Anda di halaman 1dari 8

Seni Membangun

Hubungan
(Relationship Building)

Kelompok
Wisnu Hidayat
( 0 8 2 1 4 6 0 6 8 6 ) Ada orang-orang yang memang tidak memiliki
J i w a n t o r o N d a r u ‘kamus kosakata' yang cukup luas, sehingga
(0822461665)
mereka menjadikan hal tersebut sebagai
Heri Kuswanto
(082246092)
alasan - sering kali dengan kalimat "Saya ini
ya memang begini". Sebagai akibatnya, kata-
kata yang mereka gunakan sering kali
terdengar negatif bagi orang-orang lain yang
diajak berbicara.
Seni Membangun Hubungan (Relationship Building)

Berbicara tentang membangun hubungan berarti berbicara tentang


membangun komunikasi. Dalam berkomunikasi, ada beberapa hal penting
yang perlu kita perhatikan, salah satunya adalah pemilihan kata. Jika
pemilihan kata yang digunakan keliru, orang yang kita ajak berkomunikasi
akan enggan untuk membangun hubungan dengan kita. Ini bukan hanya
berlaku dalam ruang lingkup dunia kerja, melainkan seluruh aspek hidup
kita.Lalu, selain pemilihan kata, pemilihan intonasi yang tepat juga sangat
penting. Meskipun kita mempergunakan kata-kata yang bagus dan menarik,
intonasi yang salah akan membuat kata-kata tersebut memiliki arti yang
berbeda.

Etika dalam membangun hubungan


Ada beberapa etika yang perlu diperhatikan dalam membina suatu
hubungan. Pertama, pastikan kita mengenali dengan siapa kita sedang
berhubungan, karena dengan sendirinya kata-kata dan intonasi yang kita
gunakan akan diselaraskan dengan orang yang kita ajak berkomunikasi
tersebut. Ketika kita bisa mengenali siapa yang kita ajak berkomunikasi,
secara otomatis kemampuan kita untuk membangun hubungan akan
meningkat.Etika yang kedua adalah cara kita melakukan pendekatan.
Kadang kala ada orang-orang yang ingin langsung akrab ketika pertama kali
berkenalan sehingga orang yang diajak bergaul merasa risih (pendekatan
dirasa berlebihan).
Akibatnya, kualitas hubungan yang diharapkan tidak akan terwujud.Yang
ketiga, ketika kita mengajukan pertanyaan atau lontaran, ajukanlah
pertanyaan atau lontaran yang sesuai dengan kualitas hubungan yang sudah
terbangun saat itu. Pertanyaan yang bersifat pribadi yang dilontarkan kepada
orang yang belum terlalu dekat dengan kita dapat membuat orang yang
bersangkutan menarik diri. Ini semua adalah aspek-aspek yang perlu
diperhatikan dalam membangun sebuah hubungan.

Membangun Hubungan yang Efektif

Anda bisa meningkatkan karir dan hubungan kerja dengan perilaku yang
Anda perlihatkan sehari-hari di kantor. Terlepas dari latar belakang
pendidikan Anda, pengalaman maupun jabatan, jika Anda tidak bias bergaul
dengan baik dengan karyawan lain, Anda tidak akan pernah berhasil
mencapai tujuan kerja Anda.

Hubungan kerja yang efektif merupakan titik awal bagi tercapainya sukses
dan kepuasaan atas pekerjaan dan karir Anda. Di samping itu, hubungan
kerja yang efektif juga bisa menjadi pijakan bagi atasan untuk
mempromosikan dan menaikkan gaji Anda.

Sebuah studi membuktikan bahwa “memiliki teman baik di tempat kerja”


merupakan satu dari 11 alasan utama yang mendasari seseorang merasa
puas dengan pekerjaannya.

7
Mengingat pentingnya hubungan yang efektif di tempat kerja, berikut 7 tips
yang bisa membantu Anda mewujudkan terjalinnya hubungan yang baik
dengan teman sekantor.

1. Bring suggested solutions with the problems to the meeting table. Banyak
karyawan menghabiskan sebagian besar waktu mereka untuk
mengindetifikasi masalah-masalah. Anda bisa datang dengan solusi-solusi
yang cemerlang untuk mendapatkan perhatian dan penghargaan dari teman
dan atasan.

2. Don’t ever play the blame game. Hindari sejauh mungkin kecenderungan
untuk terlalu mudah menudingkan jari ke arah orang lain, ketika tim kerja
dihadapkan pada suatu masalah atau gagal mencapai tujuan. Menyalahkan
orang lain hanya akan menciptakan musuh. Anda perlu sekutu untuk
menyelesaikan pekerjaan Anda.

3. Your verbal and nonverbal communication matters. Bicara keras,


berteriak atau bahkan membentak mungkin memang cukup efektif membuat
suara Anda menggema ke seluruh ruangan, sehingga semua teman sekantor
Anda mendengar. Tapi, pertanyaannya, pantaskah berteriak-teriak di tempat
kerja? Jawabnya tentu saja ‘tidak’, jika menghargai orang lain merupakan
nilai yang dijunjung tinggi organisasi Anda.

4. Never blind side a coworker, boss, or reporting staff person. Selalu


diskusikan masalah, pertama kali, dengan orang yang bersangkutan.
Membicarakan masalah seseorang dengan orang lain akan membuat Anda
tidak dipercaya oleh teman Anda.

5. Keep your commitments. Dalam sebuah organisasi, setiap pekerjaan saling


berkaitan. Kegagalan Anda memenuhi deadline dan komitmen pekerjaan
Anda, akan berpengaruh pada (pekerjaan) orang lain. Jika Anda gagal
memenuhi komitmen terhadap pekerjaan Anda, pastikan karyawan lain tahu
apa yang terjadi.

6. Share credit for accomplishments, ideas, and contributions. Seberapa


sering Anda berhasil menyelesaikan proyek tertentu tanpa bantuan orang
lain? Atau, jika Anda manajer, berapa banyak ide brilian yang Anda
promosikan merupakan sumbangan dari bawahan? Luangkan waktu dan
perhatian khusus untuk mengucapkan terimakasih, bersikap menghargai dan
mengakui orang-orang yang membantu Anda mencapai tujuan.

7. Help other employees find their greatness. Setiap karyawan memiliki


bakat, keterampilan dan pengalaman. Jika Anda bisa membantu orang lain
menemukan apa yang terbaik dari dirinya, dan satu sama lain melakukan hal
yang sama, bayangkan betapa besar dampaknya bagi kemajuan perusahaan.
Dan, Anda tidak harus menjadi manajer untuk membantu menciptakan
lingkungan yang memotivasi karyawan.

7
Ada orang-orang yang memang tidak memiliki ‘kamus kosakata' yang cukup
luas, sehingga mereka menjadikan hal tersebut sebagai alasan - sering kali
dengan kalimat "Saya ini ya memang begini". Sebagai akibatnya, kata-kata
yang mereka gunakan sering kali terdengar negatif bagi orang-orang lain
yang diajak berbicara.

Kadang kala hal ini tidak terlepas dari faktor pendidikan dan lingkungan di
mana orang tersebut dibesarkan. Ada orang-orang tertentu yang celetukan-
celetukannya terdengar kasar bagi orang banyak, tapi ia sendiri tidak
menyadarinya. Itu sebabnya kita perlu mengembangkan wawasan dan cara
berpikir kita. Jangan bergaul dengan orang lain berdasarkan point of view
yang kita miliki belaka; kita juga perlu belajar membangun hubungan dengan
orang lain dari point of view orang yang bersangkutan. Mungkin kita bisa
mengajukan pertanyaan ini kepada diri kita sendiri: "Jika saya melontarkan
pernyataan-pertanyaan ini, apakah orang lain akan merasa ‘terganggu,
diserang, dilecehkan, dilukai' oleh lontaran saya itu?"

Karenanya, pastikan kita menjadi orang yang senantiasa terbuka dan mau
belajar, sehingga kita memiliki kerelaan untuk berubah. Tanpa berusaha
membangun hubungan dengan orang lain dari point of view orang yang kita
ajak bergaul, kita tidak akan pernah memiliki kualitas hubungan yang baik
dengan siapapun, karena adakalanya point of view yang kita miliki keliru atau
dangkal. Membuka diri untuk mempelajari kultur yang dianut oleh
masyarakat luas dan banyak membaca (sehingga kosakata kita menjadi lebih
banyak) adalah hal-hal yang sangat penting, karena kedua hal ini akan
menolong kita dalam membangun hubungan.

Reability Hubungan
Masalah yang sering terjadi dalam dunia kerja adalah masalah antara atasan
dengan bawahan. Seorang bawahan seharusnya dapat membangun
hubungan yang baik/hangat dengan atasannya tanpa mengurangi rasa
respek terhadap si atasan.

Ini kembali mengacu kepada kemampuan kita untuk bisa mengenali dengan
siapa kita sedang berbicara dan berada di level hubungan manakah kita saat
ini. Untuk membangun sebuah hubungan dibutuhkan waktu, dan kadang kala
ada ‘investasi' tertentu yang perlu kita lakukan. Contoh: Jika kita membangun
hubungan pada level formalitas (di mana pembicaraan hanya berkisar
mengenai pekerjaan belaka), kita tidak akan pernah bisa menjadi lebih akrab
dengan atasan kita. Tapi dengan melakukan investasi waktu atau uang
(misalkan kita mengundang atasan untuk makan siang bersama), kita akan
mulai dapat bercakap-cakap di luar topik pekerjaan. Perbincangan akan
menjadi lebih santai dan bervariasi, sehingga menolong terciptanya sebuah
hubungan yang wajar.

Dengan berjalannya waktu, kedekatan antara pemimpin dan bawahan akan


terbangun secara alamiah.Pada saat yang sama, kita tetap perlu memegang
prinsip keprofesionalan kerja. Saya mendapati, kadang kala ketika seorang
bawahan sudah mulai dekat dengan atasannya, etika antara bawahan dan
atasan cenderung ‘memudar' karena si bawahan mulai menganggap

7
atasannya ‘sepadan' dengan dirinya. Selain itu, seorang bawahan yang mulai
dekat dengan atasan biasanya menjadi sulit untuk menerima koreksi atau
teguran dari sang pemimpin.

Akibatnya, kualitas hubungan yang sudah terbangun justru menjadi rusak


karena pemimpin mulai menarik diri ketika bawahannya melanggar batasan
etika yang ada.Jika sebagai bawahan kita membangun hubungan dengan
pemimpin tanpa motivasi tertentu -kadang kala saya mendapati ada
bawahan yang mencoba membangun hubungan dengan atasannya demi
kepentingan terselubung-, kualitas hubungan yang kita miliki jauh lebih
berarti daripada kualitas hubungan seorang bawahan yang hanya ingin
‘menjilat' pemimpinnya. Ketika kita membangun hubungan dengan tulus
sebagai sahabat tanpa meninggalkan etika keprofesionalan kerja, saya
percaya kualitas hubungan seperti ini jauh lebih berarti. Itu sebabnya, kita
perlu mengenali hingga sejauh mana kita harus membangun hubungan
dengan seorang pemimpin dan bagaimana kita bisa tetap menjaga
keprofesionalan kerja.

Meski sudah cukup dekat, kita tetap harus menyadari bahwa -bagaimanapun
juga- seorang pemimpin berhak untuk menegur dan mengoreksi kita ketika ia
menemukan kekurangan atau kesalahan dalam cara kerja kita.Seorang
pemimpin seringkali memiliki mindset yang berbeda dengan seorang
bawahan. Seorang pemimpin juga memiliki keprofesionalan kerja yang jauh
lebih tinggi dari seorang bawahan. Pemimpin selalu menuntut hasil kerja,
sementara bawahan seringkali tidak terlalu memperhatikan hasil kerja
melainkan hak yang bisa mereka dapatkan.

Bergaul dengan seorang pribadi Keprofesionalan kerja harus tetap dijaga,


bahkan di luar area atau jam kantor.
Seringkali kita menganggap apa yang kita lakukan di dalam dan di luar
kantor adalah dua hal yang berbeda. Sesungguhnya hal ini tidak boleh
terjadi, karena kita sedang bergaul dengan seorang pribadi yang sama dan
bukan hanya dengan satu jabatan tertentu. Jika kita bergaul dengan seorang
pribadi, artinya kita harus menghargai orang tersebut karena
keberadaannya, bukan karena posisinya. Demikian pula dengan pemimpin, ia
juga harus menghargai bawahannya sebagai seorang pribadi.
Ketika seorang atasan ingin membangun hubungan yang sehat dengan
bawahannya, ia perlu memposisikan diri sebagai atasan yang tidak bossy.
Seorang atasan yang bossy cenderung untuk mengeksploitasi/memanfaatkan
orang-orang yang ada di bawahnya, sementara seorang atasan yang
mengambil posisi untuk memimpin justru akan menanamkan nilai-nilai yang
baik dan sehat, atau -menurut istilah saya- menjadi ‘sumber input' bagi
bawahannya.

Deep insite Relation


Membangun hubungan dengan orang yang pendiam adalah sesuatu yang
agak sulit. Ada beberapa faktor yang menyebabkan seseorang menjadi
pendiam, salah satunya adalah karena orang tersebut beranggapan
"Memang inilah karakter/pembawaan saya." Yang perlu kita lakukan adalah
belajar untuk menyelami kepribadiannya dan menemukan penyebab ke-

7
diam-annya. Seseorang dapat menjadi pendiam karena merasa kurang
nyaman atau kurang aman, disebabkan peristiwa-peristiwa negatif yang
bersifat traumatis. Jika ia menjadi pendiam karena faktor insecurity, kita
perlu belajar untuk menjadi ‘dekat' dengannya terlebih dahulu. Kita perlu
membangun hubungan dan menginvestasikan waktu untuk bergaul
dengannya, dan dengan sendirinya kita akan bisa ‘masuk' ke dalam hatinya.
Ketika ini terjadi, komunikasi dan hubungan akan bertumbuh secara normal.
Namun jika sifat pendiam tersebut disebabkan oleh kebiasaan, kita perlu
memberikan lontaran atau pertanyaan yang menuntut penjelasan dari orang
tersebut. Memang hal ini bisa membuat orang yang bersangkutan merasa
kurang nyaman, karena orang pendiam biasanya memiliki kesulitan untuk
memunculkan isi hatinya dalam wujud kata-kata. Jadi, kunci yang paling
utama untuk membangun hubungan dengan orang pendiam adalah menjadi
sahabatnya terlebih dahulu -- bisa diterima olehnya tanpa dicurigai
melanggar batasan pribadi yang ia miliki.
Seorang atasan bisa membangun hubungan dengan bawahannya, bahkan
jika usianya lebih muda dari usia bawahannya.
Secara pribadi, saya banyak membangun hubungan dengan orang-orang
yang jauh lebih tua dari saya. Tapi karena saya memposisikan diri sebagai
pemimpin (dan dia betul-betul melihat saya sebagai seorang pemimpin),
keprofesionalan kerja dapat terjaga dan orang yang bersangkutan tetap bisa
menghargai saya sebagai orang yang memimpin hidupnya dan layak
menerima respek darinya.

Integritas dalam hubungan


Dalam menjalin hubungan, integritas adalah hal yang sangat penting, karena
dengan integritas yang terjaga hubungan yang ada akan tetap sehat. Ketika
salah satu pihak gagal menjaga integritas, pihak lainnya akan merasa
dimanipulasi atau dimanfaatkan. Kadang kala memang ada orang-orang
tertentu yang lebih rela mempertaruhkan (bahkan membuang) integritas
demi kesetiakawanan. Satu hal yang pasti, setia kawan tidak boleh
melampaui batasan-batasan kebenaran. Jangan sampai hanya gara-gara
setia kawan, kita justru menghancurkan integritas kita sendiri. Seorang
sahabat yang baik tidak akan menjatuhkan/menjerumuskan sahabatnya
sendiri -apalagi sampai si sahabat kehilangan integritas hidupnya- karena
integritas adalah aspek yang sangat penting dalam dunia kerja dan dunia
profesional. Hidup tanpa integritas tidak ubahnya tubuh yang cacat. Karena
itu, jika Anda mendapati orang yang Anda anggap sebagai sahabat mulai
menuntut Anda untuk meninggalkan integritas, Anda perlu mempertanyakan
kualitas persahabatan Anda dengan orang tersebut.

Sebagai bawahan, kadang kala kita dilanda kebimbangan jika atasan


menyuruh melakukan sesuatu yang jelas-jelas salah. Contohnya,
menggandakan laporan keuangan perusahaan demi menghindari pajak.
Jawaban atas kasus ini tidak boleh diberikan kepada satu pihak saja; jawaban
ini harus berbicara kepada kedua belah pihak, baik bawahan ataupun atasan.
Kita perlu hidup berdasarkan prinsip, yaitu prinsip kebenaran. Sebagai
pemimpin, saya mendapati bahwa saat saya menggunakan prinsip
kebenaran sebagai patokan standar kerja, ada banyak keuntungan yang
dapat saya nikmati. Sebagai bawahan, jika kita hidup berdasarkan prinsip

7
kebenaran, ada banyak sekali manfaat yang dapat diperoleh. Memang akan
selalu ada resiko dalam setiap ucapan, tindakan dan pengambilan keputusan
yang kita lakukan. Pertanyaannya, apakah resiko tersebut akan menuntun
kita untuk terus naik, atau justru sebaliknya? Apakah resiko yang kita ambil
akan memberikan keuntungan jangka panjang, atau hanya keuntungan
sesaat? Resiko yang hanya memberi keuntungan sesaat justru akan menjadi
bumerang di kemudian hari, yang meruntuhkan semua hasil kerja yang
sudah bertahun-tahun dibangun dengan jerih lelah dan keringat. Karena itu,
apapun posisi Anda saat ini -- baik sebagai pemimpin maupun karyawan,
mari bangun hidup dan pekerjaan kita dalam prinsip kebenaran. Meski
tampaknya progresifitas kita tidak sesignifikan orang-orang yang memakai
cara-cara kotor, pertumbuhan yang kita alami akan langgeng adanya.
Orang yang membangun hidup dan karir dengan cara-cara ‘kotor' akan
mendapati -pada satu titik tertentu- semua yang mereka bangun runtuh
begitu saja, tetapi kita akan terus melanjutkan perjalanan dengan sejahtera,
dan hasil yang kita nikmati permanen sifatnya. Oleh sebab itu, jika pemimpin
menyuruh Anda melakukan hal-hal yang melanggar hati nurani, saya
menyarankan Anda berbicara kepada pemimpin dan menyampaikan apa
yang ada dalam hati Anda. Jangan langgar hati nurani Anda. Resiko dimutasi
atau dipecat pasti ada, tapi percayalah, ada banyak pemimpin lain (bahkan
perusahaan besar) yang mencari orang yang jujur. Kalau pun kita kehilangan
posisi karena kejujuran kita, yakinlah, Tuhan itu adil dan Ia tidak akan tinggal
diam.
Kalau saat ini Anda sedang mengalami situasi seperti di atas, lihatlah ini
sebagai ‘masa persiapan' untuk mengalami promosi yang lebih besar -- sama
seperti pegas yang semakin ditekan akan semakin melompat tinggi. Saya
percaya itulah yang akan terjadi atas orang yang membangun hidup di atas
dasar kebenaran. Jangan pernah mengkompromikan integritas, dan jangan
pernah kompromikan kebenaran.

Relation Building
Sebuah hubungan akan selalu memperluas cakrawala dan wawasan kita.
Semakin banyak kita berteman, semakin banyak kita membangun hubungan
dengan orang lain (dalam kualitas yang lebih baik dari biasanya),
kesempatan untuk meraih kesuksesan juga semakin besar. Karenanya,
jangan pernah membatasi diri; bukalah hati Anda selebar-lebarnya dan
milikilah sahabat sebanyak mungkin. Pastikan Anda menjadi sahabat bagi
banyak orang, karena dengan demikian akan ada banyak orang yang
menjadi sahabat bagi Anda. Sahabat akan selalu menjadi orang pertama
yang menolong kita ketika kita membutuhkannya.

7
DAFTAR ISI

Etika dalam membangun hubungan............................................................ 1

Membangun Hubungan yang Efektif............................................................ 1

Reability Hubungan...................................................................................... 3

Deep insite Relation..................................................................................... 4

Integritas dalam hubungan.......................................................................... 5

Relation Building.......................................................................................... 6

Anda mungkin juga menyukai