Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

EKSPLORASI DIRI SEBAGAI KONSELOR & PERSONAL TERAPY

Disusun Oleh:

Febriyanti

NIM: 732286201058

PRODI BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS PENDIDIKAN DAN ILMU KEGURUAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH ENREKANG

2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kepada Allah SWT. Karena atas rahmat dan

hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini disusun

dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Pribadi Konselor,

“Eksplorasi diri Sebagai Konselor & Personal Terapy”.

Sholawat serta salam semoga selalu teercurahkan kapada junjungan kita


nabi Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah menuju ke
jalan terang benderang, yakni Addinul Islam.

Tak lupa pula kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Muhammad
Junaedi Mahyuddin,S.Pd.,M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah
Pengembangan Pribadi Konselor yang telah memberikan bimbingan dan arahan
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.

saya menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna. Untuk itu dari
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan. Semoga
makalah ini bermanfaat bagi penulis tentunya dan bagi seluruh teman-teman.

Enrekang,11 Februari 2024

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................ii

DAFTAR ISI....................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1

A. Latar Belakang...................................................................................................1

B. Rumusan Masalah...............................................................................................1

C.Tujuan ..................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................2

A.Eksplorasi Diri Sebagai Konselor..........................................................2

B.Personal Therapy
................................................................................................................................
10

BAB III PENUTUP


............................................................................................................................................
16

A,Kesimpulan
............................................................................................................................................
16

B.Saran..................................................................................................................

C.Recomendasi
............................................................................................................................................
17

DAFTAR PUSTAKA
............................................................................................................................................
18

iii
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Konselor dalam istilah bahasa Inggris disebut counselor atau helper


merupakan petugas khusus yang berkualifikasi dalam bidang konseling
(counseling). Dalam konsep counseling for all, di dalamnya terdapat kegiatan
bimbingan (guidance). Kata counselor tidak dapat dipisahkan dri kata helping.
Counselor menunjuk pada orangnya, sedangkan helping menunjuk pada
profesinya atau bidang garapannya. Jadi konselor adalah seseorang yang memiliki
keahlian dalam bidang pelayanan konseling, ia sebagai tenaga professional.

Dengan demikian konselor harus mampu menyeimbangkan


kemampuannya terhadap tugas yang akan diembankannya. Sehingga dalam
kelancaran layanan yang akan dilakukan tidak mengalami kendala terlebih dalam
melakukan layanan konseling yang dapat berakibat pada kesalah pahaman
konseling dan malpraktek yang kemungkinan dapat terjadi.

Maka dari itu seorang konselor perlu mengembangkan keterampilan dan


kemampuannya dalam melakukan layanan bimbingan konseling dengan
menyadari potensi diri dan karakteristik genuinisitas yang dimilikinya. Dari itulah
seorang konselor perlu mengekslorasi diri sebagaimana mestinya dia sebagai
seorang konselor, memahami diri sendiri sehingga ia mampu memahami orang
lain dan terbentuklah pribadi helper dalam dirinya.

Rumusan Masalah

1. Bagaimana mengeksplorasi diri sebagai konselor?

2. Bagaimana konsep dari personal teraphy?

Tujuan

1. Mengetahui dan memahami mengeksplorasi diri sebagai konselor.

2. Mengetahui dan memahami konsep dari personal teraphy

1
BAB II

PEMBAHASAN

EKSPLORASI DIRI SEBAGAI KONSELOR

Pengertian Eksplorasi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata eksplorasi memiliki


pengertian ‘penjelajahan lapangan dengan tujuan memperoleh pengetahuan yang
lebih banyak (tentang keadaan), terutama sumber sumber alam yang terdapat di
tempat itu; penyelidikan; penjajakan’.

Menurut Willis eksplorasi adalah keterampilan konselor untuk menggali


perasaan, pengalaman dan pikiran. Dengan demikian eksplorasi adalah teknik
untuk menggali perasaan, pikiran, dan pengalaman. Hal ini penting dilakukan,
agar konselor dapat megenali diri dan kemampuannya dalam kemampuannya
sebagai konselor.

Kualitas Pribadi Konselor

Kualitas pribadi konselor merupakan faktor yang sangat penting dalam


konseling. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas pribadi
konselor menjadi faktor penentu bagi pencapaian konseling yang efektif. Calon
konselor dituntut untuk memfasiliotaskan perkembangan pribadi mereka yang
berkualitas, yang dapat bertanggung jawab.

Cavanagh 1982 (dalam Syamsu Yusuf, 2009,37) mengemukakan bahwa


kualitas pribadi konselor ditandai dengan beberapa karakteristik yaitu: (a).
Pemahaman diori, (b). kompeten, (c). memiliki kesehatan psikologis,(d). dapat
percaya, (e). jujur, (f). kuat, (g). hangat, (h). responsive, (i). sabar, (j). sensitive,
(k). memiliki kesadaran yang holistik.

Karakteristik Konselor

Menurut Munro, dkk (1970) menyatakan bahwa tidak ada pola yang tegas
tentang sifat-sifat atau cirri-ciri kepribadian yang harus dimiliki oleh konselor

2
yang efektif, tetati sekurang-kurangnya seorang konselor hendaknya memiliki
sifat-sifat luwes, hangat, dapat menerima orang lain, terbuka, dapat merasakan
penderitaan orang lain, mengenal diri sendiri, tidak berpura-pura, menghargai
orang lain, tidak mau mengenang sendiri, dan obyektif. Munro, dkk (1979)
mengatakan bahwa untuk menunjukkan sifat-sifat kepribadian konselor yang
diingin kan dalam diri konselor adalah: (1) konselor sebagai model, (2) hubungan
konseling, (3) Keberanian konselor melakukan konseling.

 Konselor sebagai Model


Dalam konseling meniru perbuatan konselor serta mengambil hal-hal yang
diyakininya baik untuk menjadi dirinya sendiri. Oleh sebab itu konselor
hendaknya selalu menyadari dan menerima dirinya, nilai-nilainya, dan berbagai
tingkah lakunya, sehingga penampilannya merupakan model yang mantap dan
berguna bagi hubungan dan pemecahan masalah secara efektif.

 Hubungan Konseling
Konselor yang efektif adalah mereka yang dapat menciptakan hubungan
yang bersifat membantu dan tanpa tekanan dengan kliennya, sehingga konselor
dank lien itu sama-sama dapat merasakan tentram dan aman untuk saling
berhubungan secara bebas dan spontan.

 Keberanian Melakukan Konseling


Seorang yang sungguh-sungguh menjadi seorang konselor yang efektif
yang harus menerima tanggungjawab dan ketidakpastian serta berani
menempatkan dirinya sendiri dalam suasana yang mengandung resiko secara
pribadi, resiko menyangkut perasaan, menyangkut hubungan orang lain.
Berdasarkan hasil penelitian tentang hal-hal yang berkaitan dengan karakteristik
konselor meliputi:
 Sikap Konselor

Hasil penelitian tentang sikap konselor, Shertzet & Stone, (1980) dapat
diringkas sebagai berikut:

 Penerimaan diri konseling oleh konselor.

3
 Pandangan konselor tentang hakikat manusia.
 Gendin melaporkan modifikasi terapi client-clientred.
 Termasuk dalam aspek sikap ialah pemahaman realitas.
 Sikap emphaty terhadap klien, menghormati klien secara wajar.

Terapis yang berorientasi kepada pribadi klien lebih berhasil daripada


yang hanya berorientasi kepada masalah yang dihadapi klien.Barrett melakukan
studi, menyimpulkan ada 4 variabel yang mendorong perubahan kepribadian klien
yakni: (1) Tingkat pengenalan terhadap klien, (2) Menghargai klien secara wajar,
(3) Tingkat empathy understanding dan (4) Keselalasan terapis.

 Ras, Jenis Kelamin, dan Umur


Vontres menyatakan bahwa sulit membina hubungan konselor dan
konseling bila berlainan ras. Ahli lain menyatakan bahwa konselor wanita lebih
asertif, lebih aktif, dan lebih mendorong konseling kearah pemahaman diri.

 Pengalaman
Kehas dan Moris meneliti konselor yang sebelumnya pernah menjadi guru.
Menjadi guru bahwa ternyata menyebabkan ia lebih memahami konseling, namun
ia mengalami kesulitan dalam hal peranannya.

 Keterbukaan
Beberapa peneliti menyimpulkan bahwa ada hubungan yang erat antara
keterbukaan konselor dengan kemampuan konseling membuka diri.

 Persepsi
Konseling yang berhasil menunjukkan adanya hubungan sosial yang lebih
baik, dan ini disebabkan adanya persepsi yang lebih luas dari konselor.

 Konsep Diri
Konselor yang tergolong baik, mempunyai konsep diri yang baik dengan
cirri-ciri antara lain: memahammi dirinya, serius, sabar, bicaranya lunak, sadar
akan kepribadiannya, lebih kekeluargaan dan semangat tidak mudah kondor.

 Komunikasi

4
Komunikasi verbal atau non verbal dapat digunakan tergantung situasinya.
Tingkah laku yang dapat menunjang komunikasi adalah hangat, empati, dan
keaslian.

Teknik Eksplorasi

Hubungan konseling seharusnya dapat mengatasi semua kendala konseli.


Yaitu berupaya untuk membuat konseli terbuka, merasa aman, dan berpartisipasi
di dalam dialog. Salah satu upaya untuk konseling adalah tehnik eksplorasi untuk
membuat konseli mengatakan semua perasaan, pikiran dan pengalaman kepada
konselor secara jujur.

Seperti halnya pada teknik refleksi, terdapat 3 jenis dalam teknik


eksplorasi, yaitu:

1) Eksplorasi perasaan, yaitu teknik untuk dapat menggali perasaan konseli


yang tersimpan. Contoh: ”Bisakah Anda menjelaskan apa perasaan
bingung yang dimaksudkan ….”
2) Eksplorasi pikiran, yaitu teknik untuk menggali ide, pikiran, dan pendapat
konseli. Contoh: ”Saya yakin Anda dapat menjelaskan lebih lanjut ide
Anda tentang sekolah sambil bekerja”.
3) Eksplorasi pengalaman, yaitu keterampilan atau teknik untuk menggali
pengalaman-pengalaman konseli. Contoh: ”Saya terkesan dengan
pengalaman yang Anda lalui Namun saya ingin memahami lebih jauh
tentang pengalaman tersebut dan pengaruhnya terhadap pendidikan Anda”.

Adalah keterampilan konselor untuk menggali perasaan, pengalaman, dan


pikiran konseli. Hal inipenting, karena kebanyakan konseli menyimpan rahasia
batin, menutup atau tidak mampu mengemukakan pendapatnya dengan terus
terang.

Teknik eksplorasi memungkinkan konseli untuk bebas berbicara tanpa rasa


takut, tertekan, dan terancam. Sebagaimana refleksi, eksplorasi ada tiga jenis:

1) Eksplorasi Perasaan

5
Eksplorasi perasaan, yaitu keterampilan konselor menggali perasaan
konseli yang tersimpan. Konselor dapat menggunakan kalimat-kalimat
berikut ini untuk memulai keterampilan eksplorasi perasaan.

Contoh :

 ”Bisakah Saudara menjelaskan bagaimana perasaan bingung yang


Anda maksudkan”
 “Saya kira rasa sedih Anda begitu dalam pada peristiwa tersebut.
Dapatkah Anda kemukakan perasaan Anda lebih jauh? ”

2) Eksplorasi Pengalaman
Eksplorasi pengalaman, yaitu keterampilan konselor untuk menggali
pengalaman yang dialami oleh konseli
Contoh:
“Saya terkesan dengan pengalaman yang anda lalui. Namun saya ingin
memahami lebih jauh tentang pengalaman tersebut dan pengaruhnya
terhadap pendidikan Anda. ”

3) Eksplorasi Pikiran
Eksplorasi pikiran adalah keterampilan konselor untuk menggali ide,
pikiran, dan pendapat konseli. Dalam mengoperasikan keterampilan ini
konselor dapat menggunakan kalimat berikut ini.
Contoh :
 “Saya yakin Anda dapat menjelaskan lebih jauh tentang apa
pendapat anda tentang hadirnya ibu tiri dalam rumah Anda.”
 “Saya kira, pendapat Anda mengenai hal itu sangat baik sekali,
dapatkan Anda menguraikannya lebih lanjut?”

Seorang konselor dapat dikataan berhasil dalam mengeksplorasi


konselinya atau dalam latihan mikronya jika:

6
 Calon konselor mampu berkomunikasi dengan konseli dengan menggunakan
kata/kalimat yang dapat menggugah perasaan, pikiran, dan pengalamannya
sehingga dengan jujur mengungkapkan secara dalam dan rinci.
 Agar para calon konselor mampu membuat rasa aman terhadap diri konseli
sehingga di terbuka, jujur, dan berpartisipasi dalam konseling.

Jika yang dibahas di muka terdapat pada konseli maka kemungkinan besar
konseling dapat berjalan dengan baik. Untuk itu konselor harus banyak berlatih
agar dapat mengungkap atau eksplorasi konseli agar terbuka dengan masalah yang
di hadapinya. Seorang calon konselor harus banyak latihan untuk dapat
memberikan teknik eksplorasi ini dengan konselinya. Dan berikut adalah
beberapa materi untuk dapat memberikan latihan dengan konseli:

(1) Latihan membuat kalimat-kalimat atau kata-kata yang mampu kiranya


menggali
perasaan, pikiran dan pengalaman konseli. Misalnya dengan kata atau kalimat
berikut ini:
1) “Apakah yang anda rasakan saat ini?”
2) “Bisakan mengungkapkan rasa kecewa anda secara rinci?”
3) “Bagaimana pengalaman pahit itu anda alami?”
4) “Dapatkan saudara mengemukakan pendapatnya tentang hal ini?”

(2) Latihan membuat konselor agar merasa aman, jujur, dan terbuka. Yaitu
dengan mengungkapkan pribadi yang jujur, terbuka dan pelindung, misalnya:
1) “Anda akan merasa aman disini, karena saya akan memelihara rahasia
anda.”
2) ”Saya percaya bahwa anda akan berkata jujur dan tulus tentang hal itu.”

Penggalian Masalah

Di dalam penjelasan masalah biasanya konseli hanya mengungkapkan hal-


hal pokok yang menjadi beban pikiran dan perasaannya. Penggalian masalah
dipakai untuk mengungkap lebih dalam masalah konseli. Penggalian ini tentunya
akan disesuaikan dengan masalah dan pendekatan yang digunakan dalam

7
konseling. Menurut Winkel (1991: 339-370), beberapa strategi yang bisa
dilakukan untuk melakukan penggalian masalah terhadap masing-masing
pendekatan adalah sebagai berikut.

1) Behavioristik

Konselor menggali informasi yang lebih dalam diri konseli. Data-data


yang akan digali terkait dengan kejadian pada masa sekarang, pengalaman-
pengalaman negative yang pernah dialami pada masa lalu, perasaan-perasaan
sekarang, perasaan-perasaan yang tidak menyenangkan pada kejadian masa lalu,
apa yang dipikirkan pada saat sekarang, apa yang dipikirkan pada masa lalu ketika
mengalami kejadian yang kurang menyenangkan, dan konsekuensi yang diterima
setelah kejadian. Dengan demikian, alur yang akan dipakai oleh konselor adalah

A(antecedent) B(behavior) C(consequence)

2) Konseling Terapi Emotif

Konselor menggali informasi yang lebih dalam dari konseli. Data-data


yang akan digali terkait dengan kejadian tertentu (activating event, activating
experience), tanggapan terhadap kejadian yang dialami konseli (belief) yang
menimbulkan pikiran irasional dari setelah kejadian itu direspon, akibat
pandangan irasional (consequence).

3) Wawancara Pengambilan Keputusan

Konselor menggali informasi yang lebih dalam dari konseli. Data-data


yang akan digali terkait dengan asal usul masalah konseli, unsur penting (pokok)
yang mendukiung munculnya konflik konseli, perasaan-perasaan dan pikiran
konseli, dan orang-orang yang terlibat sehingga ikut memunculkan konflik
konseli.

4) Konseling Sifat dan Faktor

Konselor menggali informasi yang lebih dalam dari konseli. Data-data


yang akan digali terkait dengan asal usul masalah konseli, data pribadi tentang
konseli (cita-cita, kemampuan kognitif, bakat khusus, sifat-sifat positif dan
8
negative dalam diri konseli, nilai-nilai hidup yang diperjuangkan, hobi, harapan-
harapan untuk masa depan, perguruan tinggi yang diinginkan), dan data tentang
keluarga konseli (pekerjaan orang tua, jumlah saudara, harapan orangtua terhadap
perguruan tinggi).

5) Konseling Wawancara untuk Penyesuaian Diri

Konselor menggali informasi yang lebih dalam dari konseli. Data-data


yang akan digali terkait dengan unsur-unsur yang mendukung munculnya konflik
konseli, yaitu data tentang keluarga, lingkungan-lingkungan luar tempat konseli
tinggal, perasaan dan pikiran yang dialami.

Dalam pendekatan psikoanalitik, ada teknik-teknik yang dilakukan untuk


meningkatkan kesadaran, memperoleh pemahaman intelektual atas tingkah laku
konseli, dan untuk memahami makna berbagai gejala. Ada lima teknik dasar
dalam terapi psikoanalitik, yaitu (1)Asosiasi Bebas, (2)Penafsirn, (3)Analisis,
(4)Analisis atas resistensi, dan (5)Analisis atas tranferensi.

Asosiasi bebas adalah suatu metode pemanggilan kembali pengalaman-


pengalaman masa lampau dan pelepasan emosi-emosi yang berkaitan dengan
situasi-situasi traumatic di masa lampau, yang dikenal dengan sebutan katarsis.
Katarsis hanya mengasilkan peredaan sementara atas pengalaman-pengalaman
yang menyakitkan yang dialami konseli, tidak memainkan peran utama dalam
proses treatment psikoanalitik kontemporer, katarsis mendorong konseli untuk
menyalurkan sejumlah perasaannya yang terpendam, dan karenannya meratakan
jalan bagi pencapaian pemahaman. Guna membantu konseli dalam memperoleh
pemahaman dan evaluasi yang lebih objektif, analis menafsirkan makna-makna
utama dari asosiasi bebas ini. Selama proses asosiasi bebas berlangsung, tugas
analis adalah mengenali bahan yang di repress dan di kurung dalam ketaksadaran.
Urutan asosiasi-asosiasi membimbing analis dalam memahami hubungan-
hubungan yang dibuat oleh konseli di antara peristiwa-peristiwa yang dialaminya.
Penghalang-penghalang atau pengacauan-pengacauan oleh konseli terhadap
asosiasi-asosiasi merupakan isyarat bagi adanya bahan yang membangkitkan
kecemasan. Analis menafsirkan bahan itu dan menyampaikannya pada konseli,

9
membimbing kearaha peningkatan pemahaman atas dinamika-dinamika yang
mendasarinya, yang tidak disadari oleh konseli.

PERSONAL THERAPHY

Di antara banyak faktor yang mempengaruhi kemampuan seorang


konselor, telah lama dipercaya bahwa personal theraph adalah yang paling
penting. Melalui proses ini, konselor harus menyadari bahwa nilai pengalaman
belajar ini tidak selalu diakui di lapangan, jadi dalam hal ini personal theraph
merupakan pusat yang harus dijalani dalam pendidikan konselor.

Beberapa alasan yang dapat disajikan untuk personal theraphy


menggemakan argumen klasik diajukan sejak awal pelatihan analitik. Banyak
dokter yang paling dikagumi hari ini masih menekankan poin ini. Wawasan lain
berasal dari pengalaman tertentu dan pemahaman yang berkembang tentang
bagaimana luas konselor 'self-eksplorasi mempengaruhi klinis Pengalaman.
Semua alas an yang disajikan membuat jelas bahwa manfaat personal theraphy
tidak hanya untuk konselor pemula tetapi juga semua praktisi kesehatan mental
lainnya pada tahun-tahun pertama pengalaman mereka.

Meningkatkan Empati

Sebagai konselor, meminta konseli untuk melakukan banyak hal dalam


proses terapi. Memohon mereka untuk duduk dengan orang asing dan, dari waktu
ke waktu, mengungkapkan diri, mengeksplorasi emosi yang sulit, berusaha untuk
kesadaran diri dan bekerja untuk mentransfer apa yang telah mereka pelajari
untuk kehidupan mereka di luar ruang konsultasi. Ini adalah menuntut, tindakan
berani. Bagaimana konselor pemula memahami apa yang mereka konseli minta
kecuali konselor tersebut telah menjalani terapi mereka sendiri

Mempercayai bahwa duduk di kursi konseli mingguan - mengalami apa


rasanya menjadi konseli - akan sangat meningkatkan empati konselor pemula.
Tidak ada aspek lain dari pendidikan konselor memberikan pengetahuan ini

10
langsung dari pengalaman konseli: frustrasi, keberhasilan, tantangan. Konselor
yang telah berpartisipasi dalam personal theraphy mereka sendiri akan memiliki
empati yang lebih besar bagi konseli mereka karena mereka telah ada. Sebagai
psikolog James Hillman menulis dalam buletin 1982 untuk Dallas Institut
Humaniora dan Budaya, "Dihadapkan dengan tak tertahankan di alam sendiri,
saya menampilkan beberapa keraguan -. Yang setelah semua bagian pertama dari
kasih sayang"

Bahkan jika konselor merasa mental yang seimbang, melalui personal


theraphy ia masih akan mempelajari bagaimana rasanya duduk di seberang dari
seorang konselor dan dipahami (atau, seperti yang berharga, untuk disalahpahami)
oleh konselor. Apapun tingkat masalah pribadi konselor, pengalaman menjadi
konseli membentuk otentik, perspektif konseli tak terhapuskan dalam pikiran
pemula konselor yang saldo dan menambah perspektif konselor-sentris.

Meningkatkan Kesabaran dan Toleransi Ketidakpastian

Dengan menjadi konseli sendiri, konselor pemula memperoleh


kemantapan batin yang meningkatkan kemampuan mereka untuk membantu orang
lain. Dalam belajar penerimaan diri dan kesabaran melalui personal theraphy,
konselor pemula akan merasa lebih mudah untuk bersabar dengan konseli dan
menghormati proses yang unik masing-masing individu dan berulang-ulang. Ini
juga akan menjadi kurang dari sebuah tantangan untuk mentolerir ketidakpastian
dan ambiguitas yang tak terelakkan dari pekerjaan klinis.

Dalam menghadapi ketidakpastian atau tekanan konseli klinis, konselor


seperti ini cenderung tidak buru-buru melakukan intervensi atau mendiagnosa
dalam upaya sadar untuk lari dari nya ketidaknyamanan, sehingga meninggalkan
ruang untuk potensi kemajuan terapi yang benar. Semua dokter yang saya
wawancarai mengatakan membiarkan diri untuk tetap ketidakpastian
mencegahnya tindakan dini pada bagian mereka dan memungkinkan
kemungkinan tak terduga muncul.

Personal theraphy membantu konselor baru belajar kesabaran dan


ketenangan di perairan tak terduga dari pekerjaan klinis. Tanpa personal theraphy,
11
dipercaya konselor lebih rentan terhadap bertindak prematur dan menumbangkan
periode sulit dan bera sangat penting untuk kemajuan terapi. (Konselor harus
ingat, bagaimanapun, bahwa beberapa konseli mungkin dirugikan oleh
ketidakpastian berkelanjutan dan memerlukan struktur yang lebih dalam pekerjaan
klinis.)

Terapi Memfasilitasi

Diri pengetahuan yang didapat melalui personal theraphy adalah alat


penting bagi konselor. Salah satu manfaat lebih jarang dibahas ini pengetahuan
diri adalah bahwa hal itu memfasilitasi terapi. Memuncak kesadaran konselor
'perasaan mereka menyediakan, sebagai menjelaskan, "sumber terbaik data yang
dapat diandalkan" tentang konseli.

Konselor 'tanggapan spontan untuk konseli mereka adalah unik, dan


kadang-kadang secara luar biasa akurat, jendela ke pengalaman konseli.
Selanjutnya, kesadaran yang disempurnakan perasaan mereka dapat membantu
konselor membedakan identifikasi proyektif, yang merupakan internalisasi terapis
dari pengalaman perasaan konseli tapi tidak menyadari atau tidak dapat
mentolerir. Singkatnya, jika konselor pemula tidak sepenuhnya sadar dan nyaman
dengan perasaan mereka, mereka kehilangan sumber daya berharga untuk
memahami konseli mereka.

Mencegah Bahaya Konseli Melalui Pengetahuan Diri

Pengetahuan yang didapat melalui personal theraphy ini menjadi pusat


tanggung jawab etis seorang konselor. ACA Kode Etik menyatakan bahwa
"Konselor bertindak untuk menghindari merugikan konseli mereka" (Standard
A.4.a.) dan "Konselor menyadari nilai-nilai mereka sendiri, sikap, keyakinan dan
perilaku dan menghindari memaksakan nilai-nilai yang tidak sesuai dengan tujuan
konseling "(Standard A.4.b.). Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan diri sangat
penting untuk menghindari kerugian pada konseli.

Kebanyakan pada dasarnya, kesadaran diri yang diperoleh dari personal


theraphy memberikan wawasan penting ke dalam sumber kontratransferensi

12
dengan konseli. Sebuah pemahaman kerja perilaku dan perasaan pribadi secara
dramatis meningkatkan kesadaran pemula konselor 'bias unik, masalah neurotik
dan bintik-bintik buta dan bagaimana ini bisa muncul dalam pekerjaan klinis.
Tanpa kesadaran itu, seorang konselor baru bisa, tidak sadar dan dengan niat baik,
menanggapi konseli dengan cara yang berakar pada masalah teruji konselor
sendiri. Memiliki personal theraphy mengalami, konselor lebih mungkin untuk
mengenali, dan berhenti sejenak untuk merenungkan, sumber impuls dengan
konseli.

Mencegah Bahaya Konseli Melalui Perawatan Diri

Personal theraphy adalah komponen inti dari perawatan diri konselor, yang
merupakan cara lain untuk mencegah bahaya konseli. Standard C.2.g. Kode Etik
ACA mengatakan, "Konselor selalu waspada terhadap tanda-tanda gangguan dari
masalah fisik, mental atau emosional mereka sendiri dan menahan diri dari
menawarkan atau memberikan jasa profesional ketika gangguan tersebut
cenderung merugikan konseli atau orang lain. Mereka mencari bantuan untuk
masalah yang mencapai tingkat kerusakan profesional. "

Meskipun kewajiban etis ini merupakan salah satu argumen yang lebih
jelas untuk personal theraphy, kekhawatiran bahwa iklim di bidang kesehatan
mental adalah sedemikian rupa sehingga beberapa konselor mencari personal
theraphy saja sebagai tindakan reaktif dalam situasi sulit.

Membutuhkan terapi sebagai bagian dari pendidikan konselor, di sisi lain,


akan mengajar konselor di awal karir mereka untuk mengenali dan mengatasi
keadaan mental atau emosional pribadi yang sulit dan mengurangi kemungkinan
bahwa masalah tersebut akan menumpuk untuk waktu yang lama. Bahkan, tingkat
stres yang dialami oleh konselor pemula - yang menghadiri sekolah pascasarjana,
memulai karir baru dan duduk dengan terapi konseli untuk pertama kalinya -
membuat kurikulum pendidikan konselor forum yang ideal untuk mengajarkan
pentingnya perawatan diri melalui personal theraphy. Membangun personal
theraphy ke dalam proses pendidikan juga akan mengurangi kecenderungan setiap

13
awal oleh konselor pemula untuk santai mengabaikan dampak dari keadaan
pribadi mereka pada pekerjaan dengan konseli.

Penurunan Stigma Psikoterapi

Konselor kadang-kadang enggan untuk mencari personal theraphy,


khawatir bahwa itu menunjukkan mereka kurang mampu atau cacat sebagai
pembantu. Kita harus mempertimbangkan pesan standar ganda ini mengirimkan
kepada konseli kami dan masyarakat. Di September 2009 Perspektif Baru kolom
dalam Konseling Hari ini, dokter Jason King (dalam, Amanda E. Norcross 2010)
mengatakan, "Jika kita menolak untuk berpartisipasi dalam layanan yang kami
menganjurkan dan mendasarkan karir kami, apa contoh yang kita setting untuk
masyarakat dan mereka yang terpinggirkan dan tersingkir oleh sistem yang
menindas Jika kita takut stigma sosial konseling dan diagnosis, maka kita diam-
diam memperkuat rasa malu dan stigma yang terkait dengan profesi kita. "

Pengalaman personal theraphy untuk konselor pemula bermanfaat tidak


hanya angka dua klinis tetapi juga profesi secara keseluruhan karena mengurangi
stigma terapi. Menekankan personal theraphy dalam proses pendidikan akan, awal
karir konselor, menanamkan terapi sebagai pilihan kesehatan mental diterima,
sehingga normalisasi itu, mendorong mereka untuk melihatnya sebagai alat lain
yang tersedia dan mengajar mereka untuk tidak negatif menilai penggunaannya
oleh konselor lainnya.

Melampaui Pengawasan

Dalam mempertimbangkan pentingnya personal theraphy untuk konselor


pemula, saya ingin menekankan singkat bahwa manfaat dari personal theraphy
tidak dapat diperoleh melalui hubungan pengawasan. Meskipun pengawasan
sangat membantu dalam menyoroti dan membahas bagaimana keyakinan pribadi
konselor yang berdampak karyanya atau klinis nya, pengawasan adalah suatu
usaha yang berfokus pada konseli. Pengawasan tidak bisa (dan, menurut definisi,
tidak harus) berfungsi sebagai personal theraphy. Tidak dapat memberikan
perhatian menyeluruh diperlukan untuk memahami perilaku dan keyakinan
konselor. Oleh karena itu, tidak dapat memberikan konselor baru merasakan benar
14
pengalaman konseli. Pengawasan bisa, bagaimanapun, akan difasilitasi oleh
personal theraphy, memberikan angka dua pengawas dengan lebih solid, dasar
yang luas untuk memahami pengalaman konselor dan kontratransferensi.

Penelitian ilmu saraf, misalnya, menunjukkan bahwa neurologis penting


bagi konselor untuk melakukan pekerjaan terapi mereka sendiri, seperti yang
dibahas dalam buku A General Theory of Love.

Mengingat manfaat personal theraphy dianjurkan, minimal:

 Revisi berikutnya dari Kode Etik ACA harus secara eksplisit


menyatakan bahwa personal theraphy adalah kewajiban etis.
 Semua program pascasarjana-konseling terkait harus memerlukan
personal theraphy bagi siswa.
 Semua papan lisensi negara harus menerima kredit transkrip yang
diberikan untuk personal theraphy. Idealnya, semua papan lisensi
harus mengharuskan pemohon telah menjalani personal theraphy
untuk mengajukan perizinan konselor intern.
Tanpa personal theraphy, dipercaya konselor pemula cacat - konseling lain
tanpa mengetahui dampak potensial dan sumber daya jiwa mereka sendiri dan
menerapkan pengetahuan tanpa mengalami kebenaran dari dalam ke luar. Agar
efektif, sadar dan etika dalam pekerjaan kami dengan klien, kita harus mengalami
pekerjaan terapeutik kita sendiri.

15
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Dengan demikian eksplorasi adalah teknik yang digunakan oleh konselor


untuk memecahkan masalah dengan cara menggali perasaan, pikiran dan
pengalaman. Dengan begitu klien dapat memaparkan masalah yang ada dalam
dirinya hingga tidak ada lagi kesulitan untuk memaparkannya.

Terdapat 3 jenis dalam teknik eksplorasi, yaitu (1) Eksplorasi perasaan, (2)
Eksplorasi pikiran, dan (3) Eksplorasi pengalaman.

Personal theraphy adalah proses atau terapi untuk konselor agar


menyadari bahwa bagaimana luas konselor 'self-eksplorasi mempengaruhi proses
konseling. Personal theraphy meliputi :

 Meningkatkan empati
 Meningkatkan kesabaran dan toleransi ketidakpastian
 Terapi memfasilitasi
 Mencegah bahaya konseli melalui pengetahuan diri
 Mencegah bahaya konseli melalui perawatan diri
 Penurunan stigma psikoterapi
 Melampaui pengawasan

Saran

Dari beberapa penjelasan di atas, diharapkan pembaca dan penulis


mendapatkan informasi yang berkaitan dengan materi Mata Kuliah
Pengembangan Pribadi Konselor tentang Eksplorasi Diri sebagai Konselor dan
Personal Therapy. Di mana pada penjelasan di makalah ini kami landasi dari
materi yang kami ambil dari buku yang kami harapkan dapat dimengerti dengan
mudah. Makalah ini juga menyampaikan beberapa teori pendekatan untuk
melakukan eksplorasi yang mana kelak akan dibutuhkan ketika kita praktik di
lapangan.
16
Rekomendasi

Makalah ini baik digunakan dan dibahas oleh mahasiswa bimbingan


konseling, dimana makalah ini eberikan manfaat dalam pengembangan
karakteristik dan kemampuan dalam menjadi konselor yang baik dan efektif.

Kami sebagai penulis makalah merekomendasikan makalah ini untuk


dijadikan bahan diskusi dan bahan belajar untuk mahasiswa bimbingan konseling
dan konselor pemula. Dikarnakan makalah ini meberikan konstribusi dalam hal :

1. Makalah ini mampu memberikan wawasan bagaimana konselor


pemula menjadi lebih baik dalam memahami diri konseling

2. Makalah ini mampu memberikan pemahaman kepada konselor


pemula untuk mengetahui bagaimana cara untuk mengetahui
kemampuan yang dimilikinya dalam melakukan proses konseling.

3. Makalah ini memberikan manfaat pengalaman untuk


mengembangkan wawasan dan keterampilan dalam melakukan
layanan konseling yang baik dan efektif.

4. Memberikan pandangan terbuka kepada mahasiswa bimbingan dan


konseling serta konselor pemula, bahwasanya untuk menjadi
konselor yang baik dan efektif tidak hanya dari pengalaman belajar
yang didapat. Tetapi juka pengalaman menyelami dan mempelajari
diri sendiri untuk melihat seberapa jauh kemampuan diri dalam
melakukan konseling.

17
DAFTAR PUSTAKA

Arintoko. 2011. Wawancara Konseling di Sekolah. Yogyakarta: Penerbit Andi.


Corey, Gerald. 1988. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung:
Refika Aditama.
Lumongga Lubis, Namora. 2011. Memahami Dasar-Dasar Konseling. Jakarta:
Kencana.
Willis, Sofyan S. 2004. Konseling Individual: Teori dan Praktek. Bandung:
Alfabeta
Norcross, Amanda E. 2010. A case for personal therapy in counselor education.
http://ct.counseling.org/2010/08/reader-viewpoint/.

Latipun. 2006. Psikologi Konseling. Malang: UMM Press

Gantina. Eka dan Karsih. 2011. Teori dan Teknik Konseling. Jakarta: PT Indeks

Mc Leod, John.2006.Pengantar Konseling Teori dan Studi Kasus.Jakarta:Fajar


Interpratama Offset.

Walgito Bimo. Bimbingan + konseling. CV Andi : Yogyakarta. 2010.

Surya Muhamad. Teori-Teori Konseling. Pustaka Bani Quraisy : Bandung. 2003.

18

Anda mungkin juga menyukai