Jika pemuda itu tak mampu menyadari dan menerima hal itu, sehingga ia
merasa bahwa semua gadis lain tak berbeda dengan gadis yang pernah ia puja, ini
berarti kesenjangan antara pengalaman pribadinya dan realitas menjadi sangat
ekstrem, dan perilakunya pun akan terganggu.
B. Tujuan Konseling
C. Proses Konseling
D. Teknik Konseling
1) Asosiasi bebas
3) Analisis Mimpi
Setiap mimpi memiliki isi yang bersifat manifes atau disadari dan juga yang
bersifat laten (tersembunyi). Isi yang bersifat manifes adalah mimpi sebagai
tampak pada diri orang yang mipi, sedangkan isi yang bersifat laten terdiri atas
motif- motif tersamar dari mimpi tersebut. Tujuan analisis mimpi adalah untuk
mencari isi yang laten atau sesuatu yang ada dibalik isi yang manifes, untuk
memenukan sumber-sumber konflik terdesak. Analisa mimpi hendaknya
difokuskan kepada mimpi- mimpi yang sifatnya berulang-ulang, menakutkan, dan
sudah pada taraf mengganggu.
4) Analisis Resistensi
5) Analisis Transferensi
a. Identitas Klien
Nama : IK
Agama : Islam
Alamat : Padang
Pekerjaan : Mahasiswa
b. Gambaran Masalah
Dari konseling yang telah saya lakukan dengan klien, saya mendapat
gambaran tentang masalah klien yang bahwasanya, klien adalah seorang yang
pendiam dikelas dan kurang bisa bergaul dengan lawan jenisnya, akan tetapi ia
tetap memiliki teman dekat perempuan. Masalahnya adalah klien menyadari
bahwa dirinya bermasalah dalam belajar. Rasa malas didalam dirinya sudah
tertanam dari ia sejak kecil, sehingga berdampak hingga sekarang.
Berdasarkan ungkapan klien, pada masa kecilnya dulu saat ia duduk di kelas
2 SD, ia mendapatkan sebuah pernyataan yang hingga kini masih tertanam
dibenaknya, yaitu orang tua lebih mengatakan lebih memilih untuk mencari uang
daripada mengajarinya belajar, dengan menggunakan kalimat seperti ini “Lebih
baik, ayah capek mencari uang di luar sana, dari pada mengajari dan menunggu
kamu yang lamban dalam belajar”.
Sejak menerima pernyataan yang dikeluarkan oleh ayahnya, semangat
belajarnya pun menurun, dan ia lebih memilih untuk tidak belajar sama sekali
daripada harus menunggu bantuan orang lain menjelaskan kepadanya.
1) Tahap Laten : pada tahap ini, anak seharusnya pada masa rehat, dimana anak
bermain dengan teman sebaya. Pada tahap perkembangan ini, anak
seharusnya bisa memanfaatkan situasi belajar bersama dengan teman
sebayanya.
2) Tahap Genital : pada tahap inilah, klien saat duduk di kelas 2 SD, klien mulai
mendapatkan pernyataan bahwa dia seorang anak yang lamban, sehingga dari
pernyataan yang muncul dari orang tuanya membuat dia menjadi tidak
bersemangat dalam belajar dan akhirnya malas dalam belajar.
d. Tujuan Konseling
Untuk melepaskan tekanan yang selalu mendesak di alam bawah sadar klien
yang selama ini tidak dilepaskan agar bisa muncul kea lam sadar klien, dan
memberikan pemahama kepada klien maksud dari tekanan yang klien rasakan
e. Teknik Konseling
Selain itu, klien juga dapat bercerita panjang lebar tentang kehidupannya
sejak kecil hingga ia sekarang sudah kuliah. Yang mana, pada masa kecilnya
orang tuanya kurang memberikan perhatian kepada dirinya. Orang tuanya sangat
mementingkan pekerjaan daripada mengurus dirinya dan saudara – saudaranya. Ia
lebih banyak dibantu oleh pembantu mereka namun ia mengabaikan begitu saja,
akibat tekanan dari pernyataan yang dikeluarkan oleh orang tuanya
KEPUSTAKAAN
Corey, G. (2005). Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: Refika
Aditama.
Komalasari, G, dkk. (2011). Teori dan Teknik Konseling. Jakarta: Indeks.