PROFESIONAL
Dosen Pengampu:
Richo Surya Pradana , S.Pd., M.Pd
Disusun Oleh:
Krisantius Happy 21090000111
Ardhiatna Roudlotul Jannah 21090000112
RR. Maulitha D. Safira 21090000140
Aleen Tabita 21090000145
FAKULTAS PSIKOLOGI
Segala Puji bagi Tuhan Yang Mahas Esa dengan segala kebesaran-Nya, karunia, dan izin-
Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan Makalah Profil, Peran, dan Kinerja Konselor
Profesional ini. Makalah ini ditulis dengan tujuan sebagai tempat untuk belajar mandiri
mahasiswa yang tengah mengambil mata kuliah BK Sekolah.
1. Ratih Agustin Rachmaningrum ,S.Psi., M.si., selaku dosen mata kuliah BK Sekolah.
2. Anggota kelompok yang ikut berpartisipasi menyelesaikan makalah ini.
Akhir kata, tentu makalah ini masih jauh dari kata sempurna baik dari segi penampilan,
kata, kalimat, dan isi. Dalam hal ini Penulis sangat terbuka terhadap kritik dan saran-saran yang
membangun demi penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat untuk
pengguna, khususnya mahasiswa yang menempuh mata kuliah BK Sekolah. Amin.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................................................3
BAB I...............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...........................................................................................................................4
1.1 Latar belakang...................................................................................................................4
1.2 Rumusan masalah.............................................................................................................4
1.3 Tujuan....................................................................................................................................4
BAB II.............................................................................................................................................5
PEMBAHASAN..............................................................................................................................5
2.1 Profil Konselor Profesional...................................................................................................5
2.2 Peran Konselor Profesional.................................................................................................12
2.3 Kinerja Konselor Profesional..............................................................................................16
BAB III..........................................................................................................................................16
PENUTUP.....................................................................................................................................27
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................27
3.2 Saran....................................................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................28
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Mengetahui profil konselor profesional.
2. Mengetahui peran konselor profesional.
3. Mengetahui kinerja konselor profesional.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Profil Konselor Profesional
Konselor harus memiliki profil yang berbeda dengan profesi lain, sebab seorang ahli. Profil
merupakan suatu bentuk yang menggambarkan kondisi seseorang. Oleh karena itu,, profil
konselor dapat dikatakan sebagai gambaran yang menunjukkan keadaan seorang konselor yang
diharapkan. Beberapa profil yang harus dimiliki oleh seorang konselor adalah:
1. Memiliki sifat luwes, akrab, terbuka, dapat menerima pendapat orang lain, dapat
merasakan keadaan orang lain, menghargai orang lain, tidak mau menang sendiri,
objektif, dapat mengendalikan diri, stabilitas emosi, sabar, jujur, kreatif, inovatif,
produktif, dan mandiri.
2. Kepedulian dalam menangani kasus.
3. Memiliki kepedulian dalam membantu memecahkan masalah anak bimbing.
4. Segala perilaku dan tutur katanya menyenangkan orang lain
5. Merasa bangga terhadap tugas-tugasnya sebagai guru pembimbing.
6. Dapat menyimpan kerahasiaan anak bimbing.
7. Memiliki semangat dalam meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan dan
ketrampilan sesuai dengan profesinya.
Menurut Mochammad Hatip (1989) dalam penelitiannya terhadap profil konselor menunjukkan
19 karakteristik yang diharapkan dimiliki konselor, yakni:
1) Kepribadian konselor.
2) Kemampuan intelektual.
3) Kemampuan mengadakan empati.
4) Menarik.
5) Berpandangan positif.
6) Memperlihatkan kapasitas untuk menjalin hubungan.
7) Bersikap profesional.
8) Memiliki wawasan bimbingan.
9) Memahami kepribadian manusia.
10) Menguasai teori dan praktik.
11) Menguasai teknik pemahaman individu.
12) Kemampuan untuk memasyarakatkan bimbingan.
13) Kemampuan mengadministrasikan program bimbingan.
14) Kemampuan mengelola berbagai layanan.
15) Menguasai penyelenggaraan bimbingan karier.
16) Mampu menyelenggarakan konsultasi dengan berbagai pihak.
17) Mampu bekerja sama dengan personel lain.
18) Menguasai proses belajar mengajar.
19) Mampu bekerjasama dengan profesi lain
Kualitas yang perlu dimiliki oleh seorang konselor menurut Perez (1979)
1. Mau melakukan kegiatan seperti detektif untuk mengamati perilaku, komunikasi, dan
ucapan-ucapan klien.
2. Mampu membedakan antara keluarga yang berfungsi dengan baik dengan keluarga yang
tidak berfungsi dengan baik.
3. Memiliki sense of drama yang kuat agar mampu menangkap air muka (mimik), getaran
suara, gerak-gerik, bahasa, dan sebagainya.
4. Tidak boleh malu-malu dan harus kreatif dalam menggali hal-hal yang diperlukan dalam
proses konseling.
5. Bersikap mendorong dan non-judgmental.
Kualitas pribadi konselor ditandai dengan beberapa karakteristik dikutip oleh Syamsu Yusuf dan
Juntika Nurihsan (2006:37-44), sebagai berikut:
1. Pemahaman Diri
Memahami dirinya sendiri dengan baik sebelum memberikan layanan bimbingan dan
konseling kepada konseli merupapakan suatau hal yang harus dimiliki sebagai seorang
konselor. Self-knowledge berarti bahwa konselor memahami dirinya dengan baik,
memahami secara pasti apa yang dilakukan, alasan yang menyebabkannya melakukan hal
tersebut, dan masalah apa yang harus diselesaikan. Konselor yang memilikitingkat self-
knowledge yang baik akan menunjukkan sifat-sifat baik, seperti menyadari kebutuhan
dirinya dengan baik, memahami perasaanperasaannya dengan baik, menyadari tentang
perasaan hatinya ketika proses konseling, dan memahami/mengakui kelebihan atau
kekurangan dirinya.
2. Kompeten
Sebagai seorang konelor, hendaknya memiliki kualitas fisik, intelektual, emosional, sosial,
dan moral sebagai pribadi yang berguna. Satu hal penting yang membedakan hubungan
persahabatan dengan hubungan konseling adalah kompetensi yang dimiliki konselor.
Konselor yang efektif adalah konselor yang memiliki pengetahuan akademik, kualitas
pribadi, dan keterampilan konseling.
Dalam aspek kesehatan, kesehatan psikologis harus yang lebih baik dari konseli karena
kesehatan psikologis akan mendasari pemahamannya terhadap perilaku dan
keterampilannya. Konselor dengan kesehatan psikologis yang baik memiliki kualitas sebagai
berikut: 1) memperoleh pemuasan kebutuhan rasa aman, cinta, kekuatan, dan hasrat seksual;
2) dapat mengatasi masalah-masalah pribadi yang dihadapinya; 3) menyadari kelemahan
atau keterbatasan kemampuan dirinya; 4) menciptakan hubungan yang lebih baik.
4. Dapat Dipercaya
Kecemasan bagi konseli harus dihindarkan, maka dari itu Konselor bukan menjadi suatu
anccaman. Konselor yang dipercaya cenderung memiliki kualitas sikap dan perilaku seperti
berikut: 1) memiliki pribadi yang konsisten; 2) dapat dipercaya oleh orang lain; 3) tidak
pernah membuat orang lain (konseli) kecewa atau kesal; 4) bertanggung jawab, mampu
merespons orang lain secara utuh, tidak ingkar janji, dan mau membantu secara penuh.
4. Jujur
Sebagai Konselor, dirinya bersikap transparan (terbuka), autentik, dan asli (genuine).
Konselor yang jujur memiliki karakteristik bersikap kongruen dan memiliki pemahaman
yang jelas tentang makna kejujuran.
5. Kuat
Dalam pandangan seorang Konseli, dirinya memandang konselor sebagai orang yang tabah
dalam menghadapi masalah, dapat mendorong konseli untuk mengatasi masalahnya, dan
dapat menanggulangi kebutuhan dan masalah pribadi konseli. Konselor yang kuat cenderung
menampilkan kualitas sikap dan perilaku yang bersifat fleksibel, memiliki identitas diri yang
jelas, dan dapat membuat batasan waktu yang pantas dalam konseling.
6. Bersikap Hangat
Konselor dapat bersikap ramah, penuh perhatian, dan memberikan kasih sayang.
7. Responsif
Konselor hendaknya bersifat dinamis dan tidak pasif dalam pemberian umpan balik yang
bermanfaat, informasi yang berguna, mengemukakan gagasan baru sehingga muncul diskusi
antara konselor dan konseli dengan memegang tanggung jawab masing-masing guna
menyelesaikan masalah konseli.
8. Sabar
Konselor yang sabar cenderung menampilkan kualitas sikap dan perilaku yang tidak tergesa-
gesa. Sikap ini menunjukkan bahwa konselor lebih memerhatikan diri klien daripada
hasilnya.
9. Sensitif
Sensitif berarti menyadari adanya dinamika psikologis yang tersembunyi atau sifat-sifat
peka yang ada pada diri klien maupun dirinya sendiri. Konselor yang sensitif memiliki
kualitas perilaku seperti: 1) sensitif terhadap reaksi dirinya sendiri; 2) mengetahui kapan,
dimana, dan berapa lama mengungkap masalah konseli; 3) mengajukan pertanyaan tentang
persepsi konseli tentang masalah yang dihadapinya; 4) sensitif terhadap sifat-sifat yang
mudah menyinggung dirinya.
10. Memiliki Kesadaran Holistik
Pendekatan holistik dalam konseling berarti bahwa konselor memahami klien secara utuh
dan tidak mendekatinya secara terbagi. Konselor yang memiliki kesadaran holistik akan
cenderung menampilkan karakteristik seperti: 1) menyadari secara akurat dimensidimensi
kepribadian yang kompleks; 2) menemukan cara memberikan konsultasi yang tepat dan
mempertimbangkan perlu/tidaknya referal (rujukan); 3) akrab dan terbuka terhadap berbagai
teori.
Profil kenselor dapat dilihat dari berbagai segi. Sebagai pembuka, profil konselor didekati
melalui karakteristik pribadi-sosialnya, dan penampilan inilah yang paling banyak di-jumpai.
Penampilan karakterisktik pribadi-sosial ini pada umum-nya mengaitkan konselor dalam fungsi
konseling dan sangat banyak dijumpai studi mengenai karakteristik tersebut. Lalu profil konselor
ditampilkan dalam hal kompetensinya. Dan terakhir, profil konselor ditampilkan melalui fungsi
dan peranan yang hendaknya diembannya.
Apa yang seharusnya menjadi fungsi dan peranan konselor sekolah? Meskipun secara
praktis tidak sulit untuk menjawab per-tanyaan tersebut, namun tidak demikian jika ditinjau
secara teo-ritis. Penelusuran pustaka menunjukkan bahwa ada hal yang kon-troversial dalam
menetapkan fungsi utama konselor. Sebagian terbesar pakar bidang ini menghendaki agar
konselor menetapkan fungsi utamanya dalam hal konseling. Belkin, Nugent, Arbukle, Wrenn,
dan beberapa pakar lain, serta Himpunan Pendidikan dan Supervisi Konselor di Amerika adalah
termasuk penganjur fungsi konseling tersebut. Di pihak lain
adalahIvey,Carrol,Alschuler,danPine, menghendaki agar konselor sekolah mengganti peranan
utamanya dari konseling ke pengajaran psikologis. Kelompok ke-dua ini menganjurkan agar
konselor tidak lagi memberikan laya-nan konseling individual tapi masuk kelas untuk
memberikan layanan berupa pengajaran psikologis.
Penampilan profil konselor sekolah dilihat dari fungsi dan peranannya selain bersifat
spekulatif juga telah didekati me-lalui penelitian empiris. Stinzi dan Hutcheon telah meneliti
peran-an konselor sekolah menurut harapan siswa, guru, dan adminis-trator sekolah.
Brammer (1979) mengindentifikasi karakteristik konselor dalam hal kepribadian sebagai berikut:
1. menyadari nilai-nilai,
2. mampu menganalisis perasaan sendiri,
3. mampu menam-pilkan diri sebagai model dan inf1uencer,
4. mementingkan orang lain (altruism),
5. memiliki rasa etis yang kuat (strong sense of ethics), dan
6. bertanggung jawab.
Brenner (1982: 2-9) menekankan enam karakteristik yang penting dimiliki konselor adalah:
1. empatik,
2. Tenang atau sabar,
3. siap mendiskusikan segala hal,
4. mampu membangkitkan semangat (encouragement), dan
5. tindakannya penuh tujuan.
1. percaya diri,
2. memiliki energi yang tinggi (high energy level),
3. memiliki rasa humor,
4. tidak memihak,
5. luwes,
6. emosinya stabil,
7. berpengalaman tempuh resiko,
8. berpikir analitis,
9. kreatif,
10. jujur, dan
11. sabar.
Kompetensi isi mencakup apa-apa yang harus dike-tahui oleh konselor, yakni:
Pengukuran, konsultasi, perilaku manusia strategi intervensi, riset, administrasi, pusat kerja dan
pusat kemasyarakatan, lembaga pendidikan/Iatihan, pengajaran, bursa kerja, hukum struktur
organisasi program, kelompok khusus supervisi, dan perangkat teknologis. Komponen fungsi
mencakup keterampilanketeram-pilan yang perlu dikuasai konselor yakni: mengadministrasi,
konseling, mengoperasikan peralatan, meneliti, mensupervisi, mengajar/melatih, dan mengetes.
Rumusan kompetensi konselor yang mengkhususkan diri pada konselor sekolah telah
dirumuskan oleh Rochman Nata-widjaja (1989). Rochman merinci kompetensi konselor
berdasarkan enam komponen yakni:
1. Konselor sebagai Terapis/Pewawancara, sebagai terapis adalah tugas utama bagi seluruh
konselor professional. Konselor membantu klien dalam mengatasi masalah-masalah mental
dan emosional, serta mengembangkan kesehatan mentalnya secara optimal. Konselor
sebagai terapis atau pewawancara berarti bahwa usaha membantu (menyembuhkan) orang
lain dilakukan konselor melalui suatu proses wawancara konseling. Oleh karena itu,
pemaknaan konseling sebagai suatu layanan bagi siapapun yang mencari bantuan dari
individu terlatih secara profesional (konselor/guru pembimbing) dan layanan yang dapat
diberikan kepada individu atau kelompok dengan cara mengarahkan konseli untuk
memahami dan menghadapi situasi kehidupan nyata adalah peranan kunci bagi konselor
profesional di semua setting layanan. Dalam setting sekolah, kemampuan guru pembimbing
untuk melaksanakan kegiatan konseling secara profesional tidak dapat ditawar.
Kompetensi untuk melaksanakan konseling secara singkat, tetapi efektif sangat diperlukan
(Line, 2006:57). Fokus konseling dalam pengertian tradisional ini bermakna membantu
individu atau sekelompok individu untuk:
a) mencapai tujuan-tujuan intrapersonal dan interpersonal,
b) mengatasi kekurangan-kekurangan pribadi dan kesulitan-kesulitan perkembangan,
c) membuat keputusan dan perencanaan untuk perubahan dan perkembangan,
d) meningkatkan kesehatan fisik maupun mental dan kebahagian untuk mencapai
kebahagiaan kolektif.
Peran tersebut mengimplikasikan perlunya keahlian konselor dalam memahami
pertumbuhan dan perkembangan manusia, penguasaan keterampilan interpersonal,
penguasaan keterampilan pembuatan keputusan dan pemecahan masalah, penguasaan
intervensi krisis dari berbagai orientasi teoretis.
a. Konselor sebagai Konsultan Peran kedua, yang dilakukan oleh seorang konselor/guru
pembimbing adalah sebagai konsultan. Dinkmeyer dan Carlson (2006:24), berpendapat ada
beberapa karakteristik dan kompetensi yang harus dikuasai oleh seorang konsultan, yaitu:
1) Bersikap empati dan memahami bagaimana orang lain merasa dan mengalami dunianya
2) Mampu berhubungan dengan peserta didik dan guru (orang dewasa lainnya) dalam
suatu hubungan yang bertujuan/bermakna
3) Sensitif terhadap kebutuhan orang lain
4) Menyadari adanya dinamika psikologis, motivasi, dan tujuan dari tingkah laku manusia
5) Memahami dinamika kelompok dan kebermaknaannya bagi pelaksanaan pendidikan
6) Mampu membangun hubungan yang ditandai dengan saling memercayai dan saling
menghormati
7) Mampu mempertanggungjawabkan masalah-masalah penting
8) Mampu menetapkan penting tidaknya suatu hal dan persyaratan bagi suatu hubungan
yang menolong
9) Mampu memberikan inspirasi bagi sejumlah tingkat kepemimpinan. Kenyataan ini
berimplikasi bukan hanya pada keterampilan sebagai konselor semata, melainkan juga
keahlian dalam proses konsultasi (consulting process).
Terdapat tiga elemen konsultasi (Dougherty dalam Sciarra, 2004 : 55), yaitu:
a) konsultasi melibatkan tiga pihak
b) tujuan konsultasi adalah untuk menyelesaikan masalah
c) tujuan lain dari konsultasi adalah untuk meningkatkan kinerja konseli dan klien yang
nantinya akan meningkatkan kesejahteraan klien.
Untuk lebih jelasnya, implementasi ketiga elemen tersebut akan dijelaskan sebagai berikut.
Konsultasi melibatkan tiga pihak, ketiga pihak tersebut meruapakan konselor sebagai
konsultan, guru atau orang tua sebagai pihak ketiga (klien) dan peserta didik yang memiliki
masalah sebagai konseli. Tujuan utama konsultasi yaitu agar memecahkan masalah konseli.
Hal serupa juga disampaikan oleh Brown, Pryzwansky, dan Schulte (2001:5-6) yang
menyatakan bahwa konsultasi adalah suatu proses pemecahan masalah secara sukarela yang
dapat dimulai atau diakhiri oleh konsultan maupun konseli. Hal itu terjadi dengan tujuan
membantu klien mengembangkan sikap dan keterampilan yang memungkinkannya berfungsi
lebih efektif dalam berhubungan dengan konseli yang secara individual, kelompok, atau
organisasi menjadi tanggung jawabnya. Jadi, tujuan dari proses ini memiliki beberapa sudut
pandang. Pertama, meningkatkan pelayanan kepada konseli; kedua, memperbaiki pelayanan
pada pihak ketiga (guru atau orang tua); ketiga, memfasilitasi klien agar dapat meningkatkan
kemampuannya untuk melakukan tugasnya dalam berhubungan dengan konseli. Fungsi yang
perlu dilakukan konselor atau guru pembimbing antara lain melakukan evaluasi, fasilitasi,
informasi, negosiasi, alih tangan, dan hubungan masyarakat.
b. Konselor sebagai Agen Perubahan Peran sebagai agen perubahan bermakna bahwa
keseluruhan lingkungan konseli harus dapat berfungsi sehingga dapat memengaruhi
kesehatan mental konseli agar menjadi lebih baik dan dapat digunakan konselor untuk
memperkuat atau meningkatkan keberfungsian konseli. Maka diperlukan keahlian untuk
memahami sistem lingkungan dan sosial. Ketrampilan tersebut kemudian dikembangkan
untuk merencanakan dan menerapkan perubahan dalam lembaga, masyarakat, atau sistem
tertentu. Untuk dapat melaksanakan peran sebagai agen perubahan, guru pembimbing harus
menjalin hubungan dan kerja sama yang baik dengan guru, orang tua, kepala sekolah,
komite sekolah, dan masyarakat sekitar. Bentuk kerja sama diwujudkan melalui dialog serius
untuk menciptakan sistem pendidikan yang efektif sebelum merancang program bimbingan
dan konseling yang dapat merubah keadaan (Taylor dan Adelman, 2000). Berbekal dengan
jalinan kerja sama dengan berbagai pihak, guru pembimbing dapat merancang program
kegiatan yang melibatkan banyak pihak. Keterlibatan berbagai pihak dalam suatu kegiatan
akan memungkinkan terjadinya suatu kesepahaman terhadap suatu keadaan yang
memerlukan intervensi secara integral dari berbagai pihak. Kesediaan semua pihak untuk
terlibat dalam suatu proses kegiatan memungkinkan terwujudnya perubahan yang didukung
oleh banyak pihak. Fungsi yang berkaitan dengan peran ini, antara lain analisis sistem,
testing dan evaluasi, perencaaan program, perlindungan klien (client advocacy), dan
pengembangan jaringan kerja sama (networking).
c. Konselor sebagai Agen Pencegahan Sebagai agen pencegahan, guru pembimbing berperan
untuk mencegah perkembangan yang salah dan/atau mencegah terjadinya masalah. Peranan
sebagai agen pencegah dapat dilakukan melalui kegiatan atau program yang bersifat
antisipatif (minimal usaha-usaha yang bersifat preventif), seperti layanan informasi,
penempatan, dan penyaluran. Untuk itu, keterampilan mengembangkan program yang dapat
memfasilitasi perkembangan dan kebutuhan peserta didik sangat diperlukan. Penekanan
dilakukan terutama dengan memberikan strategi dan pelatihan pendidikan sebagai cara
untuk memperoleh atau meningkatkan keterampilan interpersonal. Oleh karena itu, guru
pembimbing membutuhkan pemahaman dan keahlian tentang dinamika kelompok,
perkembangan normal manusia, psikologi belajar, teknologi pembelajaran, dan sebagainya.
d. Konselor sebagai Koordinator Konselor selalu memiliki peran sebagai seorang
koordinator. Sehubungan dengan itu, konselor harus sanggup menangani berbagai segi
program pelayanan yang memiliki ragam variasi pengharapan dan peran yang beragam
seperti yang telah dikemukakan sebelumnya. Konselor perlu memiliki keahlian dalam
perencanaan program, penilaian kebutuhan, strategi evaluasi program, penetapan tujuan,
pembiayaan, dan pembuatan keputusan. Beberapa fungsi konselor yang terkait dengan hal
tersebut adalah menjadwalkan kegiatan, melakukan testing, penelitian, melakukan penilaian
kebutuhan, sampai dengan menata file data. Terapi atau Konseling Konsultan Agen
Pencegahan Peran Konselor Assessor Koordinator Pengembang Karier Para konselor
sekolah memiliki tanggung jawab untuk mengoordinasikan berbagai macam kegiatan
bimbingan dengan kegiatan-kegiatan sekolah lainnya. Para konselor sekolah juga perlu
mengoordinasikan kontribusi dari profesional lain yang terlibat dalam pengelolaan
pendidikan seperti psikolog, pekerja sosial, dan sebagainya.
e. Konselor sebagai Agen Orientasi Konselor sekolah juga memiliki peran sebagai agen
orientasi. Sebagai fasilitator perkembangan manusia, para konselor sekolah perlu mengakui
akan pentingnya orientasi peserta didik terhadap tujuan dan lingkungan sekolahnya. Penting
untuk memahami bahwa pengalaman anak terkait pendidikan awal merupakan suatu
pengalaman positif bagi mereka. Sehubungan dengan hal tersebut, konselor sekolah dapat
merencanakan suatu kegiatan konsultasi dengan para guru untuk belajar dan mempraktikkan
berbagai keterampilan interpersonal dan interaksional di sekolah.
f. Konselor sebagai Assessor Konselor sekolah juga memiliki peran sebagai assessor, yaitu
melakukan penilaian terhadap peserta didik berdasarkan data hasil tes maupun non-tes. Data
hasil pengukuran tersebut diinterpreastikan untuk memperoleh pemahaman akurat tentang
konseli beserta dengan potensi-potensinya, dampak budaya pada perkembangan konseli, dan
pengaruh faktor-faktor lingkungan lain pada perilaku konseli.
g. Konselor sebagai Pengembang Karier, Pentingnya pendidikan di sekolah sebagai landasan
pengambilan keputusan peserta didik menegaskan pentingnya memberikan perhatian pada
perkembangan karier peserta didik. Konselor dapat membuat kontribusi penting sebagai
koordinator dan konsultan dalam mengembangkan program pendidikan karier yang
terintegrasi, berkesinambungan, dan terusmenerus.
Kompetensi akademik merupakan landasan ilmiah (scientific basic) dan kiat (arts)
pelaksanaan layanan profesional bimbingan dan konseling. Landasan ilmiah ini merupakan
khazanah pengetahuan dan keterampilan yang digunakan oleh konselor (enabling
competencies) untuk mengenal berbagai segi kepribadian konseli yang dilayani, seperti sudut
pandang filosofis, pedagogis, psikologis,
Kualifikasi akademik konselor pada satuan mata kuliah jalur pendidikan formal
dan nonformal adalah Sarjana Pendidikan (S-1) dalam bidang bimbingan dan konseling
dan berpendidikan profesi konselor.
Memahami dasar, tujuan, organisasi, dan peran pihak-pihak lain (guru, wali
kelas, pimpinan sekolah/ madrasah, komite sekolah/madrasah) di tempat
bekerja.
Mengomunikasikan dasar, tujuan, dan kegiatan pelayanan bimbingan dan
konseling kepada pihakpihak lain di tempat bekerja.
Bekerja sama dengan pihak-pihak terkait di dalam tempat bekerja (seperti
guru, orang tua, tenaga administrasi).
a. Menguasai konsep dan praktik asesmen untuk memahami kondisi, kebutuhan dan
permasalahan konseli.
Menguasai hakikat penilaian.
Memilih teknik penilaian yang sesuai dengan kebutuhan pelayanan
bimbingan dan konseling.
Menyusun dan mengembangkan instrumen penilaian untuk keperluan
bimbingan dan konseling.
Mengadministrasikan penilaian untuk mengungkapkan masalah-masalah
konseli.
Memilih dan mengadministrasikan teknik penilaian pengungkapan
kemampuan dasar dan kecenderungan pribadi konseli.
Memilih dan mengadministrasikan instrumen untuk mengungkapkan kondisi
aktual konseli berkaitan dengan lingkungan.
Mengakses data dokumentasi tentang konseli dalam pelayanan bimbingan dan
konseling.
Menggunakan hasil penilaian dalam pelayanan bimbingan dan konseling
dengan tepat.
Menampilkan tanggung jawab profesional dalam praktik penilaian.
b. Menguasai kerangka teori dan praktik bimbingan dan konseling.
Mengaplikasikan hakikat pelayanan bimbingan dan konseling.
Mengaplikasikan arah profesi bimbingan dan konseling.
Mengaplikasikan dasar-dasar pelayanan bimbingan dan konseling.
Mengaplikasikan pelayanan bimbingan dan konseling sesuai kondisi dan
tuntutan wilayah kerja.
Mengaplikasikan pendekatan/model/jenis pelayanan dan kegiatan pendukung
bimbingan dan konseling.
Mengaplikasikan format pelayanan bimbingan dan konseling.
c. Merancang program bimbingan dan konseling.
Menganalisis kebutuhan konseli.
Menyusun program bimbingan dan konseling yang berkelanjutan berdasarkan
kebutuhan peserta didik secara komprehensif dengan pendekatan
perkembangan.
Menyusun rencana pelaksanaan program bimbingan dan konseling.
Merencanakan sarana dan biaya penyelenggaraan program bimbingan dan
konseling.
d. Mengimplementasi program bimbingan dan konselor secara komprehensif.
Melaksanakan program bimbingan dan konseling.
Melaksanakan pendekatan kolaboratif dalam pelayanan bimbingan dan
konseling.
Memfasilitasi perkembangan akademik, karier, personal, dan sosial konseli.
Mengelola sarana dan biaya program bimbingan dan konseling.
e. Mengevaluasi proses dan hasil penilaian bimbingan dan konseling.
Melakukan evaluasi hasil, proses, dan program bimbingan dan konseling.
Melakukan penyesuaian proses pelayanan bimbingan dan konseling.
Menginformasikan hasil pelaksanaan evaluasi pelayanan bimbingan dan
konseling kepada pihak terkait.
Menggunakan hasil pelaksanaan evaluasi untuk merevisi dan
mengembangkan program bimbingan dan konseling.
f. Memiliki rasa dan komitmen terhadap perilaku etis.
Memahami dan mengelola kekuatan dan keterbatasan pribadi dan profesional.
Menyelenggarakan pelayanan sesuai dengan kewenangan dan kode etik
profesional konselor.
Mempertahankan objektivitas dan menjaga agar tidak larut dengan masalah
konseli.
Melaksanakan referal sesuai dengan keperluan.
Peduli terhadap identitas profesional dan pengembangan profesi.
Mendahulukan kepentingan konseli daripada kepentingan pribadi konselor.
Menjaga kerahasiaan konseli.
g. Menguasai konsep dan praktik penelitian tentang bimbingan dan konseling.
Memahami berbagai jenis dan metode penelitian.
Mampu merancang penelitian bimbingan dan konseling.
Melaksanakan penelitian bimbingan dan konseling.
Memanfaatkan hasil penelitian dalam bimbingan dan konseling dengan
mengakses jurnal pendidikan dan juga jurnal bimbingan dan konseling.
‣ Penilaian Kinerja (PK) Konselor/Guru Bimbingan dan Konseling
Sistem PK Guru BK adalah sistem penilaian yang dirancang untuk menentukan
kemampuan guru dalam melaksanakan tugasnya melalui langkah-langkah penguasaan
kompetensi yang diekspresikan dalam aktivitasnya. Secara umum, PK Guru BK ini
memiliki 2 fungsi utama sebagai berikut.
1. Menilai kemampuan guru untuk menerapkan semua keterampilan dan kemampuan
yang diperlukan dalam proses pembelajaran, pembimbingan, atau pelaksanaan
tugas tambahan yang berhubungan dengan fungsi sekolah/madrasah.
2. Menghitung angka kredit yang diperoleh guru atas kinerja pembelajaran,
pembimbingan, atau pelaksanaan tugas tambahan yang relevan dengan fungsi
sekolah/ madrasah. Angka kredit dihitung dari kinerja yang dilakukan pada tahun
PK Guru BK tersebut dilakukan.
o Persyaratan penting yang harus diperhatikan dalam sistem PK Guru BK
adalah
a) Valid: Sistem PK Guru BK dikatakan valid apabila aspek penilaian benar-benar
mencerminkan komponen tugas guru dalam melaksanakan pembelajaran,
pembimbingan, dan/atau tugas lain yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah.
b) Reliabel: Sistem PK Guru BK dikatakan reliabel atau mempunyai tingkat
kepercayaan tinggi jika proses penilaian yang dilakukan memberikan hasil sama
untuk seorang guru tanpa dipengaruhi siapa yang menilai dan kapan penilaian
tersebut dilaksanakan.
c) Praktis: Sistem PK Guru BK dikatakan praktis bila dapat dilakukan oleh siapapun
dengan cara yang relatif mudah dan tingkat validitas serta reliabilitas yang sama
dalam semua kondisi tanpa memerlukan persyaratan tambahan.
o Sementara itu, prinsip utama pelaksanaan PK Guru BK adalah sebagai
berikut:
a) Berdasarkan pada ketentuan: PK Guru BK harus dilaksanakan sesuai dengan
prosedur dan mengacu pada peraturan yang berlaku.
b) Berdasarkan pada kinerja: Aspek yang dinilai dalam PK Guru BK adalah
kinerja guru yang dapat diamati dan dipantau dalam melaksanakan tugasnya
sehari-hari, yaitu dalam melaksanakan kegiatan pembimbingan dan/atau tugas
tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah.
c) Berlandaskan pada dokumen PK Guru BK: Penilai, guru yang dinilai, dan
unsur yang terlibat dalam proses PK Guru BK harus memahami semua dokumen
yang terkait dengan sistem PK Guru BK. Guru dan penilai harus memahami
pernyataan kompetensi dan indikator kinerja secara utuh sehingga keduanya
mengetahui aspek yang dinilai serta dasar dan kriteria yang digunakan dalam
penilaian.
d) Dilaksanakan secara konsisten: PK Guru BK dilaksanakan secara teratur setiap
tahun. Diawali dengan penilaian formatif di awal tahun dan penilaian sumatif di
akhir tahun dengan memerhatikan hal berikut:
Objektif: Penilaian Kinerja Guru BK dilaksanakan secara objektif sesuai
dengan kondisi nyata guru dalam melaksanakan tugas sehari-hari.
Adil: Penilai memberlakukan syarat, ketentuan, dan prosedur standar kepada
semua guru yang dinilai.
Dapat Dipertanggungjawabkan: Hasil pelaksanaan Penilaian Kinerja Guru
BK dapat dipertanggungjawabkan.
Bermanfaat: Penilaian Kinerja Guru BK bermanfaat bagi guru yang
bersangkutan dalam rangka peningkatan kualitas kinerjanya secara
berkelanjutan dan sekaligus pengembangan karier profesinya.
Transparan: Penilai, guru yang dinilai, dan pihak lain yang berkepentingan
memiliki akses informasi penyelenggaraan penilaian tersebut.
Praktis: Penilaian Kinerja Guru BK dapat dilaksanakan secara mudah tanpa
mengabaikan prinsip lainnya.
Berorientasi pada Tujuan: Penilaian dilaksanakan dengan berorientasi pada
tujuan yang telah ditetapkan.
Berorientasi pada Proses: Penilaian Kinerja Guru BK tidak hanya terfokus
pada hasil, tetapi juga perlu memerhatikan proses, yakni bagaimana guru
yang bersangkutan dapat mencapai hasil tersebut.
Berkelanjutan: Penilaian Kinerja Guru BK dilaksanakan secara periodik,
teratur, dan berlangsung secara terus-menerus selama seseorang menjadi guru
BK.
Rahasia: Hasil PK Guru BK hanya boleh diketahui oleh pihak terkait yang
berkepentingan.
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Sari, N., & Hartati, M. T. S. (2013). Kinerja konselor ditinjau dari kompetensi profesional
di SMA Negeri Se-Kabupaten Batang. Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory
and Application, 2(4).