Anda di halaman 1dari 38

RESUME PBL

SKENARIO 5

“PENURUNAN PENDENGARAN”

DI SUSUN OLEH : Lita Gustiarahma

NPM : 120170106

KELOMPOK : 4B

BLOK : 1.3

TUTOR : dr. Coryna F

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI

CIREBON

2020
SKENARIO 5

“PENURUNAN PENDENGARAN”

Seorang laki laki usia 70 tahun datang ke poliklinik THT-KL dengan keluhan
penurunan pendengaran. Keluhan sudah di rasakan sejak 3 tahun yang lalu.
Setelah dilakukan pemeriksaan , dokter mengatakan pasien mengalami gangguan
pada bagian sterocilia telinga yang di sebabkan bertambahnya usia .

STEP 1

1. Sterocillia : Suatu bagian dalam yang memiliki fungsi untuk


menyampaikan impuls dan menerjemahkan impuls listrik yang akan di
sampaikan ke SSP ( system saraf pusat )
2. THT-KL : Telinga Hidung Tenggorokan – Kepala dan Leher
3. Poliklinik : Salah satu unit pelayanan masyarakat yang bergerak pada
bidang kesehatan di khususkan untuk pasien rawat jalan

STEP 2

1. Bagaimana anatomi dari organ telinga ?


2. Bagaimana mekanisme pendengaran ?
3. Apa saja jenis jenis gangguan pada pendengaran ?
4. Apa saja factor dari penurunan pendengaran ?
5. Mengapa bertambah usia bisa menjadi factor gangguan pada sterocillia ?

STEP 3

1. - Bagian telinga Luar ( auris ekterna )


Terdiri dari :
- fina auricularis ( dauntelinga )
- meatus articus ekternus ( liang telinga ) sampai ke batas
membrane timpani .
- Bagian telinga tengah ( auris media )
Ada beberapa bagian :
- membrane timpani
- tulang tulang pendengaran
- Tuba Auditiva Eustachii.
- Bagian telinga dalam ( auris interna )
Ada beberapa bagian :
- Festibulum ,
- Koklea
- Kanalis semi sircularis .

Terdapat vaskularisasi dan innervasi .


2. Bunyi – Duaun telinga – Meatus akustikus ekternus – membtan timpani
( bergetar ) – koklea ( cairan dalam koklea bergetar ) – Sel rambut
menekuk – menciptakan sinyal – sinyal di tangkap olah ( N.auditori ) –
sinyal di tangkap oleh otak di terjemahkan sebagai bunyi .

3. Tuli konduktif
Tuli sensorineural
Tuli Campuran

4. Faktor usia , Faktor suara keras , Faktor trauma , Faktor kotoran .

5. Secara perlahan seiring bertambahnya usia di tandai dengan berbagai


perubahan pada indra pendengaran seperti perubahan struktur telinga
dalam , perubahan peredaran darah ke telinga , gangguan saraf pada
system pendengaran , kerusakan pada rambut getar di telinga. Setiap gejala
dari gangguan pendengaran ini umum terjadi pada kedua telinga .

STEP 4

1. – Bagian telinga Luar ( auris ekterna )


Fungsi : Untuk menangkap rangsang getaran bunyi dari luar .
Terdiri dari :
> fina auricularis ( dauntelinga ) terdiri atas tulang rawan elastin dan kulit
yang berfungsi untuk mengumpulkan gelombang suara , meatus >articus
ekternus ( liang telinga ) Berfungsi menghantarkan suara menuju
membrane timpani .Pada liang telinga mengandung rambut “ halus dan
mengandung kelenjar sebasea, yang mana rambut halus halus ini berfungsi
untuk pelindung liang telinga . Dari kotoran , debu , dan serangga .
Sedangkan kelenjar sebasea berfungsi untuk menghasil serumen sampai ke
batas membrane timpani .

-Bagian telinga tengah ( auris media )


Merupakan rongga yang berisi udara dan menjaga tekanan udara menjadi
seimbang . Telinga tengah berbentuk kubus berfungsi menghantarkan
bunyi dari telinga luar ke telinga dalam .
Ada beberapa bagian :
>membrane timpani berfungsi menerima gelombang bunyi
tulang tulang pendengaran beberapa tulang pendengaran terdiri atas
malleolus atau tulang martil , incus ( tulang landasan ) dan stapes ( tulang
sanggordi yang mana membentuk rangkaian menyatu dengan timpani )
dan Tuba Auditiva Eustachii saluran penghubung anatar ruang telinga
tengah dengan rongga faring, dapat memungkinkan keseimbangan tekanan
udara anatar rongga telinga dan udara luar .
Ada beberapa otot di bagian telinga tengah , yang berfungsi untuk
mengontrol gelombang suara agar tidak terlalu kencang agar gelombang
nya tidak pecah .
1.M.tensor timpani : menahan membrane timpani apabila ada suara terlalu
kencang .
2.M.stapedius : menahan stapes apabila suara mencapai lebih dari 70
dessible

Bagian telinga dalam ( auris interna )


Berfungsi untuk menerima getaran bunyi yang di hantarkan oleh telinga
tengah dan terletak di pars petrosa ossis temporalis .
Ada beberapa bagian :
>Festibulum( labirin tulang ) yang terletak posterior terhadap koklea dan
anterior terhadap kanalis semi sirkularis , aparatus vestibular merupakan
organ yang mendeteksi sensasi keseimbangan. Alat ini terdiri atas suatu
sistem tabung tulang dan ruangan-ruangan yang terletak dalam bagian
petrosus dari tulang temporal yang disebut labirin tulang dan dalam labirin
tulang ada sistem membran dan ruangan yang disebut labirin membranosa.
>koklea berbentuk seperti ruamah siput . Terdiri dari satu pilar sentral
yaitu modiolus koklea ,Bagian dalam koklea ada skala festibulli berisi
cairan peri limfe skala media dan berisi cairan endolimfe , skala timpani
terdapat cairan peri limfe yang dimana berperan dalam organ
pendengaran .
>kanalis semi sircularis
berbentuk lingkaran yang tidak lengkap yang berfungsi penting untuk
pendengaran . kanalis semi sircularis berperan sebagai keseimbangan .

Vascularisasi :
A.carrotis ekterna yang bercabang menjadi A.auricularis posterior dan
A.Temporalis superficialis, dialiri arteri temporalis superfisialis dan arteri
aurikularis posterior serta arteri aurikularis profundus.Darah vena mengalir
ke vena maksilaris, jugularis eksterna dan pleksus venosus
pterygoid.Aliran limfe menuju ke lnn.aurikularis anterior, posterior dan
inferior. Inervasi oleh cabang aurikularis dari n. vagus dan cabang
aurikulotemporalis dari n. mandibularis.

Innervasi :
N.Facialis yang memiliki peran untuk otot ekpresi dan kelenjar.
N.Fagus memiliki peran masuknya audatus ke mediatus
N.Vestibularis memiliki peran keseimbangan .
2. Bunyi – Daun telinga ( pina aurikularis ) fungsi nya melokalisir dari mana
suara itu berasal – ditangkap Meatus akustikus ekternus – di tangkap oleh
membran timpani yang akan menggetarkan malleoulus yang di hubungkan
oleh processus malleolaris lanjut ke tulang “ lainnya pada tulang auditifa
ini akan terjadi amplifikasi sebesar 20x lipat karena permukaan malleolus
lebih besar dari pada stapes (ketulang M,I,S yaitu Maleous, Incus, Stapes )
– jendela oval - masuk ke dalam koklea ( cairan dalam koklea bergetar ) –
Sel rambut rambut luar berpotensial aksi dan dalm ke vestibule kolearis
menekuk – menciptakan sinyal di vestibule koklearis – sinyal di tangkap
olah (N.auditori) – sinyal di tangkap oleh otak di terjemahkan sebagai
bunyi .

3. Jenis konduktif : Terjadi pada 8% dari seluruh kejadian gangguan


pendengaran, disebabkan oleh kondisi patologis pada kanal telinga
eksterna, membran timpani, atau telinga tengah sehingga terjadi gangguan
transmisi suara secara mekanik. terjadi ketika proses penghantaran bunyi
atau suara terganggu akibat adanya gangguan pada telinga. Beberapa
kondisi atau penyakit yang bisa menyebabkan gangguan pendengaran
konduktif adalah:
 Adanya penumpukan cairan di telinga bagian tengah
 Infeksi telinga tengah atau otitis media
 Infeksi telinga luar atau otitis eksterna
 Gangguan atau kerusakan pada tuba eustachius, yaitu saluran yang
menghubungkan telinga dengan hidung dan tenggorokan
 Gendang telinga robek

Jenis sensorineural : Merupakan jenis yang paling banyak terjadi yaitu


sebesar 90% dari seluruh kejadian gangguan pendengaran. Disebabkan
oleh kerusakan atau malfungsi koklea, saraf pendengaran dan batang otak
sehingga terjadi kegagalan untuk memperkuat gelombang suara sebagai
impuls saraf secara efektif pada koklea atau untuk mengirimkan impuls
tersebut melalui nervus vestibulocochlearis.terjadi ketika ada kerusakan
telinga bagian dalam dan gangguan pada jalur saraf antar telinga bagian
dalam dan otak. Ada beberapa kondisi dan penyakit yang bisa
menyebabkan gangguan pendengaran sensorineural, yaitu:

 Penyakit tertentu, seperti penyakit autoimun yang menyerang telinga


 Penggunaan obat yang bisa menimbulkan efek samping pada telinga,
 Kondisi genetik tertentu yang diturunkan di dalam keluarga
 Gangguan pembentukan telinga bagian dalam
 Proses penuaan yang disebut juga presbikusis
Jenis campuran : Gangguan jenis ini merupakan kombinasi dari gangguan
pendengaran jenis konduktif dan gangguan pendengaran jenis
sensorineural. Mula-mula gangguan pendengaran jenis ini adalah jenis
hantaran (misalnya otosklerosis), kemudian berkembang lebih lanjut
menjadi gangguan sensorineural terjadi ketika timbul gangguan
pendengaran konduktif bersamaan dengan gangguan pendengaran
sensorineural. Kondisi ini dapat menunjukan adanya kerusakan pada
telinga bagian luar, tengah, dan bagian dalam, atau jalur saraf ke otak .

3. Faktor usia
mengalami penurunan fungsi organ. Contohnya ketika otot tensor
timpani kurang bekerja secara maximal, sedangkan fungsinya untuk
mengurangi getaran dari membrane timpani. Organ yang tidak
tergantikan dan tidak beregenerasi, contohnya, stereocilia sehingga
dibutuhkan alat bantu pendengaran, sehingga gel suara dapat
diteruskan hingga kebagian korteks otak.
Faktor suara keras
Semakin tinggi kebisingan suara, maka akan semakin tinggi ukuran
desibel. Suara yang memiliki desibel tinggi memiliki kemungkinan
menyebabkan, kemampuan pendengaran akan menurun dan rusak jika
terpapar suara lebih dari 85 dB secara terus-menerus.
Faktor kotoran
bisa menyumbat rongga telinga sehingga mengalami penurunan
pendengaran. Menghambat gelombang suara yang terdapat di meatus
acusticus externu ske membrane timpani.
Faktor trauma
mengalami pecahnya gendang telinga. Efeknya mengalami penurunan
pendengaran.Sehingga, membrane timpani tidak dapat meneruskan
getaran gelombang

4. Secara perlahan seiring bertambahnya usia di tandai dengan berbagai


perubahan pada indra pendengaran seperti perubahan struktur telinga
dalam , perubahan peredaran darah ke telinga , gangguan saraf pada
system pendengaran , kerusakan pada rambut getar di telinga. Setiap
gejala dari gangguan pendengaran ini umum terjadi pada kedua
telinga. TerjadI akibat proses penuaan yang menyebabkan penurunan
pada fungsi pendengaran. Penurunan fungsi pendengaran ini bisa
dipicu oleh rusaknya gendang telinga, infeksi, penumpukan kotoran,
gangguan saraf telinga, tumbuhnya tumor, atau kelaina npada tulang
telinga. Selain penuaan, ada beberapa faktor lain yang dapat
meningkatkan risiko menurunnya kemampuan mendengar yaitu
Melakukan aktivitas yang menyebabkan telinga terpapar suara bising
dalam jangka waktu lama, misalnya mendengarkan music dengan
volume keras .Kebiasaan merokok. Lingkungan kerja yang bising,
seperti lahan pertanian, area konstruksi bangunan, atau pabrik
.Menggunakan obat-obatan tertentu, seperti aspirin, gentamicin,
sildenafil, dan obatan timalaria. Gangguan kesehatan yang
menyebabkan terganggunya aliran darah ketelinga, seperti penyakit
jantung, hipertensi, atau diabetes.Penyakit yang menimbulkan gejala
demamtinggi, seperti meningitis. Demam tinggi dapat menyebabkan
rusaknya koklea. Faktor keturunan hilangnya atau rusaknya stereosi .

MINDMAP

REFLEKSI DIRI

Alhamdulillah PBL pertemuan pertama berjalan dengan baik saya


mendapatkan ilmu baru dari PBL pertemuan pertama tetapi memang perlu
lebih digali lagi di sasaran belajar. Saya berharap semoga PBL selanjutknya
lebih baik lafi.

STEP 5

Sasaran Belajar.

1. Struktur anatomi makroskopis dan mikroskopis telinga , innervasi ,


vaskularisasi
2. Saraf cranial yang berperan
3. Mekanisme pendengaran dan keseimbangan
4. Pemeriksaan fungsi pendengaran dan gangguannya

STEP 6
Belajar Mandiri.

STEP 7

1. Struktur anatomi makroskopis dan mikroskopis telinga , innervasi ,


vaskularisasi
Sistem organ pendengaran perifer terdiri dari struktur organ pendengaran
yang berada di luar otak yaitu telinga luar, telinga tengah, telinga dalam
dan batang otak dan otak yaitu nukleus koklearis, nukleus olivatorius
superior, lemnikus lateralis, kolikulus inferior dan kortek serebri lobus
temporalis area Wernicke
A. Anatomi Telinga Luar
Telinga luar merupakan bagian telinga yang terdapat di lateral dari
membran timpani, terdiri dari aurikulum, meatus akustikus
eksternus (MAE) dan membran timpani (MT)

a) Aurikulum
Aurikulum merupakan tulang rawan fibro elastis yang
dilapisi kulit, berbentuk pipih dan permukaannya tidak rata.
Melekat pada tulang temporal melalui otot-otot dan
ligamen. Bagiannya terdiri heliks, antiheliks, tragus,
antitragus dan konka. Daun telinga yang tidak mengandung
tulang rawan ialah lobulus

Aurikulum dialiri arteri aurikularis posterior dan arteri


temporalis superfisialis. Aliran vena menuju ke gabungan
vena temporalis superfisialis, vena aurikularis posterior dan
vena emissary mastoid.
Inervasi oleh cabang nervus cranial V, VII, IX dan X.
b) Meatus Acusticus Externa (MAE)
MAE merupakan tabung berbentuk S, dimulai dari dasar
konka aurikula sampai pada membran timpani dengan
panjang lebih kurang 2,5 cm dan diameter lebih kurang 0,5
cm. MAE dibagi menjadi dua bagian yaitu pars cartilage
yang berada di sepertiga lateral dan pars osseus yang
berada di dua pertiganya. Pars cartilage berjalan ke arah
posterior superior , merupakan perluasan dari tulang rawan
daun telinga, tulang rawan ini melekat erat di tulang
temporal, dilapisi oleh kulit yang merupakan perluasan
kulit dari daun telinga , kulit tersebut mengandung folikel
rambut, kelenjar serumen dan kelenjar sebasea. Kelenjar
serumen memproduksi bahan seperli lilin berwarna coklat
merupakan pengelupasan lapisan epidermis, bahan sebaseus
dan pigmen disebut serumen atau kotoran telinga . Pars
osseus berjalan ke arah antero inferior dan menyempit di
bagian tengah membentuk ismus. Kulit pada bagian ini
sangat tipis dan melekat erat bersama dengan lapisan
subkutan pada tulang. Didapatkan glandula sebasea dan
glandula seruminosa, tidak didapatkan folikel rambut
MAE dialiri arteri temporalis superfisialis dan arteri
aurikularis posterior serta arteri aurikularis profundus.
Darah vena mengalir ke vena maksilaris, jugularis eksterna
dan pleksus venosus pterygoid. Aliran limfe menuju ke lnn.
aurikularis anterior, posterior dan inferior. Inervasi oleh
cabang aurikularis dari n. vagus dan cabang
aurikulotemporalis dari n. mandibularis.

STRUKTUR MIKROSKOPIS

Meatus acusticus externus terbentang dari lubang auricula


ke membrana timpani (gendang telinga). Potongan dinding
ini di sepertiga luar meatus acusticus memperlihatkan
lapisan kulit yang mengandung folikel rambut kecil (F),
kelenjar sebasea (SG) dan kelenjar keringat apokrin
termodifikasi yang disebut kelenjar seruminosa (CG).
Sekresi dari kedua kelenjar membentuk suatu produk
kuning berminyak atau menyerupai lilin yang disebut
serume

c) Membran Tympani (MT)


MT berbentuk kerucut dengan puncaknya disebut umbo,
dasar MT tampak sebagai bentukan oval. MT dibagi dua
bagian yaitu
1. pars tensa memiliki tiga lapisan yaitu lapisan
skuamosa, lapisan mukosa dan lapisan fibrosa.
Lapisan ini terdiri dari serat melingkar dan radial
yang membentuk dan mempengaruhi konsistensi
MT.
2. Pars flasida hanya memiliki dua lapis saja yaitu
lapisan skuamosa dan lapisan mukosa. Sifat
arsitektur MT ini dapat menyebarkan energi vibrasi
yang ideal.
MT bagian medial disuplai cabang arteri aurikularis
posterior, lateral oleh ramus timpanikus cabang arteri
aurikularis profundus. Aliran vena menuju ke vena
maksilaris, jugularis eksterna dan pleksus venosus
pterygoid. Inervasi oleh nervus aurikularis cabang nervus
vagus, cabang timpanikus nervus glosofaringeus of
Jacobson dan nervus aurikulotemporalis cabang nervus
mandibularis

B. ANATOMI TELINGA TENGAH

Ruang telinga tengah disebut juga kavum tympani (KT) atau


tympanic cavity. Dilapisi oleh membran mukosa, topografinya
 medial dibatasi oleh promontorium
 lateral oleh Membran Tympani
 anterior oleh muara tuba Eustachius, posterior oleh aditus
ad antrum dari mastoid
 superior oleh tegmen timpani fossa kranii
 inferior oleh bulbus vena jugularis.
Batas superior dan inferior MT membagi KT menjadi
epitimpanium atau atik, mesotimpanum dan hipotimpanum

Telinga tengah terdapat tiga tulang pendengaran, susunan dari luar


ke dalam yaitu maleus, incus dan stapes yang saling berikatan dan
berhubungan membentuk artikulasi.. Prosesus longus maleus
melekat pada membran timpani, maleus melekat pada inkus dan
inkus melekat pada stapes. Stapes terletak tingkap lonjong atau
foramen ovale yang berhubungan dengan koklea

Telinga tengah terdapat dua buah otot yaitu m. tensor timpani dan
m. stapedius.
 M tensor timpani berorigo di dinding semikanal tensor
timpani dan berinsersio di bagian atas tulang maleus,
inervasi oleh cabang saraf trigeminus. Otot ini
menyebabkan membran timpani tertarik ke arah dalam
sehingga menjadi lebih tegang.dan meningkatkan frekuensi
resonansi sistem penghantar suara dan melemahkan suara
dengan frekuensi rendah
 M. stapedius berorigo di dalam eminensia pyramid dan
berinsersio di ujung posterior kolumna stapes, hal ini
menyebabkan stapes kaku, memperlemah transmini suara
dan meningkatkan resonansi tulang-tulang pendengaran.
Kedua otot ini berfungsi mempertahankan , memperkuat
rantai osikula dan meredam bunyi yang terlalu keras
sehingga dapat mencegah kerusakan organ koklea.

Telinga tengah berhubungan dengan nasopharing melalui tuba


Eustahcius.

Suplai darah untuk kavum timpani oleh arteri timpani anterior,


arteri stylomastoid, arteri petrosal superficial, arteri timpani
inferior. Aliran darah vena bersama dengan aliran arteri dan
berjalan ke dalam sinus petrosal superior dan pleksus
pterygoideus
C. TELINGA DALAM (TD)
TD disuplai oleh arteri auditorius interna cabang dari arteri
cerebelaris inferior. Aliran darah vena bersama dengan aliran arteri
1) Duktus koklea
Duktus koklea, sebuah bagian dari labirin
membranosa berbentuk sebagai tuba spiral,
mengandung sel-sel rambut dan struktur lain yang
memungkinkan fungsi auditori. Diadakan di tempat
dalam tulang koklea, duktus ini merupakan salah
satu dari tiga kompartemen paralel, atau skala (L.,
landai atau tangga) yang 2¾ koil ternyata dalam
koklea (Gambar 23-29):
 Duktus koklea itu sendiri membentuk
kompartemen tengah, atau skala media, diisi
dengan endolimfe. Hal ini kontinu dengan
sakulus dan berakhir di apeks dari koklea.
 Semakin besar skala vestibuli mengandung
perilimfe dan dipisahkan dari skala media
oleh membran vestibularis (Membran
Reissner) struktur yang sangat tipis ini
terdiri atas suatu membran basal dengan
epitel skuamosa selapis di setiap sisinya
(Gambar 23–30). Selsel di kedua lapisan
memiliki taut erat yang luas yang membantu
menjaga gradien ion yang sangat besar pada
kedua sisi membran di antara endolimfe dan
perilimfe
 Skala timpani juga mengandung perilimfe
dan dipisahkan dari skala media oleh
fibroelastik membran basila
2) Organ Corti, atau organ spiral,
Organ Corti, adalah organ reseptor yang
membangkitkan impuls saraf sebagai respons
terhadap getaran membran basilar. Perhatikan
bahwa organ Corti terletak pada permukaan serat
basilar dan membran basilar. Reseptor sensorik
yang sebenarnya di dalam organ Corti adalah dua
tipe sel saraf yang khusus, yang disebut sel rambut-
baris tunggal sel rambut interna (atau "dalam"),
berjumlah sekitar 3.500 dengan diameter yang
berukuran sekitar 12 gm, dan tiga sampai empat
baris sel rambut eksterna (atau "luar"), berjumlah
sekitar 12.000, dan mempunyai diameter hanya
sekitar 8 gm. Bagian dasar dan samping sel rambut
bersinaps dengan jaringan ujung nervus koklearis.
Sekitar 90 sampai 95 persen ujung ini berakhir di
sel-sel rambut dalam, yang memperkuat peran
khusus sel ini dalam mendeteksi bunyi
2. Saraf cranial yang berperan

Saraf vestibulokoklear berperan dalam pendengaran dan membantu


keseimbangan manusia. Saraf ini mengandung dua komponen, yaitu:
 Saraf vestibular yang membantu tubuh merasakan adanya perubahan
posisi kepala akibat gaya gravitasi. Lalu, tubuh akan menggunakan
informasi ini untuk tetap berada di posisi seimbang.
 Saraf koklearis, yang membantu manusia mendengar serta mendeteksi
getaran dari suara.
3. Mekanisme pendengaran dan keseimbangan

MEKANISME PENDENGARAN

a. Telinga Luar Berperan Dalam Lokalisasi Suara


Sel-sel reseptor khusus untuk pendengaran terletak di telinga dalam
yang berisi cairan. Karena itu, gelombang suara di udara harus
dapat disalurkan ke arah dan dipindahkan ke telinga dalam, dengan
mengompensasi pengurangan energi suara yang terjadi secara
alami dalam proses ketika gelombang suara berpindah dari udara
ke air. Fungsi ini dilaksanakan oleh telinga luar dan telinga tengah.
telinga luar (lihat Gambar 6-31) terdiri dari pinna (daun telinga),
meatus auditarius eksternus (saluran telinga), dan membran
timpani (gendang telinga). Pinna, lipatan menonjol tulang rawan
berlapis kulit, mengumpulkan gelombang suara dan
menyalurkannya ke saluran telinga

b. Membrane Tympani Bergetar Bersama Gelombang Suara Di


Telinga Luar

c. Tulang-Tulang Telinga Tengah Mengubah getaran Membran


Timpani Menjadi Gerakan Cairan di Telina Dalam
Telinga tengah memindahkan gerakan bergetar membran timpani
ke cairan telinga dalam. Pemindahan ini dipermudah oleh adanya
rantai tiga tulang kecil, atau osikulus (maleus, inkus, dan stapes)
yang membentang di telinga tengah (Gambar 6-34a). Tulang
pertama, maleus, melekat ke membran timpani, dan tulang terakhir,
stapes, melekat ke jendela oval, pintu masuk ke dalam koklea yang
berisi cairan. Sewaktu membran timpani bergetar sebagai respons
terhadap gelombang suara, rangkaian tulangtulang tersebut ikut
bergerak dengan frekuensi yang sama, memindahkan frekuensi
getaran ini dari membran timpani ke jendela oval. Tekanan yang
terjadi di jendela oval yang ditimbulkan oleh setiap getaran akan
menimbulkan gerakan mirip-gelombang di cairan telinga dalam
dengan frekuensi yang sama seperti gelombang suara asal. Ingat
kembali bahwa diperlukan tekanan yang lebih besar untuk
menggerakan cairan daripada menggerakan udara, tetapi sistem
osikulus memperkuat tekanan yang ditimbulkan oleh gelombang
suara di udara melalui dua mekanisme agar cairan di koklea
bergetar. Pertama, karena luas permukaan membran timpani jauh
lebih besar daripada luas jendela oval, terjadi peningkatan tekanan
ketika gaya yang bekerja pada membran timpani disalurkan oleh
osikulus ke jendela oval (tekanan = gaya/luas permukaan).

d. Kokhlea mengandung organ korti


Koklea dibagi di seluruh panjangnya menjadi tiga kompartemen
longitudinal berisi cairan. Duktus koklearis yang buntu, yang juga
dikenal sebagai skala media, membentuk kompartemen tengah.
Bagian ini membentuk terowongan di seluruh panjang bagian
tengah koklea, hampir mencapai ujung. Kompartemen atas, skala
vestibuli, mengikuti kontur bagian dalam spiral, dan skala timpani,
kompartemen bawah, mengikuti kontur luar (Gambar 6-34a dan b).
Skala vestibuli dan skala timpani mengandung cairan yang disebut
perilimfe. Duktus koklearis mengandung cairan yang sedikit
berbeda, endolimfe (Gambar 6-35a).Daerah di luar ujung duktus
koklearis tempat cairan di kompartemen atas dan bawah
berhubungan disebut helikotrema. Skala vestibuli dipisahkan dari
rongga telinga tengah oleh jendela oval, tempat melekatnya stapes.
Lubang kecil lain yang ditutupi oleh membran, jendela bundar,
menutup skala timpani dari telinga tengah. Membran vestibularis
yang tipis membentuk atap duktus koklearis dan memisahkannya
dari skala vestibuli. Membran basilaris membentuk lantai duktus
koklearis, memisahkannya dari skala timpani. Membran basilaris
sangat penting karena mengandung organ Corti, organ indera untuk
pendengaran.

e. Sel Rambut di Organ Corti Menstransduksikan Gerakan


Cairan menjadi Sinyal Saraf
Gerakan stapes yang mirip-piston terhadap jendela oval memicu
gelombang tekanan di kompartemen atas. Karena cairan tidak
dapat terkompresi, tekanan disebarkan melalui dua cara ketika
stapes menyebabkan jendela oval menonjol ke dalam: (1)
penekanan jendela oval dan (2) defleksi membran basilaris
(Gambar 6-35a). Pada bagian-bagian awal jalur ini, gelombang
tekanan mendorong perilimfe maju di kompar temen atas,
kemudian mengelilingi helikotrema, dan masuk ke dalam
kompartemen bawah, tempat gelombang tersebut menyebabkan
jendela bundar menonjol keluar mengarah ke rongga telinga tengah
untuk mengompensasi peningkatan tekanan. Sewaktu stapes
bergerak mundur dan menarik jendela oval ke arah luar ke telinga
tengah, perilimfe mengalir ke arah berlawanan, menyebabkan
jendela bundar menonjol ke dalam. Jalur ini tidak menyebabkan
penerimaan suara, tetapi hanya menghilangkan tekanan
PERAN SEL RAMBUT DALAM Sel rambut dalam dan luar
memiliki fungsi berbeda. Sel rambut dalam adalah sel yang
"mendengar": Sel ini mengubah gaya mekanis suara (getaran
cairan koklea) menjadi impuls listrik pendengaran (potensial aksi
yang menyampaikan pesan pendengaran ke korteks serebrum).

PERAN SEL RAMBUT LUAR Sementara sel-sel rambut dalam


mengirim sinyal auditorik ke otak melalui serat aferen, sel rambut
luar tidak memberi sinyal ke otak tentang suara yang datang. Sel-
sel rambut luar secara aktif dan cepat berubah panjang sebagai
respons terhadap perubahan potensial membran, suatu perilaku
yang dikenal sebagai elektromotilitas. Sel rambut luar memendek
pada depolarisasi dan memanjang pada hiperpolarisasi. Perubahan
panjang ini memperkuat atau menegaskan gerakan membran
basilaris. Analoginya adalah seseorang dengan sengaja mendorong
pendulum jam antik sesuai ayunannya untuk memperkuat gerakan
pendulum tersebut. Modifikasi pergerakan membran basilaris
seperti ini meningkatkan atau menyetel stimulasi pada sel rambut
dalam. Karena itu, sel rambut luar meningkatkan respons sel
rambut dalam, reseptor sensorik pendengaran yang sebenarnya,
menyebabkan mereka sangat peka terhadap intensitas suara dan
dapat sangat membedakan berbagai nada suara
Jaras Persarafan Pendengaran

menggambarkan jaras pendengaran utama. Tampak bahwa serat saraf dan


ganglion spiralis Corti memasuki nukleus koklearis dorsalis dan ventralis yang
terletak di bagian atas medula. Disini, semua serat bersinaps, dan neuron tingkat
dua berjalan terutama ke sisi yang berlawanan dari batang otak dan berakhir di
nukleus olivarius superior. Beberapa serat tingkat kedua lain juga berjalan ke
nukleus olivarius superior pada sisi yang sama. Dari nukleus olivarius superior,
jaras pendengaran berjalan ke atas melalui lemniskus lateralis. Sebagian serat
berakhir di nukleus lemniskus lateralis, tetapi sebagian besar melewati nukleus ini
dan berjalan terus ke kolikulus inferior, tempat semua atau hampir semua serat
pendengaran bersinaps. Dari sini, jaras berjalan ke nukleus genikulatum medial,
tempat semua serat betul-betul bersinaps. Akhirnya, jaras berlanjut melalui
radiasio auditorius ke korteks auditorik, yang terutama terletak di girus superior
lobus temporalis. Beberapa hal penting harus diperhatikan. Pertama, sinyal dari
kedua telinga dihantarkan melalui jaras kedua sisi otak, dengan penghantaran
yang lebih besar pada jaras kontralateral. Pada sekurang-kurangnya tiga tempat di
batang otak, terjadi persilangan antara kedua jaras ini: (1) di korpus trapezoid, (2)
di komisura antara dua inti lemniskus lateralis, dan (3) di komisura yang
menghubungkan dua kolikulus inferior. Kedua, banyak serat kolateral dari traktus
auditorius berjalan langsung ke dalam sistem aktivasi retikular di batang otak.
Sistem ini menonjol secara difus ke atas dalam batang otak dan ke bawah ke
dalam medula spinalis dan mengaktivasi seluruh sistem saraf untuk berespons
terhadap bunyi yang keras. Kolateral-kolateral lain menuju ke vermis serebelum,
yang juga diaktivasi seketika itu juga jika ada bunyi keras yang mendadak.
Ketiga, orientasi spasial berderajat tinggi dipertahankan dalam traktus serat yang
berasal dari koklea sampai ke korteks. Pada kenyataannya, terdapat tiga pola
spasial untuk menghentikan berbagai frekuensi bunyi di inti koklea, dua pola di
kolikulus inferior, satu pola yang tepat untuk berbagai frekuensi bunyi yang khas
di korteks auditorik, dan sekurang-kurangnya lima pola lainnya yang kurang tepat
di korteks auditorik dan area asosiasi auditorik.
MEKANISME KESEIMBANGAN

Selain peran yang bergantung pada koklea, telinga dalam memiliki


komponen khusus lain, aparatus vestibularis, yang memberi informasi
esensial bagi sensasi keseimbangan dan bagi koordinasi gerakan kepala
dengan gerakan mata dan postur (Gambar 6-40). Kesetimbangan adalah
sensasi orientasi dan gerakan tubuh. Aparatus vestibularis terdiri dari dua
set struktur di dalam bagian terowongan tulang temporal dekat koklea—
kanalis semisirkularis dan organ otolit. Aparatus vestibularis mendeteksi
perubahan posisi dan gerakan kepala. Seperti di koklea, semua komponen
aparatus vestibularis mengandung endolimfe dan dikelilingi oleh
perilimfe. Serupa dengan organ Corti, komponen-komponen vestibularis
masing-masing mengandung sel rambut yang berespons terhadap
deformasi mekanis yang dipicu oleh gerakan spesifik endolimfe. Dan
seperti sel rambut auditorik, reseptor vestibularis dapat mengalami
depolarisasi atau hiperpolarisasi, bergantung pada arah gerakan cairan.
Tidak seperti informasi dari sistem pendengaran, sebagian besar informasi
yang dihasilkan oleh aparatus vestibularis tidak mencapai tingkat
kesadaran.

PERAN KANALIS SEMISIRKULARIS


Kanalis semisirkularis mendeteksi akselerasi atau deselerasi rotasional
atau angular kepala, misalnya ketika menengok, mulai atau berhenti
berputar, jungkir-balik. Masing-masing telinga mengandung tiga kanalis
semisirkularis yang tersusun dalam bidang tiga dimensi yang tegak lurus
satu sama lain. Sel-sel rambut reseptor masing-masing kanalis
semisirkularis terletak di atas suatu bubungan berbentuk pelana kuda yang
terletak di ampula, suatu pembesaran di dasar kanalis (Gambar 6-40a dan
b). Rambut-rambut terbenam di dalam lapisan gelatinosa berbentuk tudung
di atasnya, kupula, yang menonjol ke dalam endolimfe dan meregangkan
atap ampula. Gaya pergerakan endolimfe mendorong kupula sehingga
kupula membungkuk dan rambut yang tertanam tertekuk. Akselerasi atau
deselerasi sewaktu rotasi kepala dalam arah apapun menyebabkan gerakan
endolimfe paling tidak pada salah satu kanalis semisirkularis karena
susunan tiga dimensinya. Sewaktu Anda mulai menggerakkan kepala
Anda, kanal tulang dan sel-sel rambut yang terbenam di dalam kupula
bergerak bersama kepala Anda. Namun, pada awalnya cairan di dalam
kanalis, karena tidak melekat ke tengkorak Anda, tidak bergerak searah
dengan rotasi tetapi tertinggal di belakang akibat adanya inersia. (Karena
inersia, benda yang diam akan tetap diam, dan benda yang sedang
bergerak akan terus bergerak ke arah yang sama kecuali benda tersebut
mendapat gaya luar yang menyebabkan perubahan.) Ketika endolimfe
tertinggal di belakang sewaktu Anda mulai memutar kepala Anda, cairan
dalam bidang yang sama dengan arah gerakan pada hakikatnya bergeser
dalam arah berlawanan dengan gerakan (serupa dengan tubuh Anda yang
miring kekanan ketika mobil yang Anda kendarai mendadak berbelok ke
kiri) (Gambar 6-40c). Gerakan cairan ini menyebabkan kupula miring
dalam arah berlawanan dengan gerakan kepala Anda,menekuk rambut-
rambut sensorik yang terbenam di dalamnya. Iika gerakan kepala Anda
berlanjut dengan kecepatan dan arah yang sama, endolimfe akan menyusul
dan bergerak bersama dengan kepala Anda sehingga rambut-rambut
tersebut kembali ke posisinya yang tidak melengkung. Ketika kepala Anda
melambat dan berhenti, terjadi situasi yang sebaliknya. Endolimfe sesaat
melanjutkan gerakan ke arah rotasi sementara kepala Anda melambat
untuk berhenti. Akibatnya, kupula dan rambutrambutnya secara transien
melengkung ke arah putaran sebelumnya, yaitu berlawanan dengan arah
lengkung mereka sewaktu akselerasi. Rambut-rambut di sel rambut
vestibularis terdiri dari satu silium, kinosilium, bersama dengan 20 hingga
50 mikrovilus— stereosilia—yang tersusun dalam barisan-barisan yang
semakin menurun tingginya dari kinosilium yang lebih tinggi (Gambar 6-
40d) (lihat h. 50). Seperti di sel rambut pendengaran, stereosilia
dihubungkan oleh tip link. Ketika stereosilia terdefleksi oleh gerakan
endolimfe, tegangan yang terjadi di tip link menarik kanal ion berpintu
mekanis di sel rambut. Sel rambut mengalami depolarisasi atau
hiperpolarisasi, bergantung pada apakah kanal ion terbuka atau tertutup
secara mekanis oleh pergeseran berkas rambut. Setiap sel rambut memiliki
orientasi sedemikian rupa sehingga sel tersebut mengalami depolarisasi
ketika stereosilia menekuk ke arah kinosilium dan mengalami
hiperpolarisasi ketika stereosilia tertekuk menjauh dari kinosilium. Sel-sel
rambut membentuk sinaps kimiawi dengan ujung terminal neuron aferen
yang aksonnya menyatu dengan akson struktur vestibularis lain untuk
membentuk saraf vestibularis. Saraf ini menyatu dengan saraf auditorius
dari koklea untuk membentuk saraf vestibulokoklearis. Depolarisasi
meningkatkan pelepasan neurotransmiter dari sel rambut, menyebabkan
peningkatan frekuensi lepas-muatan serat aferen; sebaliknya,
hiperpolarisasi mengurangi pelepasan neurotransmiter dari sel rambut,
pada gilirannya mengurangi frekuensi potensial aksi di serat aferen. Ketika
cairan secara perlahan berhenti, rambutrambut menjadi lurus kembali.
Dengan demikian, kanalis semisirkularis mendeteksi perubahan kecepatan
gerakan rotasional (akselerasi atau deselerasi rotasional) kepala Anda.
Mereka tidak berespons ketika kepala Anda tidak bergerak atau ketika
berputar dalam lingkaran dengan kecepatan tetap.

PERAN ORGAN OTOLIT Organ otolit memberi informasi tentang posisi


kepala relatif terhadap gravitasi (yaitu, kepala miring statik) dan juga
mendeteksi perubahan kecepatan gerakan lurus (bergerak dalam garis
lurus ke manapun arahnya). Organ otolit, utrikulus dan sakulus, adalah
struktur berbentuk kantong yang berada di dalam ruang bertulang di antara
kanalis semisirkularis dan koklea (Gambar 6-40a). Rambut (kinosilium
dan stereosilia) sel-sel rambut reseptor di organ indera ini juga menonjol
ke dalam suatu lembaran gelatinosa di atasnya, yang gerakannya
menggeser rambut dan menyebabkan perubahan potensial sel rambut. Di
dalam lapisan gelatinosa terbenam banyak kristal kecil kalsium karbonat-
otolit ("batu telinga")-sehingga menyebabkan lapisan ini lebih berat dan
meningkatkan inersianya dibandingkan cairan sekitar (Gambar 6-41a).
Ketika seseorang berada dalam posisi tegak, rambut-rambut di dalam
utrikulus berorientasi vertikal dan rambut sakulus berjajar horizontal.
Marilah kita lihat utrikulus sebagai contoh. Massa gela-tinosanya yang
mengandung otolit berubah posisi dan menekuk rambut melalui dua cara:
o Ketika Anda memiringkan kepala Anda ke suatu arah selain
vertikal (yaitu, selain lurus naik-turun), rambut-rambut akan
menekuk sesuai arah kemiringan karena gaya gravitasi yang
mengenai lapisan gelatinosa di atasnya (Gambar 6-41b).
Penekukan ini menimbulkan depolarisasi atau hiperpolarisasi
potensial reseptor bergantung pada miringnya kepala Anda. Karena
itu SSP menerima berbagai pola aktivitas saraf bergantung pada
posisi kepala dalam kaitannya dengan gravitasi.
o Rambut utrikulus juga bergerak oleh setiap perubahan pada
gerakan linier horizontal (misalnya, bergerak lurus ke depan, ke
belakang, atau ke samping). Sewaktu Anda mulai berjalan maju
(Gambar 6-41c), membran otolit mula-mula tertinggal di belakang
endolimfe dan sel rambut karena inersianya yang lebih besar.
Karena itu, rambut menekuk ke belakang, dalam arah berlawanan
dengan gerakan maju kepalaAnda. Jika Anda mempertahankan
kecepatan langkah Anda, lapisan gelatinosa tersebut segera
menyamai dan bergerak dengan kecepatan yang sama dengan
kepala Anda sehingga rambut tidak lagi tertekuk. Ketika Anda
berhenti berjalan, lembar otolit tetap bergerak maju sesaat sewaktu
kepala Anda melambat dan berhenti, menekuk rambut ke depan.
Karena itu, sel-sel rambut utrikulus mendeteksi akselerasi dan
deselerasi linier arah horizontal, tetapi tidak memberi informasi
mengenai gerakan dalam arah lurus dengan kecepatan tetap.
4. Pemeriksaan fungsi pendengaran dan gangguannya

Tipe-Tipe Tuli Tuli biasanya dibagi menjadi dua tipe:


o yang disebabkan oleh kerusakan koklea nervus auditorius, atau
sirkuit susunan saraf pusat dari telinga, yang biasanya digolongkan
sebagai "tuli saraf",
o yang disebabkan oleh kerusakan struktur fisik telinga yang
menghantarkan bunyi ke koklea, yang biasanya disebut "tuli
konduksi:' Jika koklea atau nervus auditorius rusak, orang tersebut
menjadi tuli permanen. Namun, jika koklea dan nervus tetap utuh
tetapi sistem tulang pendengaran timpani telah hancur atau
mengalami ankilosis ("membeku" akibat fibrosis atau kalsifikasi),
gelombang bunyi masih dapat dikonduksikan ke koklea melalui
konduksi tulang dari pembangkit bunyi yang diletakkan di kepala
di atas telinga.

Audiometer. Untuk menentukan sifat kelainan pendengaran, digunakan


"audiometer". Hanya merupakan earphone yang dihubungkan dengan
osilator elektronik yang mampu memancarkan nada murni dengan
kisaian dari frekuensi rendah sampai frekuensi tinggi, instrumen ini
dikalibrasi sedemikian sehingga bunyi dengan tingkat intensitas nol
pada setiap frekuensi merupakan kekerasan bunyi yang hampir tidak
dapat didengar oleh telinga normal. Pengatur volume yang terkalibrasi
dapat meningkatkan kekerasan di atas tingkat nol. Jika kekerasan harus
ditingkatkan sampai 30 desibel di atas normal untuk dapat didengar,
orang tersebut dikatakan mengalami kehilangan pendengaran 30
desibel untuk frekuensi tersebut. Dalam melakukan uji pendengaran
menggunakan audiometer, seseorang diuji dengan sekitar 8 sampai 10
frekuensi dalam spektrum pendengaran, dan kehilangan pendengaran
ditentukan untuk masingmasing frekuensi tersebut. Kemudian apa
yang disebut audiogram diplotkan, seperti tampak pada >Gambar 52-
12 dan 52-13, menggambarkan kehilangan pendengaran untuk masing-
masing frekuensi dalam spektrum pendengaran. Audiometer, selain
dilengkapi dengan earphone untuk menguji konduksi udara oleh
telinga, juga dilengkapi dengan vibrator mekanik untuk menguji
konduksi tulang dari prosesus mastoideus di kepala ke dalam koklea

Audiogram pada Tuli Saraf. Pada tuli saraf, yang mencakup kerusakan koklea,
nervus auditorius, atau sirkuit sistem saraf pusat dari telinga, orang tersebut
mengalami penurunan atau kehilangan kemampuan total untuk mendengar bunyi
pada pengujian konduksi udara dan konduksi tulang

Audiogram yang menggambarkan tuli saraf sebagian, diperlihatkan dalam


>Gambar 52-12. Dalam >Gambar ini, tuli terutama untuk bunyi berfrekuensi
tinggi. Tuli seperti itu dapat disebabkan kerusakan basis koklea. Tipe tuli ini pada
tingkat tertentu terjadi pada hampir semua orang tua

Pola lain tuli saraf seringkali terjadi sebagai berikut: (1) tuli untuk bunyi
berfrekuensi rendah yang disebabkan oleh pajanan berlebihan dan berkepanjangan
terhadap bunyi yang sangat keras (musik rock atau mesin pesawat terbang),
karena bunyi berfrekuensi rendah biasanya lebih keras dan lebih merusak organ
Corti, dan (2) tuli untuk semua frekuensi yang disebabkan oleh sensitivitas organ
Corti terhadap obat, khususnya sensitivitas terhadap beberapa antibiotik, seperti
streptomisin, kanamisin, dan kloramfenikol

Audiogram pada Tuli Konduksi Telinga Tengah. Tipe tuli yang sering ditemukan
adalah tuli yang disebabkan oleh fibrosis telinga tengah setelah infeksi berulang
atau fibrosis yang terjadi pada penyakit herediter, yang disebut otosklerosis. Pada
kedua keadaan tersebut, gelombang bunyi tidak dapat dihantarkan dengan mudah
melalui tulang-tulang pendengaran dari membran timpani ke fenestra ovalis.
>Gambar 52-13 memperlihatkan audiogram seseorang dengan "tuli konduksi
udara telinga tengah". Dalam hal ini, konduksi tulang pada dasarnya normal,
tetapi konduksi melalui sistem tulang-tulang pendengaran sangat menurun pada
semua frekuensi, terutama pada frekuensi-frekuensi rendah. Pada beberapa kasus
tuli konduksi, bidang depan stapes mengalami "ankilosis" karena pertumbuhan
tulang yang berlebihan ke tepi fenestra ovalis. Dalam hal ini, orang tersebut
menjadi tuli total untuk konduksi melalui tulang pendengaran, tetapi dapat
mendengar kembali hampir normal melalui operasi pengangkatan stapes dan
menggantinya dengan Teflon yang sangat kecil atau prostesis logam yang
menghantarkan bunyi dari inkus ke fenestra ovalis.

(1)(2)(3)(4)(5)(6)

DAFTAR PUSTAKA

1. Setyo Nugroho P, Wiyadi H. Anatomi Dan Fisiologi Pendengaran Perifer. J


THT-KL [Internet]. 2012;2(2):76–85. Available from:
file:///Users/macintoshhd/Desktop/anat dan fisio telinga.pdf
2. Amalia R. Tinjauan Pustaka OMSK. Univ Muhammadiyah Semarang.
2015;1–40.
3. Mózo BS. Pusat Keseimbangan. J Chem Inf Model [Internet].
2017;53(9):1689–99. Available from:
file:///C:/Users/User/Downloads/fvm939e.pdf
4. Soares AP. 済無 No Title No Title. J Chem Inf Model. 2013;53(9):1689–
99.
5. 森光浩, 坂口幹, 谷口啓輔, 鈴博司, 今村厚志, 下前英司, et al. Α-フェト
プロテインが高値を呈した腎細胞癌の 1 例 : 第 211 回長崎地方会.
Japanese J Urol. 1989;80(10):1522–3.
6. Wiyanjana KDF. Proses Degenerasi Wallerian pada Cedera. 2017;
(September):92027.
7. sobotta atlas human and anatomy head, neck edisi 24
8. Basic Histology Junquira
9. Sherwood human Phisiology

Anda mungkin juga menyukai