DI SUSUN OLEH :
TH. 2017/2018
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Penyayang,
kami panjatkan syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah dan inayahnya kepada saya. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
dengan judul “ MEMAHAMI NILAI-NILAI KONSELOR DALAM PROSES
KONSELING ”
Makalah ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.Untuk itu
saya menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.Oleh karena itu dengan
tangan terbuka saya mengharapakan saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata saya berharap semoga makalah kami dapat memberikan manfaat dan
inspirasi terhadap pembaca.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang........................................................................................................................4
Rumusan Masalah.................................................................................................................4
Tujuan....................................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
Kualitas Konselor..................................................................................................................7
Kesimpulan...........................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latabelakang
Nilai suatu yang dianggap baik yang menjadi suatu norma tertentu mengatur
ketertiban kehidupan sosial manusia. Karena manusia merupakan makhluk budaya
dan makhluk sosial [selalu membutuhkan bantuan orang lain dalam memenuhi
kebutuhan sehari-hari, baik berupa jasmaniah (segi-segi ekonomis) maupun rohani
(segi spiritual)] maka manusia dalam interaksi dan interdependensinya harus
berpedoman pada nilai-nilai kehidupan sosial yang terbina dengan baik dan selaras
1.3 Tujuan
1. Untuk memahami nilai-nilai konselor
2. Untuk mengetahui peran nilai dalam proses konseling
3. Untuk mengetahui peran nilai dalam pengembangan tujuan-tujuan konseling
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
Pribadi konselor merupakan ‘instrumen’ yang menentukan bagi adanya hasil
yang positif dalam proses konseling. Kondisi ini akan didukung oleh keterampilan
konselor mewujudkan sikap dasar dalam berkomunikasi dengan konselinya.
Pemaduan secara harmonis dua instrumen ini (pribadi dan keterampilan) akan
memperbesar peluang keberhasilan konselor.
6
tidak banyak dapat membantu orang untuk berkembang menjadi dirinya
sendiri.
Menjadi konselor yang baik, yaitu konselor yang efektif, perlu mengenal diri
sendiri, mengenal konseli, memahami maksud dan tujuan konseling, serta
menguasai proses konseling. Membangun hubungan konseling (counseling
relationship) sangat penting dan menentukan dalam melakukan konseling. Seorang
konselor tidak dapat membangun hubungan konseling jika tidak mengenal diri
maupun konseli, tidak memahami maksud dan tujuan konseling serta tidak
menguasai proses konseling.
B. KUALITAS KONSELOR
b. Konselor yang terampil dalam memahami dirinya, maka dia akan terampil
memahami orang lain
7
Kualitas konselor yang tinggi tingkat pengetahuanya terhadap diri sendiri,
menunjukkan karakter sebagai berikut :
c. Menyadari apa yang membuat cemas selama konseling, dan cara yang harus
dilakukan untuk mengurangi kecemasan.Dalam konseling sering terjadi adanya
pentanyaan atau serangan terhadap konselor yang dapat menimbulkan kecemasan
seperti pertanyaan yang berkaitan dengan pengetahuan, seksual, moral, nilai-nilai
teraputik, dsb. Konselor harus menyadari pertahanan yang dilakukan untuk
menghindari kecemasan seperti:
- Mengubah topik
“saya mengerti frustasi anda bersama saya. Saya juga akan bertindak hal yang sama
jikaseseorang berkata kepada saya.... ”
-Mengintelektualisasi
-Mengajarkan
“saya rasa anda akan lebih terluka daripada anda mara pada saya. Anda lihat apa
yang dilakukan oleh jiwa kita apabila terluka adalah... ”
8
- Menggunakan humor,
2. Kompetensi (competence)
9
konseling semakin memiliki tujuan yang spesifik dan metode pencapaianya dengan
penggunaan eaktu yang efesien.
Konselor yang memiliki kesehatan psikologis yang baik memiliki kualitas sebagai
berikut:
Salah satu kendala yang timbul adalah konselor membiakan ketakutan dan
ketidakpuasan atas kehidupan pribadinya menjadi suatu komunitas samaran
(pseudocmmunity) dalam konseling. Dalam komunitas ini, mereka merasakan
perasaan aman, kepuasan, dan merasa penting akan tetapi hanya bersfat samaran
atau tidak menggambarkan keadaan yang sesngguhnya.
10
Dapat dipercaya mepunyai makna bahwa konselor bukan ebagai satu ancaman
bagi konseli dalam konseling tetapi sebagai pihak yang memberi rasa
aman.Kualitas pribadi konselor yang dapat dipercaya sangat penting karena alasan
sebagai berikut:
Konselor yang dapat dipercaya cenderung memiliki kualitas sikap dan perilaku
sebagai berikut.
d. Bertanggung jawab, mampu merespon orang lain secara utuh, tidak inkar
janji, dan mau membantu secara penuh.
5. Kejujuran (honest)
11
Ketiga kejujuran konselor merupakan ajakan sejati kepada konseli untuk menjadi
jujur
a. Memiliki konruensi dalam arti ada kesesuaian antara kualitas diri aktual atau
nyata ()real self dengan penilaian pihak lain terhadap terhadap dirinya (public self)
Satu hambatan dalam memperoleh kejujuran konselor adalah adanya stress yang
dialami oleh konselor. Oleh karena itu,konselor harus mengupayakan agar sedapat
mungkin tetap bebas dari stress.
b. Besifat fleksibel
12
7. Kehangatan (warmth)
Kehangatan mempunyai makna sebagai satu kondisi yang mampu pihak yang
ramah, peduli, dan dapat menghibur orang lain. Kehangatan pada umumnya
dikomunikasikan dengan cara-cara non-verbal seperti tekanan suara, ekspresi mata
mimik wajah dan isyarat badan. Kehangatan diperlukan dalam konseling karena,
Salah satu dari hambatan untuk menjadi konselor yang hangat adalah dengan
mengintelektualkan pendekatan hidup.Konselor yang semacam ini salah
memahami konsep “jarak profesional” dan termasuk didalamnya keharusan untuk
menjaga jarak emosional mereka sendiri dengan konseli.
13
c. Menimbulkan situasi yang mengajarkan
Salah satu penghambat utama dalam menjadi pendengar yang aktif adalah
ketakutan konselor dalam keterlibatannya, yang berarti lebih dekat dengan
permsalahan, menjadi peka, membuat kesalahan-kesalahan dan sangat
bertanggung jawab pada masalah yang dihadapinya.
9. Kesabaran
14
b. Mampu berdampingan dengan konseli dan membiarkan untuk mengikuti
arahannya sendiri meskipun mungkin konselor mengethaui adanya jalan yang
lebih singkat.
Satu hal yang sering menghambat konselor untuk sabar adalah kebutuhan untuk
mencapai keberhasilan, sehingga dia tidak memfokuskan pada konseli akan tetapi
akan lebih banyak bnerfokus pada car dan tujuan pesan yang diberikan pada
konseli adalah “saya tidak peduli terhadap anda, apa yang anda dapat lakukan
pada eg saya.”
10. Kepekaan (sensitivity)
Hal yang sering menghambat kepekaan konselor adalah kesadaran diri, yaitu
konselor yang memutuskan kebutuhanya untuk keberhasilan, yang secara terus
menerus merencanakan langkah selanjutnya dan yang memiliki kebiasaan
melindungi diri sendiri terhadap ancaman.
15
11. Kebebasan
16
Konselor yang memiliki kesadaran holistik ditandai dengan :
c. Sangat akrab dan terbuka terhdap bebagai teori tentang perilaku dan bahkan
mungkin memiliki teori sendiri
Suatu hal yang sering menghambat konselor untuk memiliki kesadaran holistik
adalah kegelisahan konselor dan sifat kesombongan yang menonjol, yang tidak
membiarkan mereka mengakui bahwa terdapat dimenzi seseorang tak memenuhi
syarat, baik dari derajat akademis maupun pengalaman yang dihadapi.
17
suasana seperti ini tercapai maka konseli akan sanggup mengungkapkan semua
isi hatinya, serta konseli akan lebih percaya bahwa konseling sebagai bantuan
profesional yang diberikan konselor dengan ikhlas dan penuh dengan kejujuran.
Ketulusan dan kejujuran konselor merupakan cermin dari kepribadian,
pengetahuan, dan pengalaman yang dimiliki konselor disertai dengan kesadaran
yang tinggi terhadap etika konseling
18
ditingkatkan kualitasnya sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Dari sisi konseli, perasaan mencapai prestasi merupakan salah satu
bentuk perubahan perilaku konseli sebagai hasil konseling.
Yang perlu diperhatikan konselor untuk menciptakan perasaan mencapai
prestasi konseli di dalam wawancara konseling :
a. Tanamkan nilai (value) kepada konseli bahwa kehidupan tidak dapat
dipisahkan dengan kerkaryaan, artinya manusia hidup membutuhkan
karya untuk hidup
b. Kerkaryaan adalah hasil perilaku yang hanya bisa diwujudkan bila
manusia berusaha keras dengan mendayagunakan semua potensi yang
dimilikinya.
c. Konseling dipandang sebagai proses belajar, untuk menuju suatu arah
perkembangan konseli yaitu terwujudnya individu berprestasi.
7. Membangun harapan konseli
Harapan adalah suatu keinginan individu untuk dapat diwujudkan dan
sangat mempengaruhi intensitas usaha, semakin individu memiliki harapan
maka perilakunya untuk mencapai harapan tersebut sangat kuat dibanding
dengan individu yang tidak memiliki harapan. Konselor dan konseli berdiskusi
untuk membangun suatu harapan. Harapan konseli adalah terpecahnya
masalah yang dihadapinya, sehingga konseli dapat mencapai kebahagiaan
hidup.
8. Memiliki ketenangan
Ketenangan adalah suatu perasaan dimana konseli merasa nyaman tak ada
yang mengganggu. Proses konseling hendaknya dibangun dalam situasi yang
tenang dan menyenangkan. Dalam situasi ini konseli diharapkan dapar
introspeksi untuk menemukan dan mempelajari kekurangan-kekurangannya,
sebagai bahan balikan dalam mencapai kemajuan/keberhasilan dalam
hidupnya.
Bimbingan dan konseling dikenal sebagai suatu layanan untuk peserta didik di
sekolah.Bimbingan dan konseling merupakan ilmu yang bergerak dalam bidang
human services.Bantuan psikologis diberikan oleh konselor atau pembimbing dengan
maksud membentuk individu agar dapat mengembangkan potensi dirinya atau
mencapai tugas-tugas perkem-bangan. Tujuan utama layanan bimbingan dan konseling
di sekolah adalah memberikan dukungan pada pencapaian kematangan kepribadian,
19
keterampilan sosial, kemampuan akademik, dan bermuara pada terbentuknya
kematangan karir individual yang diharapkan dapat bermanfaat di masa yang akan
datang (Fatur Rahman, 2009: 4).
Menurut Depdiknas (2007: 194), pada saat ini telah terjadi perubahan paradigma
pendekatan bimbingan dan konseling, yaitu dari pendekatan yang berorientasi
tradisional, remedial, klinis, dan terpusat pada konselor, kepada pendekatan yang
berorientasi perkembangan dan preventif. Pendekatan bimbingan dan konseling
perkembangan (Developmental Guidance and counseling) atau bimbingan dan
konseling komprehensif (Comprehensive Guidance and Counseling) didasarkan pada
upaya pencapaian tugas perkembangan, pengembangan potensi, dan pengentasan
masalah-masalah konseli.Tugas-tugas perkembangan dirumuskan sebagai standar
kompetensi yang harus dicapai konseli, sehingga pendekatan ini disebut juga
bimbingan dan konseling berbasis standar (Standard Based Guidance and Counseling).
Ketika pendekatan bimbingan dan konseling perkembangan dipergunakan akan
menggabungkan pendekatan yang berorientasi klinis, remidial, dan preventif, (Myrick,
1993: 8).
Lima premis dasar yang menegaskan istilah Comprehensive school guidance and
counseling yang harus dipahami sebagai kerangka kerja utuh oleh tenaga-tenaga ahli di
bidang bimbingan dan konseling karena lima premis dasar ini adalah sebagai titik tolak
untuk mengembangkan program dan mengelola bimbingan dan konseling di sekolah.
Menurut Gysbers & Henderson (Fathur Rahman, 2009: 2), lima premis dasar yang
menegaskan istilah Comprehensive school guidance and counseling adalah;
20
oleh peserta didik. Oleh karena itu, segala aktivitas dan proses dalam layanan
bimbingan dan konseling harus diarahkan pada upaya membantu peserta didik dalam
pencapaian standar kompetensi yang dimaksud.,
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Menjadi konselor yang baik, yaitu konselor yang efektif, perlu mengenal diri sendiri,
mengenal konseli, memahami maksud dan tujuan konseling, serta menguasai proses
konseling. Membangun hubungan konseling (counseling relationship) sangat penting dan
menentukan dalam melakukan konseling. Seorang konselor tidak dapat membangun
hubungan konseling jika tidak mengenal diri maupun konseli, tidak memahami maksud
dan tujuan konseling serta tidak menguasai proses konseling
21
DAFTAR PUSTAKA
http://ujangkhiyarusoleh.blogspot.com/2011/03/kualitas-pribadi-konselor.htmldi unduh
pada tanggal 26/02/2014 pukul 16:24
Hartono dan Boy Soedarmadji. Psikologi Konseling. Jakarta : Kencana Prenada Media.
2012
22