Anda di halaman 1dari 14

‫السالم عليكم ورحمة الله وبركاته‬

BIMBINGAN DAN KONSELING

SYARAT-SYARAT KONSELOR

Oleh:
Kelompok III

Emma Yutia (190101010038)


Nida’ul Khairiah (190101010099)
Rismayandi Anshari (190101010025)
A. Perilaku dan Pribadi Konselor

Untuk lingkungan dimana konselor dapat bekerja dengan baik.


Biasanya para konselor berorientasi dengan sosial dan masalah.
Oleh karena itu harus memiliki keterampilan dan kreativitas yang
tinggi.
Faktor lain yang dapat membantu untuk meningkatkan kualitas kepribadian
konselor yaitu:
a) Konselor diharuskan untuk mampu terlebih dahulu memahami atau mengenali dirinya
sendiri, kelebihan ataupun kekurangannya, serta kebutuhannya, dan perasaanya, juga
kepekaan terhadap diri sendiri.
b) Memiliki kompetensi diri yang baik, seperti kecerdasan intelektual, kestabilan emosi,
social, memiliki moral yang tinggi.
c) Mampu mengetahui kesehatan psikologis yang baik, yakni mampu akan menata
dirinya untuk menciptakan kenyamanan diri, memenuhi kebutuhan diri, dan dapat
beradaptasi dalam bekerja.
d) Dapat dipercaya, yaitu dapat bertanggung jawab, berpegang teguh serta
konsisten dalam bekerja.
e) Kejujuran, artinya konselor dalam bersikap sesuai dengan kenyataannya, agar
memudahkan konselor dan konseli untuk berinteraksi dalam proses konseling,
sehingga akan menimbulkan perasaan nyaman secara psikologis bagi diri konseli.
f) Kekuatan, konselor harus memiliki kekuatan secara psikologis, agar konseli merasa
nyaman dalam konseling, fleksibel dalam bekerja dan mampu menata emosi diri.
g) Kehangatan, mampu untuk mencairkan suasana perasaan konseli yang sedang tidak nyaman,
melalui nada suara yang hangat, tatapan mata serta mimik wajah yang ditampilkan.
h) Pendengaran yang aktif, artinya konselor harus memiliki kualitas pendengaran yang baik, hal ini
menunjukkan bahwa konselor memberikan perhatian kepada konseli. Dimana konseli yang datang
untuk konseling merupakan orang-orang yang sedang bermasalah, dia membutuhkan gagasan-
gagasan baru dari konselor, untuk mencari solusi yang tepat bagi dirinya, dan konselor membantu
konseli untuk mencapai apa yang dia harapkan.
i) Kesabaran, sebaiknya mampu untuk menciptakan situasi secara alami dengan
konseli dalam memberikan arahan-arahan serta bimbingan, sehingga tercipta
kondisi yang kondusif.

j) Kepekaan, dalam proses konseling konselor harus peka terhadap apa yang sedang di
hadapi konseli, orang yang berkonsultasi dengan konselor yang mempunyai
sensitivitas dia akan merasakan lebih percaya diri.
Keabsahan, kebebasan konselor dalam konseling maksudnya adalah agar konseli
merasa lebih dekat dengan konselor, sehingga dia dapat menerima apa yang sedang
dialamninya, dan mampu memilih pikiran yang diinginkan.
B. Kompetensi yang Harus Dimilki oleh Seorang Konselor

Association for Multicultural Counseling and Development (AMCD) mengeluarkan


kompetensi multikultural bagi konselor, kompetensi tersebut ditulis oleh Arrdondo, dkk,
(1996) meliputi 3 kompetensi:
Kesadaran konselor
akan nilai-nilai dan bias
budaya sendiri

Kesadaran konselor
tentang pandangan
dunia konseli

Strategi intervensi yang


sesuai dengan budaya
Sikap dan keyakinan, memiliki rasa kesadaran dan sensitifitas akan
terhadap warisan budaya yang dimiliki konselor.
Kesadaran konselor
akan nilai-nilai dan bias Pengetahuan, memiliki pengetahuan tentang ras dan kebudayaan
budaya sendiri asal (warisan) dan bagaimana hal tersebut secara personal dan
profesional memengaruhi pemahamannya dalam proses konseling.

Keterampilan, konselor berusaha mengembangkan diri dengan


pendidikan, berkonsultasi, dan mengikuti pelatihan agar dapat
memperbaiki pemahaman dan keefektifan.

konselor menyadari reaksi-reaksi emosi positif dan negatif dalam


Kesadaran konselor dirinya saat menghadapi konseli yang berasal dari kelompok ras dan
tentang pandangan etnik yang berbeda
dunia konseli
konselor memahami bagaimana ras, kultur, etnik yang memengaruhi
keadaan.
Personal, pilihan pekerjaan, potensi gangguan mental konseli, dan
konselor memahami juga memiliki pengetahuan tentang sosiopolitik
yang terhadap kehidupan ras dan etnik minoritas.

Keterampilan, konselor harus membiasakan diri dengan penelitian


dan temuan-temuan terbaru tentang kesehatan dan gangguan mental
yang memengaruhi berbagai kelompok ras dan etnik
Sikap dan keyakinan konselor respek terhadap kepercayaan
atau kepercayan dan nilai-nilai spritual konseli, konselor
respek terhadap budaya lokal, dan tidak menggunakan hal-
hal yang dapat menghambat proses konseling

Strategi intervensi yang konselor mampu menggunakan berbagai respon vebal dan
sesuai dengan budaya non-verbal; konselor mampu mengatasi intervensi-intervensi
dari konseli

konselor mengetahui karakteristik umum dari konseling dan


psikoterapi, konselor mengetahui pihakpihak yang dapat
menghalangi konseli dari kalangan minoritas untuk
mendapatkan layanan kesehatan mental,
C. Nilai- Nilai Koselor Dan Klien.

Scheler menyatakan bahwa nilai-nilai yang ada tidaklah sama.


Nilai-nilai itu secara nyata ada yang lebih tinggi dan ada yang
lebih rendah dibandingkan dengan nilai-nilai lainnya. Menurut
tinggi rendahnya, nilai-nilai dikelompokkan dalam 4
tingkatan sebagai berikut:
1.Nilai-nilai kenikmatan: dalam tingkat ini terdapat deretan nilai-nilai yang
mengenakkan dan tidak mengenakkan, yang menyebabkan orang senang atau
menderita.

2.Nilai-nilai kehidupan: dalam tingkat ini terdapat nilai-nilai yang lebih penting bagi
kehidupan, misalnya: kesehatan, kesegaran badan, kesejahteraan umum.

3.Nilai-nilai kejiwaan: dalam tingkat ini terdapat nilai-nilai yang sama sekali tidak
tergantung pada keadaan jasmani maupun lingkungan, seperti misalnya kehidupan,
kebenaran, dan pengetahuan murni yang dicapai dalam filsafat.

4.Nilai-nilai kerohanian: dalam tingkat ini terdapat modalitas nilai dari suci dan tak suci.
Nilai-nilai semacam ini terutama terdiri dari nilai-nilai pribadi dan nilai kebutuhan.
• Nilai pribadi konseli antara lain :
1. Memiliki Komitmen yang kuat dalam mengamalkan nilai-nilai keimanan dan
ketaqwaan kepada Tuhan YME.
2. Saling menghormati dan menghargai sesama manusia.
3. Faham tentang irama kehidupan yang bersifat fluktuatif, baik itu hal yang
menyenangkan ataupun hal yang menyedihkan. Kemudian mampu meresponnya
dengan positif.
4. Memiliki pemahaman dan penerimaan diri secara objektif dan konstruktif, baik
yang terkait dengan keunggulan maupun kelemahan baik fisik maupun psikis.
5. Memiliki sikap positif atau respek terhadap diri sendiri dan orang.
6. Memiliki kemampuan untuk melakukan pilihan secara baik.
7. Memiliki rasa tanggung jawab, yang diwujudkan dalam bentuk komitmen terhadap
tugas kewajiban.
8. Memiliki kemampuan berinteraksi sosial (human relationship), yang diwujudkan
dalam bentuk hubungan persahabatan, persaudaraan atau silaturahim dengan
sesama manusia.
9. Memiliki kemampuan dlm menyelesaikan konflik(masalah) baik bersifat internal
maupun eksternal.
10. Memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan secara  efektif.
D. Etika Seorang Konseling Profesional Dan
Konfindensialitas.
1. Seorang konselor yang profesional itu harus memenuhi beberapa persyaratan agar ia dapat
mampu menjalankan tugas sebagai seorang konselor dalam membantu orang lain untuk
menjadi lebih baik. Adapun persyaratan tersebut ada 3, yaitu :

a. Latar belakang pendidikan yang baik.


b. Latar belakang kepribadian yang dapat
dijadikan rujukan (sikap, emos, watak).
c. Memiliki kerangka kerja yang teoritis dan sistematis yang diasah
secara terus menerus :

1. Intellectual competence, mampu 3. Flexibility, pribadi yang luwes dalam


mengambil kesimpulan berdasarkan mengembangkan suatu pola berpikir,
dengan logika bersikap, dan berperilaku

2. Energy, mampu melakukan transfer of 4. Goodwill, suatu keinginan yang tulus


learning secara positif saat bertemu dengan dalam membantu orang lain
klien agar terciptnya suasana harmonis
2. Etika seorang konselor yang konfindensialitas.
Menurut Ruebhasen dan Brim (caroll, 1995) konfidensialitas (kerahasiaan) adalah kebebasan
individu untuk memilih dan menentukan sikap keyakinan, tingkah laku dan opini untuk keyakinan
dirinya baik yang akan didiskusikan atau yang disampaikan kepada orang lain. Dengan kata lain,
privasi itu berhubungan baik dengan dengan hak untuk kehidupannya sendiri tanpa ikut campur
dengan pihak lain. Sementara konfidensialitas itu berhubungan dengan pengendalian informasi
yang diterima dari seseorang. Sebuah informasi dikatakan tidak disampaikan kepihak atau publik.
Dan secara umum dinyatakan bahwa informasi yang dibicarakanleh konseli baik menyangkut diri
bersifat konfidental, tidak dapat disampaikan secara yang terbuka oleh konselor kepada siapapun,
termasuk kolega-koleganya. Pada dasarnya klien melakukan self-disclosure akan merahasiakan.
E. Kaitan Antara Respon Konselor Dengan Aspek Perasaan dan
Pemikiran

Menjadi seorang konselor yang baik, ia harus membantu klien untuk


menyelesaikan masalahnya sendiri harus bisa memiliki rasa yang empati untuk
bisa merasakan apa yang dirasakan oleh klien dan memiliki kemampuan
berfikir yang baik untuk bisa membantu klien dalam mencari dan mendapatkan
penyelesaian yang baik pula.
TERIMAKASIH
Senoga Bermanfaat

TERIMAKASIH
Senoga Bermanfaat

Anda mungkin juga menyukai