Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PENGANTAR PSIKOLOGI

KETERBUKAAN DIRI
Dosen pengampu : Aguswandi mursi , S. Sos,. M.I.kom

Disusun oleh :

KELOMPOK 10
KELAS : KPI C

ANDI AIDIL SALSABIL (50100122092)


MUH. KAMAL BAHRI (50100122105)
NUR FAHIRA ARDINA (50100122093)

JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
ALAUDDIN MAKASSAR

2022/2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb

Dengan menyebut nama Allah Swt. yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Kami

panjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayah-

Nya kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ilmiah tentang “

KETERBUKAAN DIRI” Makalah ini sudah kami susun dengan maksimal dan mendapat

bantuan dari berbagai pihak sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu

kami menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam

pembuatan makalah ini.

Sholawat dan salam kita haturkan kepada baginda Nabi Besar Muhammad saw. yang

telah mendakwahkan ajaran islam sehingga umat manusia mengetahui hal-hal yang di ridhoi

oleh Allah dan yang dimurkai-Nya. Terlepas dari segala hal tersebut, kami sadar sepenuhnya

bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh

karenanya kami dengan lapang dada menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar

kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah ini bisa

memberikan manfaat maupun inspirasi untuk pembaca.

Wassalamu’alaikum wr.wb

Makassar, 20 September 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
A. Latar Belakang..................................................................................................... 1

B. Tujuan Penulisan............................................................................................ 2
C. Rumusan Masalah................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………….. 3
A. Ruang lingkup keterbukaan…………………………………………………..3

B. Asumsi teori.......................................................................................................5
C. Pertukaran sosial.............................……………………………………………6
D. Analogi kulit Bawang................................................................................. 7

E. Tahapan penetrasi………………………………………………………………8
BAB III PENUTUP ...........................................................................................................10
A. Kesimpulan…………………………………………………………………….10
B. Saran..........................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................11

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Keterbukaan diri sebagai suatu keterampilan sosial yang penting bagi individu
dalam kehidupannya sehari-hari. Keterbukaan diri terkait kepada kemampuan seseorang
untuk mengungkapkan informasi mengenai diri sendiri kepada orang lain yang dapat
dilakukan dengan menyadari diri sendiri, menyadari orang lain, memiliki sikap objektif,
memiliki sikap profesional memiliki sikap terbuka, dan menerapkan sikap percaya.
Keterbukaan diri juga dinilai sebagai aspek penting dalam hubungan sosial, terutama bagi
remaja sekolah. Siswa menggunakan kemampuannya untuk memberi dan menerima
dalam berhubungan dengan orang lain. Pada masa siswa dituntut lebih belajar
menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial yang lebih luas dan majemuk.

Keterampilan keterbukaan diri yang dimiliki siswa, akan membantunya dalam


mencapai kesuksesan akademik dan penyesuaian diri. Apabila siswa tersebut memiliki
keterbukaan diri rendah, maka dia akan mengalami kesulitan berkomunikasi dengan
orang lain. Misalnya dalam lingkungan sekolah banyak dijumpai adanya komunikasi yang
kurang efektif antara siswa dengan guru, dan siswa dengan temannya. Salah satu
penyebab hal ini adalah kurangnya keterbukaan diri siswa. Hal ini dapat dilihat
mengeluarkan pendapat, tidak mampu mengemukan ide atau gagasan yang ada pada
dirinya, merasa was-was atau takut jika hendak mengemukakan sesuatu. Keterbukaan diri
memiliki manfaat bagi masing-masing individu.
Maupun bagi hubungan antara kedua pihak. Bagi siswa, keterbukaan diri dapat
mengurangi beban persoalan yang dihadapi, mengurangi tegangan dan stress, memahami
dunia secara lebih realistis, lebih percaya diri, percaya dan dapat mempererat hubungan
dengan orang lain. Keterbukaan diri perlu bagi siswa karena merupakan periode individu
belajar menggunakan kemampuannya untuk memberi dan menerima segala kelebihan dan
kekurangan dirinya maupun orang lain.

Siswa yang tidak mampu mengungkapkan diri terbukti sulit menyesuaikan diri,
tidak percaya diri, tidak konsekuen, tertutup dan sulit untuk diandalkan. Adanya sikap
kurang berbagi informasi dengan sesama, maka akan mempengaruhi kesehatan jiwa,
timbul masalah-masalah psikologis pada diri siswa.

1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Jelaskan ruang lingkup keterbukaan diri?
2. Sebutkan asumsi teori dari beberapa Ahli?
3. Apa yang di maksud dengan pertukaran sosial?
4. Jelaskan apa itu Analog kulit bawang?
5. Apa yang di maksud tahapan penetrasi?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk Mengetahui ruang lingkup keterbukaan diri.
2. Untuk Mengetahui asumsi teori dari beberapa ahli.
3. Untuk Mengetahui pengertian pertukaran social.
4. Untuk Mengetahui apa itu analogi kulit bawang.
5. Untuk Mengetahui maksud tahapan penetrasi.

BAB 1
PEMBAHASAN

A. RUANG LINGKUP KETERBUKAAN DIRI

1. Pengertian keterbukaan diri


Keterbukaan diri mempunyai arti mengungkapkan cara kita tersinggung terhadap
suatu situasi, kemudian menjelaskan dan membicarakan pandangan serta pengalaman yang
kita miliki tentang situasi tersebut. Keterbukaan diri terhadap pihak tertentu dapat membantu
mereka memahami tentang motivasi kekuatan, kelemahan dan cara kerja kita. Pemahaman ini
akan membantu pihak lain tersebut untuk menentukan cara kerja sama yang efektif dengan
diri kita. Pada pemahaman pemahaman mereka tersebut akan menimbulkan reaksi seperti
ajakan untuk bekerja sama atau memberikan ide-ide tertentu. Reaksi tersebut akan menjadi
bagian dari memunculkan diri mereka terhadap kita sehingga kita dapat mengembangkan
cara memahami dan mengembangakan kerja sama yang efektif.
Keterbukaan juga berarti membuka diri kepada pihak lain untuk melakukan kerjasama,
baik antara sesama pegawai, antarbawahan, maupun dengan atasan atau dengan pihak luar.
Tanpa adanya dukungan yang cukup atas kejujuran, kerja sama akan sulit
diwujudkan.Misalnya seorang atasan menjaga jarak dari bawahan untuk menjaga
kewibawaan pribadi akan mengalami kesulitan untuk mengajak anak buahnya bekerja sesuai
perintah atasan. Ketertutupan atasan akan menimbulkan rasa curiga, atau paling tidak
bawahan mengerjakan perintah tetapi karena terpaksa.
Demikian juga dalam hal bekerja sama dengan pihak lain, perlu dimulai dengan
membuka diri sehingga kita layak menjadi partner dalam pekerjaan tertentu. Pada akhirnya
interaksi yang terjadi dan teruji akan memupuk kepercayaan ( trust ) diantara kedua belah
pihak.
2. Karakteristik keterbukaan diri
Ada lima karakteristik keterbukaan diri yang dikemukakan oleh Wheeless & Grotz yaitu :

a. Niat, merupakan kesungguhan dalam melakukan keterbukaan diri. Individu menyadari apa
yang dikatakan dan diungkapkan kepada orang lain.

b. Jumlah (keluasan), berkaitan dengan kemampuan seseorang dalam memberikan informasi


dengan siapa saja (target person), baik orang yang baru dikenal, teman biasa, orangtua atau
saudara dan teman dekat.

3
c. Positif/negatif, berkaitan dengan informasi yang diungkapkan seseorang tentang dirinya,
ada informasi yang positif dan informasi yang negative tergantung kepada siapa seseorang
tersebut melakukan keterbukaan diri.
d. Kedalaman, berkaitan dengan topik yang akan dibicarakan baik bersifat umum maupun
khusus. Umum dan khususnya individu menginformasikan dirinya tergantung pada siapa
yang hendak diajak bicara. Semakin akrab hubungan seseorang dengan orang lain, maka
semakin terbuka individukepada orang tersebut, demikian pula sebaliknya.
e. Kejujuran atau Ketepatan, berkaitan dengan kebenaran dari informasi yang diungkapkan
oleh seseorang kepada orang lain. Semakin akrab hubungan individu dengan orang lain
maka akan semakin jujur pula individu tersebut terbuka tentang dirinya.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi keterbukaan diri

Dalam DeVito (1997:62), ada beberapa factor yang mempengaruhi keterbukaan diri, yaitu:

a. Rasa suka
Seorang individu membuka dirinya kepada orang-orang yang disukai atau dicintai, dan
tidak akan membuka diri kepada orang yang tidak disukai.

b. Norma berbalasan atau Efek Diadik


Seorang individu melakukan keterbukaan diri bila orang yang bersamanya juga
melakukan keterbukaan diri.

c. Kepribadian
Orang-orang yang pandai bergaul atau ekstrovert melakukan keterbukaan diri lebih
banyak ketimbang mereka yang kurang pandai bergaul dan introvert.

5. Manfaat Keterbukaan Diri

Berikut adalah keuntungan ketika kita mampu membuka diri kita terhadap orang lain,
antara lain :

 Keterbukaan memberi manfaat perbaikan secara psikologis, seseorang yang


mengalami frustasi atau kecewa akan cepat bangkit kembali jika menceritakan
masalah kepada orang lain.

 Menceritakan suatu masalah kepada orang yang tepat atau orang yang mau
mendengarkan membuat kita lebih memahami permasalahan yang sedang dihadapi.
Pendengaran yang baik akan dapat memberikan masukan yang dapat memperbaiki
perspektif dalam melihat permasalahan.

 Membuka diri juga akan dapat mengurangi stressatau mengurangi beban yang sedang
dipikul.

4
 Membuka diri akan meningkatkan jalur komunikasi dengan orang lain, mendorong
orang lain juga memberi informasi yang dia miliki sehinhgga akan terjadi saling
memberi

 Membuka diri dengan orang lain termasuk teman sejawat, bawahan, atau atasan akan
mempererat hubungan, yang pada akhirnya akan menciptakan rasa saling percaya.
 Membuka diri dengan orang lain memberi peluang untuk menggunakan potensi yang
dimiliki bersama-sama untuk kepentingan bersama atau institusi.

 Semakin membuka diri dengan pegawai lain berarti semakin menikmati pekerjaan dan
semakin tinggi produktivitas . Tim yang saling mengenal dan saling membuka diri
akan lebih mudah menyelesaikan pekerjaannya daripada tim yang anggotanya kurang
membuka diri dengan sesamanya.

 Membuka diri dapat menciptakan lingkungan yang saling percaya antara para
anggota, dengan pelanggan dan dengan lingkungan yang lainnya.

B. ASUMSI TEORI

Menurut Wheeles dan Grotz (1977:251), keterbukaan diri merupakan kemampuan

seseorang untuk mengungkapkan informasi tentang diri sendiri kepada orang lain. Apapun

jenis informasi yang diungkapkan dan berapapun banyaknya informasi tersebut tergantung

dari tingkat keterbukaan diri seseorang. Jika orang lain memberikan respon yang baik atas

keterbukaan diri seseorang, maka semakin dalam dan banyak informasi yang diberikan oleh

individu tersebut. Menurut Tubbs & Moss (2000:12) keterbukaan diri adalah memberikan

informasi tentang diri sendiri yang disengaja kepada orang lain. Keterbukaan diri dapat

dilakukan melalui ekspresi wajah, sikap tubuh, pakaian, nada suara, dan melalui isyarat-

isyarat nonverbal lainnya yang tidak terhitung jumlahnya.

Keterbukaan diri merupakan suatu usaha untuk membiarkan keotentikan memasuki

hubungan sosial dan berkaitan dengan kesehatan mental serta pengembangan konsep diri.

taylor dkk (2009: 334) mengemukakan bahwa keterbukaan diri adalah mengungkapkan

informasi atau perasaan terdalam kepada orang lain. Pada keterbukaan diri berlaku norma

timbal balik dalam membentuk suatu hubungan karena keterbukaan diri dapat meningkatkan

keakraban dalam suatu hubungan, dan keakraban tersebut melibatkan pernyataan mengenai

informasi tentang diri yang bersifat positif maupun negatif.

Hubungan yang akrab didasarkan pada tingginya keterbukaan diri dan tujuan keterbukaan

diri (Prager dalam Shirley dkk, 2007:292). Pearson dan Morton (dalam Gainau, 2006:4) mengartikan

keterbukaan diri sebagai tindakan seseorang dalam memberikan informasi yang bersifat pribadi pada
orang lain secara sukarela dan disengaja untuk maksud memberiinformasi yang akurat tentang

dirinya. Informasi diri bisa bersifat deskriptif dan evaluatif.

Informasi disebut deskriptif apabila individu melukiskan berbagai fakta mengenai dirinya

sendiri yang belum diketahui orang lain. Misalnya jenis pekerjaan, alamat, dan usia. Informasi yang

bersifat evaluatif berkaitan dengan pendapat atau perasaan pribadi individu terhadap sesuatu, seperti

orang yang disukai atau dibenci. Dalam hal ini, informasi diri lebih bersifat rahasia karena tidak

mungkin diketahui orang lain, kecuali diberitahukan sendiri oleh individu yang bersangkutan.

Dengan melakukan keterbukaan diri menunjukkan bahwa seorang individu berusaha untuk

mengungkapkan identitas dirinya kepada orang lain dengan harapan orang lain bisa mengetahui

tentang dirinya walaupun individu itu sendiri juga belum mengetahui secara pasti bagaimana dirinya

dan membiarkan orang lain yang menilainya.

C. PERTUKARAN SOSIAL

Teori pertukaran sosial merupakan teori komunikasi dalam ilmu sosial. Teori
pertukaran sosial menyatakan bahwa dalam hubungan sosial terdapat 3 unsur. Yakni unsur
ganjaran, pengorbanan, dan keuntungan yang saling mempengaruhi. Dalam teori pertukaran
sosial menjelaskan tentang bagaimana seseorang memandang hubungan kita dengan orang
lain sesuai dengan anggapan diri orang tersebut terhadap keseimbangan antara apa yang
diberikan kedalam hubungan dan apa yang dikeluarkan dari hubungan itu. Sudut pandang
teori pertukaran social. berpendapat bahwa orang menghitung nilai keseluruhan dari sebuah
hubungan dengan mengurangkan pengorbanannya dari penghargaan yang dia terima.
Dasar teori tersebut berasal dari sifat manusia dengan sifat dasar hubungannya, yang
berasumsi dasar sebagai berikut:
 Manusia adalah makhluk rasional
 Hubungan memiliki sifat ketergantungan
 Kehidupan berhubungan adalah sebuah proses

Contoh Penerapan
Sebagai contoh dari teori tersebut yang ada dalam Universitas Darussalam Gontor.
Pada suatu ketika seorang mahasiswa merasa bahwa setiap teman yang ada dikelasnya
berusaha untuk memperoleh sesuatu darinya. Pada saat itu juga tentunya ia akan selalu
memberikan apa yang teman-temannya butuhkan darinya. Hal ini justru akan terjadi
sebaliknya ketika mahasiswa tersebut membutuhkan sesuatu dari temannya. Karena setiap
individu menjalin hubungan, mempunyai tujuan untuk memperhatikan satu sama lain.
Individu tersebut pasti diharapkan dapat berbuat sesuatu bagi sesamanya.
Namun dalam mempertahankan suatu hubungan membutuhkan biaya tertentu.
Seperti hilangnya waktu, energi, serta kegiatan-kegiatan lainnya yang tidak jadi
dilaksanakan akan tetapi biaya tersebut harus kita pertimbangkan. Apabila kita menganalisa
secara objektif beberapa hubungan transaksi yang ada dalam sebuah persahabatan.
Adapun suatu kemungkinan yang akan terjadi apabila biaya yang di keluarkan tidak
sesuai dengan apa yang didapatkan justru akan menimbulkan perasaan tidak enak pada salah
satu pihak yang berhubungan. Karena merasa apa yang diterimanya terlalu rendah
dibandingkan dengan apa yang dikeluarkannya. Analisa berikut mengenai hubungan sosial
yang terjadi antar sesama mahasiswa dan merupakan ciri khas teori pertukaran sosial.

D. ANALOGI KULIT BAWANG

Altman dan Taylor mengibaratkan manusia seperti bawang merah. Maksudnya


adalah pada hakikatnya manusia memiliki beberapa layer atau lapisan
kepribadian, bagaimana orang melalui interaksi saling mengelupasi lapisan-lapisan informasi
mengenai diri masing-masing. Jika kita mengupas kulit terluar bawang, maka kita akan
menemukan lapisan kulit yang lainnya. Begitu pula kepribadian manusia.

 Tahap Pertama (Lapisan Pertama Atau Terluar Kulit Bawang)

Lapisan kulit terluar dari kepribadian manusia adalah apa-apa yang terbuka bagi publik,
apa yang biasa kita perlihatkan kepada orang lain secara umum, tidak ditutup-tutupi. Dan jika
kita mampu melihat lapisan yang sedikit lebih dalam lagi, maka di sana ada lapisan yang
tidak terbuka bagi semua orang, lapisan kepribadian yang lebih bersifat semiprivate. Lapisan
ini biasanya hanya terbuka bagi orang-orang tertentu saja, orang terdekat misalnya. Maka
informasinya bersifat superficial. Informasi yang demikian wujudnya antara lain seperti
nama, alamat, umur, suku dan lain sejenisnya. Biasanya informasi demikian kerap mengalir
saat kita berkomunikasi dengan orang yang baru kita kenal. Tahapan ini sendiri disebut
dengan tahap orientasi.

 Tahap Kedua (Lapisan Kulit Bawang Kedua)

Tahap kedua (lapisan kulit bawang kedua) disebut dengan tahap pertukaran afektif
eksploratif. Tahap ini merupakan tahap ekspansi awal dari informasi dan perpindahan ke
tingkat pengungkapan yang lebih dalam dari tahap pertama. Dalam tahap tersebut, di antara
dua orang yang berkomunikasi, misalnya mulai bergerak mengeksplorasi ke soal informasi
yang berupaya menjajagi apa kesenangan masing-masing. Misalnya kesenangan dari segi
makanan, musik, lagu, hobi, dan lain sejenisnya

 Tahap Ketiga (Lapisan Kulit Bawang Ketiga)


Tahapan berikutnya adalah tahap ketiga, yakni tahap pertukaran afektif. Pada tahap
ini terjadi peningkatan informasi yang lebih bersifat pribadi, misalnya tentang informasi
menyangkut pengalaman-pengalaman privacy  masing-masing. Jadi, di sini masing-masing
sudah

mulai membuka diri dengan informasi diri yang sifatnya lebih pribadi, misalnya seperti
kesediaan menceritakan tentang problem pribadi. Dengan kata lain, pada tahap ini sudah
mulai berani “curhat”.

 Tahap Ke empat (Lapisan Kulit Bawang Keempat)

Tahap ke empat merupakan tahapan akhir atau lapisan inti, disebut juga dengan
tahap pertukaran yang stabil. Pada tahap tersebut sifatnya sudah sangat intim dan
memungkinkan pasangan tersebut untuk memprediksikan tindakan-tindakan dan respon
mereka masing-masing dengan baik. Informasi yang dibicarakan sudah sangat dalam dan
menjadi inti dari pribadi masing-masing pasangan, misalnya soal nilai, konsep diri, atau
perasaan emosi terdalam.

E. PENETRASI SOSIAL

Keterbukaan diri (self-disclosure) telah menjadi salah satu topik penting dalam teori
komunikasi sejak tahun 1960-an. Teori penetrasi sosial (social penetration theory) berupaya
mengidentifikasi proses peningkatan keterbukaan dan keintiman seseorang dalam menjain
hubungan dengan orang lain. Teori yang disusun oleh Irwin Altman dan Dalmas Taylor ini,
merupakan salah satu karya penting dalam perjalanan panjang penelitian di bidang
perkembangan hubungan (relationship development). Pada tahap awal penelitian penetrasi
sosial perhatian para peneliti sebagian besar dicurahkan pada perilaku dan motivasi individu
berdasarkan tradisi sosiopsikologi yang sangat kental. Dewasa ini, kita menyadari bahwa
perkembangan hubungan diatur oleh seperangkat kekuatan yang kompleks yang harus
dikelola secara terus-menerus oleh para pihak yang terlibat. Cara pandang yang lebih maju
terhadap teori perkembangan hubungan ini sebagian besar muncul dari tradisi sosiokultural
dan fenomenologi.
Untuk memulai penjelasan mengenai teori penetrasi sosial ini, Anda dapat
membayangkan diri Anda dalam bentuk sebuah bola. Di bagian dalam bola tersebar
berbagai macam catatan atau rekaman informasi mengenai diri Anda seperti pengalaman
Anda, pengetahuan, sikap, ide, pemikiran, dan tindakan yang pernah Anda lakukan. Posisi
atau letak dari segala rekaman informasi yang terdapat di dalam bola tidaklah serabutan
tetapi tersusun dengan rapi di sekeliling atau disekitar inti atau pusat bola. Informasi atau
data yang terletak paling dekat ke inti tentu saja adalah yang paling jauh dari bagian luar
bola, bagian ini menjadi wilayah yang paling sulit dilihat orang luar. Wilayah yang terletak
di dekat pusat bola merupakan aspek diri Anda yang paling pribadi. Jika Anda bergerak ke
arah luar bola maka Anda akan melalui sejumlah data atau informasi yang letaknya akan
sema- kin mendekati permukaan, sehingga semakin besar kemungkinannya untuk dilihat
orang luar. Bagian permukaan atau kulit bola adalah bagian yang paling mudah dideteksi
orang lain seperti pakaian yang Anda kenakan, perilaku Anda yang mudah dilihat atau apa
saja yang Anda bawa kemana-mana agar orang lain dapat melihatnya.
Perumpamaan "bola" ini tidak jauh dari gambaran terhadap individu pada awal
perkembangan teori penetrasi sosial pada tahun 1960-an. Menurut teori ini, kita akan
mengetahui atau mengenal diri orang lain dengan cara "masuk ke dalam" (penetrating) bola
diri orang bersangkutan. "Bola diri" seseorang itu sendiri memiliki dua aspek yaitu aspek
"keluasan" (breadth) dan aspek "kedalaman" (depth).

Dalam teori pertukaran sosial, interaksi manusia adalah suatu transaksi ekonomi; orang
berupaya untuk memaksimalkan imbalan dan meminimalisasi biaya. Jika pertukaran sosial
ini diterapkan pada penetrasi sosial, maka orang akan mengungkapkan informasi mengenai
dirinya bila rasio biaya-imbalan bisa diterima. Menurut Altman dan Taylor orang tidak
hanya menilai biaya dan imbalan hubungan pada saat tertentu saja, tetapi mereka juga
menggunakan segala informasi yang ada untuk memperkirakan biaya dan imbalan pada
waktu yang akan datang.
10

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Berdasarkan beberapa pendapat ahli dapat diambil kesimpulan bahwa keterbukaan diri
adalah tindakan dan kemampuan seseorang dalam memberikan informasi, pikiran dan
perasaan yang bersifat pribadi secara sengaja kepada orang lain agar orang lain dapat
mengetahui tentang dirinya dan dapat memberikan penilaian terhadap dirinya tersebut. oleh
sebab itu Keterbukaan diri merupakan salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh remaja
untuk bisa melewati tahap-tahap perkembangan yang dilaluinya dengan baik, terutama
dikarenakan masa remaja adalah usia dimana individu mulai berinteraksi dengan orang lain
untuk menjalin relasi atau hubungan social yang baru.

B. Saran
Berdasarkan materi makalah di atas kami memberikan saran dan masukan, Belajarlah
untuk membuka diri karena Keterbukaan diri bagi remaja berguna untuk mengatasi masalah
yang sedang dihadapi karena keterbukaan diri merupakan cara langsung agar dipahami oleh
orang lain. Keterbukaan diri juga merupakan cara untuk mendapatkan dukungan dalam
melewati masa penyesuaian diri, baik dengan lingkungan maupun penyesuaian dengan
perubahan internal.

11

DAFTAR PUSTAKA

https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/15928/05.2%20bab%202.pdf.pdf?
sequence=8&isAllowed=y,http://ilkom.unida.gontor.ac.id/teori-pertukaran-
sosial/#:~:text=Dalam%20teori%20pertukaran%20sosial%20menjelaskan,yang%20dikel
uarkan%20dari%20hubungan%20itu,https://www.dictio.id/t/apa-yang-dimaksud-dengan
-keterbukaan-diri/8918
Morissan.2018. Teori komunikasi individu hingga massa.jakarta:publisher
12

Anda mungkin juga menyukai