Anda di halaman 1dari 10

ISU ETIS DALAM KONSULTASI DAN KONSULTASI DENGAN

ADMINISTRATOR, GURU, DAN ORANG TUA

MAKALAH

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Konsultasi dalam Bimbingan & Konseling

Oleh

Lidia Dwi Gustiana 1301419016


Ghozali Faisal Ahmad 1301419034
Yassar Ahmad Shidqi 1301419070
Shelomita Agustin 1301419054
Fithrotunnisa 1301419080
Indah Apriliyani 1301419090

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayahNya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dangan apa
yang kami harapkan.

Adapun maksud dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi apa yang
menjadi tugas kami sebagai mahasiswa Bimbingan & Konseling dalam mata kuliah
Konsultasi dalam Bimbingan & Konseling yang membahas tentang “isu Etis dalam
Konsultasi dan Konsultasi dengan Administrator, guru, dan Orang tua”.

Atas terselesainya makalah ini tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Bapak
Kusnarto Kurniawan, S. Pd., M. Pd. dan Bapak Bobby Ardhian Nusantara, M. Pd. selaku
dosen mata kuliah Konsultasi dalam Bimbingan & Konseling yang telah membimbing kami.
Dan semua pihak yang telah membantu kami dalam penyusunan makalah ini.

Kami berharap makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kami pribadi khususnya
dan pembaca umumnya. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas
dan pengetahuan kita tentang Isu Etis dalam Konsultasi dan Konsultasi dengan
Administrator, Guru, dan Orang tua.

Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan maka kritik dan saran
yang bersifat membangun sangat kami harapkan. Akhir kata kami mohon maaf apabila ada
kesalahan penulisan atau kata yang kurang berkenan.

Semarang, 5 Oktober 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

JUDUL ............................................................................................................................i

KATA PENGANTAR .....................................................................................................ii

DAFTAR ISI....................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................1

1.1 Latar Belakang ...........................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................1
1.3 Tujuan ........................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................2
2.1 Isu Etis dalam Konsultasi .........................................................................................2
2.2 Konsultasi dengan Administrator .............................................................................3
2.3 Konsultasi dengan Guru ...........................................................................................4
2.4 Konsultasi dengan Orang Tua .................................................................................4
BAB III PENUTUP .........................................................................................................6
3.1 Simpulan...................................................................................................................6
3.2 Saran .........................................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Konseling merupakan layanan professional yang memanfaatkan hubungan antarindividu.
Dalam layanan bimbingan konseling terdapat layanan konsultasi yang mana menjadi
salah satu layanan yang menunjang komunikasi antara berbagai pihak. Namun, dalam
layanan konsultasi tidak serta merta selalu berjalan dengan lancar. Isu-isu yang muncul
dalam layanan konsultasi perlu kita ketahui. Isu etis yang muncul serta layanan konsultasi
dengan administrator, guru, maupun orang tua harus kita pahami agar kita dapat mengerti
bagaimana konsep dari layanan konsultasi agar berjalan secara maksimal. \

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana konsep dasar dari Isu Etis dalam Konsultasi dan Konsultasi dengan
Administrator, Guru, dan Orang Tua?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah memaparkan tentang konsep dasar dari Isu Etis
dalam Konsultasi dan Konsultasi dengan Administrator, Guru, dan Orang Tua.

1
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Isu-isu Etis dalam Konsultasi


Konseling merupakan layanan professional yang memanfaatkan hubungan antarindividu.
Hubungan yang bersifat membantu itu harus lurus dengan memegang etika antarmanusia.
Karena itu, hubungan tersebut harus dilindungi dari perilaku yang salah dari pihak konselor,
klien, maupun masyarajakat. Perlindungan itu pada umumnya ditata dalam bentuk kode etik
(Natawidjaja, 2002). Kode etik itu merupakan pernyataan-pernyataan yang berisi persyaratan
tindakan yang harus diakukan dan tindakan yang tidaj boleh dilakukan oleh pihak-pihak
terkait dalam kegiatan layanan konseling. Isu-isu etik dalam konseling diantaranya yaitu:
a. Kompetensi
Isu etik kompetensi dimulai ketika konselor menerima sebuah posisi sebagai
konselor professional. Konselor harus menentukan, sama eperti pekerja umumnya,
apakah ia berkualifikasi sesuai pelatihan yang sudah dijalani, dan apakah
pengalamannya sudah tepat untuk mengemban posisi tersebut jika mereka sendiri
tidak begitu berminat atau tidak berkualifikasi
b. Kerahasiaan dan komunikasi pribadi
Kepercayaan adalah pondasi esensial dalam hubungan konseling dan menjadi
pusat bagi pengembangan dan pemeliharaan kepercayaan ini adalah prinsip
kerahasiaan. Namun, kewajiban konselor mempertahankan kerahasiaan dalam
hubungan mereka dengan klien tidak absolut, karena itu konelor perlu menyadari
garis pedoman etik dan hokum yang berlaku
c. Hubungan dalam Konsultasi
Hubungan konsultasi bersifat sukarela dan bersifat sementara karena
merupakan hubungan antar teman sebaya.
Standar Etika ACA membahas aspek-aspek konsultasi ini: a) Memahami
Klien. Ketika memberikan konsultasi, konselor dan konsulti berusaha
mengembangkan pemahaman yang jelas tentang definisi masalah, tujuan dan
perubahan dan konsekuensi yang diprediksi dari intervensi yang dipilih. Hubungan
konsultasi adalah hubungan di mana kemampuan beradaptasi dan pertumbuhan
konsulti menuju pengarahan diri sendiri secara konsisten didorong dan
dikembangkan.

2
Konsulti memiliki hubungan yang setara dan memiliki kesempatan untuk
berpartisipasi dalam konsultasi dan juga untuk mendefinisikan masalah dan memilih
strategi intervensi. Tidak dapat dipungkiri konsultan juga bisa memberikan alasan dari
sudut pandang mengenai seorang siswa, tetapi pihak yang konsulti adalah orang yang
harus berinteraksi dengan pihak ketiga.
d. Nilai/Value
Konselor sekolah profesional menghormati nilai dan keyakinan siswa dan
tidak memaksakan nilai pribadi konselor. Nilai-nilai konsultan secara langsung
dipengaruhi oleh identitas budaya/etnis/rasnya serta oleh aspek keragaman lainnya.
Standar Etika berkaitan dengan keragaman dan juga berbicara tentang nilai-nilai
melalui penekanannya pada pemahaman bagaimana identitas budaya/etnis/ras
seseorang memengaruhi nilai-nilai dan keyakinannya tentang proses konseling (dan
konsultasi).
Dari etika dan nilai-nilai ke hakikat sangatlah dekat maknanya. Hakikat merupakan
gabungan nilai-nilai, biaanya menghasilkan pernyataan-pernyataan berupa postulat-
postulat, asumsi-asumsi dan prinsip, Ellis dalam Paterson (1986) mengemukakan
beberapa prinsip yang harus diterapkan onselor dalam konseling adalah:
1. Kepercayaan bahwa kehidupan manusia, kebahagiaan dan kesejahteraan adalah
untuk dinilai
2. Menonjolkan/menegaskan bahwa manusia adalah tuan bagi takdirnya sendiri,
dengan pemahaman yang tepat dalam mengembangkan minat-minat dengan
caranya sendiri
3. Penentuan ahwa harga diri setiap orang itu bernilai seharusnya dihargai sepanjang
waktu dan berbagai kondisi
4. Anggapan atau asumsi bahwa setiap individu memiliki hak dan kebebasannya
Kode etik profesi adalah serangkaian peraturan professional yang harus dipergunakan
para anggota suatu profesi dalam pelaksanaan praktek profesionalnya. Kode etik suatu
organisasi profesi secara spesifik harus menjelakan kepada para anggotanya mengenai
prinsip-prinsip yang membatasi tingkah laku anggotanya dan menjadi dasar bagi
pengaduan-pengaduan etis yang dihadapi para anggotanya.

2.2 Konselor sebagai Konsultan bagi Administrator Sekolah


Konselor juga bisa berkontribusi dalam konsultasi yang signifikan bagi
kepemimpinan di sekolah dan sistem sekolah. Konselor memiliki kapsitas untuk
3
mengumpulkan data yang menggambarkan karakteristik populasi siswa dan kebutuhan
mereka. Kemudian, informasi tersebut akan berguna bagi perencanaan dan manajemen
pendidikan. Selain itu, agar mampu menjalin hubungan dan menyediakan layanan konseling
yang maksimal yang sesuai dengan kebutuhan pribadi siswa, konselor perlu memahami
proses dan karakteristik pertumbuhan dan perkembangan manusia (Gibson, 2011 : 531).
Di lingkup ini, konselor juga dapat menyediakan pengalaman konsultasi di
lingkungan sekolah yang berharga kepada administrator sekolah. Sebuah lingkungan sekolah
yang sehat secara mental tidak hanya memfasilitasi interaksi sosial yang positif saja, tetapi
juga membentuk odasi bagi kewarganegaraan yang baik. Kapasitas lain yang dimiliki
konselor sekolah adalah dapat membantu administrator memahami peran konselor dalam
merencanakan dan mengimplementasikan program sekolah yang memiliki pengaruh positif
bagi lingkungan psikologis sekolah.

2.3 Konsultasi dengan Guru


Gibson (2011: 572-579) dalam Munandar (2015) mengemukakan bahwa dalam dunia
pendidikan, guru adalah figur penting di jenjang sekolah apapun dan dimanapun sehingga
seorang konsultan akan paling sering berkonsultasi dengan para guru di sekolah. Hal ini
karena guru lah yang memiliki kontak paling dekat dengan siswa, dan mengetahui kebutuhan
dan perkembangan siswa serta memahami bagimana proses penyesuaian diri siswa di dalam
kelas. Di sini, konselor bisa efektif membantu para guru sebagai konsultan untuk
mengindivisualisasi instruksi kelas.
Para konselor sekolah juga harus berpengalaman dalam mengumpulkan, mengorganisaikan
dan mensintesiskan data siswa-siswa per individu dan dalam menginterpretasikan informasi
untuk mengidentifikasikan perbedaan-perbedaan tersebut. Dengan demikian, mereka akan
semakin paham karakteristik masingmasing siswa dan akan bermanfaat bagi mereka ketika
dalam proses konsultasi dengan guru-guru.

2.4 Konsultasi Dengan Orang Tua


Konselor sekolah memiliki kesempatan untuk membina hubungan dengan orang
tua, dalam kedudukannya sebagai konsultan. Konselor mengambil inisiatif memanggil orang
tua ke sekolah atau orang tua yang minta sendiri bertemu dengan konselor. Hal yang
dibicarakan menyangkut kemajuan anak dalam belajar, pilihan sekolah lanjutan, perilaku
anak di sekolah, sikap dan perilaku anak di rumah, kemungkinan mendapat bantuan finansial,
alih tangan ke ahli lain di luar lingkungan sekolah, hubungan orang tua dengan remaja yang
4
kurang memuaskan, pergaulan anak dengan lingkungan di luar sekolah serta interpretasi hasil
testing. Konselor dapat menjelaskan kepada orang tua arti perilaku anak di sekolah, tantangan
yang dihadapi anak di sekolah, cara komunikasi yang baik dengan anak dalam lingkungan
keluarga, kegemaran dan ciri-ciri khas remaja serta program sekolah. Orang tua dapat
memberikan informasi tentang perilaku anak di rumah, hubungan dengan saudara-
saudaranya, kesulitan yang digadapi keluarga berdampak pada anak, harapan dan
kekecewaan orang tua, pertumbuhan dan perkembangan anak. Hasil yang diharapkan dari
pembicaraan orang tua dan konselor sekolah adalah pengetahuan pemahaman tentang
keadaan siswa. Bagi orang tua, hasil ini akan membawa komunikasi yang baik dengan anak.
Konselor harus dapat menciptakan suasana kebebasan untuk mengungkapkan pikiran dan
perasaan orang tua tanpa merasa terancam harga dirinya. Mula-mula orang tua mengambil
sikap pasif dan menyerang. Konselor harus menunjukkan keterampilan melunakkan sikap
orang tua tersebut sehingga tercipta suasana saling tukar pandangan demi kebaikan anak.
Komunikasi efektif hanya dapat berlangsung bila konselor mampu menciptakan komunikasi
antar pribadi yang memuaskan untuk kedua belah pihak. Konselor dan orang tua mengkin
sepakat agar konselor bicara langsung dengan siswa yang bersangkutan.
Tugas utama guru BK adalah konseling siswa. Selain itu, guru BK juga
memberikan bimbingan klasikal di kelas, antara lain menyampaikan materi mengenai
pendidikan seksualitas, bimbingan karir, sosial, pribadi, dan bimbingan belajar. Pada
dasarnya, guru BK tidak hanya terbuka menerima kehadiran siswa yang ingin bercerita atau
konseling. Guru BK juga menerima kehadiran orangtua siswa. Hal ini dilakukan sebagai
wujud kerjasama antara orangtua dan pihak sekolah dalam mendampingi tumbuh kembang
anak. Dalam sesi konsultasi orangtua dan guru BK, kedua belah pihak dapat berbagi
informasi dan berdiskusi mengenai kesulitan-kesulitan yang dihadapi anak atau orangtua.
banyak orangtua siswa yang datang untuk konsultasi mengenai pilihan perguruan tinggi.
Selain itu, proses peralihan siswa dari SD ke SMP dan SMP ke SLTA juga seringkali
membuat orangtua kesulitan. Anak-anak mengalami perubahan perilaku sehingga orangtua
merasa memerlukan diskusi lebih lanjut dengan guru BK yang menangani anaknya di
sekolah. Kebanyakan orangtua yang datang untuk konsultasi berkaitan dengan nilai atau
prestasi di sekolah. Selain itu, masalah perilaku anak di rumah, pergaulan, kepribadian,
sekolah lanjutan, hingga cara mengembangkan bakat atau potensi anak juga adalah hal kerap
didiskusikan dalam sesi konsultasi.

5
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan
Konseling merupakan layanan professional yang memanfaatkan hubungan
antarindividu. Hubungan yang bersifat membantu itu harus lurus dengan memegang
etika antarmanusia. Karena itu, hubungan tersebut harus dilindungi dari perilaku yang
salah dari pihak konselor, klien, maupun masyarajakat. Ketika memberikan
konsultasi, konselor dan konsulti berusaha mengembangkan pemahaman yang jelas
tentang definisi masalah, tujuan dan perubahan dan konsekuensi yang diprediksi dari
intervens yang dipilih. Konsulti memiliki hubungan yang setara dan memiliki
kesempatan untuk berpartisipasi dalam konsultasi dan juga untuk mendefinisikan
masalah dan memilih strategi intervensi. Tidak dapat dipungkiri konsultan juga bisa
memberikan alasan dari sudut pandang mengenai seorang siswa, tetapi pihak yang
konsulti adalah orang yang harus berinteraksi dengan pihak ketiga.
Selain itu, agar mampu menjalin hubungan dan menyediakan layanan konseling
yang maksimal yang sesuai dengan kebutuhan pribadi siswa, konselor perlu memahami
proses dan karakteristik pertumbuhan dan perkembangan manusia (Gibson, 2011 : 531).
Konselor sekolah memiliki kesempatan untuk membina hubungan dengan orang tua,
dalam kedudukannya sebagai konsultan. Hasil yang diharapkan dari pembicaraan orang
tua dan konselor sekolah adalah pengetahuan pemahaman tentang keadaan siswa.

3.2 Saran
Sebagai calon konselor yang nantinya akan menjadi tenaga professional perlu bagi
kita untuk memahami tentang isu etis dalam konsultasi agar layanan konsultasi yang
dilaksanakan dapat berjalan secara maksimal.

6
DAFTAR PUSTAKA

Munandar, Aris. 2015. Implementasi Layanan Konsultasi dalam Bimbingan Konseling di


SMK Negeri Se Kota Semarang Tahun Pelajaran 2015. Skripsi : Universitas Negeri
Semarang.

AS, Uman Suherman. (2007). Kompetensi dan Aspek Etik Profesional Konselor Masa
Depan, EDUCATIONIST, 1(1) 39-47

Hunainah. (2016). Etika Profesi Bimbingan Konseling. Bandung: Rizqi Press.

Anjar, Tri. 2011. Peranan Konsultasi Konselor Sekolah. Jurnal GUIDENA, 1(1), 51-62.

https://konseling.bpkpenaburjakarta.or.id/2019/07/16/orangtua-ingin-konsultasi-dengan-guru-
bk-kenapa-tidak/ diakses pada 2 oktober 2021

Anda mungkin juga menyukai