Anda di halaman 1dari 28

KETERAMPILAN DALAM KONSELING

TRAUMATIK

Oleh :
Eva Nurlina Aprilia.
M.Kep.,Ns.,Sp.Kep.Kom

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


NOTOKUSUMO YOGYAKARTA
26 Juli 2023
Trauma ?

• Suatu keadaan jiwa atau tingkah


laku yang tidak normal sbg akibat
dari tekanan jiwa atau cidera
jasmani.
• Luka yang ditimbulkan oleh factor
eksternal, tekanan jiwa yang timbul
akibat peristiwa yang berbahaya baik
fisik maupun psikologis seseorang
yang membuatnya tidak lagi merespon
nyaman, merasa tidak berdaya dan
peka dalam menghadapi bahaya.
• Suatu kondisi emosional yang berkembang
setelah suatu peristiwa trauma yang tidak
mengenakkan., menyedihkan, menakutkan,
mencemaskan dan menjengkelkan seperti
peristiwa seperti pemerkosaan,
pertempuran, kekerasan fisik, kecelakaan,
bencana alam dan peristiwa2 tertentu yang
membuat batin konseli tertekan
Apa itu Konseling Traumatik ?

• Upaya pemberian bantuan pada konseli


dengan kondisi trauma.
• Bersifat terapeutis yg diarahkan utk
mengubah sikap dan perilaku konseli yg
mengalami trauma.
• Dilaksanakan face to face antara konseli
dan konselor
• Melalui Teknik wawancara dengan konseli
sehingga dapat menuntaskan permasalahan yang
dialaminya.
!!!!!

“Ada tiga hal yang sangat


keras, yaitu besi, berlian
dan memahami diri ”
Benjamin Franklin.

7
Perbedaan Konseling Traumatik dgn Konseling Biasa
(1. Fokus)

Konseling Traumatik Konseling Biasa

• Menitikberatkan pada • Menghubungkan


1 (satu) masalah yaitu permasalahan yang
gejala trauma yang ada dihadapi klien dgn
pada diri klien masalah2 lainnya
Ex : Latar belakang
klien, proses
ketidaksadaran klien,
tekanan klien, masalah
komunikasi klien, krisis
identitas, konflik nilai
Konselor berusaha utk
2. Aktifitas mengarahkan, mensugesti,
memberi saran, mencari
Konseling dukungan dari keluarga dan
traumatik lbh teman klien, menghubungi
banyak melibatkan orang yang ahli, melibatkan
orang yg kompeten secara legal
orang dlm
utk membantu klien dan
membantu klien mengusulkan berbagai
dan lebih banyak perubahan lingkungan utk
aktif adalah kesembuha klien
Konselor
Lebih menekankan pada
pulihnya Kembali
3. Tujuan klienpada keadaan
sebelum trauma dan
mampu menyesuaikan
diri dgn keadaan
lingkingan yg baru secara
lebih spesifik
Tujuan Konseling Trauma
• Berpikir realistis, bahwa trauma yg
dihadapi klien adalah bagian dari
kehidupan

• Memperoleh pemahaman tentang


peristiwa dan situasi yg menimbulkan
trauma

• Memahami dan menerima perasaan yang


berhubungan dgn trauma
• Belajar keterampilan baru
untuk mengatasi trauma

• Menghilangkan bayangan
traumatis
• Meningkatkan kemampuan
berpikir secara lebih
rasional
• Membangkitkan minat terhadap realita
kehidupan

• Memulihkan rasa percaya diri


• Kepedulian emosional serta
mengembalikan makna dan tujuan hidup

• Memulihkan kelekatan dan keterkaitan


dgn orang lain yg dpt memberi dukungan
dan perhatian
Keseimbangan antara Empati dan
Ketegasan

• Empati :
Kemampuan konselor utk merasakan apa
yg dirasakan klien.
• Konselor harus mampu melihat kapan dia harus
empati dan kapan dia harus tegas dlm
mengarahkan klien utk kesembuhan klien.
Bentuk Empati

Empati Primer Empati Tingkat Tinggi

• Suatu bentuk yg hanya • Keikutsertaan konselor


memahami perasaan, dalam merasakan dan
pikiran, keinginan dan memikirkan apa yang
pengalaman klien dirasakan dan
• Tujuan : Agar klien dipikirkan kliennya.
terlibat pembicaraan
dan terbuka pada
konselor
• Ketegasan utk mengarahkan klien adalah kemampuan
konselor utk mengatakan kepada klien agar klien berbuat
sesuatu atau dengan kata lain mengarahkannya agar klien
melakukan sesuatu
• Proses konseling traumatic terlaksana karena hubungan
konseling berjalan dengan baik
• Proses konseling traumatic merupakan peristiwa yang
tengah berlangsung dan memberi makna bagi konseli
yang mengalami trauma dan memberi makna bagi
konselor yg mambentu mengatasi trauma konseli tsb.
Secara umum proses konseling terbagi atas 3
(tiga) tahap:

1. Tahap Awal (tahap identifikasi masalah)


2. Tahap Pertengahan (tahap
kerja dengan masalah
tertentu)

3. Tahap Akhir
(action)
TAHAP AWAL KONSELING

1. Keterampilan Attending
Merupakan perilaku konselor menghampiri klien yang
diwujudkan dalam bentuk kontak mata, bahasa tubuh dan bahasa
lisan
CIRI-CIRI ATTENDING YANG BAIK
a. Menganggukkan kepala apabila menyetujui pernyataan klien
b. Ekspresi wajah tenang, ceria dan senyum
c. Posisi duduk, tubuh agak condong ke arah klien, jarak dekat,
berhadapan atau berdampingan
d. Variasi isyarat gerakan tangan berubah-ubah untuk
menekankan suatu pembicaraan
e. Mendengarkan secara aktif, penuh perhatian, menunggu
ucapan klien hingga selesai, diam atau menunggu kesempatan
untuk bereaksi .
2. Keterampilan Mendengarkan

Merupakan Kemampuan konselor menyimak atau


memperhatikan penuturan klien selama proses konseling dan
menangkap pesan pembicaraan klien.
(Optimalisasi fungsi pendengaran/telinga sangat penting)

3. Keterampilan Berempati

Merupakan Kemampuan konselor untuk merasakan apa yang


dirasakan klien, merasa dan berpikir bersama klien. “Saya
memahami perasaan, pikiran dan keinginanmu”.

Empati diawali dengan simpati, yaitu kemampuan konselor


memahami perasaan, pikiran, keinginan dan pengalaman klien.
“Saya dapat merasakan apa yang engkau rasakan”.
4. Keterampilan Refleksi
Merupakan Kemampuan konselor untuk memantulkan kembali
kepada klien tentang perasaan, pikiran dan pengalaman klien
sebagai hasil dari pengamatan terhadap perilaku verbal dan
nonverbalnya.
5. Keterampilan Eksplorasi
Merupakan Kemampuan konselor untuk menggali perasaan,
pikiran dan pengalaman klien
6. Keterampilan Bertanya
Merupakan Kemampuan konselor untuk mengajukan
pertanyaan-pertanyaan pada sesi konseling (baik pertanyaan
terbuka maupun tertutup)
7. Keterampilan Paraphrasing
Merupakan Kemampuan konselor untuk mengungkapkan
kembali apa yang disampaikan klien dengan bahasa
sendiri oleh konselor
Contoh Paraphrasing : “Adakah yang anda katakan
adalah......”

8. Keterampilan Memberikan Dorongan Minimal

Memberikan dorongan langsung dan singkat terhadap apa yang


telah dilakukan klien agar klien selalu terlibat dalam pembicaraan.
Contoh : terus..., Oh...., Lantas......, lalu....., dsb.

TAHAP PERTENGAHAN KONSELING

1. Keterampilan Menyimpulkan Sementara

Menyampaikan kemajuan hasil pembicaraan, mempertajam atau


memperjelas fokus pada wawancara konseling serta memberikan
kesempatan kepada klien untuk melakukan feed back (kilas balik)
dari hal-hal yang telah dibicarakan
2. Keterampilan Memimpin
Memimpin arah pembicaraan agar tujuan konseling dapat tercapai
secara efektif dan efisien

3. Keterampilan Memfokuskan
Memusatkan perhatian klien pada pokok pembicaraan

4. Keterampilan Melakukan Konfrontasi

Menantang klien untuk melihat adanya diskrepansi atau


inkonsistensi (ketidakkonsistenan) antara perkataan dengan bahasa
tubuh, ide awal dengan ide berikutnya dsb.
Tujuannya agar klien jujur dan memahami konflik yang ada pada
dirinya.
5. Keterampilan Menjernihkan (Clarifying)

Menjernihkan atau memperjelas ucapan-ucapan klien yang


samar-samar, kurang jelas dan agak meragukan.
Tujuannya agar klien mengulang perkataan, menjelaskan lagi
atau mengilustrasikan perasaannya

6. Keterampilan Memudahkan (Facilitating)


Membuka komunikasi agar klien dengan mudah berbicara
dengan konselor dan menyatakan perasaan, pikiran, dan
pengalamannya secara bebas

7. Keterampilan Mengarahkan (Directing)


Mengajak dan mengarahkan klien untuk berpartisipasi secara
penuh dalam proses konseling
8. Keterampilan Memberikan Dorongan Minimal
Memberikan dorongan langsung dan singkat terhadap apa yang
telah dilakukan klien agar klien selalu terlibat dalam pembicaraan.
Contoh : terus..., Oh...., Lantas......, lalu....., dsb.

9. Keterampilan Sailing (Saat Diam)

Dalam proses konseling, diam atau tidak bersuara bisa menjadi


teknik konseling, oleh karena itu, konselor harus bisa
memanfaatkan situasi ini. Keadaan diam, akan membantu konselor
:
a. Mendorong klien untuk bicara
b. Membantu klien untuk lebih memahami dirinya
c. Setelah diam, klien dapat mengikuti ekspresi yang
membawanya berpikir dan bangkit dengan tilikan yang
mendalam
d. Mengurangi kecepatan wawancara
10. Keterampilan Mengambil Inisiatif

Mengambil inisiatif perlu dilakukan oleh konselor apabila klien


kurang bersemangat untuk berbicara, sering diam dan kurang
partisipatif.

11. Keterampilan Memberi Nasehat

Nasehat bisa diberikan kepada klien apabila ia meminta

12. Keterampilan Memberi Informasi

Informasi yang diberikan harus benar-benar diketahui konselor,


kalau tidak begitu tahu, jangan diinformasikan, upayakan juga
klien mencari informasi sendiri melalui media informasi.
13. Keterampilan Menaksirkan atau Interpretasi

Upaya konselor mengulas pikiran, perasaan dan pengalaman klien


dengan merujuk kepada teori-teori yang ada. Hal ini untuk
memberikan rujukan, pandangan, pengertian, pemahaman dan
perubahan perilaku klien dari hasil rujukan baru tersebut.

TAHAP AKHIR KONSELING

1. Keterampilan Menyimpulkan

Mengambil inti pkok pembicaraan (wawancara konseling)

2. Keterampilan Merencanakan

Membantu dan bekerjasama dengan klien menyusun program


perubahan dan perbuatan nyata yang produktif.
3. Keterampilan Menilai (Mengevaluasi)

Menetapkan batas-batas atau ukuran-ukuran keberhasilan proses


konseling yang telah dilaksanakan. Selain itu, ditetapkan juga
kendala yang menjadi hambatan, kemudian ditentukan apa tindk
lanjutnya.

4. Keterampilan Mengakhiri Konseling

Kemampuan menutup sesi konseling. Caranya :


a. Mengatakan bahwa waktu konseling akan berakhir
b. Merangkum isi pembicaraan
c. Bersepakat dengan klien tentang pertemuan yang akan datang
d. Menunjukan catatan-catatan singkat tentang hasil pembicaraan
e. Memberikan tugas-tugas tertentu kepada klien
Matur
Nuwuuuuun

28

Anda mungkin juga menyukai