti kurangnya harga diri.

4. Beberapa kompetensi yang tampaknya paling sulit dialami oleh orang yang mencari
konseling.

 Sensitivity to oneself and others. Ketika orang berhubungan dengan orang lain,
penting bagi mereka untuk selaras dengan diri mereka sendiri dan juga dengan
orang yang berhubungan dengan mereka
 Assertiveness. Bersikap asertif berarti bahwa orang telah belajar untuk
mendapatkan dari kehidupan apa yang menjadi hak mereka dan berkomunikasi
dengan cara yang jujur secara konstruktif

 Agresivitas. Di sisi lain dari ketegasan adalah agresi. Orang yang agresif tidak
hanya mengambil apa yang menjadi hak mereka tetapi mengganggu kehidupan
orang lain dengan cara yang tidak adil dan tidak pantas.

 Being comfortable with oneself and others. Menjadi nyaman dengan diri sendiri
dan orang lain berarti bersikap transparan—yaitu, membiarkan diri sendiri terlihat
siapa dirinya pada saat tertentu.

 Being freeing. Orang yang membebaskan membiarkan orang lain menjadi dirinya
sendiri

 Realistic expectations of self and others. Orang yang memiliki harapan yang
realistis terhadap diri sendiri menyadari bahwa mereka memiliki
ketidaksempurnaan

 Self-protection in interpersonal situations. Orang-orang yang telah mempelajari


kompetensi ini memiliki keyakinan pada diri sendiri bahwa mereka akan mampu
mengatasi apapun yang terjadi dalam suatu hubungan

5. Counselor Qualities

 Self knowledge merupakan dimana konselor mengetahui diri mereka sendiri


dengan cukup baik, sehingga mereka selalu mengetahui apa yang sebenarnya
mereka lakukan, mengapa mereka melakukan itu, dan masalah apa yang harus
diselesaikan bersama seseorang dalam konseling.

 Competences : Konselor perlu memiliki kemampuan fisik, intelektual, emosi,


sosial, dan moral dengan harapan menjadi orang yang dapat membantu.

 Good Psychological Health . Konselor tidak harus memiliki kesehatan psikologis


yang sempurna, namun setidaknya mereka harus lebih sehat secara mental
dibandingkan dengan orang yang mereka temui dalam konseling.

 Trustworthiness . Kejujuran artinya bahwa konselor bukan ancaman bagi konseli


dalam proses konseling.

 .Honesty. Maksudnya konselor harus trasnparan. Hal tersebut penting karena,


pertama, transparansi mengizinkan konselor dan orang dalam konseling untuk
menjadi lebih dekat satu sama lain, dan hal tersebut sangat membantu. Kedua,
kejujuran mengizinkan konselor untuk memberikan feed-back yang sebenarnya

 Strength. Konselor harus memiliki keberanian untuk melakukan apa yang


dikatakan oleh diri terdalamnya yaitu mau menolong atau hanya melakukan
konseling.

 Warmth . Kehangatan maksudnya ialah bersikap baik, perduli, dan perasa

 Active Responsiveness. Konselor secara dinamis terlibat dengan proses


konseling. Respon aktif ialah titik tengah antara bersikap hiperaktif dan pasif.
Respon aktif pada konselor sangat penting karena itu ialah bentuk keperdulian
komunikasi personal.

 Patience. Konselor membiarkan situasi berkembang dengan alami, tanpa adanya


campuran ide pribadi yang terlalu dini, perasaan, dan juga nilai

 Sensivity. Sensitivitas pada seorang konselor penting karena hal ini menyangkut
keselamatan komunikasi. Ketika klien merasakan sensitivitas konselor, maka ia
menghabiskan sedikit waktu untuk melindungi diri mereka dan lebih banyak
usaha untuk menemukan siapa mereka dan ingin menjadi siapa

 Freeing. Kebebasan konselor bisa menjadi pengaruh yang signifikan dalam


kehidupan seseorang selama orang itu bebas untuk menolak pengaruh itu. Sampai
klien bebas untuk menjadi dirinya sendiri, konselor tidak tau dengan siapa ia
bekerja dalam konseling

 Holistic Awareness. Pendekatan holistik dalam konseling maksudnya ialah


konselor sadar akan keseluruhan pribadi seseorang dan tidak mendekati konselee
dengan Visi Tunnel.

6. Konselor yang memiliki tingkat self knowledge yang baik akan menunjukkan sifat
berikut :

 Konselor menyadari dengan baik kebutuhan tentang dirinya

 Konselor menyadari dengan baik tentang perasaan-perasaannya

 Konselor menyadari tentang apa yang membuat dirinya cemas dalam konseling

 Konselor memahami atau mengakui kelebihan kekuatan) atau kelemahan


(kekurangan) dalam dirinya.

7. Konselor dengan kesehatan mental yang baik akan berbagi kualitas berikut ini:

 Mereka membuat kebutuhan mereka akan kemanan, cinta, kedewasaan, kekuatan,


seks, dan afirmasi keluar dari hubungan konseling mereka

 Mereka menyimpan masalalu dan masalah pribadi keluar dari konseling yang
dilakukan.

 Mereka sadar akan bias pribadi dan titik lemah, yang membantu mereka
menyadari situasi yang mungkin mampu mengaktifkan area masalah

 Mereka tidak hanya berusaha untuk hidup namun juga hidup dengan damai atau
baik.

8. Konselor yang menginspirasi kepercayaan akan berbagi kualitas berikut:

 Mereka dapat diandalkan dan konsisten

 Mereka secara verbal maupun nonverbal menunjukan bahwa kerahasiaan itu


mutlak

 Mereka tidak akan membuat orang menyesal telah membuat pengakuan

 Mereka bertanggung jawab, dalam artian kata harfiah

9. Konselor yang jujur akan menunjukkan kualitas berikut :

 Mereka sama

 Mereka sadar bahwa kejujuran menciptakan kegelisahan pada seseorang terhadap


siapa yang memimpin, dan mereka mencoba untuk menanganinya.

 Mereka memiliki alasan yang jelas mengenai arti kejujuran

 Mereka menyadari penyampaian kejujuran yang ―positif‖ maupun ―negatif‖.

10. Konselor yang kuat akan menunjukkan kualitas berikut:

 Mereka membuat batasan-batasan.

 Mereka dapat mengatakan hal yang sulit dan membuat keputusan yang tidak
disenangi

 Mereka fleksibel.

11. Konselor yang hangat memiliki kualitas sebagai berikut :

 Mereka menerima cukup kehangatan pada kehidupan mereka dan bisa berbagi
kehangatan itu dengan orang lain.

 Mereka dibedakan antara kehangatan dan humidity


 Mereka membiarkan orang merasa nyaman dan merasa santai di hadapan mereka

 Rasa kemanusiaan mereka sangat kuat.

12. Konselor yang berbagi repson aktif memiliki kualitas sebagai berikut :

 Mereka berhubungan dengan orang bukan hanya untuk mereka

 Mereka menantang klien konseling dengan cara yang bermanfaat

 Konselor memperlihatkan siapa mereka, sehingga mereka bisa menjadi apa yang
mereka inginkan.

 Mereka bertanggung jawab dengan kliennya

13. Konselor yang sabar memiliki kualitas sebagai berikut :

 Mereka memaklumi keambiguan.

 Mereka biasanya membiarkan klien untuk mengikuti kata hatinya sendiri.

 Mereka tidak takut untuk kehilangan banyak waktu

 Mereka bisa menahan pertanyaan yang dapat mengganggu jalannya sesi


konseling, dan akan mempertanyakannya nanti.

14. Konselor yang sensitif memiliki kualitas sebagai berikut :

 Mereka sensitif terhadap reaksi mereka sendiri dalam konseling, melihat diri
mereka sebagai refleksi, terampil, dan penuh perhatian ketika mereka membaca
klien

 Mereka tahu kapan, di mana, dan berapa lama untuk menyelidiki seseorang

 Mereka mengajukan pertanyaan dan menyampaikan informasi yang dirasakan


sebagai ancaman

 Mereka peka terhadap kerentanan mereka sendiri.

15. Kebebasan konselor memiliki kualitas sebagai berikut:

 Mereka menempatkan nilai yang tinggi terhadap kebebasan dalam hidupnya.

 Mereka dapat membedakan antara manipulasi dan edukasi dalam konseling

 Mereka memahami perbedaan antara kebebasan yang dangkal dan kebebasan


yang sesungguhnya dan membantu orang dalam konseling dengan menghargai
perbedaan itu

 Mereka belajar dan menghargai kebebasan yang sesungguhnya dalam hubungan


konseling.

16. Konselor yang merespon secara holistic membagi petunjuk sebagai berikut:

 Mereka sadar akan dimensi kepribadian dan interplay yang kompleks.

 Mereka mencari konsultasi yang baik dan membuat rujukan yang pintar

 Mereka tidak asing dengan dan terbuka untuk banyak teori perilaku dan mungkin
memiliki beberapa teori mereka sendiri.

17. Hambatan bagi pendekatan holistik adalah ketidakamanan konselor dan kurangnya
kerendahan hati yang tidak memungkinkan mereka untuk mengakui bahwa ada dimensi
dari mereka yang tidak memenuhi syarat, baik dari sisi gelar akademik atau pengalaman
untuk mengobati.

18.

TAHAP-TAHAP KONSELING
1. Proses konseling dapat dibagi menjadi enam tahap: (1) pengumpulan informasi, (2)
evaluasi, (3) umpan balik, (4) perjanjian konseling, (5) perubahan perilaku, dan (6)
pemutusan hubungan kerja

2. Konseling jangka panjang dapat menghabiskan 5 sesi pada tiga tahap pertama dan 50
hingga 150 sesi dalam tiga tahap terakhir.

3. STAGE OF COUNSELING

 STAGE 1 : INFORMATION GATHERING

- Continuum A-B mewakili dimensi waktu. Informasi tentang masa lalu


seseorang membantu konselor memahami bagaimana orang itu sampai di
tempat dia berada.

- Continuum C-D mencerminkan pentingnya mendapatkan informasi intrapsikis


dan interpersonal

- Continuum E-F menunjukkan apa yang orang pikirkan dan rasakan tentang
dirinya, orang lain, dan peristiwa yang relevan

 STAGE 2 : EVALUATION

Evaluasi ini berkembang sekitar lima hal.

- Symptoms Banyak orang yang mencari konseling merujuk gejala mereka


sebagai masalah mereka. Misalnya, seseorang dapat memberi tahu konselor.
"Masalah saya adalah saya depresi .. atau tidak bisa tidur .. atau saya tegang
sepanjang waktu."

- Cause of symptoms Ada satu penyebab umum gejala; yaitu, sesuatu yang
secara signifikan mengganggu, atau mengancam untuk mengganggu,
kebutuhan psikologis dasar

- Relief of symptoms Apa yang dapat dilakukan untuk mengubah perilaku


yang menyebabkan gejala tergantung pada sifat penyebabnya.

- Readiness for counseling Berikut ini adalah beberapa faktor yang dapat
dipertimbangkan konselor ketika menilai kesiapan orang tersebut untuk
konseling.

- Person/counselor fit Konselor adalah manusia dengan kelemahan, bias,


ketakutan, amarah, dan nilainilai.

 STAGE 3 : FEEDBACK

Tujuan dari umpan balik ini adalah untuk memberikan informasi yang
memadai agar orang tersebut dapat membuat keputusan berdasarkan informasi
sehubungan dengan memulai program konseling.

Empat prinsip dapat membantu konselor memberikan umpan balik yang


bermakna dan bermanfaat.

- Characteristies of the information. Informasi tersebut dapat diberikan


sejelas, sejelas mungkin, secara konkret, dan sebaik mungkin. "Jelas" berarti
bahasa sederhana. "Ringkas" artinya singkat, tanpa uraian dan analogi yang
berlarut-larut.

- Strengths and weaknesses. Umpan balik dapat mencakup kekuatan dan


kelemahan. Biasanya lebih baik memulai dengan kekuatan dan
menyelesaikannya dengan kelemahan

- Inviting questions. Orang tersebut dapat diundang untuk mengajukan


pertanyaan selama dan setelah umpan balik

- Recommendations. Setelah menyampaikan umpan balik kepada orang


tersebut, konselor membuat rekomendasi

 STAGE 4 : COUNSELING AGREEMENT


- Practical Aspects Aspek praktis termasuk seberapa sering konseli dan
konselor akan bertemu, lamanya sesi, kebijakan tentang janji yang dibatalkan
dan gagal, dan prosedur pembayaran

- Roles Peran spesifik tergantung pada konselor, konseli, dan situasi. Sebagai
contoh, konselor dapat menjelaskan bahwa peran konselor akan sama seperti
selama tiga tahap pertama atau lebih pasif, reflektif, bervariasi, konfrontatif,
langsung, ambigu, mempertanyakan, diam, aktif, atau mendengarkan

- Expectations Harapan atau ekspektasi dalam hal ini membuat konselor


membagikan harapannya yang melibatkan tanggung jawab konseli dalam
konseling

- Goals Sebagai hasil dari tiga tahap pertama, konseli dan konselor memiliki
gambaran yang lebih jelas tentang masalah dan solusi yang mungkin bisa
digunakan

 Pertama harus spesifik dan terukur

 Kedua, harus realistis

 Ketiga, tujuannya sehat secara psikologis

 Keempat, harus bersifat hierarkis

 Kelima, tujuan adalah milik koseli.

 Keenam, tujuan sering dievaluasi

 STAGE 5 : CHANGING BEHAVIOR

Berikut ini adalah sepuluh situasi di mana konselor sering kali berurusan sambil
membantu konseli mengubah perilaku

- Focusing on responsibility Konseli sering memandang konselor sebagai


arsitek psikologis yang perannya menyediakan blueprint yang memberitahu
orang itu siapa, apa masalahnya, bagaimana ia harus menyelesaikan
masalahnya, dan kapan ia harus mengambil setiap langkah dalam proses itu.

- Inward searching Konseli merasa pendekatan mereka terhadap kehidupan


adalah "Saya punya masalah di sini, dan saya harus mencari cara untuk
menyelesaikannya."

- Utilizing insights Ada dua sudut pandang tentang wawasan yang diperoleh
dari inward searching

- Mirroring Konselor bertindak sebagai cermin di mana orang bisa melihat


sendiri. Ada dua cara pencerminan: secara intrapsychically dan interpersonal.
"Intrapsychically" berarti bahwa konselor merenungkan kembali kepada
orang-orang tentang siapa mereka sehingga mereka dapat membuat perubahan
yang sesuai dalam perilaku mereka, lalu ada noda di cermin yang dilihat orang
setiap hari, dan itu menyembunyikan bagian yang tidak ingin mereka lihat.

- Confronting Konselor dapat menunjukkan perbedaan yang signifikan dalam


perilaku atau gaya hidup orang tersebut

- Giving support Konselor menawarkan kepastian dan reinforcement positif


serta mengurangi kecemasan orang-orang, dengan menunjukkan kepada
mereka aspek-aspek positif dan penuh harapan dari suatu situasi dengan
menghargai perilaku positif dengan senyum, dan dukungan tulus

- Reverse Shaping. Reverse shaping adalah ketika konseli melakukan hal yang
sama kepada konselor

- Transference Transference adalah pelimpahan perasaan-perasaan dan


harapan-harapan tertentu dari konseli terhadap konselor.

- Countertransference Countertransference adalah suatu gejala yang terjadi


ketika ada perasaan yang tidak wajar dari pihak terapis terhadap konseli.
- Interpretasi Interpretasi adalah konselor menarik kembali tirai dan
memungkinkan orang itu untuk melihat perilaku yang diturunkan ke lapisan
kepribadian bawah sadar atau tidak sadar.

 STAGE 6 : TERMINATION Pemutusan hubungan kerja adalah tahap konseling


dan bukan hanya beberapa sesi terakhir.

- Sesi ini terdiri lebih dari orang yang mengatakan ―Saya punya masalah yang
muncul minggu lalu. Biarkan saya memberi tahu Anda apa yang akan saya
lakukan, dan jika Anda punya pemikiran, Anda dapat memberi tahu saya

- Setelah ada kesepakatan bahwa konseling telah berkembang ke titik di mana


pengakhiran adalah masalah, langkah selanjutnya ialah mengurangi jumlah
sesi. Umumnya, semakin lama hubungan konseling, semakin lama periode
tapering-off. Tapering off biasanya berarti mengurangi jumlah sesi dari empat
kali setiap bulan menjadi dua kali atau satu kali, atau sesi dilakukan hanya
apabila dibutuhkan.

4. Microskills adalah unit keterampilan komunikasi dari wawancara yang akan membantu
Anda berinteraksi lebih sengaja dan efektif dengan klien. Mereka menyediakan alternatif
spesifik untuk Anda gunakan dengan berbagai jenis klien. Microskills membentuk dasar
wawancara yang disengaja

5.

KOMUNIKASI DALAM KONSELING

1. THE THREE DIMENSIONS OF COMMUNICATION

 Personal dimension Dimensi pribadi terdiri dari pesan-pesan yang dikirimkan


orang dalam konseling kepada konselor mengenai diri mereka sendiri.

- Pesan Tingkat III. Tingkat III terdiri dari pesan "Ini yang saya ingin Anda
pikirkan tentang saya."

- Pesan Tingkat II. Pesan pribadi Tingkat II adalah "Ini adalah siapa saya pikir
saya."

- Pesan Tingkat I. Pesan tingkat I adalah "Inilah saya." Ini mencerminkan sifat
sebenarnya dari orang tersebut pada saat itu.

 Contextual dimension Pesan kontekstual berhubungan dengan isi pesan

- Pesan Tingkat III. Pesan kontekstual Tingkat III mengikuti tema "Inilah yang
ingin saya diskusikan."

- Pesan Tingkat II. Pesan kontekstual Tingkat II berkomunikasi "Ini yang saya
tahu Anda ingin saya bahas

- Pesan Tingkat I. Pesan kontekstual Tingkat I berkomunikasi "Inilah yang


harus saya bicarakan.

 Relational dimension Dimensi relasional berkaitan dengan pesan yang dikirim


orang dalam konseling mengenai pandangan mereka tentang konselor.

- Pesan Tingkat II. Tingkat II adalah "Aku ingin kamu berpikir bahwa aku
adalah dirimu."

- Pesan Tingkat I. Pesan relasional Tingkat I adalah "Ini yang saya pikir benar-
benar Anda".

2. Pesan konsonan dan disonan. Pada orang yang sehat secara psikologis, ketiga level
pesan itu konsonan. Mereka dapat digambarkan sebagai berikut:

 Level III A I want you to think that I am frightened.

 Level II A I think I am frightened.

 Level I A I am frightened.
3. Orang-orang dengan kesehatan psikologis yang kurang cenderung untuk mengirim
pesan yang disonan.

4. PROBLEMATIC COMMUNICATION

 Controlling Orang dalam konseling sering mengirim pesan untuk mengubah


lingkungan atau hubungan konseling. Semakin rentan orang, semakin sedikit
mereka dapat memberi kebebasan orang lain untuk merespons sesuai keinginan
mereka

 The emotional climate. Orang dalam konseling dapat mengendalikan situasi


konseling dengan dua cara. Yang pertama adalah menciptakan iklim emosional
yang nyaman bagi mereka

 The counselor’s responses. Cara kedua orang dapat mengendalikan pengalaman


konseling adalah dengan membangkitkan tanggapan khusus konselor yang
memungkinkan orang untuk mempertahankan tingkat ketidaksesuaian mereka
saat ini.

 Lack of awareness. Orang sering tidak menyadari bagaimana mereka


mengendalikan lingkungan mereka melalui komunikasi. Mereka telah
melakukannya sejak masa kanak-kanak, dan itu telah menjadi otomatis.

 Skilled manipulation. Orang-orang juga belajar bahwa pesan verbal dan non-
verbal memiliki tingkat kemungkinan respons yang berbeda

 Communicating through symptoms Gejala psikologis adalah pesan yang


dikodifikasikan. Pesan-pesan ini dikodifikasikan karena orang-orang yang
mengirimnya tidak ingin menerima kepemilikan untuk pesan yang sebenarnya.

 Types of messages. Biasanya, ada empat kombinasi pesan

 Implikasi bagi konselor Penting bagi konselor untuk membaca komunikasi


verbal dan nonverbal dari orang-orang yang mereka temui dalam konseling, untuk
menemukan pesan sebenarnya yang ada di balik gangguan mereka.

5. LISTENING . Mendengarkan adalah dasar dari efektivitas konselor. Satu perilaku yang
paling banyak dilakukan konselor adalah mendengarkan.

 Listening (Mendengarkan) adalah mendengarkan, menyimak merupakan proses


penerimaan fisiologis yang dikuatkan dengan pemahaman secara psikologis and
hearing (Mendengar) adalah penerimaan suara secara fisiologis. Seseorang bisa
mendengar hujan, tawa anak-anak, atau bahkan suara kereta api.

 Functions Menyimak menjadi landasan dari pencapaian tujuan konseling

 Nonverbal Communication

6. Categories of nonverbal behavior Ada empat kategori umum komunikasi nonverbal:


anatomi, gerakan, suara, dan pakaian

 Mata dapat mengirim pesan bahwa seseorang bahagia, sedih, waspada, kusam,
terganggu, takut, marah, mencintai, bingung, santai, bersalah, menggoda, nakal,
main-main, atau malu.

 Gerakan menunjukkan bagaimana seseorang menggerakkan anatomi seseorang

 suara adalah nada suara, yang bisa tinggi, rendah, menggoda, keras, tidak pasti,
kencang, bahagia, sedih, takut, marah, terkejut, kuat, atau lemah.

 Pakaian sering mengomunikasikan apa yang orang rasakan tentang diri mereka
sendiri dan interaksi seperti apa yang mereka inginkan dengan orang lain.

7. SILENCE AS COMMUNICATION Diam dalam konseling adalah komunikasi yang


penting dalam dirinya sendiri dan dapat dipahami dan ditangani secara efektif oleh
konselor

8. Tiga jenis keheningan: kreatif, netral, dan konfliktual.


 Creative Silence Keheningan kreatif adalah saat di mana orang dalam konseling
merefleksikan apa yang baru saja dikatakan atau dirasakan

 Neutral Silence Keheningan netral mengalir dari tidak tahu harus berkata apa

 Conflictual Silence Diamnya konflik bisa disebabkan oleh ketakutan, kemarahan,


atau rasa bersalah

9. STAGES OF COMMUNICATION

 Tahap 8: “you talk to me” Tahapan ‖kamu berbicara padaku‖ adalah tahap
komunikasi yang paling renggang

 Tahap 7: “Lets talk about it” Tahapan ―Ayo bicarakan tentang ini.‖ It atau ini
disini mengacu pada topik pembicaraan lain selain hal yang dikonselingkan

 Tahap 6: “I’ll talk about them” Tahap ―Aku akan membicarakan tentang
mereka.‖ They atau mereka disini merujuk pada orang lain selain orang yang
dikonseling dan konselor, seperti teman, keluarga, kolega, dan lainlain.

 Tahap 5: “I’ll feel about them” Tahapan ―Aku merasa tentang mereka‖
merupakan tahap 6 yang disertai dengan perasaan terhadap orang yang
didiskusikan, bersifat personal, dan merupakan informasi penting dalam proses
konseling

 Tahap 4: “I’ll talk about me” Pada tahap ―Aku akan membicarakan tentang
diriku‖ ini fokus pembicaraan bergeser ke orang yang dikonseling itu sendiri,
walau informasi yang dibicarakan masih bersifat faktual tanpa unsur perasaan.

 Tahap 3: “I’ll felt about me.” Tahapan ―Aku akan merasa tentang diriku‖
merupakan tahap 4 yang disertai dengan perasaan terhadap informasi diri orang
yang dikonseling

 Tahap 2: “I’ll talk to you about you.‖ Tahap ―Aku akan berbicara denganmu
tentang dirimu‖. You atau dirimu disini mengacu pada konselor. Orang yang
dikonseling mulai merasa aman dengan konselor dan mulai membuka pikirannya
ke konselor

 Tahap 1: “I’ll share my feelings about you with you.” Pada tahap ―Aku akan
membagikan perasaanku tentangmu dengan dirimu‖ merupakan tahap 2 yang
disertai perasaan.

10. Quality Of Communication

 The Counselor’s Role Penting bagi konselor untuk menyadari bahwa


komunikasi terbagi atas 8 tahapan, dari tahap ―kamu berbicara denganku‖ hingga
tahap ―Aku akan membagi perasaanku terhadapmu dengan dirimu.‖

 Pergantian Tiap Tahapan Secara garis besar tahapan dari komunikasi terbagi
atas tiga bagian, yaitu bagian awal (tahap 8, 7, dan 6), bagian tengah (tahap 5, 4,
dan 3), dan bagian akhir (tahap 2 dan 1).

 Progression Through The Stages Sangat tidak membantu jika konselor


memaksa orang yang dikonseling untuk berpindah dari satu tahap ke tahap
berikutnya

 Individual Differences Hal lain yang perlu diperhatikan oleh konselor selama
konseling adalah bahwa berlakunya perbedaan individu pada orang-orang yang
dikonselingnya

 Applying The Schema Tahapan-tahapan komunikasi yang disajikan sebaiknya


tidak diterapkan terlalu konkrit selama dilakukannya konseling

 Kesimpulan Komunikasi antara konselor dan orang yang dikonseling merupakan


hal yang paling penting dalam membangun relasi dan kepercayaan selama proses
konseling
11.

HAMBATAN DALAM KONSELING

1. Defense mechanism adalah perilaku bawah sadar yang dirancang untuk membantu orang
merasakan sesuatu yang sangat mereka butuhkan untuk dirasakan, meskipun tidak ada
dalam kenyataan.

2. Common Defense Mechanisms :

 Represi berarti bahwa pikiran atau perasaan dicegah sebelum mencapai


kesadaran. Seseorang dalam konseling dapat meyakinkan konselor, ―Saya tidak
kecewa Anda (konselor) membatalkan janji kita minggu lalu. Anda membutuhkan
hari libur seperti orang lainnya."

 Denial. Penyangkalan adalah ketidakmampuan untuk mengakui aspek realitas


yang mengancam.

 Projection. Pertahanan proyeksi memiliki dua fungsi. Pertama, itu mengalihkan


kesalahan atas kekurangan seseorang kepada orang lain. Kedua, proyeksi
memungkinkan orang untuk mengaitkan impuls, pikiran, dan keinginan mereka
yang tidak dapat diterima kepada orang lain.

 Rationalization. Rasionalisasi memungkinkan seseorang untuk menyajikan


alasan yang logis dan disetujui secara sosial untuk membenarkan perilaku dan
juga untuk melunakkan kekecewaan atau kegagalan

 Intellectualization Orang menggunakan intelektualisasi untuk memutuskan


respons emosional normal seperti kemarahan, sakit hati, ketakutan, atau rasa
bersalah dari peristiwa yang menyebabkannya

 Reaction Formation. Memungkinkan pelarian dari perasaan atau keinginan yang


mengganggu dengan mengasumsikan kebalikannya

 Introjection. Introjeksi terjadi ketika seseorang memperoleh nilai atau pendapat


orang lain, meskipun itu bertentangan dengan sikapnya sebelumnya. Dengan
melakukan ini, orang tersebut menjadi seperti orang lain untuk mengurangi
kecemasan dan merasa aman

3. Defense tactic juga berusaha mencegah orang lain menemukan hal-hal yang mengancam
individu tersebut

4. Berikut ini merupakan defense tactics yang digunakan oleh konseli di dalam
konseling :

 Pedestaling. Orang yang sedang melakukan konseling (konseli) menempatkan


konselornya sebagai tumpuan/sandaran bagi dirinya. Perilaku konseli ini
ditunjukkan misalnya dengan mengatakan, ―Saya sangat mengagumi, percaya,
dan menghargai Anda. Katakan apapun yang harus saya lakukan, dan saya akan
melakukannya.‖

 Humor. Meskipun humor itu dapat menyehatkan, tetapi humor nyatanya juga
dapat dilakukan sebagai defense di dalam konseling.

 Agreeableness. Beberapa orang di dalam konseling akan setuju dengan apa saja
yang dikatakan dan dilakukan oleh konselor, tidak peduli sebagaimana negatif
atau tidak berdasarnya (unsubstantiated) hal yang dikatakan oleh konselor.

 Cuteness. Orang dewasa dapat menampilkan tingkah laku lucu untuk


menghindari mereka mengungkapkan perilaku yang tidak tepat. Perilaku lucu
biasanya berupa ekspresi nonverbal dan melibatkan mata, mulut, memiringkan
kepala, dan gerak tubuhnya

 Being Confused. Terdapat waktu-waktu ketika konseli merasa bingung.

 Acting Stupid. Acting stupid ini berbeda dari perilaku cuek/ignorant. Acting
stupid berarti bahwa, pada level yang lebih dalam, individu tahu apa yang dia
lakukan dan apa konsekuensi yang akan muncul dari perilaku mereka. Sedangkan
ignorant berarti bahwa individu tidak mampu memahami konsekuensi yang
mungkin dari perilaku mereka.

 Helplessness. Beberapa individu datang konseling saat dalam keadaan tidak


berdaya (helpless). Konseli melakukan satu atau semua dari tiga cara ini: konseli
tidak dapat mengetahui apa yang menjadi masalah mereka; konseli tidak tahu
penyebab masalah mereka; atau mereka tidak tahu apa yang harus dilakukan
untuk menyelesaikan masalahnya

 Being Upset. Beberapa orang di dalam konseling terkadang merasa kesal, dan
memiliki hak untuk itu. Sebagian orang menggunakan kekesalannya tersebut
sebagai defense. Being upset berfungsi menjadi defense dalam dua cara, yaitu
pertama menjadi pengalih perhatian sehingga konseli tidak menyadari apa yang
menyebabkan kemarahan atau apa langkah nyata yang harus diambil untuk
memecahkan masalah tersebut. Kedua, menyebabkan konseli menggunakan
perasaan marah sebagai defense, dengan arti konselor memperlakukan konseli
secara hati-hati.

 Religiosity. Religiosity berbeda dengan healthy religion belief. Hal ini dapat
menganggu konseli dalam membuat keputusan yang sehat secara psikologis.
Konseli melakukan hal yang merusak secara psikologis karena mereka merasa
bahwa mereka harus melakukan perilaku yang tidak seharusnya karena itu yang
disuruh oleh agamanya ataupun tidak dapat melakukan apapun karena batasan
ajaran agamanya.

 Decoying. Decoying berarti bahwa konseli memunculkan masalah sederhana


pada konselor untuk melindungi masalah mereka yang lebih dalam/sebenarnya

5. Pedestaling terhadap konselor memiliki tiga fungsi pertahanan, yaitu:

 Menempatkan konselor di atas konseli dapat menyulitkan konselor untuk


menghadapi konseli secara langsung karena konseli berusaha membuat
kesepakatan dengan konselor:

 Konseli yang berada di posisi inferior akan cenderung setuju pada saran konselor
sehingga konseli datang menemui konselor untuk meminta saran karena konselor
dianggap orang yang ahli

 Sejak konseli menemui konselor hanya untuk menemukan jawaban dari


permasalahannya, ia menjadi tidak sudi/berkenan lagi ketika konselor mencoba
untuk menganalisa dirinya

6. Humor dapat dijadikan sebagai perilaku defense dengan tiga cara, yaitu:

 Humor dapat digunakan untuk menghindari dinamika penting dari konseling.

 Humor dapat digunakan oleh konseli sebagai ekspresi emosi marah pada konselor

 Humor dapat menyembunyikan kecemasan mendalam seseorang.

7. Agreeableness memiliki tiga fungsi defense tactics:

 Menghindari konflik atau ketegangan yang terjadi antara konseli dan konselor

 Menutupi atau menyembunyikan sisi sebenarnya dari konseli

 Membebaskan konseli untuk bertanggung jawab atas keputusan

8. Perilaku lucu nonverbal menunjukkan tiga fungsi defensif, yaitu:

 Menyembunyikan kerusakan yang sebenarnya dari perilakunya.

 Membujuk konselor untuk bersenang-senang dan melindungi mereka

 Perilaku cute seringkali menempatkan konselor pada situasi yang dirugikan

9. Ekspresi bingung konseli memiliki empat tujuan, yaitu:


 Confusion sebagai topeng/perlindungan bagi konseli untuk menghindari
kenyataan yang tidak menyenangkan

 Selama konseli sedang bingung (confused), konseli menjadi tidak perlu


melakukan tindakan apapun dalam konseling

 Confusion yang dilakukan oleh konseli dapat menyebabkan konselor juga


bingung sehingga kedua orang tersebut akan sama-sama tersangkut pada
kebingungan tersebut, dan semakin jauh dari kenyataan masalah.

 Confusion yang berlangsung dalam waktu lama dalam konseling akan membuat
konseli dan konselor menimbulkan rasa frustasi.

10. Ada tiga fungsi defensif dari acting stupid, yaitu:

 Melindungi individu dari realitas yang mengakibatkan munculnya kecemasan.

 Memungkinkan individu untuk menghindari tanggung jawab atas perilaku


mereka.

 Konseli mengartikan masalah mereka ini sebagai salah satu kenaifan dan
kebodohan.

11. Helplessness merupakan defense ketika memiliki satu atau lebih dari fungsi
berikut:

 Menyebabkan konselor mengambil alih konseli sepenuhnya

 Selama konseli merasa helpless, mereka tidak dapat bertindak karena tidak ada
seorangpun termasuk konselor, dapat membuat mereka bertindak ke arah
perkembangan.

 Menyebabkan konselor menjadi setuju dengan konseli yang helpless

12. Religiosity memiliki empat fungsi pertahanan yang melindungi seseorang dari
kecemasan yaitu:

 Konseli mungkin menunggu Tuhan untuk memberikan jawaban

 Agama dapat menjadi defense ketika hal tersebut memungkinkan seseorang untuk
menekan rasa bersalah/berdosa seperti amarah, seks, kecemburuan, keraguan, dan
ketidakpercayaan.

 Agama dapat dijadikan sebagai pertahanan untuk menghindari konselor sehingga


konselor susah mengenal konseli.

 Sering mendatangi konseling untuk mencari konselor yang memiliki keyakinan


agama yang sama dengannya, namun konseli tidak menemukannya karena
keyakinan mereka berlawanan dari kesehatan psikologis dan spiritual

13. Berbagai gambaran untuk menjelaskan cara kerja decoying, yaitu:

 Konseli berpikir bahwa dia berusaha untuk memecahkan masalah di saat dia
menyembunyikan masalah itu dari dirinya dan konselor.

 Membuat konselor berpikir bahwa perubahan positif pada perilaku konseli


mencerminkan solusi dari masalah sehingga konselor setuju bahwa konseli dapat
meninggalkan konseling.

 Konseli dapat kembali mengalami gejala-gejala dari masalah dia setelah konseli
selesai dengan sesi konselingnya, sehingga dia bisa tetap lanjut menunda
perubahan.

14. Reasons for Resistance. Setidaknya terdapat 3 alasan menapa seseorang (konseli) dalam
konseling menolak bekerja sama dengan konselornya

 Pertama, pertumbuhan itu menyakitkan (Growth is Painfull)


- Starting New Behaviors Biasanya hasil dari konseling adalah seseorang
harus mulai melakukan beberapa perilaku baru.

- Stopping Old Behaviors Orang-orang dalam konseling harus menghentikan


perilaku favorit mereka

 Perilaku maladaptif yang muncul itu membantu seseorang dalam konseling.

- Fulfilling Psychological Needs Maladaptive behavior dapat memenuhi


kebutuhan psikologis seseorang, walaupun bersifat merusak. Sebagai contoh,
alcoholic

- Providing Distraction Maladaptive behavior bisa menjadi distraksi, artinya


perilaku maladaptive bisa menjadi pengecoh atas masalah-masalah lain yang
ia sembunyikan

- Venting Anger Maladaptive behavior dapat menjadi saluran rasa marah


yang efektif, namun juga merusak/destruktif

- Atoning for Guilt Maladaptive behavior dapat menjadi cara menebus


kesalahan yang efektif namun tidak sehat.

 Motif countertherapeutic sering membawa orang ke konseling

- To get permission not to change Mereka mencari kepastian ataupun


pengakuan dari konselor bahwa mereka baik-baik saja dan apa adanya

- To validate a decision Beberapa orang, disadari atau tidak, telah membuat


keputusan untuk meninggalkan pernikahan, berganti pekerjaan, menikah,
melakukan aborsi, berhenti sekolah, memulai ataupun mengakhiri hubungan
sebelum mereka menghubungi seorang konselor

- To prove that someone else is to blame Sesi konseling akan terlihat seperti
pengadilan dimana, konselor sebagai seorang hakim akan merasa bimbang
dengan banyaknya bukti yang mengarah kepada keinginan dari orang yang
melakukan konseling

- To vent hostility on another Mereka memandang konseling sebagai gudang


senjata di mana mereka dapat mengalahkan musuh mereka

- To manipulate others Seseorang yang melakukan konseling supaya dapat


meyakinkan orang yang ada disekitarnya bahwa ia memiliki kondisi
―psikologis yang lemah‖.

- To prove they are beyond help Konseli membuktikan bahwa mereka perlu
ditolong dengan dua alasan

- To defeat the counselor Terkadang, orang mengenal konselor sebagai guru,


dosen, atau penulis dan bahkan ada yang memandangnya sebagai lawan yang
layak untuk patologi mereka

- To satisfy others Beberapa orang telah dimanipulasi ke dalam konseling yang


bertentangan dengan keinginan mereka

15. Methods of Resistance. Ketika orang menolak perubahan dalam konseling, sering
kali ada tanda-tanda yang terlihat.

 Attitude toward appointments. Terlambat saat membuat janji adalah tanda


penolakan yang cukup andal.

 Evading Question. Bentuk perlawanan yang efektif adalah tidak menjawab


pertanyaan sama sekali

 Lulling. Menidurkan berarti orang tersebut berhubungan dengan cara yang


menyebabkan konselor menjadi rileks dan mengantuk.

 Focusing Attention on The Counselor Selama perhatian difokuskan pada


konselor, itu tidak dapat difokuskan pada orang dalam konseling
 Entertaining The Counselor. Ada beberapa orang yang "asyik" ditemui dalam
konseling. Mereka sengaja atau tidak sengaja lucu, membuat konselor tertawa
terbahak-bahak di setiap sesi.

 Running in Place Beberapa orang sangat lihai berjalan di tempat. Setiap minggu
mereka membawa wawasan baru untuk konseling

 Forgetting Siapapun bisa lupa, tetapi lupa dalam konseling memiliki arti tertentu
karena hal-hal yang dibahas dalam konseling biasanya menempati peringkat yang
cukup penting dalam kehidupan seseorang

 Relating Conditionally Terkadang orang dalam konseling menyiratkan bahwa


mereka akan "terbuka" jika konselor memenuhi persyaratan tertentu, yang
biasanya tidak mungkin dipenuhi.

 Controlling Content Orang dalam konseling memiliki kendali penuh atas apa
yang didiskusikan dalam sesi, tidak peduli seberapa besar usaha konselor untuk
campur tangan

 Making Excursions in to The Past. Beberapa orang menghabiskan banyak


waktu konseling untuk menjelaskan pengalaman masa lalu mereka

 Placing The Counselor on The Horns of a Dilemma Konselor yang


menghadapi dilema tidak dapat bergerak jauh ke arah membantu orang tersebut
secara efektif

16. Dealing with Resistance. Poin-poin berikut dapat diingat oleh para konselor ketika
mereka berusaha menghadapi penolakan.

 Relaxed Vigilance. Sikap kewaspadaan santai sehubungan dengan perlawanan


adalah yang paling membantu

 Correct Labeling. Sebelum perilaku diberi label dan direaksikan sebagai


penolakan, penting bagi konselor untuk bersikap benar

 Differentiating Between Type. Penting untuk membedakan antara resistensi


konten, karakterologis, dan relasional. Resistensi konten berarti bahwa orang
dalam konseling menolak membahas bidang-bidang tertentu yang sangat
mengancam. Resistensi karakterologis mengacu pada tipe yang terlihat pada
orang yang pada dasarnya memiliki kepribadian defensif. Mereka biasanya
menghindari ide, perasaan, wawasan, dan situasi yang menimbulkan ancaman.
Resistensi relasional ada antara orang dalam konseling dan konselor. Itu
memanifestasikan dirinya dalam orang yang secara psikologis menarik diri dari
atau menyerang konselo

 Sharing Ketika konselor merasa yakin bahwa penolakan hadir pada tingkat yang
mengganggu konseling, informasi ini dapat dibagikan kepada orang tersebut

 A Positive Sign Sangat membantu bagi konselor untuk memahami bahwa


penolakan terhadap pertumbuhan adalah bagian dari kondisi manusia dan bukan
refleksi negatif terhadap keterampilan mereka

17. How and Why Counselors Resist

 Need Gratification Konselor yang mendapatkan beberapa kebutuhan dasar yang


terpenuhi dari orang yang dikonseling tidak ingin menghentikan terpenuhinya
kebutuhan tersebut

 Personal Relationship Konselor menganggap orang itu menarik dalam satu atau
lain cara dan ingin membina hubungan pribadi serta hubungan professional

 Punishment Seorang konselor mungkin secara negatif melambangkan orang


dalam konseling dengan cara tertentu (yaitu, memandang orang tersebut
menyerupai orang tua, saudara kandung, mantan pasangan, atau pasangan yang
tidak disukai).
 Control Terkadang kebutuhan konselor untuk mengendalikan lebih kuat daripada
kebutuhan untuk membantu.

 Conversion Terkadang, para konselor ikut-ikutan filosofis. Mereka merasa teori


atau aktivitas tertentu bermanfaat dan ingin berbagi manfaat bermanfaatnya
dengan orangorang yang mereka temui dalam konseling

 Dislike for The Person in Counseling. Terkadang, konselor tidak menyukai


orang yang mereka temui dalam konseling, sama seperti orang mungkin tidak
menyukai konselor tetapi tetap melanjutkan konseling.

 Sign of Counselor Resistance Tanda-tanda penolakan pada konselor hampir


sama dengan yang terlihat pada orang yang dikonseling

18. Problems That Counselors Face. Terdapat tujuh masalah yang dihadapi oleh
konserlor:

 Boredom. Jika para konselor tetap sepenuhnya waspada, bersemangat, dan


berkomitmen, mereka seharusnya tidak pernah merasakan bosan

 Hostility. Konselor pada umumnya menganggap diri mereka sebagai orang baik.
Mereka membantu orang lain dan berharap untuk dihargai

 Mistakes Counselors Can Make. Sangat penting bagi konselor untuk menyadari
bahwa mereka akan melakukan kesalahan dan siap untuk mengakui serta belajar
darinya

 Manipulation. Manipulasi terjadi ketika orang menggunakan taktik terselubung


untuk membujuk orang lain untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri daripada
orang lain atau untuk menetralisir orang lain sebagai sumber ancaman.

 Suffering . Kedua belah pihak dapat merasakan siksaan dari satu sama lain

 Unhelpful versus Helpful Relationships. Terdapat dua jenis unhelpful


relationships dalam konseling yaitu emotionally detached dan kedua emotionally
attached

 Terminating Counseling. Terminasi atau proses penghentian/pemutusan


konseling adalah suatu upaya yang dilakukan oleh konselor untuk menetapkan
diri bahwa proses konseling yang telah dibangun ingin diakhiri.

19. Problems Caused by Boredom

 Kebosanan menjauhkan konselor dari orang tersebut, dan orang tersebut


merasakan jarak yang semakin jauh

 Beberapa konselor menipu diri sendiri dengan berpikir bahwa mereka telah mahir
mendengarkan orang dengan satu telinga dan mendengarkan pikiran mereka
sendiri dengan telinga yang lain

 Konselor dapat kehilangan beberapa informasi penting karena tidak fokus


mendengarkan konseli dan konseli akan menggap keluhannya itu tidak
serius/penting karena tidak ada tanggapan dari konselor

20. Manipulation of the counselor. Orang memanipulasi konselor dengan beberapa


alasan:

 To Meet Needs Orang-orang ini berperilaku kasar terhadap konselor. Perilaku


memprovokasi yang khas adalah datang terlambat, membatalkan, atau gagal
membuat janji; membuat tuntutan berlebihan pada konselor untuk waktu

 To neutralize a threat. Secara definisi, konselor adalah sumber ancaman bagi


konseli, karena konselor akan mengungkapkan realita yang mereka pendam

21.

22.
KONSELING DENGAN PENDEKATAN PSIKOANALISA

1. Berikut deskripsi yang lebih rinci tentang hal ini dan defense mechanisms lainnya

 Displacement (pemindahan). Mekanisme pertahanan dimana individu


mengarahkan perasaan agresi atau seksual jauh dari objek yang sebenarnya ke
sesuatu yang lebih aman.

 Sublimation (sublimasi). Sublimasi merupakan bentuk dari displacement yang


paling baik. Karena merupakan mekanisme pertahanan dengan cara mengubah
atau mengarahkan dorongan id ke arah sesuatu yang lebih dapat diterima secara
sosial.

 Repression (Represi). Represi adalah mekanisme pertahanan yang meilbatkan


penolakan secara tidak sadar dari sesuatu yang menyebabkan timbulnya
kecemasan

 Denial (Penolakan). Mekanisme pertahanan yang melakukan penghindaran


terhadap adanya ancaman eksternal atau kejadian traumatis

 Reaction Formation (Pembentukan Reaksi). Mekanisme pertahanan yang


menyembunyikan motif dan perasaan yang sesungguhnya dan menampilkan
wajah yang berlawanan dengan yang sebenarnya

 Projection (Proyeksi). Mekanisme pertahanan dengan cara mengeluarkan impuls


yang menyebabkan kecemasan dan mengarahkan perasaan tersebut ke orang lain

 Rationalization (Rasionalisasi). Mekanisme pertahanan dengan cara


mengiterpretasikan kembali tingkah laku kita agar hal tersebut menjadi lebih
rasional dan dapat diterima oleh kita

 Regression (Regresi). Mekanisme pertahanan dengan cara orang tersebut


mengalami kemunduran pada suatu periode dari hidupnya yang lebih
menyenangkan dan terlepas dari frustasi dan kecemasan

2. Anak-anak dalam studinya menggunakan dua mekanisme pertahanan yang unik untuk
mengatasi kecemasan yang mereka alami sebagai akibat terpisah dari orang tua mereka.
Bowlby menyebut mekanisme pertahanan ini sebagai acting-out behavior dan avoidant
behavior.

 Acting-Out Behavior. Aspek attachment theory melengkapi gagasan


kontemporer tentang diri-dalam-hubungan yang disoroti dalam kebanyakan teori
feminis tentang perkembangan manusia

 Avoidant Behavior. Mekanisme pertahanan kedua yang dibahas oleh Bowlby


dan Ainsworth dalam tulisan mereka berkaitan dengan perilaku menghindar yang
sering ditunjukkan oleh anak-anak dalam studi mereka ketika mereka
dipertemukan kembali dengan ibu mereka setelah masa perpisahan.

3. Psikodinamik berorientasi pada konselor dan terapis dengan menggunakan beberapa


teknik terapi yang menarik untuk mengatasi mekanisme pertahanan klien yang digunakan
untuk kehidupan mereka.

 Free Association Asosiasi bebas adalah teknik dasar psikodinamik yang


dirancang untuk membawa klien pada ketidaksadaran

 Interpretation Pendekatan konseling psikodinamika bersifat interpretatif.


Interpretasi merupakan ketrampilan yang modern dan rumit yaitu pengetahuan
intelektual dari teori psikodinamika digabungkan dengan data klinis yang
didapatkan dari klien

 Dream Analysis and Current Real Issues Analisis mimpi adalah tehnik
psikodinamik penting lainnya yang dapat berguna dalam konseling dan terapi

 Analysis of Resistance Masalah teoritis dan metodologis penting dalam


konseling dan terapi psikodinamik adalah Analisis resistensi. Resistensi meliputi
segala sesuatu dalam kata-kata dan perilaku klien yang mencegah akses kealam
bawah sadar

 Analysis of Transference and Countertransference. Transference mengacu


pada pikiran dan perasaan yang dimiliki klien terhadap konselor.
Countertransference adalah suatu gejala yang terjadi ketika ada perasaan yang
tidak wajar dari pihak terapis terhadap konseli

4. Adler’s Theory

 Teori alternatif Adler, yang disebut sebagai individual psychology

 Sejumlah konsep Adlerian seperti gagasan mengenai inferiority dan superiority


complexes,

 Adler memberi nilai lebih besar pada kesadaran orang-orang dalam


perkembangan mereka

 Adler setuju bahwa dorongan biologis, seksual, dan agresif serta pengalaman
masa kanak-kanak seseorang meningkatkan kemungkinan bahwa seseorang akan
berkembang dengan cara tertentu, ia menempatkan penekanan yang jauh lebih
besar pada kemampuan kreatif orang untuk mewujudkan pencapaian pribadi
mereka dan menjalani kehidupan yang memiliki tujuan

 Bagi Adler, yang penting bagi orang adalah menemukan kesuksesan, kepuasan,
dan makna dalam hidup

 Adler memiliki teori bahwa setiap orang secara alamiah didorong untuk
mengeksplorasi dimensi baru dan belum dimanfaatkan dari mereka dengan
karakteristik manusia yang unik yang disebutnya kepentingan sosial.

5. Social interest adalah konstruksi sentral dalam teori psikologi individu Adler. Menurut
Adler, dorongan bawaan ini didasarkan pada dorongan universal untuk memuaskan tiga
kebutuhan mendasar manusia:

 dorongan bawaan untuk mewujudkan kondisi kesempurnaan

 kebutuhan untuk mencapai rasa kompetensi pribadi (atau apa yang Adler sebut
sebagai superioritas)

 keinginan untuk mengalami belongingness yang meningkat dengan orang lain

6. Dorongan untuk memiliki rasa belongingness memotivasi individu untuk terlibat dalam
sejumlah tugas kehidupan yang sangat penting dalam perkembangan psikologis dan
kesehatan mental seseorang. Tiga tugas kehidupan asli yang dibahas Adler dalam
teorinya tentang psikologi individu meliputi:

 kebutuhan untuk mengembangkan persahabatan dengan orang lain

 keinginan untuk mewujudkan hubungan cinta dengan orang lain

 dorongan untuk terlibat dalam pekerjaan yang memuaskan dan produktif

7. Other Key Adlerian Concepts

 Fictional Goals. berkembang selama masa kanak-kanak seseorang dan tetap lebih
besar di tingkat kesadaran bawah sadar sepanjang hidup seseorang

 Private Logic. sifat fenomenologis orang mengarahkan mereka untuk


membangun makna unik dari pengalaman yang mereka miliki dalam hidup

 Family Factors. Adler mengarahkan perhatian khusus pada cara-cara di mana


pengalaman dan urutan kelahiran keluarga seseorang memengaruhi gaya
hidupnya.

8. Posisi urutan kelahiran ini dijelaskan sebagai berikut:


 The firstborn. Anak pertama menempati posisi unik di family constellation. Dia
pada awalnya merupakan satu-satunya anak, yang biasanya diberikan banyak
cinta dan perhatian oleh orang tuanya

 The Second born, or middle child. Anak kedua, atau anak tengah, ditempatkan
dengan situasi dimana anak memiliki rasa berkompetisi yang tinggi

 The last born. Anak bungsu adalah yang paling mungkin dimanja di konstelasi
keluarga, karena banyak orang tua menyadari bahwa ini akan menjadi anak
terakhir mereka.

 Seperti anak bungsu, anak tunggal cenderung dimanja. Mengingat posisi unik
anak tunggal di konstelasi keluarga, Adler berpendapat bahwa ia tidak mungkin
mengembangkan gaya hidup yang kompetitif

9. Adlerian Counseling and Therapy Strategies:

 Stage 1. Building a Trusting Relationship Adler (1959) menekankan


pentingnya meluangkan waktu untuk mengembangkan hubungan yang saling
menghargai, timbal balik, dan empatik dengan klien pada tahap pertama proses
bantuan

 Stage 2. The Assessment Stage Selain membangun hubungan saling percaya,


membantu klien menilai berbagai dimensi gaya hidup mereka juga penting dalam
kerangka konseling ini

 Stage 3. Promoting Insight Pada tahap ini, konselor Adlerian membantu klien
dalam mengembangkan wawasan baru mengenai aspek-aspek yang tidak
memuaskan dari tujuan fiktif dan perilaku mengalahkan diri sendiri.

 Stage 4. Reorientation Tantangan membantu klien beralih dari mengembangkan


wawasan baru ke tindakan yang lebih efektif dan memuaskan adalah fokus pada
tahap akhir konseling dan terapi Adlerian.

10. Carl Jung and Jungian Therapy

 Jung mencatat mengenai potensi perkembangan yang positif pada manusia

 Jung, di sisi lain, memandang adanya stres positif dan budaya yang berpengaruh
pada perkembangan psikologis yang sehat

 Faktor dinamis yang penting dalam pandangan Jung adalah adanya interaksi yang
kuat dan kompleks antara ego (kesadaran seseorang dalam memahami dunia),
personal unconscious, collective unconscious.

- Personal unconscious meliputi ingatan akan pikiran, perasaan, dan


pengalaman yang telah dilupakan atau ditekan, yang telah kehilangan
intensitas dan kepentingannya dari waktu ke waktu, atau yang tidak pernah
memiliki energi psikis yang cukup untuk memasuki kesadaran seseorang.

- Collective Unconscious mewakili salah satu aspek yang paling menarik dari
pandangan teoretisnya. Dalam membahas dimensi kepribadian individu ini,
Jung menegaskan bahwa itu terdiri dari serangkaian gambar psikis yang
kompleks, universal, dan primordial yang umum untuk semua umat manusia.
Dia menyebut gambar psikis universal ini sebagai archetypes

- The Shadow Within, Shadow mewakili sisi gelap kepribadian individu. Itu
termasuk motif, gambaran, pemikiran, dan perasaan yang tidak ingin kita akui
tetapi itu adalah bagian dari konstitusi psikologis kita. Shadow ada di
personal dan collective unconscious, di mana kita secara psikologis berusaha
menyembunyikannya dari diri kita sendiri dan orang lain

11. Psychological opposites‖ adalah prasyarat yang tak terhapuskan dan sangat diperlukan
untuk semua kehidupan psikis. Salah satu opposites utama yang dibahas Jung dalam hal
ini berkaitan dengan kebutuhan individu untuk mengintegrasikan dimensi archetypal
maskulin (animus) dan feminin (anima) dari kepribadian mereka
12. Jung menggunakan istilah introvert dan extrovert untuk menggambarkan dua tipe
psikologis umum yang dimanifestasikan dalam berbagai "sikap untuk memahami dunia
dan hubungan seseorang dengan dunia"

 Seorang ekstrovert adalah individu yang minatnya terpusat pada orang-orang dan
hal-hal di sekitarnya daripada pada pikiran dan perasaan batinnya.

 Seorang introvert memusatkan perhatian pada pikiran dan perasaan batinnya


sebelum merespons ke dunia luar.

13. Jung menggambarkan empat fungsi psikologis yang menentukan cara individu
memproses rangsangan internal dan eksternal

 Thinking. Orang yang berpikir secara kognitif dan intelektual, berusaha untuk
menafsirkan dan memahami interaksi interpersonal mereka, pengalaman budaya,
dan peristiwa kehidupan lainnya yang mempengaruhi perkembangan psikologis
mereka.

 Feeling. Orang yang bereaksi secara emosional, memusatkan perhatian pada


kesenangan, ketidaksukaan, kemarahan, dan perasaan lain yang dirangsang oleh
pengalaman hidup mereka.

 Sensation. Sensasi melibatkan penerimaan dan identifikasi rangsangan fisik


melalui indra dan menyampaikannya ke kesadaran perseptual

 Intuition. Orang yang fungsi dominannya intuisi, bergantung pada firasat tentang
dari mana rangsangan berasal, ke mana ia pergi, dan kemungkinan untuk
menentukan reaksi dan keputusan mereka terkait dengan stimulus.

14. Jungian Counseling and Therapy Strategies

 Catharsis and Emotional Cleansing Salah satu tujuan utama dari tahap awal
konseling Jung adalah untuk mengembangkan hubungan positif dan saling
percaya dengan klien yang memungkinkan dia merasa aman dalam
mengungkapkan perasaan tentang berbagai situasi yang menjadi perhatian

 Elucidation Pada tahapan elucidation, konselor Jungian membantu Klien untuk


mengkonstruksi makna baru dari situasi dan masalah hidup mereka

 Education. Konselor dan terapis Jungian memainkan peran penting dalam tahap
ketiga ini dengan "mendukung dan mendorong, membantu orang untuk
mengambil resiko dalam mengembangkan kehidupan mereka"

 Transformation,. Pada tahap ini, klien bekerja untuk mengembangkan realisasi


diri tingkat baru dengan meningkatkan kapasitas mereka untuk transformasi
personal.

15.

16.

KONSELING DENGAN PENDEKATAN KOGNITIF-BEHAVIORISTIK

1. Cognitive-behavioral therapy (CBT) yang telah memiliki penelitian dan pengalaman


klinis yang telah membuktikan keefektifan dan kemampuan untuk menghasilkan
perubahan yang signifikan pada klien.

2. Yang membedakan CBT dari perspektif psikodinamis dan existential-humanistic


adalah keyakinannya bahwa

 Perhatian khusus dari konseling dan terapi seharusnya fokus pada perilaku klien
yang dapat diamati dan tanggapan mereka terhadaap kehidupan, bukan pada
masalah alam bawah sadar yang tidak terselesaikan

 Manusia terlahir sebagai ―blank slates‖ dan bahwa apakah manusia belajar untuk
melakukan sesuatu bergantung pada interaksi dan pengalaman terhadap
lingkungan
 Perubahan dalam perilaku mengikut law effect. Law effect menurut Thorndike
(1905) adalah perilaku yang diikuti oleh akibat yang diharapkan akan lebih
berulang dan perilaku yang diikuti oleh akibat yang tidak diharapkan akan kurang
berulang

 Perubahan dalam perilaku atau pembelajaran dapat terjadi secara otomatis


sebagaimana manusia menemukan kemungkinan dalam hubungan antara
rangkaian peristiwa dan perilaku, yang juga disebut dengan associative learning.

3. COGNITIVE-BEHAVIORAL THERAPY: AN OVERVIEW OF BEHAVIORISM

 Classical Conditioning Theory: Pavlov (eksperimen anjing) and Watson


(eksperimen little albert)

 Operant Conditioning Theory: B.F. Skinner (reward, punishment dan


reinforcement)

 Social Learning Theory: Albert Bandura (modeling (eksperimen bobo doll) dan
observational learning.)

4. Berdasarkan teori behavior Skinner, ada 4 jenis operant conditioning yang ada
yaitu:

 Positive Reinforcement – Dalam positive reinforcement, perilaku dikuatkan


dengan diberikan kondisi yang positif.

 Negative reinforcement – negative reinforcement, sebaliknya, dihasilkan ketika


sebuah perilaku dikuatkan dengan akibat dari memberhentikan atau mengabaikan
kondisi negatif.

 Punishment – Skinner mencatat bahwa hukuman sering memberikan kotribusi


dalam pembelajaran. Istilah hukuman menggambarkan perilaku yang dilemahkan
sebagai hasil dari mengalami kondisi negatif dalam lingkungan.

 Extinction – konsep ini menggambarkan perilaku yang dilemahkan atau


diberhentikan ssebagai hasil dari tidak mengalami kondisi positi fatau negatif
dalam lingkungan.

5. Other Behavioral Strategies

 Pinpointing Behavior adalah menunjukkan perilaku target khusus untuk dirubah


atau dikuatkan.

 Positive and Intermittent Reinforcment menggambarkan pembubaran


reinforcment secara acak, apakah itu positif atau negatif. Jenis penguatan ini bisa
sangat membantu dalam memahami perilaku klien.

 Charting adalah progres yang dibuat dengan program perubahan perilaku adalah
membuat grafik perubahan yang dinyatakan oleh klien.

 Relaxation Training adalah Mengajarkan orang-orang mekanisme dari teknik


relaksasi telah cukup meredakan beberapa masalah kompleks

 Biofeedback and Self-Regulation adalah untuk memonitor ketegangan otot,


detak jantung, dan aliran darh sebagai bagian dari perencanaan treatment untuk
membantu klien meredakan ketegangan

 Reciprocal Inhibition and Systematic Desensitiation merupakan bentuk terapi


perilaku yang berdasarkan pada pencegahan respon oleh respon lain yang tidak
cocok dengannya. systematic desensitization adalah untuk melatih respon relax
otomatis bersama dengan objek yang ditakuti. Teknik ini sudah terbukti efektif
pada kecemasan atau fobia

 Modeling and Social Skills Training. Modeling adalah satu daricara yang paling
sederhana dan nyata untuk mengajari klien perilaku baru
6. Systematic desensitization conditioning techniques memiliki tiga langkah utama: (1)
pelatihan dalam relaksasi otot, (2) mengkonstruksi hirarki kecemasan, dan (3)
memasangkan objek khusus dari hirarki kecemasan dengan pelatihan relaksasi

7. Meichenbaum (1991) menguraikan 10 prinsip utama CBT:

 Perilaku secara timbal balik ditentukan oleh "pikiran, perasaan, proses fisiologis,
dan konsekuensi yang dihasilkan klien".

 Kognisi tidak menyebabkan kesulitan emosional; melainkan, mereka adalah


bagian dari proses interaktif yang kompleks

 "Tugas utama terapis CB adalah membantu klien memahami bagaimana mereka


membangun dan menafsirkan realitas

 "CBT mengambil masalah dengan pendekatan psikoterapi yang mengadopsi rasio


posisi nalis atau objektivis

 "Fitur kritis CBT adalah penekanan pada kolaborasi dan pada proses penemuan

 "CBT berpendapat bahwa hubungan yang berkembang antara klien dan


permintaan itu sangat penting untuk proses perubahan

 "Emosi memainkan peran penting dalam CBT"

 "Terapis CBT sekarang mengakui manfaat melakukan CBT dengan pasangan dan
keluarga"

 "Pencegahan yang kambuh adalah dimensi sentral dari CBT

 "CBT dapat diperluas melampaui pengaturan klinik untuk pencegahan dan


pengobatan"

8. Aaron Beck, Cognitive Therapy, and Automatic Thoughts

 Beck berfokus pada perubahan kognitif untuk menghasilkan perubahan perilaku.


perubahan kognitif dasar ini akan menjadi perpindahan dari "Aku tidak bisa" ke
"Aku bisa."

 Teknik konseling lain yang direkomendasikan Beck adalah penggunaan catatan


harian pikiran otomati

9. Dalam model teori Beck, terapis berusaha mengubah pola berpikir klien dan cara
membangun pandangan dunia mereka. Ini membutuhkan langkah-langkah berikut:

 Kenali pemikiran dan ide maladaptif.

 Perhatikan pola pengulangan ide yang cenderung tidak efektif

 Jarak dan decenter.

 Ubah aturannya

10. CBT Strategies

 Stress Management

- Stress Management Training Program manajemen stres menggabungkan


banyak teknik perilaku yang dijelaskan dalam bab ini ditambah teknik kognitif
penting, serta mikroskema mendengarkan

- Stress Management Training and Trauma Konsep manajemen stres dan


inokulasi stres telah diperluas untuk memasukkan saran spesifik tentang cara
bekerja dengan penyintas trauma (pemerkosaan, pelecehan, serangan teroris).

 Social Skills Training Bagian penting dari metode kognitif - perilaku adalah
pelatihan kecakapan hidup, mengajar klien dan mode spesifik lainnya dalam
merespons secara efektif berbagai tantangan kehidupan
 Assertiveness Training Ada beberapa individu yang terlalu agresif dan
mendominasi, yang memberi tahu orang lain apa yang harus dilakukan dan apa
yang harus dipikirkan

- Multicultural Considerations in Assertiveness Training Penting untuk diingat


bahwa satu dimensi penting untuk dapat terlibat dalam pelatihan asertif adalah
merasa baik tentang diri sendiri.

 Relapse Prevention Membantu klien untuk mempertahankan efek positif dari


CBT menjadi menantang ketika mereka kembali ke pekerjaan atau lingkungan
rumah dan menemui masalah yang sama.

11. Program pelatihan manajemen stres melibatkan tiga fase berbeda:

 membantu klien mengembangkan pemahaman kognitif tentang peran yang


dimainkan stres dalam kehidupan mereka,

 mengajarkan keterampilan koping khusus sehingga mereka dapat mengatasi stres


dengan lebih efektif,

 bekerja dengan pikiran dan perasaan klien tentang situasi stres sehingga mereka
akan termotivasi untuk melakukan sesuatu tentang stres di luar pengaturan
konseling dan terapi.

12. Paling sering, pelatihan keterampilan sosial melibatkan komponen kognitif -


perilaku berikut:

 Hubungan, membangun struktur

 Presentasi kognitif dan pemberian cue

 Pemodelan.

 Praktek

 Generalisasi

13. Albert Ellis and Rational-Emotive Behavior Therapy

 Banyak dari tulisan nonfiksinya yang awal berfokus pada berbagai masalah yang
berkaitan dengan seksualitas manusia.

 Ellis mengubah nama metode terapinya yang berusia 40 tahun dari rational-
emotive therapy (RET) menjadi rational-emotive behavior therapy (REBT)

 Pandangan REBT adalah bahwa orang sering menjadikan diri mereka sendiri
korban emosional dengan pola pikir mereka yang terdistorsi, tidak realistis, dan
tidak rasional

14. Ellis (2000) mengemukakan bahwa penting bagi konselor untuk membantu mereka

 memeriksa cara mereka membangun makna dalam kehidupan mereka

 memahami keyakinan irasional yang mendasari banyak konstruksi mental mereka

 merekonstruksi lebih banyak kognisi rasional, dan

 menggunakan kehendak bebas mereka untuk berkomitmen untuk membuat


perubahan

15. The A-B-Cs of Cognition

 A ----- "objektif" fakta, peristiwa, perilaku yang dihadapi seorang individu

 B ----- keyakinan seseorang tentang A

 C ----- konsekuensi emosional, atau bagaimana perasaan dan tindakan seseorang


terhadap A
16. The D-E-Fs of Promoting and Maintaining Change

 "D" merupakan hal yang diperdebatkan antara kepercayaan dan pemikiran


terhadap irasional.

 "E" merupakan efek dari perselisihan pada klien

 "F" merupakan perasaan dan perilaku baru

17. William Glasser and Reality Therapy

 Pentingnya menerima tanggung jawab sendiri untuk menciptakan kesehatan


psikologis dan kepuasan pribadi atau pembinaan tekanan psikologis dan
ketidakpuasan dengan hidup adalah inti dari terapi realitas dari William Glasser,
teori Glasser bisa diringkaskan dengan mengatakan, "Mengambil tanggung jawab
dan kendali atas kehidupan Anda sendiri dan menghadapi konsekuensi dari
tindakan Anda

 Central Theoritical Constructs of Reality Therapy : Dalam menggambarkan


prinsip-prinsip dasar terapi realitas, Glasser (1998) umumnya klien
bertanggung jawab untuk menjadi berhasil dalam memenuhi kebutuhan mereka.

18.

19.

Anda mungkin juga menyukai