Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KEPRIBADIAN DAN PERILAKU YANG TERPUJI


Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pengembangan Pribadi
Konselor yang diampu oleh:

Masnurrima Heriansyah, S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh:
KELOMPOK 6

Muhammad Henda Al ’ Ishar (1805095003)


Muhammad Reza Syah Fahlevi (1805095007)
Ahmad Yusril (1805095037)
Christian Labo (1805095041)

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Kepribadian dan
Perilaku yang Terpuji” yang mana makalah ini disusun dengan tujuan untuk
memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Pribadi Konselor, maka kami
ucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Masnurrima Heriansyah, S.Pd., M.Pd.
selaku dosen pembina kami yang telah memberikan kami kesempatan untuk
mengerjakan tugas ini sehingga kami dapat pengetahuan yang lebih dalam tentang
“Kepribadian dan Perilaku yang Terpuji”.
Kami menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini, masih banyak
kekurangan dan keterbatasan dalam penyajian data. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak demi
kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini berguna dan dapat menambah
pengetahuan kita mengenai “Kepribadian dan Perilaku yang Terpuji”.

Samarinda, September 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................2
C. Tujuan Penelitian....................................................................................................2
D. Batasan Asumsi......................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................3
A. Perilaku Berwibawa...............................................................................................3
B. Perilaku Jujur.........................................................................................................5
C. Perilaku Sabar........................................................................................................6
D. Perilaku Ramah......................................................................................................7
E. Perilaku Konsisten..................................................................................................8
F. Kaitan antara Perilaku Terpuji dengan Proses Konseling.....................................10
BAB III PENUTUP........................................................................................................12
A. Kesimpulan..........................................................................................................12
B. Saran....................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................13

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kepribadian mengacu pada istilah kepada gambaran-gambaran sosial
tertentu yang diterima individu dari kelompoknya atau masyarakatnya,
kemudian individu tersebut diharapkan bertingkah laku berdasarkan
dengan peran sosial yang diterimanya.
Kemudian, perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang
terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku ini
terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme.
Konselor beserta konselinya, perlu memahami dengan baik apa
kepribadian dan perilaku terpuji tersebut. Hal ini bisa dijadikan acuan
dalam bertindak, serta cara belajar agar konseli juga dapat menangani
masalahnya dengan berkepribadian yang baik, serta melakukan
tindakan/perilaku yang baik pula guna membatasi dirinya agar tidak terjadi
tindakan yang bersifat semena-mena.
Kualitas pribadi konselor merupakan suatu faktor yang menentukan
jalannya proses konseling. Hal ini mengingat bahwa fakta di lapangan
menyatakan, konseli (klien) tidak mau ke ruangan konselor untuk
menerima bantuan layanan konseling dikarenakan kepribadian konselor
yang membuat ia merasa tidak nyaman. Sebut saja seperti sikap yang
judes, keras, dan menakutkan. Sehingga, bukan suatu hal yang aneh jika
konselor dituntut untuk mempunyai kepribadian yang baik, berkualitas dan
dapat dipertanggung jawabkan.
Oleh karena itu, di makalah ini akan dikaji pengertian serta contoh
dari kepribadian/perilaku terpuji tersebut, dan bagaimana kaitannya
dengan proses konseling.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari perilaku berwibawa serta bagaimanakah
contohnya?
2. Apa pengertian dari perilaku jujur serta bagaimanakah contohnya?
3. Apa pengertian dari perilaku sabar serta bagaimanakah contohnya?
4. Apa pengertian dari perilaku ramah serta bagaimanakah contohnya?
5. Apa pengertian dari perilaku konsisten serta bagaimanakah
contohnya?
6. Bagaimana kaitan antara perilaku terpuji dengan proses konseling?
C. Tujuan Penelitian
1. Agar mengetahui perilaku berwibawa serta contohnya.
2. Agar mengetahui perilaku jujur serta contohnya.
3. Agar mengetahui perilaku sabar serta contohnya.
4. Agar mengetahui perilaku ramah serta contohnya.
5. Agar mengetahui perilaku konsisten serta contohnya.
6. Agar mengetahui kaitan antara perilaku terpuji dengan proses
konseling.
D. Batasan Asumsi
1. Membahas tentang pengertian dari perilaku berwibawa serta
contohnya secara umum.
2. Membahas tentang pengertian dari perilaku jujur serta contohnya
secara umum.
3. Membahas tentang pengertian dari perilaku sabar serta contohnya
secara umum.
4. Membahas tentang pengertian dari perilaku ramah serta contohnya
secara umum.
5. Membahas tentang pengertian dari perilaku konsisten serta contohnya
secara umum.
6. Membahas tentang bagaimana implementasi perilaku terpuji terhadap
proses konseling.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perilaku Berwibawa
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, wibawa merupakan
pembawaan untuk dapat menguasai dan mempengaruhi dihormati orang
lain melalui sikap dan tingkah laku yang mengandung kepemimpinan dan
penuh daya tarik.
Selama ini banyak orang berpikir bahwa pribadi berwibawa itu
berbadan tegap, berkumis tebal, dan bertampang galak. Itu berarti selama
ini kita salah persepsi. Karena sebenarnya, pribadi yang berwibawa jauh
dari kesan seperti itu. Kewibawaan seseorang tidak selalu ditunjukkan
dengan penampilan yang anggun atau gagah. Tidak harus dengan sikap
yang terkesan angkuh atau galak, karena kewibawaan seseorang lebih
terpancar dari dalam diri atau inner beauty masing-masing.
Orang yang berwibawa biasanya low profile, tidak angkuh. Ia mampu
bersikap rendah hati dan tidak terlalu menjaga jarak dengan bawahannya.
Namun bukan berarti bisa disepelekan karena ia justru akan dihormati
sebagai pemimpin yang berwibawa dan rendah hati. Orang yang
berwibawa dihormati dan disegani orang lain. Ia mampu menyesuaikan
diri di lingkungan mana pun, baik di kalangan atas maupun bawah. Hal itu
terlihat dalam tutur bahasa, sikap dan perilakunya. Meskipun kebanyakan
orang yang berwibawa awalnya memang berasal dari sikap pendiam.
Namun, yang penting kita harus mampu membawa diri.
Sikap wibawa tidak hanya dimiliki oleh seorang pemimpin. Semua
karyawan pun harus berwibawa. Hal itu antara lain bisa ditunjukkan
dengan punya prinsip kuat, tutur bahasa yang baik dan tidak emosional.
Seseorang yang berwibawa akan tahu saatnya mengungkapkan pendapat
atau diam. Memiliki pribadi yang berwibawa sangat dibutuhkan terutama
dalam lingkungan kerja. Supaya kita bisa dihargai, dihormati dan disegani
orang lain. Dan, itu bisa dimulai dari diri kita.

3
Adapun contoh dari perilaku berwibawa itu sendiri, yakni:
1. Memahami/Menerima Kelebihan & Kekurangan pada Diri Sendiri
Individu akan berwibawa apabila dirinya paham akan dirinya
sendiri, termasuk apa kelebihan serta kekurangannya. Hal ini bukan
dijadikan sebagai tameng yang digunakan untuk menutup-nutupi
diri, tetapi dapat dijadikan sebagai cara bersikap seperti biasanya,
dan tak lupa untuk disyukuri.
2. Bergaul dengan Semua Orang
Individu akan berwibawa apabila dirinya dapat bergaul dengan
setiap orang tanpa memandang apa latar belakangnya. Sehingga
dengan begini, individu juga dapat bersikap toleran terhadap
sesamanya.
3. Belajar untuk Menjadi Pendengar yang Baik
Individu akan berwibawa apabila dirinya dapat menjadi
pendengar yang baik untuk orang-orang di sekitarnya. Ketika
orang-orang menceritakan masalah kepadanya, cara yang tepat
dilakukan oleh individu tersebut yakni mendengarkan dengan
saksama, tidak membantah apa ceritanya, bersikap hadir jika
pencerita membutuhkan pertolongan, serta mencari solusinya
bersama-sama.
4. Memperhatikan Lawan Bicara
Individu akan berwibawa apabila dirinya ketika diajak berbicara
ataupun sedang ada yang berbicara, ia dapat memperhatikan lawan
bicaranya tersebut. Hal ini juga sebagai bentuk pribadi yang
menghargai sesamanya, serta menunjukkan bahwa individu
tersebut peduli terhadap sekitarnya.
5. Berbicara Seperlunya
Individu akan berwibawa apabila dirinya tidak terlalu banyak
omong ketika bukan waktunya. Hal ini mengindikasikan bahwa
individu dapat menjadi orang yang berpikir dahulu sebelum

4
bertindak. Istilah tong kosong nyaring bunyinya bisa menjadi
pedoman, bahwa percuma jika banyak berbicara namun isinya
tidak ada/tidak berguna.
B. Perilaku Jujur
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), jujur dapat
diartikan “lurus hati, tidak berbohong, tidak curang, tulus atau ikhlas”.
Dalam bahasa Arab, jujur berasal dari kata shidiq, yang artinya benar,
dapat dipercaya. Dengan kata lain jujur dapat dikatakan sebagai suatu
perkataan atau perbuatan yang sesuai dengan kebenaran. Sehingga dapat
dikatakan bahwa, sifat jujur merupakan sifat benar dengan lurus hati
sesuai dengan perkataan dan perbuatan yang dilakukan. Namun dalam
menilainya, kejujuran tidak dapat dinilai dari perkataan dan perbuatan saja.
Karena yang mengetahui diri kita jujur atau tidak hanya Tuhan Yang
Maha Esa. Kejujuran seseorang hanya dapat di persepsikan bahwa orang
yang berbuat benar dan berdasarkan kaidah dan tidak melanggar hukum
yang telah ada.
Beberapa indikator dari sifat jujur, yakni menyampaikan sesuatu
sesuai dengan keadaan sebenarnya; bersedia mengakui kesalahan,
kekurangan, ataupun keterbatasan diri; tidak suka menyontek; tidak
berbohong; tidak memanipulasi fakta; serta berani mengakui kesalahan.
Jujur dapat dikategorikan menjadi tiga golongan, yakni jujur dalam niat,
jujur dalam perkataan, serta jujur dalam perbuatan.
Adapun contoh dari perilaku jujur itu sendiri, yakni:
1. Jujur dalam Niat
Niat merupakan suatu hal yang dilandasi dari motivasi dalam
diri yang hanya mengharap ridha Allah SWT. Misalnya, ketika
seseorang diperintahkan untuk beribadah, maka orang tersebut
haruslah semata-mata beribadah untuk Allah SWT dan bukan
karena seseorang.
2. Jujur dalam Perkataan

5
Tak sulit untuk dijumpai di kalangan masyarakat. Jujur dalam
menyampaikan sesuatu akan membuat diri kita dipercaya di
lingkungan. Misalnya, seorang pedagang yang memiliki sifat jujur
akan berani menyampaikan kondisi barang dagangan yang ia jual
dengan kondisi aslinya, jika penjual buah dapat menyampaikan
apabila buah yang dijual manis atau tidak dan lain sebagainya.
3. Jujur dalam Perbuatan
Jujur dalam perbuatan, akan menjadi sempurna jika dilengkapi
dengan jujur ketika berinteraksi atau bergaul dengan orang lain.
Seseorang tidak akan pernah menipu, memalsu, dan berkhianat
sekalipun terhadap orang yang tidak dikenal. Misalnya, seseorang
yang telah berjanji untuk ikut kerja kelompok bersama, haruslah
datang dengan tepat waktu sesuai dengan perbuatannya.
C. Perilaku Sabar
Pengertian dari sabar secara bahasa, yakni “menahan”. Sedangkan,
secara istilah adalah perilaku seseorang yang menahan diri dari segala
bentuk hal yang tidak disukai sehingga selalu mampu menjalani kehidupan
dengan baik dan sesuai syariat. Sabar juga dapat diartikan sebagai tabah,
tahan menderita, ulet, tekun, dan tidak mudah putus asa. Sabar diartikan
menahan, maksudnya adalah menahan diri dari kesusahan yang
menimpanya, menahan lisan atau anggota badan dari perkataan dan
perbuatan yang tidak baik, serta menahan rasa malas untuk berbuat baik.
Sebar juga berarti menahan diri untuk tidak melampiaskan nafsu angkara
murka, mengendalikan lidah untuk tidak berkeluh kesah, dan mengontrol
anggota tubuh untuk tidak bertindak anarki.
Orang yang bersabar tidak hanya bersikap lapang dada saat
menghadapi kesulitan dan musibah, tetapi juga teguh pendirian
(istiqamah) dalam memperjuangkan kebenaran, dan selalu dinamis dan
optimistis dalam meraih masa depan yang lebih baik dan bermakna.
Adapun contoh dari perilaku sabar, yakni:
1. Tidak Sedih Berlama-lama

6
Seperti yang dikatakan sebelumnya perilaku sabar erat
kaitannya dengan seberapa tahan individu untuk menghadapi
ujian atau cobaan. Adalah suatu keniscayaan bahwa apabila
manusia ditimpa musibah maka dia akan bersedih. Akan tetapi
orang yang bersabar adalah mereka yang tidak akan berlama-lama
larut dalam kesedihan sehingga dirinya merasa tertekan sepanjang
hari. Orang yang sabar akan bersedih secukupnya setelah itu
mampu bangkit kembali.
2. Belajar dari Kegagalan
Apabila mengalami kegagalan, orang yang sabar akan bangkit
dari kesalahan masa lalunya. Dia akan mempelajari setiap
kesalahan yang pernah individu lakukan untuk menghindarinya
dikemudian hari. Selain itu pikirannya selalu positif dengan
mengatakan bahwa setiap permasalahan yang sudah terjadi, selalu
bisa dijadikan pelajaran berharga dalam hidup, sehingga dia tidak
fokus untuk menyela masalah, tetapi sibuk mencari solusi untuk
bangkit dari masalah tersebut.
3. Sabar di Kampus
Sebagai mahasiswa, melatih perilaku sabar dapat dengan cara
mengedepankan prinsip Tridharma Perguruan Tinggi (yaitu
pendidikan, penelitian dan Pengabdian). Individu juga bisa aktif
di organisasi, senantiasa untuk mengikuti perkuliahan dengan
baik dan berusaha untuk mendapatkan nilai yang memuaskan dan
terakhir menyelesaikan tugas akhir berupa skripsi, tesis, atau
disertasi.
D. Perilaku Ramah
Ramah adalah sikap sopan santun yang diperlihatkan pada beberapa
orang di hadapannya dengan maksud untuk menghormati serta
menghormati orang itu, hingga membuat kondisi yang nyaman serta penuh
keharmonisan. Sikap sopan santun adalah satu kewajiban yang harus

7
dikerjakan oleh tiap-tiap kelompok mulai dari anak-anak sampai orang tua
tanpa ada kecuali.

Adapun contoh dari perilaku ramah, yakni:


1. Bersikap Acuh
Menyapa adalah hal yang paling utama ketika bertemu dengan
orang lain. Dari sini bisa terlihat bahwa individu adalah orang
yang terbuka dan ramah terhadap orang lain. Hal tersebut juga
bisa menunjukkan kualitas diri, serta menambah nilai lebih di
mata orang lain.
2. Senyum
Selain sapaan yang hangat. Senyuman yang tulus juga bisa
diberikan saat bertemu dengan orang lain. Apapun sifat latar
belakang maupun sifat orang lain tersebut, individu sebisa
mungkin harus menunjukkan karakter positif dalam keadaan
apapun.
3. Sopan-santun
Sopan-santun merupakan hal paling vital yang setiap individu
harus mengerti. Orang lain dapat mengingat kelakuan orang
terhadapnya jika ada yang bersikap tidak sopan-santun. Walaupun
tidak semua, namun sikap yang tidak sopan maupun santun, dapat
dilihat orang lain sebagai representasi dari diri individu sendiri.
E. Perilaku Konsisten
Konsisten berasal dari kata “konsistensi”, yang berarti keteguhan hati
terhadap tujuan dan usaha atau pengembangan yang tak berkesudahan.
Ada beberapa hal yang dibutuhkan untuk menjaga konsistensi antara lain
adalah motif, kesadaran dan introspeksi. Sehingga, dapat dikatakan
bahwasanya konsistensi pada dasarnya merupakan sikap dari individu
dalam menanggapi suatu hal tertentu yaitu sikap kemantapan dalam
bertindak disertai dengan tujuan-tujuan yang terarah.

8
Sikap konsisten sangat diperlukan, mengingat bahwa untuk
menggapai suatu impian, diperlukan perjuangan yang maksimal.
Perjuangan yang maksimal itu tidak hanya mengerahkan semua tenaga,
melainkan konsistensi yang harus dipegang pula. Konsisten memiliki arti
tetap berada di jalur perjuangan meskipun halangan yang diterpa semakin
berat. Hasil yang memuaskan tersebut akan berhasil didapatkan ketika
individu tetap konsisten. Setidaknya konsisten terbagi 2 macam, ada
konsisten terhadap keputusan (memegang teguh pendirian atau keputusan.
Artinya, tindakan yang dilakukan sesuai dengan keputusan yang telah
diambil); dan konsisten terhadap ucapan (ucapan dan perbuatan selaras
dan sesuai dengan tindakan yang dilakukan).
Adapun contoh dari perilaku konsisten itu sendiri yakni:
1. Tidak Mudah Mengubah Keputusan
Seseorang yang konsisten tidak akan mudah mengubah
keputusan yang telah dibuatnya. Apalagi bila orang lain berusaha
mengubah keputusan tersebut.
2. Bekerja dengan Hati-Hati
Orang yang konsisten umumnya berhati-hati dan berkomitmen
dalam melakukan keputusannya. Meskipun sering dianggap
lambat berkembang, mereka tetap melakukan keputusannya
secara terus-menerus dan tidak berubah.
3. Pantang Berhenti
Konsistensi seseorang terlihat ketika ia menghadapi masalah.
Mereka akan tetap melakukan keputusannya meskipun banyak
tantangan dalam pelaksanaannya.
4. Memiliki Pendirian Teguh
Orang lain akan sulit untuk mengubah pendirian seseorang
yang dikenal konsisten dengan keputusannya. Hal tersebut karena
pengambilan keputusan yang dilakukannya telah melalui berbagai
pertimbangan.
5. Tidak Mengingkari Ucapan

9
Bagi mereka, integritas merupakan sesuatu yang sangat
berharga sehingga apa yang mereka ucapkan akan sesuai dengan
apa yang lakukan.

6. Dapat Diandalkan dalam Berbagai Situasi.


Mereka punya integritas dan dapat dipercaya sehingga dapat
diandalkan oleh orang-orang di sekitarnya.
F. Kaitan antara Perilaku Terpuji dengan Proses Konseling
Dalam pemberian layanan konseling, seorang konselor sepatutnya
harus menunjukkan perilaku terpuji, serta mencoba menanamkannya
kepada konselinya guna mempermudah konseli dalam menyikapi suatu
permasalahan yang ada.
Penjabaran terkait perilaku berwibawa, jujur, sabar, ramah, dan
konsisten, akan dijelaskan sebagaimana berikut ini:
Karakteristik kepribadian ideal konselor di Indonesia terdapat pada
suatu kompetensi kepribadian. Penyerapan nilai-nilai tersebut antara lain
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, penyerapan nilai ini
dianggap sangat penting bahkan menjadi penyerapan nilai yang utama
karena konseling tidak melakukan penekanan pada nilai-nilai spiritualitas
seorang konselor. Kemudian penyerapan nilai lainnya adalah menghargai
dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, individualitas, dan
kebebasan memilih. Penyerapan nilai ini dianggap sangat baik karena
dapat membentuk kepribadian konselor yang peduli terhadap orang lain,
membentuk pribadi yang berjiwa sosial, menghargai individu, toleransi
terhadap orang lain, baik toleransi terhadap perbedaan agama, budaya dan
tingkatan sosial, mampu bersikap demokratis dan lebih memilih
kepentingan umum dibanding kepentingan pribadi. Penyerapan nilai
lainnya adalah menunjukkan integritas dan stabilitas kepribadian yang
kuat, artinya adalah konselor menyerap nilai-nilai ini dengan menampilkan
perilaku yang baik, tidak bermental lemah, jujur, sabar, ramah terhadap
orang lain, memiliki kesehatan mental yang baik sehingga mampu

10
menampilkan emosi yang stabil, mampu berempati terhadap orang lain,
khususnya konseli serta mampu menghormati keragaman sosial budaya
yang berbeda.
Penyerapan nilai lainnya adalah menampilkan kinerja yang berkualitas
tinggi, artinya konselor menyerap nilai-nilai ini dengan menampilkan
kinerja yang berdasarkan pada tindakan yang cerdas, kreatif, inovatif dan
produktif. Selain itu, harus memiliki semangat yang tinggi, memiliki sikap
disiplin yang tinggi, independen, menyenangkan serta mampu memiliki
keterampilan komunikasi yang efektif.

11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat kami paparkan dari makalah ini, yakni;
wibawa ialah pembawaan yang secara sikap dan tingkah laku yang
mengandung kepemimpinan dan penuh daya tarik. Kemudian, jujur dapat
dikatakan sebagai suatu perkataan maupun perbuatan yang sesuai dengan
kebenaran, sehingga tidak bohong atau dibuat-buat. Kemudian, sabar
diartikan sebagai perilaku seseorang yang menahan diri dari segala bentuk
hal yang tidak disukainya. Di mana ia pada akhirnya mampu menjalani
kehidupan dengan baik. Selanjutnya, ramah adalah sikap sopan santun
yang dengan maksud untuk menghormati, hingga membuat kondisi yang
nyaman serta penuh keharmonisan. Terakhir, konsistensi diartikan sebagai
sikap menanggapi suatu hal tertentu, yaitu sikap kemantapan dalam
bertindak disertai dengan tujuan-tujuan yang terarah.
Akhir kata, dalam pemberian layanan konseling, seorang konselor
sepatutnya harus menunjukkan perilaku terpuji, serta mencoba
menanamkannya kepada konselinya guna mempermudah konseli dalam
menyikapi suatu permasalahan yang ada.
B. Saran
Diharapkan kepada konselor dapat memahami bagaimana yang dimaksud
dengan kepribadian, serta bagaimana bermacam-macam perilaku terpuji
seperti: berwibawa, jujur, ramah, sabar, serta konsisten; dikaitkan kepada
proses konseling itu sendiri guna membantu konselor dalam menghadapi
konselinya ketika proses pemberian layanan kelak serta membantu
menanamkan nilai-nilai baik demi memfasilitasi perkembangan diri sang
konseli.

12
DAFTAR PUSTAKA
Aini, I. F. (2015). Pengaruh Kejujuran Pedagang Muslim terhadap Penjualan
Produk Fashion di Pasar Baru Wadungasri Sidoarjo. Tesis. Surabaya, Jawa
Timur, Indonesia: UIN Sunan Ampel.

Arianto, T. (2008). Struktur Kepemilikan, Profitablitas, Pertumbuhan Aktiva, dan


Ukuran Perusahaan terhadap Struktur Modal pada Perusahaan Manufaktur.
Jurnal Keuangan dan Perbankan, 12(1), 16-17.

Latipun. (2008). Psikologi Konseling: Edisi Ketiga. Malang: UNM Press.

Maxmanroe. (2020). Arti Konsisten: Memahami Apa Itu Konsisten, Ciri-Ciri, dan
Contohnya. Diambil kembali dari Maxmanroe:
https://www.maxmanroe.com/vid/umum/arti-konsisten.html

Muhasim. (2017). Budaya Kejujuran dalam Menghadapi Perubahan Zaman


(Studi Fenomenologi Masyarakat Islam Modern). Diambil kembali dari
Neliti: https://media.neliti.com/media/publications/223786-budaya-
kejujuran-dalam-menghadapi-peruba.pdf

Nazrullaha. (2013). Sifat Berwibawa.

Notoadmojo, S. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka


Cipta.

Nurhan, H. (2019). 5 Alasan Mengapa Hidup Itu Perlu Konsistensi Jika Ingin
Sukses. Diambil kembali dari IDN Times:
https://www.idntimes.com/life/inspiration/tenda-bersajak-nations/5-alasan-
mengapa-hidup-itu-perlu-konsistensi-c1c2/1

Puspitasari, N. A. (2014). Implementasi Pembiasaan Sikap Jujur melalui Kantin


Kejujuran pada Tiga Sekolah Dasar di Wilayah Purwokerto. Tesis.
Purwokerto, Jawa Tengah, Indonesia: Universitas Muhammadiyah
Purwokerto.

Raynardi. (2020). Pengertian Sopan Santun dan Etika Perilaku Manusia beserta
Contohnya. Diambil kembali dari LPPM Universitas Diponegoro:
http://lppm.undip.ac.id/v1/Forum/pengertian-sopan-santun-dan-etika-
prilaku-manusia-beserta-contohnya-2/

13
Riswanto, D., Mappiare-AT, A., & Irtadji, M. (2016). Karakteristik Kepribadian
Ideal Konselor (Studi Hermeneutika Gadamerian). Jurnal Pendidikan:
Teori, Penelitian, dan Pengembangan, 1(11), 2113-2117.

Sjarkawi. (2009). Pembentukan Kepribadian Anak: Peran Moral, Intelektual,


Emosional dan Sosial sebagai Wujud Integritas Membangun Jati Diri.
Jakarta: Bumi Aksara.

14

Anda mungkin juga menyukai