Anda di halaman 1dari 12

BAB II

RUMUSAN MASALAH DIAGNOSIS


2.1 Pengkajian Kondisi Keluarga dan Hubungannya dengan penyakit pasien
a. Family History
Pasien tinggal bersama kedua orang tuanya dan satu adiknya. Dokter mendiagnosis
pasien dengan cerebral palsy/lumpuh otak. Saat usia 5 tahun pasien juga didiagnosis
menderita infeksi tuberculosis dan menjalani pengobatan 1 tahun. Dalam keluarga
inti pasien tidak ada yang memiliki penyakit yang sama seperti pasien. Namun
keluarga buyut dari ibu pasien memiliki keluhan yang sama, yaitu cerebral palsy,
namun sudah meninggal sejak lama. Ibu pasien memiliki riwat asma dan anemia
selama hamil
b. Health Beliefs
Saat Tn.AF lahir, orang tua belum menyadari ketidaknormalan pada pasien karena
sekilas anaknya tampak normal, sampai setelah usia 3 bulan, ibu dari pasien mulai
curiga adanya keabnormalan karena keterlambatan tumbuh kembang. Seiring
berjalannya waktu, orang tua semakin yakini ada yang tidak normal pada anaknya
saat usianya 7 bulan yaitu pasien tidak bisa menggerakkan lehernya dan cenderung
kaku, BB yang tidak kunjung naik, riwayat kejang berulang sehingga pasien
langsung diperiksakan ke puskesmas, lalu pihak puskesmas merujuknya ke RS.
Dokter curiga pasien menderita cerebral palsy. Orang tua pasien awalnya melakukan
terapi rehabilitasi pada anaknya namun tidak dilanjutkan karena terkendala biaya.
c. Concern
Keluarga pasien terutama orang tuanya peduli dan support akan pengobatan pasien,
namun seringkali terkendala biaya yang menyebabkan pasien tidak bisa melanjutkan
terapi rehabilitasi,
d. Family Stress
Stressor terbesar pada keluarganya adalah ketidakstabilan ekonomi yang
menyebabkan keluarga pasien tidak bisa memberikan pengobatan terbaik untuk
anaknya. selain itu, kondisi rumah yang cukup sempit, kurangnya higienitas dan
pencahayaan membuat keluarga selalu khawatir akan penyakit yang akan mereka
derita di masa depan.
e. Change
Orang tua dan adik pasien sudah menerima kondisi anaknya dengan sepenuh hati.
nenek dan kakek pasien tetap menyayangi dan bersedia membantu kondisi keuangan
keluarga, meskipun tidak banyak yang bisa mereka berikan.

2.2 Pengkajian Dinamika Keluarga


2.2.1 Bentuk Keluarga
Pasien merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Pasien dan adiknya berjenis
kelamin laki-laki. Pasien tinggal bersama adik dan kedua orangtuanya
2.2,2 Siklus Kehidupan dan Tugasnya
Stage Critical developmental tasks
Married couple  Establishing a mutually satisfying marriage
 Adjusting to pregnancy & the promise of
parenthood
 Fitting into the kin network
Childbearing  Having, adjusting to, and encouraging the
development of infants
 Establishing a satisfying home for both parents
and infants
Pre-school age  Adapting to the critical needs & interests of
children in stimulating, growth promoting ways
 Coping with No. Depletion and lack of privacy as
parents
School age  Fitting into the community of school-age families
in constructive ways
 Encouraging children’s educational achievement
Teenage  Balancing freedom with responsibility as teenagers
mature and emancipate themselves
 Establishing post-parental interests and careers as
growing parents
Launching  Releasing young adults into work, marriage, etc
center with appropriate rituals and assistance
Middle-aged  Rebuilding the marriage relationship
parents  Maintaining kin ties with older and younger
generations
Aging family  Coping with bereavement and living alone
members  Closing the family home or adapting it to aging
 Adjusting to retirement

Menurut tahap siklus keluarga Duvall, keluarga pasien berada pada tahap III
(preschool age) yaitu tahap keluarga yang dimulai dengan orangtua yang memiliki
peran untuk – memenuhi kebutuhan & minat anak dengan yang dapat
menstimulasi dan mendorong tumbuh kembang anak sebelum anak masuk ke
jenjang sekolah .
Tugas perkembangan adalah pemenuhan kebutuhan perkembangan keluarga
sebagai satu kesatuan dan perkembangan seluruh anggota keluarga sesuai tahap
perkembangan. Maka tugas perkembangan dalam masa ini yaitu pemberian
stimulasi yang dapat mendorong perkembangan motorik, sensorik, kognitif dan
psikososial. Pada masa ini orang tua mulai kehilangan privasi karena anak mulai
memahami tentang aktivitas yang dilakukan orang tuanya, adanya coping
mechanism atau menjadikan orang tua sebagai orang yang harus ditiru perilakunya
membuat orang tua dituntut memberikan contoh terbaik pada fase perkembangan
ini. Dukungan dan perhatian pada anak sangat diperlukan untuk meningkatkan
kepercayaan diri sebagai persiapan anak masuk ke jenjang sekolah.
2.2.3 Hubungan Antar Anggota Keluarga
Hubungan antar anggota keluarga An. AF memiliki hubungan yang harmonis. Segala
sesuatu akan diusahakan untuk baik berhubungan dengan kondisi An. AF maupun
untuk memenuhi kebutuhan Pendidikan, sandang, pangan, papan.

2.3 Pengkajian Tingkat Keterlibatan Keluarga Pada Penatalaksanaan Dokter


Tabel 2.2 Tingkat Keterlibatan Keluarga pada Penatalaksanaan Dokter
Level 1 Kontak minimal Keluarga ditangani karena alasan
praktis atau hokum
Level 2 Informasi dan kerjasama Komunikasikan informasi dengan jelas
kepada pasien dan keluarga
Level 3 Perasaan dan dukungan Mendengarkan secara empatik dan
memperoleh ekspresi perasaan dan
kekhawatiran dari pasien dan keluarga
Level 4 Penilaian keluarga Kaji hubungan antara masalah
perawatan primer penyakit dan dinamika keluarga
Level 5 Terapi keluarga medis Perawatan khusus intensif yang
diberikan oleh profesional dengan
pelatihan lanjutan

Pada kasus ini, tingkat keterlibatan keluarga pada penatalaksanaan dokter termasuk ke
dalam level 4 yaitu “Penilaian Keluarga Perawatan Primer”, di mana dokter mengkaji
danmenjelaskan dengan jelas kepada orangtua pasien masalah penyakit dihubungkan
dengan dinamika keluarga.
2.4 Genogram

Bagan 1. Genogram Keluarga An. AF


Keterangan :
2.5 Family Map

Ayah Ibu
Pasien Pasien

An. AF Adik
(Pasien) An. AF

2.6 Disfungsi Dalam Keluarga (APGAR Score)


2.6.1 Ekonomi
Pasien merupakan anak berusia 6 tahun dan merupakan anak ke 1 dari 2
bersaudara. Anak masih memiliki keluarga lengkap dari ayah dan ibu. Ibu
pasien adalah IRT (ibu rumah tangga), sedangkan ayah pasien adalah seorang
kuli bangunan dengan penghasilan yang tidak tetap
2.6.2 Biologi
Pasien sudah berusia 6 tahun, sudah banyak prosedur pemeriksaan yang
dilakukan untuk menegakkan diagnosis pasien atas ketidaknormalan pada
tubuhnya. Fungsi motorik pasien terganggu akibat bentuk tubuh yang abnormal
sehingga terdapat keterbatasan aktivitas sehari-hari yang memerlukan bantuan
orang lain
2.6.3 Psikologi
Pasien memilki emosional yang baik, pasien mampu mengekspresikan
emosinya seperti menangis, tertawa dll.
2.6.4 Sosioekonomi
Pasien mendapat penghasilan dari orang tuanya. Pasien pernah mengalami
kesulitan pada saat pengobatan karena penghasilan ayah dan ibunya yang hanya
cukup untuk makan sehari-hari. Kehidupan social pasien jarang bertemu
dengan tetangga karena kondisinya yang tidak memungkinkan untuk bermain
dengan teman sebanyanya
Tabel 2. APGAR Score

Pertanyaan Sering/ Kadang Jarang/


selalu kadang tidak
Saya puas bahwa saya dapat kembali Ya
kepada keluarga saya bila saya
menghadapi masalah
Saya puas dengan cara keluarga saya Ya
membahas serta membagi masalah
dengan saya
Saya puas bahwa saya menerima Ya
dan mendukung keinginan saya
melaksanakan kegiatan atau hidup
yang baru
Saya puas dengan cara keluarga saya Ya
menyatakan rasa kasih sayang dan
menanggapi emosi
Saya puas dengan cara keluarga saya Ya
membagi waktu bersama

Apabila pasien menjawab “Hampir selalu” diberikan skor 2, “kadang- kadang”


diberikan skor 1, dan “hampir tidak pernah” diberikan skor 0. Interpretasi hasil
jawaban, apabila nilai < 3 dinyatakan terdapat disfungsi
keluarga tinggi (keluarga yang dinilai sama sekali tidak sehat, dalam arti sangat
memerlukan banyak perbaikan untuk lebih meningkatkan hubungan antar anggota
keluarga), nilai 4 – 6 dinyatakan terdapat disfungsi keluarga sedang (keluarga yang
dinilai adalah kurang sehat, dalam arti hubungan antar anggota keluarga masih perlu
untuk lebih ditingkatkan), dan nilai 7 – 10 dinyatakan baik atau tidak terdapat
disfungsi keluarga (keluarga yang dinilai adalah sehat, dalam arti setiap anggota
keluarga saling mendukung satu sama lain).
Keluarga ini memiliki family APGAR score : Adaptation 2, Partnership 2, Growth 2,
Affection 2, dan Resolve 2. Dengan demikian memiliki total nilai family APGAR score
: 10 (nilai 7-10 menunjukkan fungsi keluarganya baik atau saling mendukung satu
sama lain).
2.7 Faktor Resiko Internal Keluarga
a) Kebersihan Pribadi dan Lingkungan
Poor Hygine : Rumah sempit, kamar tidur menyatu dengan dapur dan kamar
mandi, kamar mandi terlihat kurang bersih, terlihat penuh dengan barang-
barang, kurang pencahayaan, sirkulasi udara tidak bagus. Namun untuk
kebersihan pribadi baik, mandi 2x/hari, baju selalu ganti setoiap habis mandi.
b) Penggunaan Pelayanan Kesehatan
Pasien menggunakan BPJS dalam mengakses layanan kesehatan.
c) Kondisi ekonomi
- keluarga termasuk kategori kurang, di mana hanya suami yang
berpenghasilan
- Ayah dari An. AF bekerja sebagai kuli bangunan (penghasilan tidak tetap)
d) Sosial
- Hubungan antar anggota keluarga baik
- Antar anggota keluarga saling support untuk kesehatan anaknya
2.8 Faktor Resiko Eksternal Keluarga
a. Social
- Hubungan dengan tetangga baik
b. Lingkungan
- Lingkungan sekitar rumah kurang bersih
- Lingkungan sekitar rumah (tetangga) memelihara hewan ayam dan sering
ada kucing masuk ke rumah pasien
2.9 Family Scoping Score
Orang tua An. AF memiliki kesadaran penuh akan kesehatan dan hidup sehat,
sehingga mereka mengetahui bahwa anaknya memiliki kelainan. Setelah mengetahui
kelainan tersebut orang tua langsung membawa An. AF untuk berobat ke puskesmas
dan kemudian direncanakan untuk ke dokter spesialis anak dan spesialisasi lainnya
untuk mengetahui diagnosis pasti dari anak tersebut.
Tabel 3. Family Coping Score.
Score Description

1 Reject, no willingness to participate, interventions not done

2 Will to participate, but no ability/resources to solve the


problems
3 Minimal participation, limited ability/resources,
fully depend on provider

4 Minimal participation, limited ability/resources, still need


provider’s support and instruction

5 Full participation, independent

Family coping score pada pasien ini adalah 4. Yaitu partipasi minimal, kemampuan
terbatas namun masih membutuhkan dukungan dan istruksi dari penyedia layanan
kesehatan

2.10 Diagnostik Holistik


1) Aspek Personal
 Keluhan: retardasi mental berat (gangguan fungsi motorik akibat
pengecilan otot dan struktur tulang yang tumbuh abnormal, gangguan
gangguan fungsi kognitif, fungsi psikososial)
 Ketakutan: orangtua dari pasien takut akan terjadi sesuatu yang lebih
parah dari keluhan yang dialami anaknya sekarang di masa depan
 Harapan: keadaan pasien menjadi normal seperti pada umumnya dan
peningkatan kualitas hidup
2) Aspek Klinis
Diagnosis Klinis: Lumpuh Otak/Cerebral Palsy
3) Aspek Internal
Ibu dari pasien anemia saat hamil dan asma
4) Aspek Eksternal
Lingkungan rumah yang tidak bersih
5) Aspek Fungsi Sosial
Dikarenakan ibu pasien adalah IRT, maka semua pekerjaan rumah tangga
dilakukan oleh ibu dari pasien sendiri
2.1

Anda mungkin juga menyukai