Anda di halaman 1dari 22

Isu & fenomena terkini tentang keluarga

Indonesia : keluarga dengan anak


berkebutuhan khusus
KELOMPOK 11

PSIKOLOGI KELUARGA

Dhea Siti Diva Indira Firda Zahirotin Putri Ayu Tarra Putri Hidayatun Shofiyyah Nurul

Fadillah Ulayna Alfaina Afdhila Nada Hakim

15000120130267 15000120130162 15000120130285 15000120130279 15000120130153 15000120140325


Anak Berkebutuhan Khusus
(ABK)
Anak
Berkebutuhan Pemahaman terhadap anak berkebutuhan

Khusus
khusus, dapat dilihat dari 3 konteks:

BIOLOGIS
Anak yang memerlukan penanganan khusus
PSIKOLOGIS
karena adanya gangguan dan kelainan pada

proses perkembangannya. SOSIO-KULTURAL


Istilah yang Berkaitan
Dengan ABK
GANGGUAN/ABNORMALITAS
DISABILITAS
HAMBATAN PERKEMBANGAN
PERKEMBANGAN
PSIKOPATOLOGI
DIFABEL
Asumsi Dasar Mengenai
Hambatan Perkembangan
Pada ABK

Hambatan perkembangan muncul disebabkan oleh banyak

faktor

Individu dan lingkungan saling mempengaruhi dan

berkontribusi dalam memunculkan perilaku adaptif

ataupun maladaptif

Hambatan perkembangan tidak selalu akan memiliki

potensi menjadi lebih parah seiring pertambahan usia

Perkembangan selalu membawa perubahan, baik bersifat

typical maupun atypical


Keluarga dengan Anak
Berkebutuhan Khusus
Kehadiran anak merupakan saat yang ditunggu-tunggu dan

sangat menggembirakan bagi keluarga. Setiap orangtua

menginginkan anaknya berkembang sempurna. Namun

demikian terkadang muncul keadaan yang tidak diinginkan,

dimana anak memperlihatkan gejala dan masalah dalam

perkembangan sejak usia dini atau berkebutuhan khusus.

Tugas orangtua sekarang adalah menyesuaikan diri dengan

keadaan anak yang bukan sebagai sumber kebanggaan,

tetapi sebagai sumber kekecewaan yang besar (Kandel &

Merrick, 2007, hlm. 1801).

1. Peran Keluarga Dengan Anak Berkebutuhan Khusus

2. Dampak Kelainan Bagi Keluarga

3. Penerimaan Keluarga dengan Anak Berkebutuhan Khusus


Peran Keluarga Dengan Anak Berkebutuhan Khusus
Peran orang tua terhadap anak berkebutuhan khusus menurut

Ellyn dan Bacon, 1968 adalah:

1. Sebagai pendamping utama (as aids)

2. Sebagai advokat (as advocates)

3. Sebagai sumber (as resources)

4. Sebagai guru (as teacher)

5. Sebagai diagnostisian (diagnosticians)

Dampak Kelainan Bagi Keluarga


Menurut (Sumekar, 2009), bahwa keberadaan penyandang cacat/anak berkebutuhan

khusus di tengah – tengah keluarga akan menimbulkan dua macam krisis:

1. Krisis yang pertama, orang tua menghadapi anaknya sebagai kondisi kematian

secara simbolis, seorang ibu menantikan kelahiran bayinya yang didambakan

ternyata setelah lahir mengalami kelainan, kemudian hancurlah semua harapan dan

impiannya.

2. Krisis yang kedua adalah masalah yang berkaitan dengan kesulitan orang tua dalam

merawat, membimbing, dan mendidik anak yang berkelainan.


Penerimaan Keluarga dengan Anak Berkebutuhan Khusus

Adapun tahapan penerimaan orang tua dalam menerima anak berkebutuhan khusus

menurut Ross, 2003 dalam bukunya “On Death and Dying” dikutip dari (Mutia, 2019) :

1. Tahap pertama denial (penolakan). Tahapan ini dimulai dari rasa tidak percaya

saat menerima diagnosa dari seorang ahli.

2. Tahap kedua Angry (kemarahan), kemarahan ini dilampiaskan orang tua pada

hal-hal yang tidak jelas.

3. Tahap ketiga depression (depresi) dalam tahap ini terkadang muncul dalam

bentuk rasa putus asa, tertekan dan kehilangan harapan.

4. Tahap keempat bargaining (menawar) orang tua berusaha untuk menghibur diri.

5. Tahap kelima acceptance (peneriman). Pada tahapan ini, orang tua sudah

berusaha menerima kenyataan dengan kehadiran anak berkebutuhan khusus.


Pola Asuh Keluarga
dengan Anak
Berkebutuhan Khusus
Pengertian Pola Asuh
Pola asuh terdiri dari dua kata yaitu pola dan asuh. Menurut

kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) “pola” berarti sistem,

model, cara kerja, sedangkan “asuh” berarti menjaga, mendidik,

merawat, mendidik anak agar bisa berdiri sendiri.

Pola asuh orang tua adalah suatu metode disiplin yang

diterapkan orang tua terhadap anaknya dan cara mendidik

anak yang merupakan suatu kewajiban dari setiap orang tua

dalam usaha membentuk pribadi anak (Hurlock, 2010;

Soetjiningsih, 2014).

Jenis-Jenis Pola Asuh

POLA ASUH OTORITER POLA ASUH DEMOKRATIS


Orang tua cenderung membatasi perilaku Mendorong anak untuk bersikap terbuka dan

kasih sayang dan keterikatan emosional mandiri, namun orang tua tetap memberikan

orang tua kepada anak. batasan dan mengontrol tindakan anak agar

tetap bertanggung jawab.

POLA ASUH PERMISIF


Orang tua terlibat dalam kehidupan anak-

anak mereka, tetapi tidak mengendalikan

mereka, tidak menuntut mereka, dan

menetapkan sedikit batasan.


Faktor yang
Mempengaruhi
Pola Asuh
SOSIAL EKONOMI
PENDIDIKAN
AGAMA
KEPRIBADIAN ORANG TUA
JUMLAH ANAK

Sedangkan, menurut Santrock faktor yang mempengaruhi

pembentukan pola asuh dalam keluarga, antara lain:

Penurunan pola asuh yang diterima sebelumnya

Perubahan Budaya
Pola Asuh Orang Tua
Pada ABK
Studi Kasus yang dilakukan di Desa Tambaksari Kecamatan

KedSungreja Kabupaten Cilacap. Seorang subjek dengan inisial

N berusia 12 tahun adalah anak berkebutuhan khusus yang

kurang terampil dalam melaksanakan sesuatu dan diasuh orang

tuanya dengan pola asuh permisif, karena orang tua

membebaskan anak untuk melakukan apa saja, tidak

memberikan tuntutan pada anak serta anak dibebaskan untuk

berbuat apa yang anak inginkan. Mereka mengasuhnya dengan

kasih sayang dan memenuhi kebutuhan subjek.


Potensi Konflik Keluarga
Dengan Anak
Berkebutuhan Khusus
Potensi Konflik
Keluarga Dengan ABK
Berdasarkan teori konstruksi sosial, persepsi keluarga

terhadap anggota keluarga yang mengalami disabilitas

sangat besar kemungkinannya dipengaruhi oleh persepsi

masyarakat tentang disabilitas tersebut.

Kehadiran seorang anak dengan disabilitas tertentu di

tengah-tengah sebuah keluarga, bukan hanya berdampak

terhadap kehidupan orangtua anak tersebut, tetapi seluruh

anggota keluarga.

Masa penantian orang tua bisa berubah menjadi kecewa

disaat mereka mengetahui bahwa anak yang dilahirkan

merupakan anak yang memiliki keterbatasan kemampuan

atau anak berkebutuhan khusus.

Orang Tua dengan ABK


Dihadapkan dengan Berbagai
Isu:
Orang tua memiliki pemahaman yang salah tentang

ABK

Kegagalan penerimaan keluarga

Ketidakpastian mengenai masa depan anak

Orang tua mengabaikan dan menelantarkan anak

berkebutuhan khusus

Anak berkebutuhan khusus masuk dalam 15 kelompok

anak yang rentan mengalami kekerasan


Orang Tua dengan ABK
Dihadapkan dengan Berbagai
Isu:
Stres dan depresi yang intens dialami oleh para orang tua

dari anak-anak dengan ID

Perasaan tidak berdaya dan depresi yang intens pada diri

orang tua dari anak-anak dengan disabilitas akan

mendisable mereka dalam beberapa aspek kehidupan

keluarga menjadi diam di tempat (stuck) dalam tahap siklus

kehidupan (life-cycle) karena tingginya tingkat

ketergantungan anak dan faktor parental protectiveness


Dari penelitian Scorgie & Sobsey (dalam Boyraz & Sayger,
2011) ditemukan bahwa terjadinya perubahan positif yang
signifikan dalam tiga area utama kehidupan orangtua sebagai

hasil dari parenting seorang anak dengan disabilitas, yaitu

1. Level pertumbuhan personal meningkat

2. Relasi dengan orang lain berkembang

3. Perubahan dalam nilai-nilai spiritual dan filosofi.


Penyebab Timbulnya Konflik pada Keluarga
dengan Anak Berkebutuhan Khusus
Menurut Sastry dan Aguirre (2014), terdapat beberapa faktor atau penyebab yang dapat

menimbulkan konflik keluarga dengan ABK, di antaranya faktor finansial, sosial, dan

psikologis.

a. Faktor Finansial

Biaya perawatan yang ditanggung oleh orang tua untuk anak ABK lebih besar dibandingkan

anak pada umumnya.

b. Faktor Sosial

Orang tua dengan ABK akan memiliki keterbatasan dalam bersosialisasi dengan masyarakat

karena mereka lebih fokus untuk merawat dan mengurusi ABK.

c. Faktor Psikologis

Perawatan dan pengasuhan yang melelahkan juga kadang mengecewakan dapat

menimbulkan stres pada orang tua.


Penyebab Timbulnya Konflik pada Keluarga
dengan Anak Berkebutuhan Khusus

pendapat lain mengenai penyebab timbulnya konflik

keluarga dengan ABK yaitu tidak semua orang tua

mampu menerima keadaan anaknya yang merupakan

ABK. Jika sudah seperti itu, keharmonisan keluarga dan

tugas perkembangan keluarga akan terganggu.

Jika orang tua memiliki koordinasi yang buruk, aktif

melakukan peremehan terhadap ABK, kurang dalam

hal kerja sama dan kehangatan, serta memutus

hubungan, ABK yang sudah memiliki gangguan

sebelumnya beresiko akan mengalami gangguan

perkembangan yang lebih lanjut.


Contoh Kasus
FILM "MY IDIOT BROTHER" 2014

Menceritakan sepasang suami istri memiliki anak pertama yang menderita

autisme kelainan pada otaknya. Sebelum memiliki anak kedua masa itu

menjadi masa tersulit bagi sepasang suami istri tersebut. Kemudian lahir lah

anak kedua yang cukup menghibur hati sepasang suami istri tersebut.

Namun, yang namanya anak bungsu ingin tetap mendapat perhatian.

Adiknya alias si bungsu merasa semua perhatian orang tuanya terpusat

pada kakaknya karena menderita autisme. Terkadang, adiknya malu

mengakuinya sebagai kakak karena kakaknya menderita autisme. Puncaknya

adalah saat ulang tahun kekasih dari sang adik, sang kakak bermaksud

membawakan kado yang tertinggal tetapi sampai sana malah dipermalukan

oleh teman adiknya.

Thank You

Any Question?

Anda mungkin juga menyukai