Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN MINI RISET

ETIKA PROFESI BK

Skor Nilai :

ANALISIS PENERAPAN KODE ETIK PADA GURU BK

Disusun Oleh :

NAMA : Rhey Bonardo Gultom

KELAS : Bk Reguler E 2020

MATA KULIAH : Etika Profesi BK

DOSEN PENGAMPU : Armita Sari S.Pd, M.Pd

PROGRAM STUDI S1 BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2022

i
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan nikmat karunianya yang telah
memberikan kesehatan dan kesempatan serta kelapangan waktu sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya. Ucapan terimakasih saya sampaikan kepada dosen
pengampu mata kuliah Etika Profesi Bimbingan dan Konseling, karena bimbingannya sehingga
penulis mampu menyelesaikan tugas Mini riset ini. Semoga dengan penyusunan tugas ini dapat
menambah pengetahuan, meningkatkan cara berpikir kritis dan melatih kreativitas mahasiswa.

Dalam penyusunan tugas ini, penulis sadar betul akan keterbatasan pengetahuan dan
pengalaman sehingga terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis memohon maaf atas
kekurangan tersebut dan sangat mengharapkan kritik serta saran yang membangun agar dalam
penyusunan tugas selanjutnya dapat lebih baik lagi.

Deli Serdang, November 2022

Nisrina Athirah Lubis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1

B. Tujuan 2

C. Manfaat 2

BAB II KERANGKA PEMIKIRAN/GAMBARAN UMUM 3

A. Uraian Permasalahan 3

B. Subjek Penelitian 6

C. Asesment Data 6

BAB III METODE PELAKSANAAN 7

A. Metode Penelitian 7

B. Langkah Penelitian 7

C. Teknik Pengumpulan Data 7

BAB IV PEMBAHASAN 8

BAB V PENUTUP 10

A. Kesimpulan 10

B. Saran 10

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Beberapa isu etik dalam konseling telah lama dibicarakan para pakar konseling seperti
Cavanagh (1982), Gerald Corey (1988), Tim Bond (2000), Geldard & Geldard (2005), Gibson &
Mitchell (2008), Gladding (2009).Cavanagh menuliskan ada empat isu etik yang harus
diperhatikan konselor yaitu (1) tanggungjawab etik profesional (the ethics of professional
responsibility); (2) kerahasiaan (confidentiality); (3) memberi informasi (imparting information);
dan (4) pengaruh konselor (the influence of the counselor)34.Tiga masalah etik yang hampir sama
dikemukakan oleh Gerald Corey, yaitu (1) tanggung jawab terapis, (2) kerahasiaan, (3) pengaruh
kepribadian dan kebutuhan-kebutuhan terapis/konselor. Corey, menuliskan tiga masalah etik
lainnya yang berbeda dengan Cavanagh yaitu (1) kompetensi terapis, (2) hubungan terapis, (3)
nilai-nilai dan filsafat hidup terapis/konselor

Nampak bahwa isu-isu etik dalam konseling ini makin lama makin kompleks. Seperti yang
dikemukakan Geldard & Geldard ada delapan isu etik bagi konselor yaitu : (1) penghargaan
terhadap konseli, (2) batasan-batasan dalam hubungan konselor dan konseli, (3) tanggung jawab
konselor, (4) kompetensi konselor, (5) rujukan, (6) penghentian konseling, (7)
kewajibankewajiban hukum, dan (8) promosi diri.37 Sedangkan Gibson & Mitchell menuliskan
isu-isu etik dalam konseling dalam tiga hal yaitu: (1) kompetensi, (2) kerahasiaan dan komunikasi
pribadi, (3) hubungan pribadi dengan konseli38. Isu etik paling mutahir ditulis Gladding. Ia
menuliskan sebelas tingkah laku tidak etis yang paling sering terjadi dalam konseling (ACA, 2005;
Herlihy & Corey, 2006): 1. Pelanggaran kepercayaan 2. Melampaui tingkat kompetensi
profesional 3. Kelalaian dalam praktik 4. Mengklaim keahlian yang tidak dimiliki 5. Memaksakan
nilai-nilai konselor pada konseli 6. Membuat konseli bergantung 7. Melakukan aktivitas seksual
dengan konseli 8. Konflik kepentingan, seperti hubungan ganda yaitu peran konselor bercampur
dengan hubungan lainnya, baik hubungan pribadi atau hubungan profesional (Moleski & Kiselica,
2005) 9. Persetujuan finansial yang kurang jelas seperti mengenakan bayaran tambahan 10.
Pengiklanan yang tidak pantas 11. Plagiarisme

1
B. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan dari laporan hasil mini riset ini, yaitu sebagai berikut :
1. Untuk pemenuhan tugas mini riset mata kuliah Etika Profesi
2. Untuk mengetahui bagaimana tanggapan para warga sekolah mengenai bentuk kesalahan yang
sering pada guru bk di sekolah sasaran

C. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penulisan laporan miniriset ini yaitu sebagai berikut.
1. Untuk melatih mahasiswa dalam melakukan penelitian langsung ke lapangan berkaitan dengan
topik yang dibahas
2. Untuk melatih mahasiswa dalam mengumpulkan data dan mengevaluasi data hasil miniriset

2
BAB II
KERANGKA PEMIKIRAN/GAMBARAN UMUM

A.Urain Pembahasan
Berdasarkan hasil Analisa Bersama warga sekolah, Adapun permasalahan yang masih
sering terjadi di sekolah adalah bahwasanya guru bk di sekolah masih belum melaksanakan
tanggung jawabnya dengan baik, Sebagai profesional, konselor mempunyai sekurangkurangnya
tujuh tanggung jawab yaitu (1) tanggung jawab terhadap konseli, (2) atasan atau pimpinan tempat
konselor bekerja, (3) organisasi profesinya, (4) masyarakat, (5) orang tua/ keluarga konseli, (6)
diri sendiri dan (7) Tuhan. Dalam memenuhi ke tujuh tanggung jawab tersebut, konselor sering
mengalami konflik. Akibatnya, konselor menjadi ragu dalam mengambil sebuah keputusan. Jika
hal itu terjadi, konselor dapat berkonsultasi pada teman sejawat (konselor) yang lebih
berpengalaman.
Kode etik bimbingan dan konseling adalah ketentuan-ketentuan atau peraturan-peraturan
yang harus di taati oleh siapa saja yang ingin berkecimpung dalam bidang bimbingan dan
konseling demi kebaikan. Profesi adalah suatu hal yang harus dibarengi dengan keahlian dan etika.
Meskipun sudah ada aturan yang mengatur tentang kode etik profesi, namun seperti kita lihat saat
ini masih sangat banyak terjadi pelanggaran-pelanggaran ataupun penyalahgunaan profesi.Seperti
layaknya sebuah pembelajaran bimbingan dan konseling juga membutuhkan apa yang dinamakan
strategi dalam pelaksanaanya. Dalam hal ini, untuk mengetahui strategi apa yang tepat untuk
digunakan kepada seorang yang hendak dibimbing (konseli) itulah seorang yang hendak
membimbing (konselor) membutuhkan kode etik untuk menjalankan profesinya tersebut. Dalam
masalah bimbingan dan konseling kode etik sangat dibutuhkan. kode etik dibutuhkan ketika
seseorang (konselor) hendak membimbing seorang atau individu (konseli) kearah pengembangan
pribadinya. peran kode etik yaitu sebagai acuan dan tuntunan dalam memberikan masukan-
masukan kepada konseli agar masukan yang diberikan oleh konselor tidak menyelewwng atau
keluar dari aturan-aturan, norma-norma yang berlaku dimasyarakat maupun di kalangan konselor
sendiri.
Berdasarkan keputusan pengurus besar asosiasi bimbingan dan konseling Indonesia
(PBABKIN) nomor 010 tahun 2006 tentang penetapan kode etikprofesi bimbingan dan konsseling,
maka sebaian dari kode etik itu adalah sebagai berikut:

3
1. Kualifikasi konselor dalam nilai, sikap,keterampilan, pengetahuan dan wawasan.

a. Konselor wajib terus menerus mengembangkan dan menguasai dirinya. Ia wajib mengerti
kekurangan-kekurangan dan prasangka-prasangka pada dirinya sendiri, yang dapat
mempengarui hubunganya dengan orang lain dan mengakibatkan rendahnya mutu
pelayanan profesional serta merugikan klien.
b. Konselor wajib memperlihatkan sifat-sifat sederhana, rendah hati, sabar, menepati jajni,
dapat dipercaya, jujur,tertib dan hormat.
c. Konselor wajib memiliki rasa tangggung jawab terhadap saran maupun peringatan yang
diberikan kepadanya, khususnya dari rekan –rekan seprofesi dalam hubunyanga dengan
pelaksanaan ketentuan-keteentuaan tingkah laku profesional sebagaimana di atur dalam
Kode Etik ini.
d. Konselor wajib mengutamakan mutu kerja setinggi mungkin dan tidak mengutamakan
kepentingan pribadi, termasuk keuntungan material, finansial, dan popularitas.
e. Konselor wajib memiiki keterampilan menggunakan tekhnik dan prosedur khusus yang
dikembangkan ataas dasar wawasan yang luas dan kaidah-kaidah ilmiah.

2. Penyimpanan dan Penggunann Informasi.

a. Catatan tentang diri klien yang meliputi data hasil wawancara, testing, surat menyurat,
perekaman dan data lain, semuanya merupakan informasi yang bersifat rahasia dan hanya
boleh digunakan untuk kepentingan klien. Penggunaan data/ informasi untuk keperlian
riiset atau pendidikan calon konselor dimungkinkan, sepanjang identitas kien di
rahasiakan.
b. Penyampaian informasi klien kepada keluarga atau kepada anggota profesi lain membutuhka
persetujuan klien.
c. Penggunaan informasi tentang klien dengan anggota profesi yang sama atau yang lain dapat
dibenarkan, asalkan untuk kepentingan klien dan tidak meruikan klien.
d. Keterangan mengenai informasi profesional hanya boleh diberikan kepada orang yang
berwenang menafsirkan dan menggunakanya.

3. Hubungan dengan Penberian pada Pelayanan.

4
a. Konselor wajib menangani klien selama ada kesempatan dalam hubungan antara klien
dengan konselor.
b. Klien sepenuhnya berhk mengakhiri hubungsn dengan konselor, meskipun proses
konseling belum mencapai suatu hasil yang kongkrit. Sebaliknya konselor tidak akan
melanjutkan hubugan apabila klien ternyata tidak memperoleh manfaat dari hubungan itu.

4. Hubungan dengan Klien.


a. Konselor wajib menghormati harkat, martabat, integritas dan keyakinan klien.
b. Konselor wajib menempatkan kepetingan klienya di atas kepentingan pribadinya.
c. Dalam melakukan tugasnya konselor tidak mengadakan pembedaan klien atas dasar suku,
bangsa, warna kulit, agama atau status sosial ekonomi.
d. Konselor tidak akan memaksa untuk memberikan bantuan kepada seseorang tanpa izin dari
orang yang bersangkutan.
e. Konselor wajib memberikan bantuan kkepada siapapun lebih-lebih dalam keadaan darurat
atau banyak orang yang menghendaki.
f. Konselor wajib memberikan pelayanan hingga tuntas sepanjang dikehendaki oleh klien.
g. Konselor wajib menjelaskan kepasa klien sifat hubungan yang sedang dibinadan batas-
batas tanggung jawab masig-masing dalam hubungan profesional.
h. Konselor wajib mengutamakan perhatian kepada klien, apabila timbul masalah dalam
kesitiaan ini, maka wajib diperhatikan kepentingan pihak-pihak yang terlibat dan juga
tuntutan profesinya sebagai konselor
i. Konselor tidak bisa memberikan bantuan kepada sanak keluarga, teman-teman karibnya,
sepanjang hubunganya profesional.
5. Konsultasi dengan Rekan Sejawat.
Dalam rangka pemberian pelayanan kepada seorang klien, kalau konselor merasa ragu-
ragu tentang suatu hal, maka ia wajib berkonsultasi dengan sejawat selingkungan profesi. Untuk
hal itu ia harus mendapat izin terlebih dahulu dari kliennya.
6. Alih Tangan Kasus
Yaitu kode etik yang menghendaki agar pihak-pihak yang tidak mampu menyelenggarakan
layanan bimbingan dan konseling secara tepat dan tuntas atas suatu permasalahan peserta didik
(klien) kiranya dapat mengalih-tangankan kepada pihak yang lebih ahli.

5
B.Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah Warga sekolah SMP.

C.Assesment Data
Teknik penelitian yang dilakukan adalah penelitian lapangan yang bermaksud untuk mengetahui
langsung permasalahan yang ada di lokasi. Sumber-sumber data ini meliputi :
1. Narasumber
Adapun narasumber atau responden dalam mini riset kami yaitu warga sekolah SMP .

2. Peristiwa

Adapun data yang diambil pada mini riset ini yaitu hal-hal yang berkaitan dengan aktivitas Guru
Bimbingan dan Konseling ,di sekolah mereka .

6
BAB III
METODE PELAKSANAAN

A. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam mini riset ini berbentuk wawancara kepada warga
sekolah di smp tentang guru BK mereka disekolah .Yang bertujuan untuk mendapatkan informasi
yang akurat terhadap data yang akan diperoleh.

B. Langkah Penelitian
Adapun langkah-langkah dalam penelitian miniriset ini adalah sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi atau menganalisis masalah yang akan dijadikan bahan penelitian.
2. Mengidentifikasi atau menganalisis subjek penelitian
3. Menyusun daftar pertanyaan
4. Melakukan wawancara kepada responden.
5. Mengumpulkan data hasil wawancara dari responden
6. Menganalisis data.
7. Membuat kesimpulan.

C. Teknik Pengumpulan Data


Adapun teknik pengumpulan data dalam mini riset ini yaitu wawancara dengan narasumber
yang dituju.

7
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Hasil penelitian

Adapun hasil penelitian yang kami dapat melalui aktivitas wawancara yang kami lakukan
adalah bahwasannya didalam sekolah penempatan, guru bk masih tidak melaksanakan tugasnya
dengan baik, berdasarkan wawancara saya dengan siswa di kelas, bahwa mereka belum pernah
menerima layanan bimbingan konseling di sekolah, yang mana ini sesuai dengan aturan dalam
etika profesi bk Sebagai profesional, konselor mempunyai sekurang- kurangnya tujuh tanggung
jawab yaitu (1) tanggung jawab terhadap konseli, (2) atasan atau pimpinan tempat konselor
bekerja, (3) organisasi profesinya, (4) masyarakat, (5) orang tua/ keluarga konseli, (6) diri sendiri
dan (7) Tuhan. Dalam memenuhi ke tujuh tanggung jawab tersebut, konselor sering mengalami
konflik. Akibatnya, konselor menjadi ragu dalam mengambil sebuah keputusan. Jika hal itu terjadi,
konselor dapat berkonsultasi pada teman sejawat (konselor) yang lebih berpengalaman. Dari hal
tersebut dapat kita ketahui bahwa seorang guru bk harus mampu mempertanggungjawabkan tugas
yang dilakukan sesuai dengan 7 tanggung jawab tersebut.

Selanjutnya hasil wawancara saya Bersama kepala sekolah yang bersangkutan, beliau
mengatakan bahwa beliau lah yang memberi konseling kepada siswa di sekolah, dikarenakan
beliau yang sering tidak datang ke sekolah maka, kepala sekolah yanh menggantikan tugas beliau
untuk memberikan konseling di kelas, artinya disini bahwa kegiatan konseling dilakukan tidak
sesuai dengan profesi yang bimbingan konseling, sehingga ini melanggar aturan kebijakan profesi
bk, yang mana seharusnya kegiatan bimbingan dan konseling dilakukan oleh orang yang memang
berprofesikan bimbingan dan konseling.

Penegakan Kode Etik merupakan upaya/kegiatan yang meliputi pemantauan pelaksanaan


Kode Etik, pemberian penghargaan dan sanksi oleh Dewan Etik.80 Jika dicermati ketiga upaya
penegakan kode etik tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa ketiganya bersifat memelihara
(preservative), peningkatan (promotive) dan atau perbaikan/penyembuhan (corrective/ curative).
Semua upaya penegakan kode etik hendaknya dilakukan seiring, sejalan dan simultan.

Upaya pertama, yaitu pemantauan pelaksanaan kode etik konselor. Upaya ini idealnya
tidak diserahkan sepenuhnya kepada Dewan Pertimbangan Kode Etik Asosiasi Bimbingan dan

8
Konseling (ABKIN) tetapi menjadi tanggung jawab semua pihak (konselor sebgai pengampu
profesi), konseli sebagai pengguna jasa layanan, masyarakat, pemerintah. Keberadaan Dewan
Pertimbangan Kode Etik dibanding dengan luas wilayah kerja dan jumlah personalia yang ada baik
di tingkat Provinsi maupun di tingkat Pusat sangat terbatas sehingga pemantauan tidak akan
efektif.

Upaya kedua dan ketiga yaitu pemberian penghargaan dan pemberian sanksi. Seperti
halnya upaya yang pertama, maka upaya ke dua dan ketiga dalam pelaksanaannya juga perlu ada
kerja sama pihak-pihak yang telah disebutkan di atas. Terutama dalam tahap pengumpulan
informasi, data dan fakta yang diperlukan sebagai bahan kajian dan pertimbangan dalam
melakukan upaya tersebut. Secara legal Dewan Pertimbangan Kode Etik mempunyai otoritas
dalam melakukan ketiga upaya tersebut namun otoritas tersebut tidak akan berjalan dengan baik
tanpa dukungan dan kerja sama semua pihak.

9
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Guru bk masih tidak melaksanakan tugasnya dengan baik, berdasarkan wawancara saya
dengan siswa di kelas, bahwa mereka belum pernah menerima layanan bimbingan konseling di
sekolah, yang mana ini sesuai dengan aturan dalam etika profesi bk Sebagai profesional, konselor
mempunyai sekurang- kurangnya tujuh tanggung jawab yaitu (1) tanggung jawab terhadap konseli,
(2) atasan atau pimpinan tempat konselor bekerja, (3) organisasi profesinya, (4) masyarakat, (5)
orang tua/ keluarga konseli, (6) diri sendiri dan (7) Tuhan.

B. Saran

Asas-asas serta kode etik bimbingan dan konseling haruslah sejalan karena tanpa
mengetahui atau memahami hal-hal tersebut seorang pembimbing belumlah disebut sebagai
konselor yang ahli dalam bidangnya.

10
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Hunainah, MM. 2016. Etika Profesi Bimbingan Konseling. Penerbit Rizqi Press

Hikmawati, Fenti. 2011. Bimbingan Konseling edisi Revisi.(Jakarta: PT. RajaGrafindo


Persada).hal 55

Sukardi, Dewa Ketut. 2010. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di
Sekolah. (Jakarta: PT. Rineka Cipta).hal. 72.

11

Anda mungkin juga menyukai