Anda di halaman 1dari 43

TUGAS MAKALAH DEFINISI, ELEMEN, DAN STRUKTUR

WAWANCARA

MATA KULIAH PSIKODIAGNOSTIKA 1: OBSERVASI DAN


WAWANCARA

KELAS 2

Dosen Pengampu: Kartika Sari Dewi, S.Psi., M.Psi., Psikolog

Disusun Oleh: Kelompok 7

Arina Laksita Alhamidi 15000120120019


Givenchy Kamal Liandi 15000120140094
Melati Pinaring Gusti 15000120130164
Rahma Aulia Agustin 15000120140100
Rizky Aprilia M 15000120120016

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS DIPONEGORO

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah
ini dapat diselesaikan pada waktunya.
Kami juga mengucapkan terimakasih kepada setiap pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun
dengan baik.
Makalah ini membahas tentang definisi dan elemen, dan struktur
wawancara dengan tujuan memudahkan pembaca memahami materi ini. Kami
berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca.
Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang
bersifat membangun demi terciptanya makalah yang lebih baik lagi.

Semarang, 28 Agustus 2021

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... 1


DAFTAR ISI...................................................................................................................... 2
BAB I .................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN ............................................................................................................. 4
A. Latar Belakang .................................................................................................. 4

B. Tujuan ................................................................................................................ 4

C. Manfaat .............................................................................................................. 5

BAB II ................................................................................................................................ 6
ISI ....................................................................................................................................... 6
A. Proses Komunikasi dan Interaksi dalam Interview ........................................ 6

a. Dua Pihak dalam Wawancara ......................................................................... 6


b. Bertukar Peran selama Wawancara ............................................................... 9
c. Interaksi Komunikasi ..................................................................................... 10
e. Situasi Wawancara ......................................................................................... 11
B. Elemen-elemen Interview ................................................................................ 11

a. Interaktif .......................................................................................................... 11
b. Proses ............................................................................................................... 11
c. Pihak................................................................................................................. 12
d. Tujuan .............................................................................................................. 12
e. Pertanyaan ....................................................................................................... 13
C. Struktur Interview ........................................................................................... 13

a. Opening The Interview (Pembuka Wawancara) ........................................... 13


b. The Body of The Interview (Tubuh Wawancara) ......................................... 17
c. Closing The Interview (Penutup Wawancara) .............................................. 23
D. Tipe-tipe Pertanyaan dan Jawaban saat Interview ....................................... 25

a. Open and Closed Question (Pertanyaan Terbuka dan Tertutup) ............... 25

2
b. Primary and Probing Questions (Pertanyaan Primer dan Menyelidik) ...... 29

c. Neutral and Leading Question (Pertanyaan Netral dan Utama) ................. 35


d. Jebakan/Perangkap saat Interview ............................................................... 35
BAB III............................................................................................................................. 41
PENUTUP ........................................................................................................................ 41
KESIMPULAN ........................................................................................................... 41

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 42

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Komunikasi merupakan aktivitas yang dilakukan oleh manusia
dikehidupan sehari-hari. Dalam berkomunikasi biasanya terjadi antara dua
orang atau lebih, karena tidak ada manusia yang tidak terlibat dalam
berkomunikasi. Tentunya, cara berkomunikasi setiap manusia itu berbeda
dan memiliki ciri khas atau keunikannya masing-masing ada yang
berbentuk lisan, tulisan, maupun nonverbal. Komunikasi pun bisa terjadi
kapan dan dimanapun. Begitu pula komunikasi juga dapat tercipta
dikehidupan berorganisasi, karena jika tidak ada komunikasi maka tidak
akan tercipta komunikasi diantara para anggota organisasi. Komunikasi
yang tidak mungkin terjadi di dalam organisasi ialah komunikasi
interpersonal. Karena kita makhluk sosial pastinya kita memerlukan
bantuan orang lain untuk saling berinteraksi satu sama lain di dalam
kehidupannya. Komunikasi juga bertujuan untuk menyampaikan informasi
atau pesan di dalamnya dan dapat melalui media sebagai sarana yang biasa
disebut sebagai media komunikasi. Dengan berkomunikasi tentunya kita
dapat menyampaikan apa yang ada di dalam benak sehingga orang lain pun
dapat memahami apa yang kita inginkan.

B. Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini, antara lain:
a. Dapat mengetahui proses komunikasi dan interaksi dalam interview
b. Dapat mengetahui elemen-elemen interview
c. Dapat mengetahui struktur interview (the opening, the body, and the
closing of the interview)

4
d. Dapat mengetahui tipe pertanyaan dan jawaban dalam interview

C. Manfaat
Makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan
mengenai informasi interview dan bagi penulis diharapkan dapat menjadi
sarana yang bermanfaat dalam mengimplementasikannya

5
BAB II

ISI

A. Proses Komunikasi dan Interaksi dalam Interview

a. Dua Pihak dalam Wawancara


Untuk meningkatkan ketrampilan dalam proses interview
atau wawancara tidak mudah karena harus melalui dengan
pemahaman proses yang rumit yang saling terkait dan berinteraksi.
Interview jauh lebih kompleks daripada hanya sekadar bertanya dan
menjawab pertanyaan atau berkomunikasi dengan seseorang. Setiap
individu memiliki keunikan dalam dirinya sendiri, mulai dari
budaya, lingkungan, pendidikan, pelatihan dan pengalamannya.
Memiliki sifat kepribadian yang berbeda pula seperti, optimis,
percaya, jujur, fleksibel, hingga berbelah kasih, yang masing-
masing dalam diri sendiri memiliki keyakinan, sikap, dan nilai
tertentu. Meskipun masing-masing pihak terdiri dari individu yang
unik, kedua belah pihak dapat berkolaborasi untuk membuat proses
interview sukses.

1. Dimensi Relasional
Hubungan multidimensi dengan beberapa hal
penting untuk komunikasi dan wawancara, antara lain
kesamaan, inklusi, kasih sayang, kontrol dan kepercayaan.

a. Kesamaan cenderung merasa lebih mudah dalam


berinteraksi dengan orang lain dan membentuk
hubungan dari berbagai gender, khas, norma,
nilai budaya, minat, dan harapan. Penting adanya
kesamaan untuk memahami dan berkomunikasi
dengan orang lain.

6
b. Kasih sayang, bahwa seseorang memupuk
hubungan interview ketika kedua belah pihak
saling menghormati dan memiliki tingkat
kehangatan yang nyata. Perasaan membutuhkan
komunikasi kedua belah pihak yang
menyenangkan, adil dan produktif. Hubungan
diabaikan ketika tanda-tanda kasih sayang telah
diabaikan. Dalam satu penelitian, pihak-pihak
menurunkan kenyaringan mereka untuk
mengungkapkan ketidaksukaan dan juga
kesukaan terhadap satu sama lain
c. Kontrol, karena wawancara adalah proses
kolaboratif, masing-masing pihak bertanggung
jawab atas keberhasilannya dan kegagalannya.
Kebutuhan yang dirasakan untuk mengontrol
interaksi dapat dihasilkan dari ciri-ciri
kepribadian, semangat kompetitif masyarakat
kita menumbuhkan, dan aturan organisasi.
Ketika kita melihat interaksi satu sama lain
menganggapnya aman dan ketika kita cemas
selama interaksi, kita lebih cenderung menjadi
berhati-hati dan takut tentang hasil. Risikonya
mungkin terlalu besar, kembangkan dan lindungi
hubungan untuk memastikan wawancara yang
produktif.

2. Hubungan Global
Yang artinya dunia sosial, politik, dan kerja semakin
mengglobal, sehingga perlu untuk memahami bagaimana
hubungan diciptakan dan dibina di negara dan budaya lain.
Semakin sedikit yang kita ketahui tentang orang lain,

7
semakin besar kemungkinan kita menjadi cemas saat
memulai hubungan. Menurut Martin, Nakayama, dan
Flores memperingatkan, misalnya, bahwa “dalam
antarbudaya” situasi konflik, ketika kita mengalami
kecemasan tinggi dengan perilaku asing (misalnya, aksen,
gerak tubuh, ekspresi wajah), kita dapat secara otomatis
menahan kepercayaan.”

3. Gender dalam Hubungan


Meskipun pria dan wanita lebih mirip dalam cara
mereka berkomunikasi dan bagaimana mereka
membangun dan memperbaiki hubungan, penelitian telah
mengungkapkan perbedaan yang signifikan. Wanita
menggunakan komunikasi sebagai cara utama untuk
menjalin hubungan, sedangkan pria berkomunikasi untuk
melakukan kontrol, mempertahankan kemandirian, dan
meningkatkan status. Wanita lebih banyak memberikan
pujian dan enggan untuk mengkritik secara langsung di
tempat kerja sementara pria tetap diam ketika rekan kerja
melakukan sesuatu dengan baik dan menerima kritik
langsung.

4. Pendekatan Direktif
Dalam pendekatan direktif, pewawancara
menetapkan tujuan wawancara dan mengontrol kecepatan,
iklim, dan formalitas wawancara. Pertanyaan mungkin
ditutup dengan jawaban singkat dan langsung. Orang yang
diwawancarai dapat mengambil kendali sesekali selama
wawancara, tetapi pewawancara cenderung mendominasi
proses. Wawancara direktif tipikal adalah pemberian
informasi, survei dan jajak pendapat, perekrutan karyawan,

8
dan wawancara persuasif seperti penjualan. Pendekatan
direktif mudah dipelajari, membutuhkan lebih sedikit
waktu, memungkinkan Anda untuk mempertahankan
kontrol, dan mudah untuk ditiru.

b. Bertukar Peran selama Wawancara


Ketika tiba di sebuah wawancara, dapat membawa dua
persepsi penting dengan diri sendiri, persepsi diri dan persepsi pihak
lain, dan ini dapat berubah secara positif atau negatif saat wawancara
berlangsung

1. Persepsi Diri: konsep diri atau identitas diri adalah potret


mental tentang bagaimana menafsirkan dan percaya orang
lain menafsirkan apa dan siapa anda, saat ini, dan akan di
masa depan
2. Persepsi Pihak Lain: persepsi pihak lain cara kita
memandang pihak lain dapat memengaruhi cara kita
mendekati wawancara dan cara kita berinteraksi saat
wawancara berlangsung. Misalnya, saat kita mungkin
kagum dengan reputasi dan pencapaian orang lain. Pihak
lain mungkin berbeda dari kita dalam ukuran, daya tarik
fisik, usia, jenis kelamin, ras, atau kelompok etnis.
Pertemuan sebelumnya dapat membuat kita menantikan
atau takut akan wawancara. Jika kita tetap berpikiran
terbuka dan mudah beradaptasi, perbedaan bisa menjadi
aset daripada kewajiban. Kehangatan, pengertian, dan
kerja sama dalam interaksi verbal dan nonverbal kita dapat
mengatasi prasangka negatif.

9
c. Interaksi Komunikasi
Hubungan kedua belah pihak melambangkan tingkat
komunikasi yang terjadi selama wawancara, yang setiap levelnya
berbeda dalam jarak relasional, pengungkapan diri, risiko yang
dihadapi, makna yang dirasakan dan jumlah serta jenis konten yang
ditukar.

1. Tingkat Interaksi
a. Interaksi tingkat 1 aman dan tidak mengancam serta
sedikit terbuka. Contohnya yaitu, menanggapi
pertanyaan untuk menghasilkan tanggapan
singkat dapat diterima dan nyaman.
b. Interaksi level 2 setengah aman dan setengah
terbuka. Para pihak menggali lebih dalam ke topik
pribadi dan kontroversial dan menyelidiki keyakinan,
sikap, dan posisi pada isu-isu.
c. Interaksi Level 3 pengambilan risiko dengan
pengungkapan penuh dalam topik pribadi dan
kontroversial yang mengungkapkan perasaan,
keyakinan, dan sikap.

2. Interaksi Verbal
Masalah yang biasa kita hadapi yaitu komunikasi manusia
yang berasumsi. Kata-kata yang membuat salah paham
sering terjadi kebingungan, rasa malu, maupun sakit hati
maka dari itu, kita harus berhati-hati dalam berkomunikasi.

3. Interaksi Non Verbal


Setiap tindakan perilaku dapat mengirim pesan dengan
sengaja atau tidak sengaja, benar atau salah. Misalnya, saat
kita dapat mengundang giliran bergiliran atau ganti peran

10
dengan menganggukkan kepala, berhenti sejenak, atau
bersandar. Kontak mata yang buruk mungkin sinyal bahwa
kita menyembunyikan sesuatu, jabat tangan lemas bahwa
kita pemalu, bingung ekspresi wajah yang kita bingung,
menyilangkan tangan atau mengangkat alis itu kita gelisah.
d. Timbal Balik
Timbal balik langsung dalam wawancara, dan sangat penting
ketika memverifikasi apa yang sedang dikomunikasikan. Timbal
balik baik verbal (pertanyaan dan jawaban, argumen dan kontra,
kesepakatan dan ketidaksepakatan, tantangan dan kepatuhan) dan
nonverbal.

e. Situasi Wawancara
Setiap wawancara berlangsung pada waktu tertentu, di
tempat tertentu, dan dengan waktu tertentu lingkungan. Variabel-
variabel ini, dan bagaimana Anda melihatnya, memengaruhi setiap
aspek dari interaksi yang terjadi.

B. Elemen-elemen Interview

a. Interaktif
Jika terdapat interaksi di mana seseorang berbicara terus-
menerus sementara orang lain mendengarkan, maka hal itu adalah
sebuah pidato, bukan interview. Oleh karena itu interview bersifat
interaktif, karena terdapat pertukaran atau pembagian, sebuah peran,
tanggung jawab, perasaan, kepercayaan, motif, serta informasi di
dalamnya.

b. Proses
Proses adalah interaksi beragam variabel yang dinamis,
terus-menerut, dan berada dalam sebuah tingkatan sistem atau

11
struktur. Dalam berinteraksi, seluruh pihak memberikan energi yang
memiliki keinginan untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi
komunikasi tidak bersifat statis, melainkan terdapat adanya
pergantian peran, pertukaran informasi, penyampaian perasaan,
motif diproduksinya sebuah reaksi, dan mengacu pada area baru
yang tak terduga.

c. Pihak
Interview merupakan sebuah proses dyadic (dua pihak).
Banyak pula interview yang melibatkan lebih dari dua orang,
walaupun tidak pernah lebih dari dua pihak. Dalam setiap situasi,
bisa dipastikan adanya pihak pewawancara dan pihak yang
diwawancarai (responden). Jika terdapat lebih dari dua pihak yang
terlibat, maka sebuah interaksi kelompok kecil akan terjadi, dan
bukan sebuah wawancara.

d. Tujuan
Determinasi dan keseriusan tujuan berfungsi untuk
membedakan wawancara dari perbincangan sosial atau informal,
karena wawancara harus memiliki tahap-tahap persiapan rencana
yang terstruktur. Untuk menciptakan interview yang efektif,
pewawancara harus merencanakan pembukaan, memilih topik,
menyiapkan pertanyaan, mengumpulkan informasi, dan
menemukan cara agar wawancara dapat berlangsung dengan baik.
Walaupun percakapan dan wawancara memiliki karakteristik yang
mirip, seperti pertukaran kata, adanya pihak yang mendengarkan,
kesamaan perhatian dari kedua pihak untuk menciptakan interaksi
yang nyaman, serta pembagian pesan verbal dan nonverbal secara
efektif, namun mereka berbeda.

12
e. Pertanyaan
Bertanya dan menjawab pertanyaan merupakan unsur yang
sangat penting dan dibutuhkan pada semua jenis interview.
Interview sendiri adalah proses komunikasi interaksi antara dua
belah pihak, di mana salah satunya telah menentukan tujuan yang
melibatkan tanya-jawab di antara keduanya.

C. Struktur Interview

a. Opening The Interview (Pembuka Wawancara)


Ketika pewawancara telah menentukan tujuan dan
mengembangkan struktur yang mungkin mencakup pertanyaan yang
akan diajukan, sangat penting baginya untuk memperhatikan apa
yang pertama kali ia ucapkan atau lakukan sehingga membangun
hubungan komunikasi yang baik dengan informan. Pembukaan ini
mengatur nada, suasana hati, dan mempengaruhi kemauan informan
untuk melakukan wawancara, apabila pembukaan buruk, maka hal
itu dapat menyebabkan iklim defensif sehingga respon jawaban
yang diberikan informan menjadi dangkal, kabur dan tidak akurat.
Pembukaan wawancara sangat penting untuk memotivasi
kedua belah pihak untuk berpartisipasi secara sukarela dan
berkomunikasi dengan bebas dan akurat, pembukaan ini harus
berupa dialog (dengan pihak lain) dan bukan monolog (kepada pihak
lain), namun kebanyakan informan hanya diberi sedikit kesempatan
berkomunikasi menanggapi pembukaan wawancara.

1. The Two-Step Process (Proses Dua Langkah)


Pembukaan harus membangun hubungan yang mendorong
pihak lain untuk bersedia dan berpartisipasi aktif untuk
melanjutkan wawancara. Jenis wawancara, situasi,
hubungan para pihak, dan preferensi pribadi menentukan

13
apa yang termasuk dalam pembukaan dan berapa lama itu
akan bertahan.
a. Rapport, atau hubungan adalah proses menciptakan
dan mempertahankan hubungan yang tulus antara
pewawancara dan orang yang diwawancarai melalui
niat baik dan kepercayaan. Jika hubungan sudah
berlangsung lama dan positif, maka pewawancara
harus mempertimbangkan salam sederhana, humor
lucu, dan pertanyaan pribadi. Selanjutnya lakukan
tindakan nonverbal seperti jabat tangan kuat, kontak
mata baik, senyuman, dan suara yang ramah.
Beberapa faktor juga dapat menentukan apa yang
tepat, seperti kebiasaan lokal dan nasional, tradisi
organisasi, perbedaan status pihak, formalitas dan
keseriusan situasi, dan jenis wawancara. Hindari
memanggil orang asing, atasan, atau orang dengan
status yang lebih tinggi dengan nama panggilan
mereka sebelum diinstruksikan untuk
melakukannya.
b. Orientation. Penting bagi pewawancara dan pihak
yang diwawancarai untuk mengetahui tentang
pedoman dan tujuan wawancara dengan baik. Jika
pihak lain tidak terbiasa dengan tujuan, dan sifat
wawancara, penggunaan informasinya, jangan
membuat asumsi bahwa pihak yang akan
diwawancarai mengerti apa yang akan berlangsung
selama wawancara. Hubungan dan orientasi
seringkali dicampurkan untuk mengurangi kepastian
relasional. Di akhir pembukaan, kedua pihak harus
menyadari keaslian hubungan, kesamaan yang

14
relevan, keinginan untuk mengambil bagian, dan
tingkat kepercayaan.
c. State The Purpose, saat melakukan kegiatan
wawancara, pewawancara harus menjelaskan
mengapa ia melakukan wawancara kepada pihak
lainnya.
d. Summarized a Problem, pewawancara diharapkan
untuk meringkas masalah secara singkat ketika pihak
yang diwawancarai tidak menyadari suatu masalah,
ringkasan ini harus menginformasikan orang yang
diwawancarainya tersebut.
e. Explain How a Problem Was Discovered,
pewawancara harus menjelaskan bagaimana masalah
terdeteksi dan oleh siapa kemungkinan masalah
tercipta tanpa membuat orang yang diwawancarai
menjadi defensif.
f. Offer an Incentive or Reward, untuk memotivasi
orang yang diwawancara melakukan kegiatan
wawancara dengan baik, pewawancara dapat
menawarkan insentif atau hadiah yang signifikan dan
sesuai situasi.
g. Request Advice or Assistance, dalam hal ini,
pewawancara harus membuat permohonan bantuan
dengan jelas, tepat, dan sesuai untuk orang yang
diwawancarai.
h. Refer to the Interviewee’s Position on an Issue,
pewawancara harus bersikap bijaksana, positif, dan
akurat ketika mengidentifikasi posisi orang yang
diwawancarai pada sebuah isu dengan baik sehingga
kegiatan wawancara berjalan dengan positif.

15
i. Identify the Person Who Sent You, menceritakan
tentang seseorang yang dikenal dan dihormati oleh
orang yang akan diwawancarai dapat menciptakan
hubungan positif. Namun, sebelum menggunakan
nama mereka, pewawancara harus meminta izin
terlebih dahulu kepada si referensi.
j. Identify Interviewer’s Organization, penting bagi
pewawancara untuk memberitahu dan
mengidentifikasi organisasi yang diwakilinya kepada
pihak yang diwawancarainya.
k. Ask for a Specific Amount of Time, mintalah secara
jelas berapa lama waktu yang akan digunakan saat
wawancara kepada pihak yang diwawancarai.
l. Ask a Question, ini merupakan hal terpenting dalam
kegiatan wawancara, ajukan pertanyaan terbuka yang
mudah dijawab dan tidak menimbulkan pertanyaan
tertutup yang kemungkinan akan dijawab informan
hanya dengan kata “tidak.”

2. Nonverbal Communication in Opening (Komunikasi


Nonverbal dalam Pembukaan)
Apa yang dikatakan dalam pembukaan sangat penting,
begitu juga dengan cara pewawancara mengatakannya.
Komunikasi nonverbal seperti suara, gerak tubuh, dan
penampilan sangatlah penting untuk menciptakan kesan
pertama yang positif untuk memotivasi seseorang yang
diwawancarai menanggapi dan mengambil bagian pada
wawancara tersebut.
a. Territoriality, hargai wilayah orang lain dengan
selalu mengetuk pintu sebelum memasuki ruangan,

16
tunggu sampai orang yang akan diwawancarai
mempersilahkan untuk masuk dan duduk tanpa
menyela percakapannya.
b. Appearance, Dress, Face, and Voice, penampilan
sangat penting untuk menciptakan kesan pertama
dalam suatu hubungan. Suara juga sangat berarti,
contohnya, suara yang ramah dapat mendisiplinkan
seseorang dan kehangatan dapat membuat tenang
seseorang ketika marah.
c. Touch, jabatlah tangan pihak lain dengan tegas ketika
hubungan dan situasinya memungkinkan sehingga
memberikan kesan hubungan yang dekat. Jangan
menyentuh secara berlebihan dengan pihak yang
akan diwawancarai saat resmi atau selama
wawancara tidak resmi.
d. Reading Nonverbal Communication, komunikasi
nonverbal dalam pembukaan sangat berpengaruh
pada kelancaran wawancara, sehingga kemampuan
seseorang dalam membaca komunikasi nonverbal
sangatlah penting. Tips dalam membaca komunikasi
nonverbal adalah dengan menafsirkan perilaku
secara akurat tanpa meremehkan atau melebih-
lebihkan perilaku pihak yang akan diwawancarai
karena banyak orang dengan latar belakang yang
sama memiliki perbedaan perilaku nonverbal dan
sinyal yang mereka kirim.

b. The Body of The Interview (Tubuh Wawancara)


Pewawancara yang baik seharusnya fokus pada tujuan
wawancara dan mengembangkan panduan wawancara, bukan

17
tergoda untuk mulai memikirkan pertanyaan kepada pihak yang
diwawancarai.

1. Interview Guide (Panduan Wawancara)


Merupakan garis besar topik dan subtopik relevan yang
terstruktur dengan hati-hati untuk dibahas dalam wawancara.
Paduan ini mengidentifikasi bidang penyelidikan tertentu
untuk memastikan cakupan semua topik penting sehingga
membantu pewawancara dalam penyusunan kalimat
pertanyaan, merekam jawaban, mencatat kesan dan
wawasan, serta mengingat informasi.

a. Structural Sequences (Urutan Struktural)


i. Topical Sequence: urutan topikal mengikuti divisi
alami dari topik atau masalah. Misalnya, ketika
seseorang berencana untuk mewawancarai
seorang guru, maka panduan wawancara akan
mencakup topik-topik seperti sistem
pembelajaran, kualitas pengajaran, peringkat
siswa, dan lain-lain. Jurnalis tradisional memiliki
enam panduan yang menjadi kata kunci
wawancara, antara lain: siapa, apa, kapan, dimana,
bagaimana, dan mengapa.
ii. Time Sequence: urutan waktu memperlakukan
topik dalam urutan kronologis. Misalnya, dalam
wawancara dengan korban penculikan anak,
dimulai ketika anak pergi dari rumah, bertemu
dengan si penculiknya, bagaimana kejadian
penculikannya, dan bagaimana akhirnya korban
dapat ditemukan.

18
iii. Space Sequence: urutan ruang mengaransemen
topik sesuai dengan divisi spasial, yaitu kiri ke
kanan, atas ke bawah, utara ke selatan, atau
lingkungan ke lingkungan. Misalnya ketika
wawancara tentang gedung baru sebuah
perusahaan terkenal, maka dimulai dengan
basement, ruang administrasi, ruang meeting
karyawan, sampai ruang pribadi CEO.
iv. Cause-to-effect Sequence: urutan sebab-akibat
mengeksplorasi penyebab dan efek suatu kejadian.
Misalnya, saat wawancara dengan seorang saksi
kecelakaan yang menyaksikan kejadian sangat
jelas, maka pewawancara bisa lebih fokus
terhadap efek yang ditimbulkan.
v. Problem-solution Sequence: urutan masalah-
solusi terdiri dari fase masalah dan fase solusi.
Misalnya saat ini banyak terjadi penyebaran virus
Covid-19, maka pewawancara mungkin
mewawancarai pihak perwakilan pemerintah
tentang upaya pembuatan peraturan apa saja yang
dilakukan agar penyebaran tidak semakin meluas.
b. Developing an Interview Guide (Mengembangkan
Panduan Wawancara)
Mulaikan membuat panduan wawancara
dengan menentukan beberapa topik utama yang ingin
dibahas dalam wawancara, kemudian setelah topik
utama teridentifikasi, maka tempatkan subtopik
dibawah masing-masing topik utama.

2. Interview Schedule (Jadwal Wawancara)

19
a. A Nonscheduled Interview, adalah wawancara tidak
terjadwal yang dilakukan dengan memberikan
kebebasan maksimal untuk menyelidiki jawaban dan
beradaptasi dengan orang yang diwawancarai dan
situasi saat wawancara berlangsung. Wawancara ini
dilakukan singkat, namun tetap melakukan
wawancara berdasarkan panduan dengan
menentukan tanggal, waktu, dan tempat pertemuan,
serta beberapa rincian biografi.
b. A Moderately Scheduled Interview, maksudnya
adalah wawancara yang cukup terjadwal.
Wawancara ini terdiri dari semua pertanyaan utama
dengan kemungkinan pertanyaan menyelidik
dibawahnya. Dalam wawancara ini, ada lebih sedikit
tekanan selama wawancara, karena pihak wawancara
cenderung mengembara selama wawancara tidak
terstruktur, daftar pertanyaan membuatnya lebih
mudah untuk tetap dijalur topik.
c. A Highly Scheduled Interview, wawancara ini sangat
terjadwal dan memiliki pertanyaan sangat terencana
yang ditanyakan persis seperti kata-kata dalam
penulisan catatan. Tidak ada pertanyaan menyelidik
yang tidak direncanakan, perubahan kata, atau
penyimpangan dari jadwal, sehingga wawancara ini
mudah untuk ditiru dan dilakukan. Wawancara ini
bertujuan agar mencegah terjadinya jawaban yang
tidak relevan dengan topik dan menghabiskan waktu
terlalu banyak.
d. A Highly Scheduled Standardized Interview,
wawancara dengan standar yang sangat terjadwal.
Wawancara ini adalah jenis wawancara yang benar-

20
benar direncanakan dan tersusun. Pewawancara
menyediakan semua pertanyaan dan pilihan jawaban
dengan kata-kata identik untuk setiap pihak yang
diwawancarai. Tidak akan ada penyimpangan dari
rencana wawancara yang membuat wawancara jenis
ini menjadi wawancara yang paling mudah
dilakukan, direkam, ditabulasi, dan direplikasi

3. Question Sequence (Urutan Pertanyaan)


a. Tunnel Sequence (Urutan Terowongan)
Merupakan rangkaian pertanyaan terbuka atau
tertutup yang sebanding. Masing-masing pertanyaan
dapat mencakup topik: apa, kapan, siapa, di mana,
dan bagaimana.
b. Funnel Sequence (Urutan Corong)
Merupakan rangkaian pertanyaan yang dimulai dari
pertanyaan yang luas, pertanyaan-pertanyaan terbuka
dan menghasilkan pertanyaan lebih terbatas. Funnel
Sequence paling tepat ketika responden akrab dengan
suatu topik dan merasa bebas untuk membicarakan
dan mengungkap perasaannya.
i. ceritakan tentang pengalaman
bekerja?
ii. apa saja kegiatan yang dilakukan?
iii. bagaimana kesan ketika bekerja?
iv. sudah berapa lama bekerja?
c. Inverted Funnel Sequence (Urutan Corong
Terbalik)
Merupakan rangkaian pertanyaan yang dimulai
dengan pertanyaan tertutup ke terbuka. Hal ini sangat
berguna dalam memotivasi seseorang untuk

21
merespons atau ketika pihak yang diwawancarai
terlibat secara emosional dan tidak dapat mudah
menjawab pertanyaan terbuka.
Inverted Funnel Sequence sangat tepat saat seseorang
yang diwawancarai merasa tidak cukup tahu atau
ragu-ragu dalam menjawab pertanyaan sehingga
pertanyaan tertutup bisa berguna sebagai pemanasan.
i. kapan anda mencium bau gas?
ii. apa yang dilakukan pertama kali?
iii. apa saja yang terbakar?
iv. bagaimana reaksi orang disekitar?
v. apa yang akan dilakukan setelah
kebakaran menghanguskan seluruh
rumah?
d. Combination Sequences (Urutan Kombinasi)
Urutan ini memungkinkan pewawancara untuk
mendekati situasi wawancara dan pihak yang
diwawancarai dengan fleksibilitas dan kemampuan
beradaptasi. Misal, urutan jam pasir dimulai dengan
pertanyaan terbuka, dilanjutkan dengan pertanyaan
tertutup, kemudian diakhiri dengan pertanyaan
terbuka.
e. Quintamensional Design Sequence (Urutan Desain
Quintamensional)
Seorang perancang jajak pendapat bernama George
Gallup mengembangkan desain urutan klasik untuk
menilai intensitas pendapat dan sikap. Pendekatan ini
berlanjut dari kesadaran orang yang diwawancarai
tentang masalah hingga sikap yang tidak terpengaruh
oleh pewawancara, sikap tertentu, alasan sikap
tersebut, dan intensitas sikap.

22
c. Closing The Interview (Penutup Wawancara)
Penutupan wawancara sama pentingnya dengan pembukaan,
karena masing-masing interaksi mempengaruhi sejarah rasional
secara positif atau negatif.
1. Guidelines for Closing Interviews
a. Buatlah penutupan sebagai dialog bukan monolog.
b. Jadilah tulus dan jujur selama penutupan, jangan
membuat janji atau komitmen jika tidak bisa
ditepati.
c. Atur waktu kecepatan penutupan wawancara
sehingga tidak terburu-buru
d. Tetaplah berkata dan berperilaku baik, karena pihak
yang diwawancarai akan mengamati dana
menafsirkan semua yang pewawancara lakukan
sampai pewawancara hilang dari pandangannya.
e. Jelaskan tentang hubungan selanjutnya dengan jelas
kepada pihak yang diwawancarai. Apabila akan
melakukan wawancara lain, maka beritahu dengan
jelas, dimana, kapan, dan mengapa wawancara
terjadi selanjutnya. Buatlah janji pertemuan sedari
awal
f. Jangan memperkenalkan topik atau ide baru dan
mengajukan pertanyaan saat wawancara yang
sebenarnya sudah berakhir. Sebuah penutupan palsu
terjadi ketika pesan verbal dan nonverbal
menandakan wawancara akan segera berakhir bisa
membuat kedua belah pihak canggung.
g. Hindari sesuatu yang disebut Ervin Goffman, yaitu
failed departure atau keberangkatan gagal. Ini terjadi
ketika pewawancara telah mengakhiri wawancara

23
atau membatalkan jadwal dengan pihak lain, namun,
ia bertemu di tempat lain dengan pihak lain.

2. Closing Technique
Jadilah kreatif dan imajinatif saat menutup wawancara
dengan:
a. Use a Clearinghouse Question, yaitu serangkaian
pertanyaan yang mengungkap segala sesuatu yang
penting tentang suatu masalah, contohnya, seperti
“Apakah ada pertanyaan yang saya belum
tanyakan?”
b. Declare Completion of the Intended Purpose, yaitu
pernyataan bahwa pewawancara puas dengan
jawaban yang diberikan oleh pihak yang
diwawancarainya, contohnya, seperti, “Nah, saya
pikir itu semua informasi yang saya butuhkan.” atau
“Nah, itu saja pertanyaan yang saya miliki saat ini.”
c. Make Personal Inquiries, pertanyaan pribadi ketika
wawancara akan membuat suasana menjadi
menyenangkan dan meningkatkan hubungan,
khususnya apabila pihak yang diwawancarai
memang merupakan teman yang cukup dekat,
misalnya, “Apa rencanamu setelah ini?”
d. Make Professional Inquiries, pertanyaan profesional
lebih formal daripada pertanyaan pribadi, dan harus
mengungkapkan minat yang tulus, misalnya,
“Bagaimana kabar Anda?”
e. Signal That Times is Up, penting bagi kedua pihak
untuk mematuhi batas waktu yang ditentukan, tetapi

24
berhati-hatilah sehingga tidak ada kesan memotong
pembicaraan pihak yang diwawancara yang akan
menimbulkan kesan buruk. “Saya minta maaf, kita
hampir kehabisan waktu”
f. Explain the Reason for The Closing, jelaskan
mengapa wawancara harus diakhiri, dengan contoh,
“Mohon maaf, saya memiliki agenda lain setelah ini”
g. Express Appreciation or Satisfaction, ungkapkan
penghargaan dan kepuasan jawaban yang telah
diterima dari pihak yang diwawancara dengan
bersikap tulus, contohnya, “Terima kasih atas semua
informasi yang telah Anda berikan kepada saya, ini
akan sangat membantu saya dalam mengembangkan
penelitian yang sedang saya kerjakan.”
h. Arrange for The Next Meeting, jika akan terjadi
pertemuan wawancara lanjutan, maka bila perlu, atur
pertemuan berikutnya sedari awal, “Kapan kita bisa
bertemu lagi?”
i. Summarize the Interview, ringkaslah wawancara
dengan mengulangi informasi penting, tahapan, atau
kesepakatan tentang perjanjian yang akan datang.

D. Tipe-tipe Pertanyaan dan Jawaban saat Interview

a. Open and Closed Question (Pertanyaan Terbuka dan Tertutup)


1. Open Question
Open question atau pertanyaan terbuka bervariasi dalam
tingkat keterbukaan di mana responden memiliki
kebebasan yang cukup besar untuk menentukan jumlah
dan jenis informasi yang akan diberikan.

25
a. Highly Open Questions, tidak ada batasan untuk
pihak yang diwawancarai sama sekali

Ex: Apa yang kamu ketahui tentang Semarang?

Jawaban: Semarang adalah tempat di mana aku lahir,


Ibu Kota provinsi Jawa Tengah dan tempatnya cukup
panas karena berdekatan dengan pantai. Di sana
sangat nyaman dan makanannya sangat enak,
terutama lumpia.

Ex: Apa saja hal yang kamu ingat ketika SMA?

Jawaban: Ketika SMA aku mengambil jurusan IPS


dan sangat giat belajar untuk mencapai perguruan
tinggi yang aku inginkan. Aku juga ingat dulu aku
mengikuti ekstrakurikuler Karate dan memenangkan
beberapa perlombaan. Di sana aku bertemu banyak
teman yang menyenangkan.

b. Moderately Open Question, pertanyaannya lebih


terbatas/spesifik, namun tetap memberi responden
kebebasan yang besar untuk menjawab.

Ex: Bagaimana keseharianmu ketika menjalani


pertukaran pelajar ke Thailand?

Jawaban: Hampir sama seperti ketika di Indonesia,


pagi bangun dan segera ke kampus untuk belajar.

Kelebihan dari open questions:

Open questions memperlihatkan ketertarikan dan


kepercayaan dalam kemampuan responden memilah
informasi penting dan lebih mudah untuk dijawab.

26
Mereka mendorong responden untuk berbicara dan
menentukan jenis dan jumlah informasi yang akan
diungkapkan. Jawaban panjang dari pertanyaan terbuka
menghasilkan, mengungkapkan apa yang menurut
responden penting dan mendorong mereka untuk
memberikan rincian deskripsi yang mungkin tidak
ditanyakan oleh pewawancara. Jawaban seperti itu
cenderung mengungkapkan tingkat pengetahuan,
ketidakpastian, intensitas perasaan, persepsi, dan bias.

Kekurangan dari open questions:

Pihak yang diwawancarai dapat memilah dan memilih


informasi yang mereka ingin sampaikan, dapat memilih
untuk mengungkapkannya atau menyembunyikannya.
Satu jawaban dapat menghabiskan sebagian besar waktu
wawancara. Di satu sisi, responden mungkin memberikan
informasi yang tidak penting atau tidak relevan, dan di sisi
lain mungkin menahan informasi penting yang mereka
rasa tidak relevan atau terlalu jelas, sensitif, atau
berbahaya. Pertahankan responden di jalur dan
pertahankan kendali dengan campur tangan secara
bijaksana untuk melanjutkan.

2. Closed Question, terfokus secara sempit dan membatasi


kebebasan orang yang diwawancarai untuk menentukan
jumlah dan jenis informasi yang akan diberikan.

c. Moderately Closed Questions: menanyakan


informasi yang spesifik dan terbatas

Ex: Apa mata kuliah kesukaanmu?

27
Jawaban: Statistika.

d. Highly Closed Questions: sangat terbatas, seringkali


menanyakan informasi tunggal dari responden

Ex: Di mana kamu lahir?

Jawaban: Boyolali.

e. Bipolar Questions: closed questions bersifat bipolar


apabila pertanyaan-pertanyaan tersebut membatasi
responden pada dua pilihan, biasanya pilihannya
berlawanan.

Ex: Kamu datang ke kampus saat pagi atau sore hari?

Jawaban: Sore hari.

Apakah kamu menyukai sikap adikmu?

Jawaban: Suka (pertanyaan mengenai sikap)

Apakah kamu sudah mendapatkan vaksin?

Jawaban: Iya (Yes or No question)

Kelebihan closed questions:

Pertanyaan tertutup memungkinkan pewawancara untuk


mengontrol panjang jawaban dan mengarahkan responden
ke informasi spesifik. Mereka membutuhkan sedikit usaha
dari salah satu pihak dan memungkinkan pewawancara
untuk mengajukan lebih banyak pertanyaan di lebih
banyak area, dalam waktu yang lebih singkat. Jawaban
singkat mudah dicatat dan ditabulasi.

28
Kekurangan closed questions:

Jawaban atas pertanyaan tertutup sering kali mengandung


terlalu sedikit informasi, yang mengharuskan
pewawancara untuk mengajukan beberapa pertanyaan
ketika satu pertanyaan terbuka akan berhasil. Mereka
tidak mengungkapkan mengapa seseorang memiliki sikap
tertentu, tingkat perasaan atau komitmen orang tersebut,
atau mengapa orang ini biasanya membuat pilihan.
Pewawancara berbicara lebih banyak daripada orang yang
diwawancarai ketika mengajukan pertanyaan tertutup,
sehingga lebih sedikit informasi yang dipertukarkan.
Orang yang diwawancarai tidak memiliki kesempatan
untuk menjadi sukarelawan atau menjelaskan informasi,
dan mereka dapat memilih jawaban atau mengatakan ya
atau tidak tanpa mengetahui apa pun tentang suatu topik.

b. Primary and Probing Questions (Pertanyaan Primer dan


Menyelidik)
1. Primary Question (Pertanyaan Primer) merupakan bentuk
perkenalan suatu topik yang dapat berdiri sendiri walaupun
topik tersebut diambil di luar konteks. Pertanyaan primer
merupakan pertanyaan yang masuk akal sehingga pihak
yang diwawancarai mudah saat menjawabnya.
Contoh:
a. Ceritakan pengalaman anda saat diterima di
Universitas Diponegoro?

29
Jawaban: Perasan saya saat diterima di Universitas
Diponegoro adalah merasa senang dan bangga atas
pencapaian yang telah saya perjuangkan.
b. Bagaimana cara anda mempersiapkan diri untuk
ujian?
Jawaban: Ketika akan melakukan ujian saya
mempersiapkan diri dengan mengulang materi yang
sudah dijelaskan sebelumya, mencatat hal hal yang
penting dan mempelajarinya.
c. Siapa orang yang paling bisa memotivasi anda?
Jawaban: Marry Riana

2. Probing Questions (Pertanyaan Menyelidik) terdiri dari:


a. Silent Probes: jika jawaban tidak lengkap atau
responden terlihat ragu-ragu untuk melanjutkan
menjawab, pewawancara dapat menyelidiki dengan
sinyal nonverbal yang sesuai contohnya seperti
kontak mata, menganggukan kepala, atau isyarat lain
untuk mendorong pihak yang diwawancarai
melanjutkan.
Contohnya:
i. Pewawancara: Bagaimana makan malam
Anda di The New Age Restaurant tadi
malam?
ii. Narasumber: Itu tidak terlalu buruk.
iii. Pewawancara: (diam memberi isyarat)
iv. Narasumber: Salmonnya tidak dimasak
selengkap yang saya suka, tapi lauk pauknya
sangat baik.
b. Nudging Probes (Pertanyaan Menyenggol):
mendorong orang yang diwawancarai untuk

30
menjawab atau melanjutkan dengan kata yang
sederhana dan singkat seperti dan, lanjutkan, jadi, dll.
Kesalahan umum yang biasa terjadi adalah asumsi
bahwa semua pertanyaan harus berupa kalimat
dengan banyak kata. Padahal, pertanyaan menyelidik
yang panjang akan menghambat pertukaran topik.
c. Clearinghouse Probes: menemukan apakah
serangkaian pertanyaan telah terungkap, segala
sesuatu yang penting tentang suatu topik atau
masalah.pertanyaan ini memungkinkan untuk
melanjutkan ke pertanyaan utama berikutnya atau
untuk menutup wawancara.
Contoh:
v. pewawancara: “Apa lagi pengalaman yang
dapat Anda ceritakan setelah mengikuti
organisasi? “
vi. narasumber: “Setelah saya mengikuti
organisasi, saya merasakan banyak memiliki
teman untuk sharing dan melatih diri untuk
belajar dalam lingkup berkelompok (tidak
individual”
d. Information Probes (Penyelidikan Informasi):
pertanyaan ini meminta informasi atau penjelasan
tambahan. Jika jawabannya dangkal maka ajukan
pertanyaan seperti: ketika narasumber menceritakan
suatu insiden kecelakaan, maka pewawancara akan
menanyakan lebih lanjut tentang insiden tersebut.
Contoh:
vii. Pewawancara: “Bagaimana insiden
kecelakaan pada saat itu?”

31
viii. Narasumber: “Kecelakaan saat itu terjadi
begitu cepat, saya terpental dari motor saya
karena menghindari anak kecil yang sedang
menyebrang “
ix. Pewawancara : “Ceritakanlah lebih lanjut
tentang insiden tersebut”
x. Narasumber : “ Saat itu ada anak kecil yang
ingin menyebrang, tetapi ia tidak menengok
kanan dan kiri. Anak kecil itu berlari
sehingga membuat saya terkejut, untungnya
saya berhasil menghindari anak kecil tersebut
dengan cara membanting stir motor ke kanan.

Jawaban mungkin tidak jelas atau ambigu, mungkin


mengundang sejumlah interprestasi. Tanyakan suatu
informational probe, seperti: “Ketika Anda
mengatakan bahwa penontonnya “banyak sekali”,
maka pihak yang diwawancarai menjawab berapa
kira-kira jumlahnya?”

e. Restatement Probes (Penyelidikan Ulang): orang


yang diwawancarai mungkin tidak menjawab
pertanyaan yang diajukan . nyatakan kembali dengan
tegas, mungkin dengan vokal yang memusatkan
perhatian.
Contoh:
xi. Pewawancara: “Apa motivasi anda memilih
psikologi?”
xii. Narasumber: “Motivasi saya? “
xiii. Pewawancara: “Iya, apa yang Anda percaya
merupakan dorongan untuk Anda memilih
psikologi?”

32
Ungkapkan kembali hal yang tidak terjawab jika kita
menanyakan pertanyaan lebih dari dua bagian, pihak
yang diwawancarai mungkin menjawab hanya
dengan satu bagian.

f. Probe Reflektif: Ajukan pertanyaan menyelidik


reflektif ketika tampaknya perlu untuk
mengklarifikasi atau memverifikasi dan jawaban
untuk memastikan Anda telah menerimanya
sebagaimana dimaksud. Hindari kata-kata atau
nonverbal sinyal yang mungkin ditafsirkan oleh
orang yang diwawancarai sebagai upaya untuk
memimpin atau menjebak mereka agar memberi
jawaban yang diinginkan. Ajukan reflective probe
jika jawaban tampaknya tidak akurat (tanggal atau
angka salah, kutipan tidak akurat, campur aduk
dalam kata-kata).
Contoh:
xiv. Pewawancara: “Apakah kejadian waktu itu
terjadi pada pukul 10 pagi ?”
xv. Narasumber: “ Iya, benar”

g. Probe cermin: Pertanyaan penyelidikan cermin


berbeda dari pertanyaan penyelidikan reflektif
karena itu merangkum serangkaian pertukaran,
bukan hanya tanggapan langsung untuk memastikan
pemahaman dan penyimpanan informasi, instruksi,
elemen proposal, yang ditentukan rejimen, dan
prosedur. Tujuannya adalah untuk menghindari
masalah dalam wawancara yang disebabkan oleh:
memori, asumsi, dan interpretasi. Pelamar kerja

33
dapat menggunakan mirror question untuk
memastikan unsur penawaran kerja.
Contohnya:
xvi. Posisi ini merupakan seorang insinyur
proyek. Saya akan mulai pada tanggal 1 Juni
dan menghabiskan bulan pertama di kantor
divisi untuk berkenalan dengan area tersebut,
status proyek yang sedang dibangun, dan
manajemen proyek. Gaji pertama saya Rp.
7.000.000.00,-

Jika ditanyakan dengan benar, pertanyaan reflektif


dan pertanyaan cermin dapat membantu kita
menghindari kesalahan yang disebabkan oleh asumsi
yang salah, ingatan yang buruk, atau salah tafsir.

Kekurangan probing questions


Pertanyaan probing dapat menyebabkan masalah.
Terkadang ketika seseorang tidak segera menjawab
pertanyaan, kami langsung bertanya ketika tidak ada yang
dibutuhkan. Pertanyaan probing yang diutarakan dengan
buruk dapat mengubah arti dari pertanyaan utama atau
memunculkan bias jawaban.

Kelebihan probing questions


Penjelajahan yang terampil tidak hanya menemukan
informasi yang lebih relevan, akurat, dan lengkap tetapi
dapat meningkatkan motivasi pihak lain karena pihak
yang diwawancarai jelas tertarik dan mendengarkan.

34
c. Neutral and Leading Question (Pertanyaan Netral dan Utama)
Pertanyaan netral (neutral questions) memungkinkan
responden untuk memutuskan jawaban tanpa arah atau tekanan dari
penanya. Pertanyaan yang dimuat adalah bentuk ekstrem dari
pertanyaan utama yang hampir mendikte jawaban yang diinginkan.
Penggunaan bahasa yang ekstriem adalah cara yang umum untuk
memuat sebuah pertanyaan. Neutral Questions memperbolehkan
responden untuk memilih jawaban tanpa diberi arah atau tekanan
dari pewawancara. Secara terbuka, pihak yang diwawancarai
menentukan detail dan naturalnya jawaban. Secara tertutup, individu
dapat memilih antara 2 jawaban yaitu: ya atau tidak, setuju atau tidak
setuju.
Leading Questions atau disebut juga Loaded Questions
menunjukkan pada pertanyaan yang kuat dan mendorong responden
menjawab dengan lebih spesifik. Loaded Questions akan
menawarkan jawaban melalui bahasa atau jebakan. Pertanyaan ini
berpotensi untuk menyebabkan bias pada pewawancara, sehingga
lebih baik untuk dihindari agar mendapatkan jawaban yang benar
dan jujur. Kalimat pembukaan seperti “Berdasarkan atas...”,
“Sebagaimana kita ketahui...”, “Seperti yang telah dikatakan
sebelumnya”, akan mengarahkan responden untuk memberi
jawaban yang dapat diterima daripada jawaban yang sesuai
perasaan. Contohnya, jika anda muncul untuk meminta jawaban
yang mengarah tentangnya, tataplah matanya langsung ke matanya,
atau angkat alis. Pastikan tidak memberikan jawaban pilihan.

d. Jebakan/Perangkap saat Interview


Pewawancara dan pihak yang diwawancarai memiliki
berbagai alat pertanyaan yang memungkinkan mereka untuk
mengumpulkan informasi dan wawasan tentang pengalaman, reaksi,

35
keyakinan, sikap, dan perasaan, tetapi mereka harus
mengungkapkan setiap pertanyaan dengan hati-hati untuk
menghindari perangkap pertanyaan umum. Setiap perangkap
membuat lebih sulit untuk melakukan tugas wawancara secara
efisien dan efektif.

1. The Unintentional Bipolar Question


Pertanyaan bipolar dirancang untuk mendapatkan jawaban
ya atau tidak atau tidak atau pilihan di antara dua sisi
seperti konservatif atau liberal, suka atau tidak suka,
menyetujui atau tidak menyetujui, dan setuju atau tidak
setuju. Masalahnya muncul ketika pewawancara secara
tidak sengaja mengajukan pertanyaan bipolar ketika
pewawancara menginginkan jawaban yang panjang atau
ketika ada lebih dari dua pilihan di mana responden dapat
memilih. Jika pewawancara menginginkan jawaban
terbuka daripada jawaban bipolar, pertanyaan seharusnya
dibuka dengan kata-kata dan frasa seperti: Apa, Mengapa,
Bagaimana, Jelaskan, dan Ceritakan tentang?

2. The Yes or No Question


Jebakan pertanyaan dengan jawaban “Ya” atau “Tidak”
terjadi ketika pewawancara mengajukan pertanyaan yang
hanya memiliki satu jawaban yang jelas atau dapat
diterima, baik “Ya” atau “Tidak” (pertanyaan retoris).
Sebagai contoh, seorang dokter yang mencoba membujuk
pasien untuk berhenti merokok mungkin bertanya,
"Apakah Anda ingin mati?" Atau seorang konselor
mungkin bertanya kepada seorang siswa, "Apakah Anda
ingin lulus?"

3. The “Tell Me Everything” Question

36
Pertanyaan “Tell me everything” adalah kebalikan dari
pertanyaan bipolar yang disengaja dan pertanyaan dengan
jawaban “Ya” atau “tidak”. Jebakan ini terjadi ketika
interviewer mengajukan pertanyaan yang sangat terbuka
tanpa batas atau pedoman. Ketika pewawancara
mengajukan pertanyaan seperti "Ceritakan tentang diri
Anda" atau "Ceritakan tentang pengalaman belajar di luar
negeri Anda di China," pihak yang diwawancarai mungkin
mengalami kesulitan menentukan di mana harus memulai,
apa yang harus dimasukkan, dan kapan harus mengakhiri
jawaban. Memfokuskan pertanyaan pada bagian tertentu
dari diri sendiri atau pengalaman spesifik yang paling
penting dalam interview.

4. The Open-to-Closed Question

Perangkap The Open-to-Closed terjadi ketika


pewawancara mengajukan pertanyaan terbuka dan
kemudian mengubahnya menjadi pertanyaan tertutup,
seringkali yang bertipe bipolar (berbentuk pilihan),
sebelum orang yang diwawancarai dapat menjawab.
Misalnya, Anda mungkin bertanya "Ceritakan tentang
perjalanan Anda ke New York," dan kemudian menyela
"Apakah Anda mengunjungi peringatan 9/11?" Orang
yang diwawancarai kemungkinan besar menganggapnya
sebagai peringatan dan akan membatasi jawaban, di saat
itulah peawancara kehilangan sejumlah besar informasi
penting. Pewawancara harus menghindari jebakan ini
dengan menyiapkan pertanyaan sebelum wawancara dan
memikirkan setiap pertanyaan dengan hati-hati sebelum
menanyakannya.

37
5. The Double-Barreled Question
Perangkap pertanyaan double-barreled terjadi ketika
interviewer mengajukan pertanyaan dengan dua bagian
atau topik seperti, "Ceritakan tentang perjalanan Anda ke
Canada dan Thailand" atau "Perguruan tinggi mana yang
Anda dukung secara finansial dan apa alasan anda
memilihnya?". Responden biasanya hanya dapat
menjawab bagian yang dapat mereka ingat, atau menjawab
bagian yang ingin mereka jawab. Jika pewawancara tidak
mengulangi bagian yang tidak terjawab, maka yang akan
didapatkan hanya satu jawaban, padahal ada dua atau lebih
informasi yang dibutuhkan. Pewawancara harus
mengajukan beberapa pertanyaan menyelidik untuk
mendapatkan informasi yang diinginkan dalam waktu
yang berbeda (satu pertanyaan dalam satu waktu).

6. The Unintentional Leading Question


Perangkap “The Unintenional Leading Question” terjadi
ketika pewawancara secara tidak sengaja mengajukan
pertanyaan yang diungkapkan untuk mempengaruhi
jawaban, bukan pertanyaan netral. Pewawancara mungkin
tidak menyadari bahwa dia melakukan ini secara verbal
atau nonverbal atau ketika pihak yang diwawancarai
memberikan jawaban yang mereka pikir ingin didengar
oleh pewawancara. Perangkap ini dapat dihindari dengan
ungkapan dan mengajukan pertanyaan nonverbal yang
jelas netral. Untuk menghindari jebakan ini, Pihak yang
diwawancarai pun dapat mendengarkan baik-baik setiap
pertanyaan dan tanyakan pada diri sendiri "Bagaimana
saya akan menjawab pertanyaan ini?". Kunci untuk

38
menghindari jebakan semacam ini adalah jangan
mendesak pihak yang diwawancarai untuk menjawab dan
menuntut jawaban yang ingin didengarkan.

7. The Guessing Question


Perangkap semacam ini terjadi ketika pewawancara
mencoba menebak informasi alih-alih memintanya.
Serangkaian pertanyaan menebak mungkin gagal untuk
mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Untuk
menghindari perangkap ini, pewawancara dapat
menggunakan pertanyaan terbuka dan meminimalisir
pertanyaan yang terdengar seperti tebakan/asumsi.
Misalnya, alih-alih bertanya "Apakah Anda berada di
mobil Anda ketika Anda melihat kecelakaan itu?"
tanyakan "Di mana Anda ketika Anda melihat kecelakaan
itu?" Alih-alih bertanya "Apakah Anda mencoba
menerapkan CPR?" tanyakan "Apa yang Anda lakukan?”

8. The Curious Question


Perangkap ini terjadi ketika pewawancara meminta
informasi yang tidak dibutuhkan. Misalnya, apakah
pewawancara hanya ingin tahu tentang usia seseorang,
status perkawinan, tingkat pendapatan, atau keyakinan
agama yang tidak ada hubungannya dengan wawancara
dan tujuan yang dinyatakannya. Orang yang diwawancarai
memiliki hak untuk mengatakan informasi ini bukan
urusan pewawancara atau berhak menanyakan tujuan
pertanyaan. Jika sebuah pertanyaan mungkin tampak tidak
relevan, pewawancara harus menjelaskan mengapa
informasi ini relevan dan perlu.

39
9. The “Too High” or “Too Low” Question
Perangkap ini terjadi ketika pewawancara gagal
menyiapkan pertanyaan yang mempertimbangkan tingkat
pengetahuan dan keahlian orang yang diwawancarai.
Pertanyaan yang terlalu tinggi ini dapat menyebabkan rasa
malu atau dendam karena tampak kurang informasi, tidak
berpendidikan, atau tidak cerdas. Pertanyaan terlalu rendah
ini mungkin akan terkesan menghina. Pewawancara perlu
mengetahui apakah responden adalah orang awam,
pemula, atau ahli tentang suatu topik atau masalah dan
frasa pertanyaan pewawancara harus menyesuaikannya.

10. The “Don’t Ask, Don’t Tell” Question


Perangkap ini terjadi ketika pewawancara menyelidiki
informasi dan emosi yang mungkin pihak yang
diwawancarai tidak mampu menjawabnya karena kendala
sosial, psikologis, atau situasional. Misalnya, kita belajar
pada usia dini bahwa menjadi rendah hati dapat lebih
diterima secara sosial dibandingkan menjadi sombong.
Jadi ketika pihak yang diwawancarai diminta untuk
menilai kecantikan, kecerdasan, kreativitas, atau
keberanian mereka, kemungkinan besar mereka akan
bersikap malu-malu atau bercanda atas jawabannya.

40
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN
Terdapat banyak unsur yang harus diperhatikan dalam wawancara, seperti
pertukaran peran, interaksi komunikasi, umpan balik, situasi wawancara, dan masih
banyak lagi. Baik pihak pewawancara maupun yang diwawancarai, tentu keduanya
harus memahami hal-hal penting tersebut agar proses interview berjalan dengan
baik dan lancar. Untuk itulah diperlukan adanya perencanaan yang matang
mencakup pertanyaan maupun jawaban, serta latihan jika diperlukan. Interview
akan menjadi lebih mudah lagi jika pewawancara mengerti jenis-jenis pertanyaan
yang akan diajukan. Selain itu, pewawancara pun harus mengenali setiap
pertanyaan agar tidak terjebak dalam pertanyaan tidak efektif yang dapat
menyebabkan kehilangan informasi dari narasumber.

41
DAFTAR PUSTAKA

Stewart, C. J., & Cash, W. B. (2017). Interviewing: Principles and Practices


(Fifteenth). McGraw-Hill Education. https://doi.org/10.2307/3151783

Stewart, C.J., Cash, J.W.B. (2012). Interviu Prinsip dan Praktik: Interviewing
Principles and Practices (Ed. 13). Jakarta : Salemba humanika., 2012.

42

Anda mungkin juga menyukai