Anda di halaman 1dari 28

PROFIL, PERAN, DAN KINERJA KONSELOR

PROFESIONAL

Dosen Pengampu:
Richo Surya Pradana , S.Pd., M.Pd

Disusun Oleh:
Krisantius Happy 21090000111
Ardhiatna Roudlotul Jannah 21090000112
RR. Maulitha D. Safira 21090000140
Aleen Tabita 21090000145

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MERDEKA MALANG


2023
KATA PENGANTAR

Segala Puji bagi Tuhan Yang Mahas Esa dengan segala kebesaran-Nya, karunia, dan izin-
Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan Makalah Profil, Peran, dan Kinerja Konselor
Profesional ini. Makalah ini ditulis dengan tujuan sebagai tempat untuk belajar mandiri
mahasiswa yang tengah mengambil mata kuliah BK Sekolah.

Sebagai pribadi yang memiliki keterbatasan, Penulis menyadari kelancaran Penulisan


makalah ini tidak terlepas dari bantuan beberapa pihak, kami mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ratih Agustin Rachmaningrum ,S.Psi., M.si., selaku dosen mata kuliah BK Sekolah.
2. Anggota kelompok yang ikut berpartisipasi menyelesaikan makalah ini.

Akhir kata, tentu makalah ini masih jauh dari kata sempurna baik dari segi penampilan,
kata, kalimat, dan isi. Dalam hal ini Penulis sangat terbuka terhadap kritik dan saran-saran yang
membangun demi penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat untuk
pengguna, khususnya mahasiswa yang menempuh mata kuliah BK Sekolah. Amin.

Malang, 16 Maret 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................................................3
BAB I...............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...........................................................................................................................4
1.1 Latar belakang...................................................................................................................4
1.2 Rumusan masalah.............................................................................................................4
1.3 Tujuan....................................................................................................................................4
BAB II.............................................................................................................................................5
PEMBAHASAN..............................................................................................................................5
2.1 Profil Konselor Profesional...................................................................................................5
2.2 Peran Konselor Profesional.................................................................................................12
2.3 Kinerja Konselor Profesional..............................................................................................16
BAB III..........................................................................................................................................16
PENUTUP.....................................................................................................................................27
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................27
3.2 Saran....................................................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................28
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Konseling merupakan aktifitas yang tidak dapat dilakukan oleh sembarang karena
konseling merupakan aktivitas dimana konselor memberi bantuan kepada orang lain untuk
menyelesaikan masalah agar tercapainya tujuan yang ada. Masalah-masalah konseli yang dapat
dibantu melalui konseling diantaranya masalah psikologis, pendidikan, karir, penikahan dan
keluarga, dan hubungan interpersonal. Konseling dapat berlangsung dengan efektif, apabila
konselor sebagai helper memiliki karakteristik atau kompetensi yang memfasilitasi proses dan
keberhasilan konseling tersebut. Kompetensi konselor tersebut meliputi pengetahuan tentang
teoriteori konseling, keterampilan dalam praktik konseling, dan kualitas (integritas) pribadi.

Kepribadian konselor menjadi faktor penting dalam proses konseling. Kepribadian


konselor adalah titik tumpu penyeimbang antara pengetahuan tentang dinamika perilaku dengan
keterampilan terapeutik. Apabila titik tumpunya kuat, pengetahuan dan keterampilan akan
bekerja dengan seimbang, sehingga menghasilkan perubahan tingkah lakuyang positif dalam
konseling. Apabila titik tumpunya lemah—yaitu kepribadian konselor tidak menunjukkan sifat
suka membantu—pengetahuan dan keterampilan konselor tidak dapat digunakan secara efektif
atau justru akan menganggu proses konseling.

1.2 Rumusan masalah


1. Bagaimana profil konselor profesional?
2. Bagaimana peran konselor profesional?
3. Bagaimana kinerja konselor profesional?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui profil konselor profesional.
2. Mengetahui peran konselor profesional.
3. Mengetahui kinerja konselor profesional.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Profil Konselor Profesional
Konselor harus memiliki profil yang berbeda dengan profesi lain, sebab seorang ahli. Profil
merupakan suatu bentuk yang menggambarkan kondisi seseorang. Oleh karena itu,, profil
konselor dapat dikatakan sebagai gambaran yang menunjukkan keadaan seorang konselor yang
diharapkan. Beberapa profil yang harus dimiliki oleh seorang konselor adalah:

1. Memiliki sifat luwes, akrab, terbuka, dapat menerima pendapat orang lain, dapat
merasakan keadaan orang lain, menghargai orang lain, tidak mau menang sendiri,
objektif, dapat mengendalikan diri, stabilitas emosi, sabar, jujur, kreatif, inovatif,
produktif, dan mandiri.
2. Kepedulian dalam menangani kasus.
3. Memiliki kepedulian dalam membantu memecahkan masalah anak bimbing.
4. Segala perilaku dan tutur katanya menyenangkan orang lain
5. Merasa bangga terhadap tugas-tugasnya sebagai guru pembimbing.
6. Dapat menyimpan kerahasiaan anak bimbing.
7. Memiliki semangat dalam meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan dan
ketrampilan sesuai dengan profesinya.

Menurut Mochammad Hatip (1989) dalam penelitiannya terhadap profil konselor menunjukkan
19 karakteristik yang diharapkan dimiliki konselor, yakni:

1) Kepribadian konselor.
2) Kemampuan intelektual.
3) Kemampuan mengadakan empati.
4) Menarik.
5) Berpandangan positif.
6) Memperlihatkan kapasitas untuk menjalin hubungan.
7) Bersikap profesional.
8) Memiliki wawasan bimbingan.
9) Memahami kepribadian manusia.
10) Menguasai teori dan praktik.
11) Menguasai teknik pemahaman individu.
12) Kemampuan untuk memasyarakatkan bimbingan.
13) Kemampuan mengadministrasikan program bimbingan.
14) Kemampuan mengelola berbagai layanan.
15) Menguasai penyelenggaraan bimbingan karier.
16) Mampu menyelenggarakan konsultasi dengan berbagai pihak.
17) Mampu bekerja sama dengan personel lain.
18) Menguasai proses belajar mengajar.
19) Mampu bekerjasama dengan profesi lain

Kualitas yang perlu dimiliki oleh seorang konselor menurut Perez (1979)

1. Mau melakukan kegiatan seperti detektif untuk mengamati perilaku, komunikasi, dan
ucapan-ucapan klien.
2. Mampu membedakan antara keluarga yang berfungsi dengan baik dengan keluarga yang
tidak berfungsi dengan baik.
3. Memiliki sense of drama yang kuat agar mampu menangkap air muka (mimik), getaran
suara, gerak-gerik, bahasa, dan sebagainya.
4. Tidak boleh malu-malu dan harus kreatif dalam menggali hal-hal yang diperlukan dalam
proses konseling.
5. Bersikap mendorong dan non-judgmental.

Kualitas pribadi konselor ditandai dengan beberapa karakteristik dikutip oleh Syamsu Yusuf dan
Juntika Nurihsan (2006:37-44), sebagai berikut:

1. Pemahaman Diri

Memahami dirinya sendiri dengan baik sebelum memberikan layanan bimbingan dan
konseling kepada konseli merupapakan suatau hal yang harus dimiliki sebagai seorang
konselor. Self-knowledge berarti bahwa konselor memahami dirinya dengan baik,
memahami secara pasti apa yang dilakukan, alasan yang menyebabkannya melakukan hal
tersebut, dan masalah apa yang harus diselesaikan. Konselor yang memilikitingkat self-
knowledge yang baik akan menunjukkan sifat-sifat baik, seperti menyadari kebutuhan
dirinya dengan baik, memahami perasaanperasaannya dengan baik, menyadari tentang
perasaan hatinya ketika proses konseling, dan memahami/mengakui kelebihan atau
kekurangan dirinya.

2. Kompeten

Sebagai seorang konelor, hendaknya memiliki kualitas fisik, intelektual, emosional, sosial,
dan moral sebagai pribadi yang berguna. Satu hal penting yang membedakan hubungan
persahabatan dengan hubungan konseling adalah kompetensi yang dimiliki konselor.
Konselor yang efektif adalah konselor yang memiliki pengetahuan akademik, kualitas
pribadi, dan keterampilan konseling.

3. Kesehatan Psikologis yang Baik

Dalam aspek kesehatan, kesehatan psikologis harus yang lebih baik dari konseli karena
kesehatan psikologis akan mendasari pemahamannya terhadap perilaku dan
keterampilannya. Konselor dengan kesehatan psikologis yang baik memiliki kualitas sebagai
berikut: 1) memperoleh pemuasan kebutuhan rasa aman, cinta, kekuatan, dan hasrat seksual;
2) dapat mengatasi masalah-masalah pribadi yang dihadapinya; 3) menyadari kelemahan
atau keterbatasan kemampuan dirinya; 4) menciptakan hubungan yang lebih baik.

4. Dapat Dipercaya

Kecemasan bagi konseli harus dihindarkan, maka dari itu Konselor bukan menjadi suatu
anccaman. Konselor yang dipercaya cenderung memiliki kualitas sikap dan perilaku seperti
berikut: 1) memiliki pribadi yang konsisten; 2) dapat dipercaya oleh orang lain; 3) tidak
pernah membuat orang lain (konseli) kecewa atau kesal; 4) bertanggung jawab, mampu
merespons orang lain secara utuh, tidak ingkar janji, dan mau membantu secara penuh.
4. Jujur
Sebagai Konselor, dirinya bersikap transparan (terbuka), autentik, dan asli (genuine).
Konselor yang jujur memiliki karakteristik bersikap kongruen dan memiliki pemahaman
yang jelas tentang makna kejujuran.
5. Kuat
Dalam pandangan seorang Konseli, dirinya memandang konselor sebagai orang yang tabah
dalam menghadapi masalah, dapat mendorong konseli untuk mengatasi masalahnya, dan
dapat menanggulangi kebutuhan dan masalah pribadi konseli. Konselor yang kuat cenderung
menampilkan kualitas sikap dan perilaku yang bersifat fleksibel, memiliki identitas diri yang
jelas, dan dapat membuat batasan waktu yang pantas dalam konseling.
6. Bersikap Hangat
Konselor dapat bersikap ramah, penuh perhatian, dan memberikan kasih sayang.
7. Responsif
Konselor hendaknya bersifat dinamis dan tidak pasif dalam pemberian umpan balik yang
bermanfaat, informasi yang berguna, mengemukakan gagasan baru sehingga muncul diskusi
antara konselor dan konseli dengan memegang tanggung jawab masing-masing guna
menyelesaikan masalah konseli.
8. Sabar
Konselor yang sabar cenderung menampilkan kualitas sikap dan perilaku yang tidak tergesa-
gesa. Sikap ini menunjukkan bahwa konselor lebih memerhatikan diri klien daripada
hasilnya.
9. Sensitif
Sensitif berarti menyadari adanya dinamika psikologis yang tersembunyi atau sifat-sifat
peka yang ada pada diri klien maupun dirinya sendiri. Konselor yang sensitif memiliki
kualitas perilaku seperti: 1) sensitif terhadap reaksi dirinya sendiri; 2) mengetahui kapan,
dimana, dan berapa lama mengungkap masalah konseli; 3) mengajukan pertanyaan tentang
persepsi konseli tentang masalah yang dihadapinya; 4) sensitif terhadap sifat-sifat yang
mudah menyinggung dirinya.
10. Memiliki Kesadaran Holistik
Pendekatan holistik dalam konseling berarti bahwa konselor memahami klien secara utuh
dan tidak mendekatinya secara terbagi. Konselor yang memiliki kesadaran holistik akan
cenderung menampilkan karakteristik seperti: 1) menyadari secara akurat dimensidimensi
kepribadian yang kompleks; 2) menemukan cara memberikan konsultasi yang tepat dan
mempertimbangkan perlu/tidaknya referal (rujukan); 3) akrab dan terbuka terhadap berbagai
teori.

Profil kenselor dapat dilihat dari berbagai segi. Sebagai pembuka, profil konselor didekati
melalui karakteristik pribadi-sosialnya, dan penampilan inilah yang paling banyak di-jumpai.
Penampilan karakterisktik pribadi-sosial ini pada umum-nya mengaitkan konselor dalam fungsi
konseling dan sangat banyak dijumpai studi mengenai karakteristik tersebut. Lalu profil konselor
ditampilkan dalam hal kompetensinya. Dan terakhir, profil konselor ditampilkan melalui fungsi
dan peranan yang hendaknya diembannya.

A. Profil Konselor Dilihat dari Fungsi dan Peran yang Diharapkan

Apa yang seharusnya menjadi fungsi dan peranan konselor sekolah? Meskipun secara
praktis tidak sulit untuk menjawab per-tanyaan tersebut, namun tidak demikian jika ditinjau
secara teo-ritis. Penelusuran pustaka menunjukkan bahwa ada hal yang kon-troversial dalam
menetapkan fungsi utama konselor. Sebagian terbesar pakar bidang ini menghendaki agar
konselor menetapkan fungsi utamanya dalam hal konseling. Belkin, Nugent, Arbukle, Wrenn,
dan beberapa pakar lain, serta Himpunan Pendidikan dan Supervisi Konselor di Amerika adalah
termasuk penganjur fungsi konseling tersebut. Di pihak lain
adalahIvey,Carrol,Alschuler,danPine, menghendaki agar konselor sekolah mengganti peranan
utamanya dari konseling ke pengajaran psikologis. Kelompok ke-dua ini menganjurkan agar
konselor tidak lagi memberikan laya-nan konseling individual tapi masuk kelas untuk
memberikan layanan berupa pengajaran psikologis.

Penampilan profil konselor sekolah dilihat dari fungsi dan peranannya selain bersifat
spekulatif juga telah didekati me-lalui penelitian empiris. Stinzi dan Hutcheon telah meneliti
peran-an konselor sekolah menurut harapan siswa, guru, dan adminis-trator sekolah.

Oleh siswa, konselor diharapkan:

1) menjadi sumber informasi karir dan lowongan kerja,


2) terbuka untuk diskusi masalah pribadisosial,
3) tidak menjadi petugas disiplin (dicip-linarian) namun terbuka untuk konsultasi masalah-
masalah disiplin,
4) mengijinkan siswa untuk mengambil keputusan sendiri, menjadi orang yang dapat,
dipercaya siswa,
5) memberikan orientasi kepada siswa baru,
6) mendorong terciptanya kebijakan yang terbuka.
Oleh guru, konselor diharapkan:

1) mendukung pan-dangan dan keputusan guru;


2) memimpin studi kasus,
3) menjadi konsultan dalam masalah-masalah disiplin,
4) ber-konsultasi dengan guru sebelumn mengambil keputusan,
5) tidak memiliki posisi otonomi,
6) berpartisipasi dalam supervisi sekolah,
7) mengkonseling siswa,
8) aktif dalam penempatan siswa.

Oleh kepala sekolah, konselor diharapkan:

5. berada di pihak kepala sekolah,


6. memberikan konseling individual dan kelompok,
7. berdiskusi dengan orang.tua siswa,
8. aktif dalam perencanaan individual siswa dan program belajar siswa tertentu,
9. menjalin hubungan formal dan informal dengan siswa,
10. berkonsultasi dengan guru.

B. Profil Konselor Dilihat dari Karakteristik Pribadi-Sosial

Brammer (1979) mengindentifikasi karakteristik konselor dalam hal kepribadian sebagai berikut:

1. menyadari nilai-nilai,
2. mampu menganalisis perasaan sendiri,
3. mampu menam-pilkan diri sebagai model dan inf1uencer,
4. mementingkan orang lain (altruism),
5. memiliki rasa etis yang kuat (strong sense of ethics), dan
6. bertanggung jawab.

Brenner (1982: 2-9) menekankan enam karakteristik yang penting dimiliki konselor adalah:

1. empatik,
2. Tenang atau sabar,
3. siap mendiskusikan segala hal,
4. mampu membangkitkan semangat (encouragement), dan
5. tindakannya penuh tujuan.

Kottle dan Brown setelah mengupas berbagaipandangan mengenai karakteristik konselor


akhirnya menyimpulkan bahwa konselor yang efektif memiliki karakteristik-karakteristik:

1. percaya diri,
2. memiliki energi yang tinggi (high energy level),
3. memiliki rasa humor,
4. tidak memihak,
5. luwes,
6. emosinya stabil,
7. berpengalaman tempuh resiko,
8. berpikir analitis,
9. kreatif,
10. jujur, dan
11. sabar.

C. Profil konselor dilihat dari kompetensinya

Kompetensi isi mencakup apa-apa yang harus dike-tahui oleh konselor, yakni:
Pengukuran, konsultasi, perilaku manusia strategi intervensi, riset, administrasi, pusat kerja dan
pusat kemasyarakatan, lembaga pendidikan/Iatihan, pengajaran, bursa kerja, hukum struktur
organisasi program, kelompok khusus supervisi, dan perangkat teknologis. Komponen fungsi
mencakup keterampilanketeram-pilan yang perlu dikuasai konselor yakni: mengadministrasi,
konseling, mengoperasikan peralatan, meneliti, mensupervisi, mengajar/melatih, dan mengetes.

Rumusan kompetensi konselor yang mengkhususkan diri pada konselor sekolah telah
dirumuskan oleh Rochman Nata-widjaja (1989). Rochman merinci kompetensi konselor
berdasarkan enam komponen yakni:

1. penampilan atau tingkah laku nyata (performance),


2. penguasaan masalah-masalah siswa,
3. penguasaan landasan-landasan profesional,
4. penguasaan proses-proses bimbingan dan penyuluhan,
5. kemampuan penyesuaian diri, dan
6. kemampuan untuk mengembangkan sikap dan kepribadian.

2.2 Peran Konselor Profesional


Peran Konselor Konselor profesional merupakan seseorang yang telah terlatih membantu
orang lain dalam mengambil keputusan terkait dengan aspek pribadi, sosial, pendidikan, dan
karir. Pembahasan mengenai peran (role) konselor di dalam literatur konseling sering kali
ditemukan bersamaan dengan pembahasan fungsi konselor. Bahkan, tidak jarang kedua istilah
tersebut digunakan untuk menjelaskan maksud dan pengertian yang sama. Dalam pemikiran
Wrenn (1973), peran dengan fungsi konselor berbeda. Peran dikonseptualisasikan ke dalam suatu
tujuan, sedangkan fungsi berarti proses. Konsep peran lebih ditekankan pada suatu bagian akhir
yang dituju, sedangkan fungsi menegaskan kegiatan atau aktivitas dalam rangka pencapaian
tujuan.

Bagi Wrenn, peran didefinisikan sebagai harapan-harapan (expectations) dan perilaku


yang dikaitkan dengan suatu posisi; sedangkan fungsi diartikan sebagai aktivitas yang ditujukan
bagi suatu peran. Dengan kata lain, peran berkaitan dengan suatu posisi; sementara rincian
perbuatan dalam menjalankan posisi berarti fungsi. Peran sering kali ditunjukkan melalui
perilaku individu di dalam penampilan hak dan kewajiban yang berkaitan dengan suatu posisi
(Hornby, et al., 1969). Ketika seorang konselor sekolah menempati posisi kepala sekolah, maka
penampilan tugas ke-kepala-sekolah-an lah yang dominan dibandingkan sebagai seorang
konselor sekolah. Peran utama konselor di sekolah adalah memberikan layanan konseling,
konsultasi, dan koordinasi (Shertzer & Stone, 1981). Sementara itu, Barruth dan Robinson
(1987) serta Gibson dan Mitchell (1995) mengemukakan beberapa peran utama konselor di
sekolah, yakni sebagai konselor, konsultan, koordinator, agen perubahan, assessor, pengembang
karier, dan agen pencegahan. Berikut adalah deskripsi singkat masing-masing peran tersebut.

1. Konselor sebagai Terapis/Pewawancara, sebagai terapis adalah tugas utama bagi seluruh
konselor professional. Konselor membantu klien dalam mengatasi masalah-masalah mental
dan emosional, serta mengembangkan kesehatan mentalnya secara optimal. Konselor
sebagai terapis atau pewawancara berarti bahwa usaha membantu (menyembuhkan) orang
lain dilakukan konselor melalui suatu proses wawancara konseling. Oleh karena itu,
pemaknaan konseling sebagai suatu layanan bagi siapapun yang mencari bantuan dari
individu terlatih secara profesional (konselor/guru pembimbing) dan layanan yang dapat
diberikan kepada individu atau kelompok dengan cara mengarahkan konseli untuk
memahami dan menghadapi situasi kehidupan nyata adalah peranan kunci bagi konselor
profesional di semua setting layanan. Dalam setting sekolah, kemampuan guru pembimbing
untuk melaksanakan kegiatan konseling secara profesional tidak dapat ditawar.
Kompetensi untuk melaksanakan konseling secara singkat, tetapi efektif sangat diperlukan
(Line, 2006:57). Fokus konseling dalam pengertian tradisional ini bermakna membantu
individu atau sekelompok individu untuk:
a) mencapai tujuan-tujuan intrapersonal dan interpersonal,
b) mengatasi kekurangan-kekurangan pribadi dan kesulitan-kesulitan perkembangan,
c) membuat keputusan dan perencanaan untuk perubahan dan perkembangan,
d) meningkatkan kesehatan fisik maupun mental dan kebahagian untuk mencapai
kebahagiaan kolektif.
Peran tersebut mengimplikasikan perlunya keahlian konselor dalam memahami
pertumbuhan dan perkembangan manusia, penguasaan keterampilan interpersonal,
penguasaan keterampilan pembuatan keputusan dan pemecahan masalah, penguasaan
intervensi krisis dari berbagai orientasi teoretis.
a. Konselor sebagai Konsultan Peran kedua, yang dilakukan oleh seorang konselor/guru
pembimbing adalah sebagai konsultan. Dinkmeyer dan Carlson (2006:24), berpendapat ada
beberapa karakteristik dan kompetensi yang harus dikuasai oleh seorang konsultan, yaitu:
1) Bersikap empati dan memahami bagaimana orang lain merasa dan mengalami dunianya
2) Mampu berhubungan dengan peserta didik dan guru (orang dewasa lainnya) dalam
suatu hubungan yang bertujuan/bermakna
3) Sensitif terhadap kebutuhan orang lain
4) Menyadari adanya dinamika psikologis, motivasi, dan tujuan dari tingkah laku manusia
5) Memahami dinamika kelompok dan kebermaknaannya bagi pelaksanaan pendidikan
6) Mampu membangun hubungan yang ditandai dengan saling memercayai dan saling
menghormati
7) Mampu mempertanggungjawabkan masalah-masalah penting
8) Mampu menetapkan penting tidaknya suatu hal dan persyaratan bagi suatu hubungan
yang menolong
9) Mampu memberikan inspirasi bagi sejumlah tingkat kepemimpinan. Kenyataan ini
berimplikasi bukan hanya pada keterampilan sebagai konselor semata, melainkan juga
keahlian dalam proses konsultasi (consulting process).
Terdapat tiga elemen konsultasi (Dougherty dalam Sciarra, 2004 : 55), yaitu:
a) konsultasi melibatkan tiga pihak
b) tujuan konsultasi adalah untuk menyelesaikan masalah
c) tujuan lain dari konsultasi adalah untuk meningkatkan kinerja konseli dan klien yang
nantinya akan meningkatkan kesejahteraan klien.
Untuk lebih jelasnya, implementasi ketiga elemen tersebut akan dijelaskan sebagai berikut.
Konsultasi melibatkan tiga pihak, ketiga pihak tersebut meruapakan konselor sebagai
konsultan, guru atau orang tua sebagai pihak ketiga (klien) dan peserta didik yang memiliki
masalah sebagai konseli. Tujuan utama konsultasi yaitu agar memecahkan masalah konseli.
Hal serupa juga disampaikan oleh Brown, Pryzwansky, dan Schulte (2001:5-6) yang
menyatakan bahwa konsultasi adalah suatu proses pemecahan masalah secara sukarela yang
dapat dimulai atau diakhiri oleh konsultan maupun konseli. Hal itu terjadi dengan tujuan
membantu klien mengembangkan sikap dan keterampilan yang memungkinkannya berfungsi
lebih efektif dalam berhubungan dengan konseli yang secara individual, kelompok, atau
organisasi menjadi tanggung jawabnya. Jadi, tujuan dari proses ini memiliki beberapa sudut
pandang. Pertama, meningkatkan pelayanan kepada konseli; kedua, memperbaiki pelayanan
pada pihak ketiga (guru atau orang tua); ketiga, memfasilitasi klien agar dapat meningkatkan
kemampuannya untuk melakukan tugasnya dalam berhubungan dengan konseli. Fungsi yang
perlu dilakukan konselor atau guru pembimbing antara lain melakukan evaluasi, fasilitasi,
informasi, negosiasi, alih tangan, dan hubungan masyarakat.
b. Konselor sebagai Agen Perubahan Peran sebagai agen perubahan bermakna bahwa
keseluruhan lingkungan konseli harus dapat berfungsi sehingga dapat memengaruhi
kesehatan mental konseli agar menjadi lebih baik dan dapat digunakan konselor untuk
memperkuat atau meningkatkan keberfungsian konseli. Maka diperlukan keahlian untuk
memahami sistem lingkungan dan sosial. Ketrampilan tersebut kemudian dikembangkan
untuk merencanakan dan menerapkan perubahan dalam lembaga, masyarakat, atau sistem
tertentu. Untuk dapat melaksanakan peran sebagai agen perubahan, guru pembimbing harus
menjalin hubungan dan kerja sama yang baik dengan guru, orang tua, kepala sekolah,
komite sekolah, dan masyarakat sekitar. Bentuk kerja sama diwujudkan melalui dialog serius
untuk menciptakan sistem pendidikan yang efektif sebelum merancang program bimbingan
dan konseling yang dapat merubah keadaan (Taylor dan Adelman, 2000). Berbekal dengan
jalinan kerja sama dengan berbagai pihak, guru pembimbing dapat merancang program
kegiatan yang melibatkan banyak pihak. Keterlibatan berbagai pihak dalam suatu kegiatan
akan memungkinkan terjadinya suatu kesepahaman terhadap suatu keadaan yang
memerlukan intervensi secara integral dari berbagai pihak. Kesediaan semua pihak untuk
terlibat dalam suatu proses kegiatan memungkinkan terwujudnya perubahan yang didukung
oleh banyak pihak. Fungsi yang berkaitan dengan peran ini, antara lain analisis sistem,
testing dan evaluasi, perencaaan program, perlindungan klien (client advocacy), dan
pengembangan jaringan kerja sama (networking).
c. Konselor sebagai Agen Pencegahan Sebagai agen pencegahan, guru pembimbing berperan
untuk mencegah perkembangan yang salah dan/atau mencegah terjadinya masalah. Peranan
sebagai agen pencegah dapat dilakukan melalui kegiatan atau program yang bersifat
antisipatif (minimal usaha-usaha yang bersifat preventif), seperti layanan informasi,
penempatan, dan penyaluran. Untuk itu, keterampilan mengembangkan program yang dapat
memfasilitasi perkembangan dan kebutuhan peserta didik sangat diperlukan. Penekanan
dilakukan terutama dengan memberikan strategi dan pelatihan pendidikan sebagai cara
untuk memperoleh atau meningkatkan keterampilan interpersonal. Oleh karena itu, guru
pembimbing membutuhkan pemahaman dan keahlian tentang dinamika kelompok,
perkembangan normal manusia, psikologi belajar, teknologi pembelajaran, dan sebagainya.
d. Konselor sebagai Koordinator Konselor selalu memiliki peran sebagai seorang
koordinator. Sehubungan dengan itu, konselor harus sanggup menangani berbagai segi
program pelayanan yang memiliki ragam variasi pengharapan dan peran yang beragam
seperti yang telah dikemukakan sebelumnya. Konselor perlu memiliki keahlian dalam
perencanaan program, penilaian kebutuhan, strategi evaluasi program, penetapan tujuan,
pembiayaan, dan pembuatan keputusan. Beberapa fungsi konselor yang terkait dengan hal
tersebut adalah menjadwalkan kegiatan, melakukan testing, penelitian, melakukan penilaian
kebutuhan, sampai dengan menata file data. Terapi atau Konseling Konsultan Agen
Pencegahan Peran Konselor Assessor Koordinator Pengembang Karier Para konselor
sekolah memiliki tanggung jawab untuk mengoordinasikan berbagai macam kegiatan
bimbingan dengan kegiatan-kegiatan sekolah lainnya. Para konselor sekolah juga perlu
mengoordinasikan kontribusi dari profesional lain yang terlibat dalam pengelolaan
pendidikan seperti psikolog, pekerja sosial, dan sebagainya.
e. Konselor sebagai Agen Orientasi Konselor sekolah juga memiliki peran sebagai agen
orientasi. Sebagai fasilitator perkembangan manusia, para konselor sekolah perlu mengakui
akan pentingnya orientasi peserta didik terhadap tujuan dan lingkungan sekolahnya. Penting
untuk memahami bahwa pengalaman anak terkait pendidikan awal merupakan suatu
pengalaman positif bagi mereka. Sehubungan dengan hal tersebut, konselor sekolah dapat
merencanakan suatu kegiatan konsultasi dengan para guru untuk belajar dan mempraktikkan
berbagai keterampilan interpersonal dan interaksional di sekolah.
f. Konselor sebagai Assessor Konselor sekolah juga memiliki peran sebagai assessor, yaitu
melakukan penilaian terhadap peserta didik berdasarkan data hasil tes maupun non-tes. Data
hasil pengukuran tersebut diinterpreastikan untuk memperoleh pemahaman akurat tentang
konseli beserta dengan potensi-potensinya, dampak budaya pada perkembangan konseli, dan
pengaruh faktor-faktor lingkungan lain pada perilaku konseli.
g. Konselor sebagai Pengembang Karier, Pentingnya pendidikan di sekolah sebagai landasan
pengambilan keputusan peserta didik menegaskan pentingnya memberikan perhatian pada
perkembangan karier peserta didik. Konselor dapat membuat kontribusi penting sebagai
koordinator dan konsultan dalam mengembangkan program pendidikan karier yang
terintegrasi, berkesinambungan, dan terusmenerus.

2.3 Kinerja Konselor Profesional


Menurut Suyadi Prawirosentono (1999:2), kinerja identik dengan performance. Kinerja
atau performance adalah usaha yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dalam
suatu organisasi untuk mencapai hasil kerja tertentu sesuai dengan tanggung jawab
masingmasing dalam rangka mencapai tujuan organisasi secara legal, tidak melanggar hukum,
dan sesuai dengan moral maupun etika. Berdasarkan batasan ini, kinerja dapat diartikan sebagai
kemampuan kerja yang dilihat dari tingkat pencapaian atau penyelesaian tugas yang menjadi
tanggung jawab seseorang terhadap tujuan atau target pekerjaan yang harus diselesaikan.
Secara konseptual, kinerja sering diterjemahkan sebagai prestasi kerja, penampilan kerja, dan
produktivitas kerja.
Kinerja konselor/pengajar BK memiliki spesifikasi tertentu. Kinerja konselor/pengajar
BK dapat dilihat dan diukur terhadap spesifikasi/kriteria kompetensi yang harus dimiliki oleh
setiap konselor/pengajar BK. Untuk kinerja konselor/pengajar BK, perilaku yang dimaksud
adalah aktivitas konselor/pengajar BK selama bimbingan dan konseling, yaitu cara seorang
konselor/pengajar merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi program pendampingan
dan pendampingan. Adapun ukuran kinerja menurut T.R. Mitchell (1989) dapat dilihat dari lima
hal, yaitu:
1. Quality of work – kualitas pekerjaan
2. Promptness – ketepatan waktu dalam menyelesaikan pekerjaan
3. Initiative – prakarsa untuk menyelesaikan pekerjaan
4. Capability – kemampuan menyelesaikan pekerjaan
5. Comunication – kemampuan membina kerja sama dengan pihak lain.

‣ Standar Kompetensi Konselor

Kompetensi akademik merupakan landasan ilmiah (scientific basic) dan kiat (arts)
pelaksanaan layanan profesional bimbingan dan konseling. Landasan ilmiah ini merupakan
khazanah pengetahuan dan keterampilan yang digunakan oleh konselor (enabling
competencies) untuk mengenal berbagai segi kepribadian konseli yang dilayani, seperti sudut
pandang filosofis, pedagogis, psikologis,

Kompetensi akademik calon konselor meliputi kemampuan:

i. memahami konseli yang hendak dilayani;


ii. menguasai khazanah teoretis, konteks, asas, dan prosedur serta sarana yang digunakan dalam
penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling;
iii. menyelenggarakan pelayanan bimbingan dan konseling yang memandirikan; dan
iv. mengembangkan profesionalitas sebagai konselor secara berkelanjutan yang dilandasi sikap,
nilai, dan kecenderungan pribadi yang mendukung.

Kompetensi profesional yang utuh merupakan penguasaan kiat penyelenggaraan


bimbingan dan konseling yang memandirikan. Kompetensi ini ditumbuhkan serta diasah
melalui latihan penerapan kompetensi akademik yang telah diperoleh. Latihan yang relatif
panjang dengan beragam situasi dalam konteks autentik di lapangan yang dikemas sebagai
Pendidikan Profesional Konselor di bawah penyeliaan konselor senior yang bertindak sebagai
pembimbing atau mentor. Oleh karena itu, kedua jenis kompetensi tersebut yaitu kompetensi
akademik dan kiat profesional, bagaikan dua aspek yang dapat dibedakan tetapi tidak dapat
dipisahkan.

1) Kompetensi Akademik (Pedagogik) Konselor.

Kualifikasi akademik konselor pada satuan mata kuliah jalur pendidikan formal
dan nonformal adalah Sarjana Pendidikan (S-1) dalam bidang bimbingan dan konseling
dan berpendidikan profesi konselor.

Kompetensi Pedagogik meliputi sebagai berikut :

a. Menguasai teori dan praksis pendidikan.


 Menguasai ilmu pendidikan dan landasan keilmuannya.
 Mengimplementasikan prinsip pendidikan dan proses pembelajaran.
 Menguasai landasan budaya dalam praksis pendidikan.
b. Mengaplikasikan perkembangan fisiologis, psikologis serta perilaku konseli.
 Mengaplikasikan kaidah perilaku manusia serta perkembangan fisik dan
psikologis individu terhadap sasaran pelayanan bimbingan dan konseling dalam
upaya pendidikan.
 Mengaplikasikan kaidah kepribadian, individualitas, dan perbedaan konseli
terhadap sasaran pelayanan bimbingan dan konseling dalam upaya pendidikan.
 Mengaplikasikan kaidah belajar terhadap sasaran pelayanan bimbingan dan
konseling dalam upaya pendidikan.
 Mengaplikasikan kaidah-kaidah keberbakatan terhadap sasaran pelayanan
bimbingan dan konseling dalam upaya pendidikan.
 Mengaplikasikan kaidah kesehatan mental terhadap sasaran pelayanan
bimbingan dan konseling dalam upaya pendidikan.
c. Menguasai esensi pelayanan bimbingan dan konseling dalam jalur, jenis, dan jenjang
satuan pendidikan
 Menguasai esensi bimbingan dan konseling pada satuan jalur pendidikan formal,
nonformal, dan informal.
 Menguasai esensi bimbingan dan konseling pada satuan jenis pendidikan umum,
kejuruan, keagamaan, dan khusus.
 Menguasai esensi bimbingan dan konseling pada satuan jenjang pendidikan usia
dini, dasar dan menengah, serta tinggi.

2) Kompetensi Kepribadian Konselor.

Kompetensi kepribadian seorang konselor mencakup kemampuan sebagai berikut:

a. Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,


- Menampilkan kepribadian yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa.
- Konsisten dalam menjalankan kehidupan beragama dan toleran terhadap
pemeluk agama lain.
- Berakhlak mulia dan berbudi pekerti luhur.
b. Menghargai dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, individualitas, dan
kebebasan memilih,
- Mengaplikasikan pandangan positif dan dinamis tentang manusia sebagai
makhluk spiritual, bermoral, sosial, individual, dan berpotensi.
- Menghargai dan mengembangkan potensi positif individu pada umumnya dan
konseli pada khususnya.
- Peduli terhadap kemaslahatan manusia pada umumnya dan konseli pada
khususnya.
- Menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia sesuai dengan hak asasinya.
- Toleran terhadap permasalahan konseli.
- Bersikap demokratis
c. Menunjukkan integritas dan stabilitas kepribadian yang kuat.
- Menampilkan kepribadian dan perilaku terpuji (seperti berwibawa, jujur,
sabar, ramah, dan konsisten).
- Menampilkan stabilitas emosi.
- Peka, bersikap empati serta menghormati keragaman dan perubahan.
- Menampilkan toleransi tinggi terhadap konseli yang menghadapi stres dan
frustasi.
d. Menampilkan kinerja berkualitas tinggi.
- Menampilkan tindakan yang cerdas, kreatif, inovatif, dan produktif.
- Bersemangat, berdisiplin, dan mandiri.
- Berpenampilan menarik dan menyenangkan.
- Berkomunikasi secara efektif.

3) Kompetensi Sosial Konselor.


Kompetensi sosial seorang konselor mencakup kemampuan sebagai berikut ini:

a. Mengimplementasikan kolaborasi interndi tempat kerja.

 Memahami dasar, tujuan, organisasi, dan peran pihak-pihak lain (guru, wali
kelas, pimpinan sekolah/ madrasah, komite sekolah/madrasah) di tempat
bekerja.
 Mengomunikasikan dasar, tujuan, dan kegiatan pelayanan bimbingan dan
konseling kepada pihakpihak lain di tempat bekerja.
 Bekerja sama dengan pihak-pihak terkait di dalam tempat bekerja (seperti
guru, orang tua, tenaga administrasi).

b. Berperan dalam organisasi dan kegiatan profesi bimbingan dan konseling,

 Memahami dasar, tujuan, dan AD/ART organisasi profesi bimbingan dan


konseling untuk pengembangan diri dan profesi.
 Menaati kode etik profesi bimbingan dan konseling.
 Aktif dalam organisasi profesi bimbingan dan konseling untuk
pengembangan diri dan profesi.

c. Mengimplementasikan kolaborasi antarprofesi.

 Mengomunikasikan aspek profesional bimbingan dan konseling kepada


organisasi profesi lain.
 Memahami peran organisasi profesi lain dan memanfaatkannya untuk
kesuksesan pelayanan bimbingan dan konseling.
 Bekerja dalam tim bersama tenaga para-profesional dan profesional profesi
lain.
 Melaksanakan referal kepada profesional lain sesuai dengan keperluan.
4) Kompetensi Profesional Konselor.

Kompetensi profesional seorang konselor mencakup kemampuan sebagai berikut :

a. Menguasai konsep dan praktik asesmen untuk memahami kondisi, kebutuhan dan
permasalahan konseli.
 Menguasai hakikat penilaian.
 Memilih teknik penilaian yang sesuai dengan kebutuhan pelayanan
bimbingan dan konseling.
 Menyusun dan mengembangkan instrumen penilaian untuk keperluan
bimbingan dan konseling.
 Mengadministrasikan penilaian untuk mengungkapkan masalah-masalah
konseli.
 Memilih dan mengadministrasikan teknik penilaian pengungkapan
kemampuan dasar dan kecenderungan pribadi konseli.
 Memilih dan mengadministrasikan instrumen untuk mengungkapkan kondisi
aktual konseli berkaitan dengan lingkungan.
 Mengakses data dokumentasi tentang konseli dalam pelayanan bimbingan dan
konseling.
 Menggunakan hasil penilaian dalam pelayanan bimbingan dan konseling
dengan tepat.
 Menampilkan tanggung jawab profesional dalam praktik penilaian.
b. Menguasai kerangka teori dan praktik bimbingan dan konseling.
 Mengaplikasikan hakikat pelayanan bimbingan dan konseling.
 Mengaplikasikan arah profesi bimbingan dan konseling.
 Mengaplikasikan dasar-dasar pelayanan bimbingan dan konseling.
 Mengaplikasikan pelayanan bimbingan dan konseling sesuai kondisi dan
tuntutan wilayah kerja.
 Mengaplikasikan pendekatan/model/jenis pelayanan dan kegiatan pendukung
bimbingan dan konseling.
 Mengaplikasikan format pelayanan bimbingan dan konseling.
c. Merancang program bimbingan dan konseling.
 Menganalisis kebutuhan konseli.
 Menyusun program bimbingan dan konseling yang berkelanjutan berdasarkan
kebutuhan peserta didik secara komprehensif dengan pendekatan
perkembangan.
 Menyusun rencana pelaksanaan program bimbingan dan konseling.
 Merencanakan sarana dan biaya penyelenggaraan program bimbingan dan
konseling.
d. Mengimplementasi program bimbingan dan konselor secara komprehensif.
 Melaksanakan program bimbingan dan konseling.
 Melaksanakan pendekatan kolaboratif dalam pelayanan bimbingan dan
konseling.
 Memfasilitasi perkembangan akademik, karier, personal, dan sosial konseli.
 Mengelola sarana dan biaya program bimbingan dan konseling.
e. Mengevaluasi proses dan hasil penilaian bimbingan dan konseling.
 Melakukan evaluasi hasil, proses, dan program bimbingan dan konseling.
 Melakukan penyesuaian proses pelayanan bimbingan dan konseling.
 Menginformasikan hasil pelaksanaan evaluasi pelayanan bimbingan dan
konseling kepada pihak terkait.
 Menggunakan hasil pelaksanaan evaluasi untuk merevisi dan
mengembangkan program bimbingan dan konseling.
f. Memiliki rasa dan komitmen terhadap perilaku etis.
 Memahami dan mengelola kekuatan dan keterbatasan pribadi dan profesional.
 Menyelenggarakan pelayanan sesuai dengan kewenangan dan kode etik
profesional konselor.
 Mempertahankan objektivitas dan menjaga agar tidak larut dengan masalah
konseli.
 Melaksanakan referal sesuai dengan keperluan.
 Peduli terhadap identitas profesional dan pengembangan profesi.
 Mendahulukan kepentingan konseli daripada kepentingan pribadi konselor.
 Menjaga kerahasiaan konseli.
g. Menguasai konsep dan praktik penelitian tentang bimbingan dan konseling.
 Memahami berbagai jenis dan metode penelitian.
 Mampu merancang penelitian bimbingan dan konseling.
 Melaksanakan penelitian bimbingan dan konseling.
 Memanfaatkan hasil penelitian dalam bimbingan dan konseling dengan
mengakses jurnal pendidikan dan juga jurnal bimbingan dan konseling.
‣ Penilaian Kinerja (PK) Konselor/Guru Bimbingan dan Konseling
Sistem PK Guru BK adalah sistem penilaian yang dirancang untuk menentukan
kemampuan guru dalam melaksanakan tugasnya melalui langkah-langkah penguasaan
kompetensi yang diekspresikan dalam aktivitasnya. Secara umum, PK Guru BK ini
memiliki 2 fungsi utama sebagai berikut.
1. Menilai kemampuan guru untuk menerapkan semua keterampilan dan kemampuan
yang diperlukan dalam proses pembelajaran, pembimbingan, atau pelaksanaan
tugas tambahan yang berhubungan dengan fungsi sekolah/madrasah.
2. Menghitung angka kredit yang diperoleh guru atas kinerja pembelajaran,
pembimbingan, atau pelaksanaan tugas tambahan yang relevan dengan fungsi
sekolah/ madrasah. Angka kredit dihitung dari kinerja yang dilakukan pada tahun
PK Guru BK tersebut dilakukan.
o Persyaratan penting yang harus diperhatikan dalam sistem PK Guru BK
adalah
a) Valid: Sistem PK Guru BK dikatakan valid apabila aspek penilaian benar-benar
mencerminkan komponen tugas guru dalam melaksanakan pembelajaran,
pembimbingan, dan/atau tugas lain yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah.
b) Reliabel: Sistem PK Guru BK dikatakan reliabel atau mempunyai tingkat
kepercayaan tinggi jika proses penilaian yang dilakukan memberikan hasil sama
untuk seorang guru tanpa dipengaruhi siapa yang menilai dan kapan penilaian
tersebut dilaksanakan.
c) Praktis: Sistem PK Guru BK dikatakan praktis bila dapat dilakukan oleh siapapun
dengan cara yang relatif mudah dan tingkat validitas serta reliabilitas yang sama
dalam semua kondisi tanpa memerlukan persyaratan tambahan.
o Sementara itu, prinsip utama pelaksanaan PK Guru BK adalah sebagai
berikut:
a) Berdasarkan pada ketentuan: PK Guru BK harus dilaksanakan sesuai dengan
prosedur dan mengacu pada peraturan yang berlaku.
b) Berdasarkan pada kinerja: Aspek yang dinilai dalam PK Guru BK adalah
kinerja guru yang dapat diamati dan dipantau dalam melaksanakan tugasnya
sehari-hari, yaitu dalam melaksanakan kegiatan pembimbingan dan/atau tugas
tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah.
c) Berlandaskan pada dokumen PK Guru BK: Penilai, guru yang dinilai, dan
unsur yang terlibat dalam proses PK Guru BK harus memahami semua dokumen
yang terkait dengan sistem PK Guru BK. Guru dan penilai harus memahami
pernyataan kompetensi dan indikator kinerja secara utuh sehingga keduanya
mengetahui aspek yang dinilai serta dasar dan kriteria yang digunakan dalam
penilaian.
d) Dilaksanakan secara konsisten: PK Guru BK dilaksanakan secara teratur setiap
tahun. Diawali dengan penilaian formatif di awal tahun dan penilaian sumatif di
akhir tahun dengan memerhatikan hal berikut:
 Objektif: Penilaian Kinerja Guru BK dilaksanakan secara objektif sesuai
dengan kondisi nyata guru dalam melaksanakan tugas sehari-hari.
 Adil: Penilai memberlakukan syarat, ketentuan, dan prosedur standar kepada
semua guru yang dinilai.
 Dapat Dipertanggungjawabkan: Hasil pelaksanaan Penilaian Kinerja Guru
BK dapat dipertanggungjawabkan.
 Bermanfaat: Penilaian Kinerja Guru BK bermanfaat bagi guru yang
bersangkutan dalam rangka peningkatan kualitas kinerjanya secara
berkelanjutan dan sekaligus pengembangan karier profesinya.
 Transparan: Penilai, guru yang dinilai, dan pihak lain yang berkepentingan
memiliki akses informasi penyelenggaraan penilaian tersebut.
 Praktis: Penilaian Kinerja Guru BK dapat dilaksanakan secara mudah tanpa
mengabaikan prinsip lainnya.
 Berorientasi pada Tujuan: Penilaian dilaksanakan dengan berorientasi pada
tujuan yang telah ditetapkan.
 Berorientasi pada Proses: Penilaian Kinerja Guru BK tidak hanya terfokus
pada hasil, tetapi juga perlu memerhatikan proses, yakni bagaimana guru
yang bersangkutan dapat mencapai hasil tersebut.
 Berkelanjutan: Penilaian Kinerja Guru BK dilaksanakan secara periodik,
teratur, dan berlangsung secara terus-menerus selama seseorang menjadi guru
BK.
 Rahasia: Hasil PK Guru BK hanya boleh diketahui oleh pihak terkait yang
berkepentingan.

Penilaian Kinerja Guru Bimbingan Konseling (BK)/Konselor dalam


melaksanakan proses pembimbingan meliputi kegiatan merencanakan dan melaksanakan
pembimbingan, mengevaluasi dan menilai hasil bimbingan, menganalisis hasil evaluasi
pembimbingan, dan melaksanakan tindak lanjut hasil pembimbingan. Berdasarkan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 27 Tahun 2008 tentang Standar
Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor, terdapat 4 ranah kompetensi yang harus
dimiliki oleh guru BK/konselor. Penilaian Kinerja Guru BK/Konselor mengacu kepada 4
domain kompetensi tersebut dan mencakup 17 kompetensi khusus seperti diuraikan
dalam Tabel 9.2.

o Berikut akan dijelaskan mengenai PK Guru BK Formatif dan PK Guru BK


Sumatif :
a) PK Guru BK Formatif
PK Guru BK Formatif digunakan untuk menyusun profil kinerja guru BK
dan harus dilaksanakan dalam kurun waktu 6 (enam) minggu di awal tahun ajaran
baru. Berdasarkan profil kinerja guru dan hasil evaluasi diri yang dilakukan oleh
guru secara mandiri, sekolah/madrasah menyusun rencana Peningkatan
Keprofesionalan Berkelanjutan (PKB). Bagi guru dengan PK Guru BK di bawah
standar, program PKB diarahkan untuk pencapaian standar kompetensi tersebut.
Sementara itu, bagi guru dengan PK Guru BK yang telah mencapai atau melebihi
standar, program PKB diorientasikan untuk meningkatkan atau memperbarui
pengetahuan, keterampilan, dan sikap dan perilaku keprofesiannya.
b) PK Guru BK Sumatif
PK Guru BK Sumatif digunakan untuk menetapkan perolahan angka kredit
guru pada tahun tersebut. PK Guru BK Sumatif juga digunakan untuk
menganalisis kemajuan yang dicapai guru dalam pelaksanaan PKB, baik bagi guru
yang nilainya masih di bawah standar, telah mencapai standar, atau melebihi
standar kompetensi yang ditetapkan. PK Guru BK Sumatif harus sudah
dilaksanakan 6 (enam) minggu sebelum penetapan angka kredit seorang guru.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

Nursalim, M. (2015). Pengembangan profesi bimbingan dan konseling. Jakarta: Erlangga.

LN, S. Y. (2020, August). Karakteristik, Kompetensi dan Peran Konselor. In Prosiding


Seminar Nasional Bimbingan dan Konseling Universitas Negeri Malang (pp. 105-118).

Prayitno . (1989). Deskripsi Tugas Petugas Bimbingan Indonesia (Konselor-Guru


Pembimbing), Makalah, Denpasar, Bali.

Rochman Natawidjaja. (1989). Konsolidasi Profesional Petugas Bimbingan Melalui Jalur


Pendidikan Formal. Makalah.

Sari, N., & Hartati, M. T. S. (2013). Kinerja konselor ditinjau dari kompetensi profesional
di SMA Negeri Se-Kabupaten Batang. Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory
and Application, 2(4).

Anda mungkin juga menyukai