1. Transference
Transference adalah proyeksi perasaan, sikap atau keinginan konseli yang lalu maupun sekarang
kepada konselor (Brammer, 1998). Transference dapat digunakan dalam dua cara, yaitu: transference
untuk membantu konselor memahami konseli dengan baik, transference sebagai cara untuk
memecahkan masalah konseli.
Ada lima pola perilaku transference sering muncul dalam konseling, antara lain : konseli
menganggap konselor adalah sosok yang ideal, pelindung, pengayom, pembuat frustasi, atau orang
yang tidak dikenal..
Transference ada yang bersifat positif dan bersifat negatif. Transference positif ini dapat berupa
kekaguman konseli kepada konselor. Transference negatif ini misalnya konseli menuduh konselor
mengabaikan konseli atau berperilaku negatif pada konseli.
2. Countertransference
Countertransference mengacu pada reaksi atau tingkah laku konselor yang diproyeksikan kepada
konseli. Reaksi countertransference bisa saja tidak masuk akal, menekankan antarpribadi, dan
neurotik, muncul dari permasalahan konselor sendiri yang belum terselesaikan. Counter-transference
ini dapat menggangu hubungan konseling.
Kernberg (dalam Gladding, 2012: 201) menggunakan dua pendekatan utama untuk masalah
konseptualisai countertransference, yaitu: