Anda di halaman 1dari 15

PSIKOLOGI

KONSELING
Hello!
KELOMPOK 4:
Shinta Agustina Nur A. (201860005)
Muhammad Rakha’ (201860009)
Ima Noor Safitri (201860013)
Veren Aurellia Leonita (201860017)
Nana Nurjanah (201860054)
1.
Keterampilan dan Kualitas
Konselor
Sebagai Pewawancara
Wawancara konseling tidak terjadi, kecuali bila PENDEKATAN DALAM WAWANCARA KONSELING
ada seseorang yang merasa tidak mampu
menangani sendiri problem yang dihadapi, dan
memerlukan bantuan dari orang lain atau
konselor yang menentukan sesi-sesi konseling
yang dibutuhkan.
KONSELING
Tujuan utama konseling adalah menolong DIRECTIVE KONSELING
individu untuk mengerti penyesuaian diri, NONDIRECTIVE
serta memecahkan masalah yang berkaitan
dengan sikap dan hubungan dengan orang
lain. Inti peran konselor dalam wawancara konseling adalah
sebagai pendengar, pengamat, reaktor penanya, penolong,
simpatisan, dan informan.
Sebagai Pendengar
Konselor sebagai pendengar yang aktif, hal ini sangat penting dikarenakan beberapa faktor :
 Menunjukkan sikap penuh kepedulian
 Merangsang dan memberanikan klien unruk beraksi secara spontan terhadap konselor
Menimbulkan situasi yang mengajarkan Dibutuhkan dua hal dalam
 Klien membutuhkan gagasan-gagasan baru kualitas konselor

Kualitas konselor sebagai pendengar:


 Mampu berhubungan dengan orang-orang dari kalangan sendiri, dan berbagai
ide-ide
Kesabaran
 Menantang klien dalam konseling dengan cara-cara yang bersifat membantu
Memperlakukan klien dengan cara-cara yang dapat menimbulkan respons
yang bermakna
Kepekaan
 Keingian untuk berbagi tanggung jawab secara seimbang dengan klien dalam
konseling
Sebagai Pribadi
Pribadi seorang konselor yang seimbang dapat Dalam praktik konseling, terdapat tiga ketempilan
membatunya dalam menjalankan tugas sebagai yang wajib dikuasai oleh seorang konselor, yaitu:
seorang konselor yang dapat diperhitungkan.

Kualitas lahiriah dari seorang konselor adalah


menawan hati, memiliki kapasitas untuk
berempati, dan karakteristik-karakteristik lain yang Keterampilan
memiliki makna yang sama. Kualitas tersebut Integrasi
antarpribadi
tidak seluruhnya bawaan lahir, melainkan dapat
dicapai dan diusahakan lewat proses belajar.

Keterampilan konselor dalam konseling dapat Intervensi


dipakai untuk menghibur orang-orang yang
bermasalah, dan membantu konseli
mengendalikan emosi.
Konselor Berempati
Empati adalah kemampuan seseorang untuk bereaksi terhadap emosi negatif atau
positif orang lain, seolah-olah emosi itu dialami sendiri.
 Ada dua cara agar konselor mampu menghadirkan empati
terhadap orang lain:
Mulai dari
Lakukan Tindakan diri sendiri
 
Melatih Empati Empati

Membayangkan kejadian
Memberikan
pada diri sendiri
bantuan
Mendengarkan curhat
orang lain
Berhati-hati dalam ucapan dan
perbuatan
Menuliskan perasaan
positif dan negatif,
Konselor Memahami Klien
Ada klien yang datang kepada konselor dengan keinginan dan kesadaran
pada dirinya,dan ada juga klien yang datang pada konselor atas keinginan
orang lain

Shertzer and Stone (1987) mengumumkan bahwa keberhasilan atau


kegagalan proses konseling ditentukan oleh tiga hal, yaitu kepribadian
klien, harapan klien, dan pengalaman atau pendidikan klien.

Kepribadian klien berperan dalam menentukan Umumnya, harapan klien terhadap konseling adalah
keberhasilan proses konsling. Aspek kepribadian mendapapatkan informasi, menurunkan kecemasan,
meliputi emosi, sikap, intelektual, motifasi,dan lain memperoleh jawaban dari persoalan yang di hadapi, serta
sebagainya. upaya agar dirinya lebih baik dan berkembang.

Aneka ragam klien: a. Klien enggan Dengan pengalaman dan pendidikan


a. Klien suka rela b. Klien bermusuhan yang memadai, klien lebih mudah
atau menentang memahami dirinya serta persoalan
b. Klien terpaksa
c. Klien krisis menjadi tampak lebih jelas dan terarah.
2.
Keterampilan Dalam Proses
Konseling
Keterampilan Menstruktur
Teknik yang digunakan konselor untuk memberikan batasan-batasan atau pembatas
agar proses konseling berjalan sesuai dengan apa yang menjadi tujuan dalam konseling.

Sesi pertama:
Untuk menyeimbangkan diakhirinya sesi pertama
 Untuk membentu hubungan, aliansi terapeutik yang dibutukan dua keterampilan, yaitu:
akan menjadi dasar terapi
Sesi kedua:
 Preskipsi (pemberian tugas oleh konselor)
Sesi ketiga:
Begabung
 Menghentikan suasana yang kacau /interaksi yang Dengan Klien
destruktif Mendengarkan
Klien
Sesi keempat:
 Mengakhiri terapi (mereviu)
Keterampilan Administratif
Keterampialan Administrasi merupakan interpreter terbaik bagi kejelasan dan
kelengkapan pemikiran konselor tentang sebuah kasus.

1. Dasar-dasar pencatatan: 2. Catatan proses:


 Kualitas pencatatan seseorang merupakan ekspresi  Catatan proses menjadi sarana untuk
konkret dari kualitas kepeduliannya terhadap klien mendokumentasikan suatu perawatan.
Bentuk pencatatan: Enam atribut dalam catatan klinis :
o Menyusun dan merangkum dokumen o Catatan seharusnya mempunyai basis
informed consent faktual
o Rancangan penanganan o Catatan harus akurat
o Catatan pembayaran o Semua catatan klinis harus lengkap
3. Rujukan: o Catatan harus mutakhir
 Membuat rujukan adalah sebuah kewajiban etis o Catatan harus diorganisasikan secara
bilamana telah jelas bahwa klien tidak mendapatkan logis
manfaat dari terapinya saat ini atau bilamana klien o Harus dijaga kerahasiannya
memintanya.
Keterampilan Proses
Kemampuan terapis untuk
mengonseptualisasikan kasus dan
melacak berbagai interaksi akan
secara langsung mempengaruhi
perjalanan terapinya kearah positif
atau negatif.


Keterampilan Berpikir klinis
Mengumpulkan data yang kita butuhkan dari banyak ruang lingkup kehidupan untuk
membantu klien menciptakan perbedaan perilaku yang nyata terlihat di kehidupannya

Untuk menentukan terapi yang cocok perlu Diagnosis:


memperhatikah hal-hal berikut:
Memberikan deskripsi ringkas mengenai sebuah
 Umur klaster perilaku (gejala) yang akan kita gunakan
 Gender untuk memedomani penanganan.

 Etnisitas
 Status sosial-ekonomi
Kerampilan Mengatasi
Masalah
Walter dan Peller (1992) memberikan kriteria untuk tujuan dalam terapis
terfokus-solusi, antara lain:
 Bahwa tujuan harus dibingkai secara positif. Seperti memberikan dorongan
untuk mendapatkan sebanyak mungkin perilaku spesifik yang dapat diobservasi
terapi kepada klien.
 Untuk tujuan yang ditetapkan dengan baik adalah bahwa tujuan itu dalam bentuk
proses. Artinya selalu menggunakan kata kerja yang menyatakan tindakan yang
terus menerus.
 Bahwa tujuan ini memiliki fokus langsung (being on track)
Thanks!
Any questions?

15

Anda mungkin juga menyukai