Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

“Pengertian Agama, Peran Agama Terhadap Kesehatan Mental”


Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Kepribadian
Dosen Pengampu : Ora Gorez Uke, M.Pd.

Oleh :

Laili Kamilatul Hasanah (202044510111)


Siti istianah ()

FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAM ISLAM AL-FALAH AS-SUNNIYYAH
KENCONG JEMBER
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala Kasih dan juga Rahmat-
Nya sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Adapun tujuan dari pembuatan
makalah ini adalah sebagai salah satu bahan penunjang materi pembelajaran mata kuliah
“Psikologi Kepribadian”. Melalui makalah ini saya mencoba memberikan penjelasan
mengenai “pengertian agama, peran agama terhadap kesehatan mental” Terima kasih
kepada Ibu Ora Gorez Uke, M.Pd, sebagai Dosen Mata Kuliah ini.
Saya berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.
Karena keterbatasan pengetahuan kami, makalah yang kami susun ini belum lah sempurna.
Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dalam rangka penyempurnaan untuk
pembuatan makalah selanjutnya. 

                                                                                                    Kencong, 07 April 2022

                                                                                                                      Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
COVER........................................................................................................i

KATA PENGANTAR...................................................................................ii

DAFTAR ISI................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................1

A. Latar Belakang...................................................................................1

B. Rumusan Masalah...............................................................................2

C. Tujuan ................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN............................................................................3

A. Pengertian agama dan kesehatan mental............................................3


B. Manusia dan agama............................................................................3
C. Kesehatan mental dan gangguan mental............................................4
D. Agama dan kesehatan mental.............................................................6
E. Terapi agama pada kesehatan mental.................................................8
BAB III PENUTUP....................................................................................9
A. Kesimpulan.........................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA................................................................................10

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bimbingan dan konseling merupakan ilmu terapan yang selalu berkembang dan
megikuti perubahan kondisi social, ekonomi, budaya, dan politik. Pada saat ini
bimbingan dan konseling di Indonesia secara dinamis mengikuti berbagai perubahan
kondisi di atas. Salah satu dinamika perkembangannya adalah dengan mengadaptasi
model bimbingan konseling komprehensif sebagai respon terhadap tuntutan perubahan
kondisi masyarakat.
Bimbingan dan konseling komprehensif di sekolah merupakan upaya untuk
memberikan bantuan secara utuh yang melibatkan konselor, pimpinan sekolah, guru mata
pelajaran, staf administrasi, orang tua dan masyarakat. Melalui bombingan dan konseling
komprehensif peserta didik diharapkan dapat memahami dan dapat mengetahui
kehidupan yang mencakup kehidupan akademik, karir dan pribadi sosial. Di dalam
makalah ini akan dibahas mengenai Bimbingan Konseling Komprehensif.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Bimbingan dan Konseling Komprehensif?
2. Apa landasan Bimbingan dan Konseling Komprehensif?
3. Apa saja model Bimbingan dan Konseling Komprehensif?
4. Apa program Bimbingan dan Konseling Komprehensif?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Bimbingan dan Konseling Komprehensif
2. Untuk mengetahui landasan Bimbingan dan Konseling Komprehensif
3. Untuk mengetahui model Bimbingan dan Konseling Komprehensif
4. Untuk mengetahui program Bimbingan dan Konseling Komprehensif
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Bimbingan dan Konseling Komprehensif
Secara etimologis kata bimbingan merupakan terjemahan dari kata “Guidance”
berasal dari kata kerja “to guide” yang mempunyai arti “menunjukkan, membimbing,
menuntun, ataupun membantu.” Sesuai dengan istilahya, maka secara umum bimbingan
dapat diartikan sebagai suatu bantuan atau tuntunan.
Sedangkan secara terminologi bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang
terus menerus dari seorang pembimbing yang telah dipersiapkan kepada individu yang
membutuhkannya dalam rangka mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya
secara optimal dengan menggunakan berbagai macam media dan teknik bimbingan
dalam suasana asuhan yang normatif agar tercapai kemandirian sehingga individu dapat
bermanfaat bagi dirnya sendiri maupun bagi lingkungannya.
Istilah konseling berasal dari bahasa Inggris “to counsel” yang secara etimologis
berarti “to give advice”, atau memberi saran dan nasihat. Berdasarkan terminologi
konseling merupakan salah satu teknik dalam pelayanan bimbingan dimana proses
pemberian bantuan itu berlangsung melalui wawancara dalam serangkaian pertemuan
langsung dan tatap muka antara guru pembimbing/ konselor dengan klien; dengan tujuan
agar klien itu mampu memecahkan masalah yang dihadapinya dan mampu mengarahkan
dirinya untuk mengembangkan potensi yang dimiliki ke arah perkembangan yang
optimal, sehingga ia dapat mencapai kebahagiaan pribadi dan kemanfaatan sosial.
Bimbingan komprehensif adalah pemberian bantuan kepada peserta didik melalui
layanan dasar bimbingan, layanan responsive, layanan perencanaan individual dan
dukungan sistem sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat.
B. Landasan Bimbingan dan Konseling Komprehensif
1. Landasan Filosofis
Setiap aktivitas yang dilakukan harus mendasarkan diri pada pertimbangan-
pertimbangan berpikir atau secara filsafat, dalam posisi tersebut filsafat berfungsi sebagai
validasi yaitu untuk menguji koherensi antara visi, misi, dan tujuan, dalam kontek ini
adalah bimbingan dan konseling komprehensif. Landasan filosofis bimbingan dan
konseling komprehensif merupakan dasar pemikiran yang sangat penting untuk
memberikan arah dan argumentasi pemikiran serta alasan untuk dilaksanakan dan
diimplementasikan dalam kehidupan khususnya di sekolah.
Filsafat adalah lapangan pemikiran dan penyelidikan manusia yang amat luas
(komprehensif), sekalipun filsafat tidak bisa menjangkau semua persoalan dengan daya
kemampuan pikir manusia secara keseluruhan. Filsafat sifatnya hanya mencoba mengerti,
menganalisis, menilai, memvalidasi dan menyimpulkan persoalan-persoalan dalam
jangkauan rasio manusia, secara kritis, rasional, dan mendalam. Jika dikaitkan dengan
permasalahan secara komprehensif hakikat manusia pada dasarnya menyangkut empat
dimensi yaitu dimensi keindividualan (individualitas), kesosialan (sosialitas), kesusilaan
(moralitas), dan keberagamaan (religiusitas). Tinjauan tersebut akan memperlihatkan
betapa manusia amat berpotensi untuk memperkembangkan dirinya, untuk menguasai
alam, dan untuk mengembangkan budaya setinggi-tingginya demi kebahagiaan hidupnya
di dunia dan akhirat. Untuk menjamin supaya bimbingan dan konseling komprehensif itu
benar-benar efektif maka dibutuhkan landasan-landasan filosofis dan landasan ilmiah
sebagai asas normative dan pedoman pelaksanaan pembinaan. Sebab bimbingan dan
konseling pada hakekatnya sebagai usaha untuk membantu proses perkembangan
memecahkan masalah agar individu dapat meyesuaikan dirinya dimana mereka berada.
Pemikiran dan pemahaman secara filosofis menjadi alat yang bermanfaat bagi
pelayanan bimbingan dan konseling pada umumnya, dan bagi konselor pada khususnya.
Bagi konselor bahwa pemahaman filosofis dan pemikiran yang mendalam dapat
membantu konselor di dalam memahami situasi konseling ketika membuat suatu
keputusan yang tepat dan komprehensif sesuai dengan aspek-aspek yang diperlukan
dalam cakupan bimbingan dan konseling itu sendiri. Di samping pemikiran dan
pemahaman filosofis juga memungkinkan konselor menjadikan dirinya semakin mantap,
lebih luas pemikirannya, lebih efektif di dalam penerapan pemberian bantuan serta lebih
bijaksana dalam mengambil berbagai keputusan yang berkaitan dengan pelayanan
bimbingan dan konseling komprehensif.
2. Landasan Psikologis
Landasan psikologi di dalam bimbingan dan konseling komprehensif berarti
memberikan landasan dan pemahaman tentang tingkah laku individu yang menjadi
sasaran  layanan yaitu konseli. Landasan psikologi di dalam bimbingan dan konseling
sangat penting karena bidang garapannya adalah tingkah laku, permasalahan hidup
manusia beserta aspek-aspek lainnya. Aspek dan tingkah laku manusia beserta
permasalahan yang menjadi sasaran untuk diubah dan dikembangkan dalam kontek
mereka mengatasi masalah-masalah yang dihadapi atau untuk mencapai tujuan yang
hendak dicapai pula. Tujuan bimbingan dan konseling yang hendak dicapai adalah
pemecahan masalah, efektivitas pribadi, pengubahan perilaku, dan membantu dalam hal
kesehatan mental.
3. Landasan Sosial Budaya
Fenomena dalam masyarakat modern ini semakin lama semakin pesat
perkembangan dan perubahannya. Perkembangan dan perubahan tersebut menyangkut
beberapa aspek kehidupan manusia. Pengaruh atau dampak perkembangan dan perubahan
tersebut dapat berdampak positif dan negative bagi kehidupan manusia. Dampak positif
berbagai aspek kehidupan manusia yang pada akhirnya semakin dapat menikmati
indahnya kehidupan, menikmati kehidupan dengan sarana teknologi yang efisien dan
efektif. Kehidupan ini rasanya serba bebas dan semua kepentingan hidup dengan mudah
diakses melalui sarana teknologi yang serba canggih. Dari sisi negative bagi mereka yang
tidak dapat menyesuaikan diri akan merasa dibebani oleh pemikiran-pemikiran dan
kebutuhan hidup yang sangat berat akhirnya akan menambah ketegangan emosional dan
konflik batin yang serius sehingga banyak menimbulkan penyakit mental.
Gambaran realita yang sungguh terjadi di era kebudayaan modern seperti
sekarang banyak dicirikan dengan kebudayaan materiil, kebahagiaan hidup diukur
dengan suksesnya seseorang, aspirasi dan perujuangan mendapatkan materi. Kenyataan
perubahan prinsip hidup seperti ini perlu diberikan bentuk bantuan layanan bimbingan
dan konseling komprehensif dalam setting kehidupan. Landasan social budaya bimbingan
dan konseling komprehensif merupakan acuan dasar sehingga sekalipun perkembangan
teknologi semakin maju dan pesat eksistensi social budaya suatu bangsa tetap berdiri
tegak, tidak terombang-ambing oleh perubahan tersebut. Landasan social budaya
merupakan acuan nilai yang menjadi pertimbangan dasar di dalam membantu
memecahkan masalah problema-problema kehidupan bangsa.
4. Landasan Religius
Landasan religious layanan bimbingan dan konseling komprehensif sangat
penting terkait dengan keyakinan bahwa manusia dan seluruh alam semesta adalah
makhluk Tuhan. Sikap yang mendorong perkembangan manusia berjalan menuju
kehidupan akan berjalan kearah yang sesuai dengan kaidah-kaidah agama. Di samping itu
upaya untuk memungkinkan berkembang dan dimanfaatkannya secara optimal suasana
dan perangkat budaya serta kemasyarakatan yang sesuai dalam rangka meneguhkan
kehidupan beragama untuk selanjutnya membantu perkembangan dan pemecahan
masalah individu di dalam kehidupannya. Keyakinan  manusia adalah makhluk Tuhan
menekankan ketinggian derajat dan keindahan makhluk manusia serta peranannya
sebagai khalifah di muka bumi.

C. Model Bimbingan dan Konseling Komprehensif


Model bimbingan dan konseling komprehensif merupakan model mutakhir yang
dikembangkan oleh American School Counselor Association (ASCA). Model ini mulai
dikembangkan pada tahun 1997. Model ini merupakan gerakan reformasi pendidikan
yang mencakup undang-undang tentang pendidikan dasar dan menengah di Amerika
Serikat, serta undang-undang “no children left behind”.
Bimbingan dan konseling komprehensif dirancang untuk merespon berbagai
persoalan yang dihadapi oleh konselor di sekolah. Berdasarkan laporan ASCA dan
beberapa penelitian, DeVoss mengatakan bahwa konselor di sekolah mengalami
berbagai masalah antara lain sepeti kurangnya dukungan administrasi BK, tidak
memiliki arah yang jelas pada ekspektasi dan tujuan program, tidak mendapatkan
pengakuan dan penghargaan, kurang ada control dalam pelaksanaan program harian,
serta banyak mengerjakan tugas-tugas non-profesional. Selanjutnya Hart dan Jacobi
mengidentifikasi enam masalah yang dihadapi bimbingan dan konseling di sekolah
yaitu: (1) kurangnya filosofi berpikir dari program BK; (2) program BK tidak
terintegrasi dengan program sekolah yang lain; (3) tidak cukup akses untuk siswa; (4)
layanan yang tidak memadai; (5) kurangnya akuntabilitas konselor; dan (6) gagal untuk
menggunakan berbagai sumber yang ada.  Untuk itulah model bimbingan komprehensif
dikembangkan sebagai setrategi untuk mengatasi berbagai permasalahan di atas.
Selain itu, model bimbingan komprehensif ini dikembangkan berdasarkan
berbagai hasil kajian teori, dan hasil penelitian yang telah dilaksanakan oleh ASCA
tentang program bimbingan dan konseling dan profesi konselor sekolah. Penelitian
tersebut menjaring data mulai dari konselor di tingkat Sekolah Dasar, Sekolah
Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, dan Perguruan Tinggi, serta supervisor
dan pendidik konselor. Penelitian-penelitian tersebut dilakukan di lebih dari 35 negara
bagian di Amerika. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa model bimbingan dan
konseling komprehensif yang ditawarkan oleh ASCA merupakan model yang memiliki
landasan teoritik dan praktik yang dapat diandalkan.
Model bimbingan dan konseling komprehensif merupakan respons terhadap
berbagai penelitian yang telah dilakukan oleh American School Counseling Ascociation.
Model ini merupakan upaya perbaikan dan pengembangan dari model bimbingan dan
konseling yang telah dikembangkan sebelumnya. Model bimbingan dan konseling
komprehensif menuntut perubahan paradigma berpikir konselor, baik posisi maupun
kinerja kerja konselor. Hal ini disebabkan karena model ini merupakan gebrakan baru
bagi layanan bimbingan dan koseling, sehingga perubahan pertama untuk dapat
mengimplementasikan model ini adalah konselor, yang merupakan kunci pelaksanaan
bimbingan dan konseling di sekolah. Tuntutan bagi konselor adalah mengubah paradigm
berpikir lama menuju paradigm yang komprehensif. Paradigma lama antara lain:
kegiatan bimbingan dan konseling memfokuskan pada jumlah aktivitas, evaluasi
program berdasarkan banyaknya kegiatan yang dilakukan, dan bekerja untuk
mempertahankan system yang ada kea rah visi yang baru. Adapun visi baru model ini
adalah: kegiatan layanan bimbingan dan konseling berfokus pada keluaran dan
meningkatkan hasil, mengukur hasil keberhasilan layanan berdasarkan tujuan yang telah
dirancang, mengubah dan mengadaptasi system menjadi lebih responsive terhadap
perubahan system.
Selanjutnya, model ini dikembangkan untuk memperlihatkan pendekatan yang
komprehensif pada latar belakang berpikir, system layanan, manajemen dan
akuntabilitas. Model ini memberikan mekanisme bagi konselor sekolah untuk
mendesain, mengkoordinasi, mengimplementasi, mengelola dan mengevaluasi program
BK yang didasari oleh keberhasilan siswa.
Program BK komprehensif adalah usaha kolaboratif yang bermanfaat bagi siswa,
orang tua, guru, staf administrasi, dan seluruh anggota masyarakat (ASCA). Model BK
komprehensif memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Memiliki cakupan layanan yang komprehensif
2. Memiliki desain yang berlandaskan pada nilai-nilai preventif
3. Memiliki bentuk yang bersifat perkembangan
4. Berpusat pada siswa
5. Dilaksanakan secara kolaboratif
6. Didukung oleh data
7. Terintegrasi pada keseluruhan program sekolah (Bower & Hatch, 2012)
Di samping itu, model ini memberikan kerangka kerja bagi komponen-komponen
program, peran konselor sekolah dalam implementasi dan filosofi yang melandasi
kepemimpinan, advokasi, dan perubahan yang sistemik. Konselor sekolah berubah
dari service-centered bagi sebagian siswa, menjadi program-centered bagi seluruh siswa.
Dengan demikian, konselor dituntut untuk dapat merancang program yang dapat
mengakomodasi seluruh kepentingan siswa. Tuntutan tersebut terefleksi dari perubahan
pertanyaan kepada konselor sekolah. Pada model konseling yang lama, konselor dituntut
untuk mengerjakan pekerjaan dalam merespon pertanyaan: Apa yang dilakukan oleh
konselor sekolah? Pada model BK komprehensif, konselor dituntut untuk merespon
pertanyaan: Bagaimana siswa berubah sebagai hasil dari apa yang dilakukan oleh
konselor?
Walaupun model ini diadopsi dari model ASCA yang dikembangkan untuk
mengatasi masalah yang dialami oleh bimbingan dan konseling di Amerika Serikat,
namun model ini dapat diadaptasi di Indonesia. Kemungkinan adaptasi model ASCA di
Indonesia sangat terbuka, karena model ini memberikan kerangka berpikir dan kerangka
kerja yang fleksibel, seperti yang dikemukakan oleh Bower dan Hatch. Mereka
mengatakan bahwa model ASCA yang member peluang kepada masing-masing negara
bagian untuk menetapkan standar masing-masing dan mempertimbangkan dengan
kebutuhan dan kondisi politik local. Dengan fleksibilitas tersebut, model ini dapat
diadaptasi untuk pengembangan bimbingan dan konseling di Indonesia.
Model bimbingan dan konseling komprehensif memberikan kesempatan bagi ilmu
Bimbingan dan Konseling di Indonesia untuk melakukan perubahan kea rah yang lebih
baik. Masalah-masalah yang dialami oleh bimbingan dan konseling di Amerika juga
dialami oleh bimbingan dan konseling di Indonesia. Dengan demikian, adaptasi model
bimbingan komprehensif member peluang kepada konselor untuk menunjukkan
kinerjanya, sehingga profesi bmbingan dan konseling mendapatkan pengakuan di
masyarakat. Selain itu, model ini juga mendukung reformasi pendidikan yang
menekankan pada pentingnya standarisasi dan akuntabilitas layanan pendidikan.
Berdasarkan rambu-rambu penyelenggaraan layanan bimbingan dan konseling di
sekolah yang dikeluarkan oleh Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN)
yang diterbitkan tahun 2008, layanan bimbingan dan konseling sudah mengadopsi model
bimbingan dan konseling komprehensif yang dikembangkan ASCA, namun
pengadopsian model tersebut hanya pada satu komponen dari empat komponen model
yang ditawarkan ASCA. Dalam model bimbingan dan konseling komprehensif terdapat
empat komponen yang saling berkaitan, yaitu landasan berpikir (foundation),system
layanan (delivery system), system manajemen (management system), dan akuntabilitas
(accountability). Sedangkan  pada bimbingan komprehensif yang dikeluarkan ABKIN
hanya mengemukakan system palayanan saja.
1.  Landasan berpikir
Landasan berpikir adalah kumpulan dari prinsip-prinsip yang mengarahkan
pengembangan, pelaksanaan, dan evaluasi program. Informasi yang dikumpulkan dan
dievaluasi dalam komponen akuntabilitas harus sejalan dengan foundation yang terdiri
dari:
a. Keyakinan-keyakinan dan filososfi sekolah, program BK komprehensif dan konselor
yang menjadi landasan dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi
keseluruhan program BK komprehensif.
Keyakinan ini terlihat dari consensus seluruh personel yang terlibat dalam
program BK komprehensif. Hal ii dapat direfleksikan dengan melontarkan
pertanyaan-pertanyaan seperti:
Apa yang kita yakini tentang siswa-siswa kita?
Apa yang harus diketahui dan dimiliki oleh siswa?
Bagaimana guru memandang siswa?
Dalam program BK komprehnesif, pernyataan tentang keyakina-keyakinan dan
filososfi sekolah dituliskan pada bagian pertama program. Biasanya statemen ini
tercakup dalam visi dan misi sekolah.
b. Visi dan misi program
Terdiri dari deskripsi tentang tujuan program yang sejalan dengan visi misi sekolah.
c. Tuntutan standar bagi siswa secara akademik, karir, pribadi dan social
Standar ini terdiri dari pengetahuan, sikap, dan ketrampilan yang harus dicapai siswa
pada jenjang akademik tertentu. Tuntutan standar bagi siswa dapat dilihat pada standar
nasional siswa pada setiap jenjang pendidikan.
2. System layanan
a. Layanan dasar
b. Layanan perencanaan individual
c. Layanan responsive
d. Dukungan system
3. System manajemen
System manajemen adalah system yang mendukung perencanan, pelaksanaan, dan
evaluasi program BK komprehensif. System manajemen terdiri dari kesepakatan
manajemen, dewan penasihat, penggunaan data, pembuatan action plans, dan kalender
kegiatan. Kesepakatan manajemen adalah pernyataan tentang tugas dan tanggung jawab
personel BK, pihak yang berhak meminta akuntabilitas program, pembagian tanggung
jawab kerja, dan negosiasi tersebut disetujui oleh manajemen sekolah. Dewan penasehat
adalah pihak-pihak yang ditunjuk untuk mereview hasil program dan membuat
rekomendasi. Dewan ini terdiri dari representasi seluruh
kelompok stakeholder pendidikan, yaitu siswa, orang tua, staf sekolah, dan anggota
masyarakat.
Penggunaan data maksudnya adalah bahwa program BK dilandasi oleh data. Data
tersebut digunakan untuk melihat dan membuat perubahan, memastikan bahwa seluruh
siswa mendapat manfaat dari program, dan monitoring siswa. Action plus terdiri dari
domain, standard dan kompetensi, deskripsi kegiatan, kurikulum dan bahan-bahan yang
akan digunakan, alokasi waktu, penanggung jawab kegiatan, evaluasi, dan perkiraan
hasil. Kalender terdiri dari kalender akademik, kalender program tahunan dan mingguan.
4. Akuntabilitas
Akuntabilitas merupakan harapan yang dituntut dari konselor sekolah, yaitu
“bagaimana siswa berubah sebagai hasil dari program”. Akuntabilitas terdiri dari laporan
hasil seluruh kegiatan, evaluasi performance konselor, dan audit program. Laporan hasil
kegiatan bertujuan memastikan bahwa program telah diimplementasikan, dianalisa
efektifitasnya, dan ditingkatkan sesuai dengan kebutuhan. Evaluasi performance konselor
dapat dilakukan dengan standar praktek dasar, evaluasi administrator, dan evaluasi diri.
D. Program Bimbingan dan Konseling Komprehensif
Muro dan Kottman (1995) mengemukakan bahwa struktur program bimbingan
dan konseling komprehensif diklasifikasikan ke dalam empat jenis layanan, yaitu: (1)
layanan dasar bimbingan; (2) layanan responsive; (3) layanan perencanaan individual;
dan (4) dukungan sistem.
1. Layanan Dasar Bimbingan
Layanan dasar bimbingan merupakan layanan bantuan bagi siswa melalui
kegiatan-kegiatan kelas atau di luar kelas, yang disajikan secara sistematis, dalam rangka
membantu siswa mengembangkan potensinya secara optimal.
Layanan ini bertujuan untuk membantu semua siswa agar memperoleh
perkembangan yang normal, memiliki mental yang sehat, dan memperoleh ketrampilan
dasar hidupnya.
2. Layanan Responsif
Layanan responsif merupakan “layanan bantuan bagi para siswa yang memiliki
kebutuhan atau masalah yang memerlukan bantuan dengan segera.”
Layanan ini bertujuan untuk membantu siswa memenuhi kebutuhan yang
dirasakan pada saat ini, atau para siswa yang dipandang mengalami hambatan dalam
menyelesaikan tugas-tugas perkembangannya. Indikator dari kegagalan itu berupa
ketidak mampuan untuk menyesuaiakan diri atau perilaku bermasalah.
3. Layanan Perencanaan Individual
Layanan perencanaan individual adalah layanan bimbingan yang bertujuan
membantu individu membuat dan mengimplementasikan rencana-rencana pendidikan,
karir, dan sosial pribadinya. Membantu individu memantau dan memahami pertumbuhan
dan perkembangannya sendiri, kemudian merencanakan dan mengimplementasikan
rencana-rencananya itu sesuai dengan pemantauan dan pemahamannya itu.
Dapat juga dikemukakan bahwa layanan ini bertujuan untuk membimbing seluruh
siswa agar (a) memiliki kemampuan untuk merumuskan tujuan, perencanaan atau
pengelolaan terhadap pengembangan dirinya, baik menyangkut aspek pribadi, sosial
belajar maupun karir; (b) dapat belajar memantau dan memahami perkembangan dirinya,
dan (c) dapat mel;akukan kegiatan atau tindakan berdasarkan ppemahamannya atau
tujuan yang telah dirumuskan secara produktif.
Teknik bimbingannya adalah konsultasi dan konseling. Isi layanan perencanaan
individual adalah: (1) bidang pendidikan dengan topik-topik belajar yang efektif, bel;ajar
memantapkan program keahlian yang sesuai dengan bakat, minat, dan karakteristik
kepribadian lainnya; (2) bidang karir dengan topik-topik mengidentifikasi kesempatan
karir yang ada dilingkungan masyarakat, mengembangkan sikap yang positif terhadap
dunia kerja, dan merencanakan kehidupan karirnya; (3) bidang sosial-pribadi dengan
topik-topik mengembangkan konsep diri yang positif, mengembangkan ketrampilan-
ketrampilan sosial yang tepat, be;ajar menghindari konflik dengan teman, dan belajar
memahami perasaan orang lain.
4. Dukungan Sistem
Dukungan sistem adalah kegiatan-kegiatan manajemen yang bertujuan
memantabkan, memelihara, dan meningkatkan program bimbingan secara menyeluruh
melalui pengembangan professional; hubungan masyarakat dan staf, konsultasi dengan
guru, staf ahli/ penasehat, masyarakat yang lebih luas; manajemen program; penelitian
dan pengembangan (Thomas Ellis, 1990).
Program ini memberikan dukungan kepada guru pembimbing dalam rangka
memperlancar penyelenggaraan ketiga program layanan diatas. Sedangkan bagi personel
pendidikan lainnya adalah untuk memperlancar penyelenggaraan program pendidikan di
sekolah. Dukungan sistem ini meliputi dua aspek yaitu: (1) pemberian layanan; dan (2)
kegiatan manajemen.
a. Pemberian Layanan , menyangkut kegiatan guru pembimbing yang meliputi:
1) konsultasi dengan guru-guru.
2) menyelenggarakan program kerjasama dengan orang tua/ masyarakat.
3) berpartisipasi dalam merencanakan kegiatan-kegiatan sekolah.
4) bekerjasama dengan personel sekolah lainnya dalam rangka menciptakan lingkungan
sekolah yang kondusif bagi perkembangan siswa.
5) melakukan penelitian tentang masalah-masalah yang berkaitan erat dengan bimbingan
dan konseling.
b. Kegiatan Manajemen
Kegiatan manajemen ini merupakan berbagai upaya untuk memantapkan,
memelihara dan meningkatkan mutu program bimbingan dan konseling melalui kegiatan-
kegiatan pengembangn program, pengembangan staf, pemanfaatan sumber daya, dan
pengembangan penataan
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bimbingan dan konseling komprehensif merupakan alternative model bimbingan
dan konseling yang memberikan kesempatan bagi akademisi dan praktisi konseling untuk
meningkatkan layanan bimbingan dan konseling di sekolah. Model ini memberikan
model yang komprehensif dalam layanan bimbingan dan konseling yang mengakomodir
seluruh stakeholder bimbingan dan konseling di sekolah, mulai dari siswa, guru
pembimbing, kepala sekolah, staf sekolah, guru mata pelajaran, orang tua dan
masyarakat.
Adaptasi model bimbingan dan konseling komprehensif di Indonesia sangat
memungkinkan untuk dilakukan, karena model ini sangat fleksibel dan adaptable. Model
ini dikembangkan untuk mengakomodir perbedaan-perbedaan dan keunikan negara
bagian, daerah, dan sekolah. Dengan demikian, model ini juga dapat diadaptasi di
Indonesia yang memiliki perbedaab dan keunikan yang bervariasi.
DAFTAR PUSTAKA
Asrowi. 2015. Menuju Pemahaman Bimbingan & Konseling Komprehensif. Surakarta:
UNS Press.
A, Hallen. 2005. Bimbingan & Konseling. Ciputat: PT Ciputat Press.
Hidayat, Dede Rahmat dan Herdi. 2014. Bimbingan Konseling Kesehatan Mental di
Sekolah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Yusuf, Syamsu dan Juntika Nurihsan. 2012. Landasan Bimbingan & Konseling. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai