Anda di halaman 1dari 5

Perkembangan Spiritual

Anak-anak mempelajari kepercayaaan akan Tuhan dan keagamaan dari


lingkungannya, terutama dari orangtua dan praktek-praktek religius.
Perkembangan spiritual ini berjalan seiring dengan perkembangan kognitif.
Seringkali anak pra-sekolah memiliki konsep dasar tentang Tuhan dengan
membayangkan fisik Tuhan sebagai teman imajinasi. Anak pra-sekolah dapat
memahami cerita-cerita pendek yang diambil dari kitab suci dan doa-doa pendek
yang diajarkan, namun pemahaman mereka akan mengapa ritual tersebut harus
dilakukan masih terbatas.
Perasaaan atau hati nurani yang dimiliki olehanak pra-sekolah terkait erat
dengan perkembangan spiritual mereka. Mereka belajar hal-hal yang benar dan
salah dan menghindari melakukan perbuatan yang salah untuk menghindari
hukuman. Perbuatan salah menimbulkan perasaan bersalah pada anak prasekolah, dan mereka salah menafsirkan bahwa ketika mereka sakit adalah suatu
bentuk hukuman dari Tuhan. Sangat penting memperkenalkan Tuhan sebagai
sosok yang penuh kasih sayang dan cinta tanpa pamrih, bukan sosok yang
dikaitkan dengan hukuman, azab, dll. Berdoa kepada Tuhan dan ritual-ritual
religius dapat membantu anak-anak menghadapi periode stres mereka, seperti
periode ketika mereka dirawat di rumah sakit.
Perkembangan Body Image
Masa-masa pra-sekolah memainkan peranan penting dalam perkembangan body
image seorang individu. Seiring dengan bertambahnya pemahaman mereka
terkait bahasa, mereka mulai mengerti bahwa seorang individu memiliki
penampilan yang diinginkan dan tidak diinginkan. Mereka mulai paham adanya
perbedaan warna kulit dan identitas ras serta mereka mulai belajar tentang
prasangka. Anak pra-sekolah mulai paham tentang pengertian cantik dan
jelek, dan mereka menggambarkan opini mereka kepada orang lain terkait
penampilan orang lain tersebut. Pada anak umur 5 tahun, mereka mulai
membanding-bandingkan ukuran yang mereka miliki dengan teman sebayanya,
dan sudah memiliki kesadaran tentang keinginan mereka dalam hal ukuran,
yaitu besar atau kecil.
Walaupun anak pra-sekolah mengalami kemajuan dalam perkembangan body
image, namun mereka masih kurang paham terkait batasan-batasan tubuh
mereka. Selain itu, mereka juga memiliki pengetahuan yang sedikit tentang

anatomi internal tubuh. Anak pra-sekolah merasa takut jika darah mereka keluar
dan mereka takut jika organ-organ dalm tubuh mereka akan keluar jika kulit
mereka terluka. Maka dari itu, perban dapat mengurangi rasa cemas mereka.

Perkembangan Seksual
Perkembangan seksual dalam masa pra-sekolah adalah fase yang sangat penting
dalam pemahaman mereka terkait identitas seksual. Anak pra-sekolah
membentuk perasaan cinta kepada orang tua yang berlainan jenis kelamin
dengan mereka, sementara itu, mereka juga mengidentifikasikan diri mereka
pada orangtua yang berjenis kelamin sama. Proses perkembangan perilaku,
kepribadian, dan kepercayaan, terjadi diantara beberapa mekanisme dalam
periode ini. Mekanisme yang paling kuat yang terjadi pada anak ialah praktik
mengasuh dan imitasi. Bagaimana orangtua mengenakan pakaian, menyentuh,
mengemong, dan bicara pada anaknya mengekspresikan beberapa aspek
perilaku yang berorientasi pada perilaku secara seksual. Perkembangan
penelitian mengungkapkan bahwa identifikasi gender bukan semata-mata faktor
biologis atau genetik tetapi terutama karena hasil dari faktor psikologi postnatal
yang kompleks dan hampir semua anak-anak sadar akan kenyataan akan jenis
kelamin mereka.
Seiring dengan berkembangnya perkembangan identitas seksual, berkembang
juga pengenalan gender, kesopanan dan ketakutan-ketakutan akan mutilasi
dapat menjadi sebuah perhatian. Mengimitasi peran seksual dan berpakaian
seperti Ibu atau ayah merupakan sebuah aktifitas yang penting. Perilaku dan
respon-respon anak-anak dalam memerankan peran seksual, dapat membantu
mereka mengenal diri sendiri dan orang lain. Sebagai contoh, anak laki-laki
tidak boleh bermain boneka dapat mempengaruhi konsep diri diri tentang
maskulinitas pada seorang anak laki-laki.

Masalah Tidur
Rata-rata jam tidur untuk anak pra-sekolah adalah 12 jam di malam hari dan
mereka jarang tidur siang. Dengan meningkatnya aktifitas motorik yang seiring
dengan perkembangan motorik halus dan kasar, keingintahuan mereka akan

lingkungan juga semakin besar. Selain itu, mereka juga semakin akti bergerak
sebagai manifestasi dari perkembangan motoriknya.
Masa-masa pra-sekolah merupakan masa yang wajar ketika anak mengalami
gangguan tidur. Beberapa anak memiliki masalah ketika akan pergi tidur,
terutama ketika sebelumnya mereka melakukan banyak aktifitas dan stimulasi
seharian. Anak yang lain dapat merasa takut akan waktu tidur, terbangun di
malam hari, dan mengalami mimpi buruk atau teror pada waktu tidur. Suatu
penilitan mengemukakan bahwa biasanya gangguan tidur terjadi pada anakanak yang memiliki tempramen yang sulit.
Rekomendasi untuk anak yang memiliki gangguan tidur diberikan setelah anak
tersebut melalui pengkajian yang seksama dari masalah yang telah lengkap.
Tradisi kebudayaan terkadang juga bertentangan dengan rekomendasi yang
disarankan oleh perawat dalam mengatasi gangguan tidur. Oleh karena itu,
persepsi orangtua akan kebiasaan tidur tidak dipertimbangkan sebagai masalah.
Intervensi-intervensi yang diberikan dapat sangat berbeda, sebagai contoh,
mimpi buruk dan teror pada waktu tidur menggunakan pendekatan yang
berbeda. Untuk anak-anak yang terlambat untuk pergi tidur, pendekatanyang
dilakukan adalah dengan memberikan konseling pada orangtua akan pentingnya
waktu tidur yang konsisten dan menekankan bahwa hal tersebut merupakan
perilaku yang normalnya dilakukan oleh anak-anak. Hal lain yang dapat
dilakukan untukmenghilangkan keterlambatan tidur pada anak yaitu dengan
tidak mematikan lampu, memberikan mainan kesayangan pada anak ketika
mereka akan tidur, serta meninggalkan segelas air di samping tempat tidurnya.
Membantu anak-anak untuk rileks sebelum tidur juga dapat bermanfaat untuk
mengurangi gangguan pada saat akan tidur. Pendekatan lain yang bisa dilakukan
yaitu dengan membuat satu ritual yang biasa dilakukan sebelum tidur, misalnya
mandi atau membacakan dongeng.

Kesehatan Gigi
Pada permulaan masa pra-sekolah, terjadi erupsi desidua pada gigi. Perawatan
gigi sangat penting pada masa ini, untuk menjaga kesehatan gigi susu dan
mengajarkan kebiasaan baik terkait perawatan gigi. Walaupun kemampuan
motorik anak berkembang pesat, mereka masih membutuhkan tuntunan dan

pengawasan dalam melakukan sikat gigi. Orangtua juga harus menaruh


perhatian besar terhadap makanan-makanan yang dapat merusak gigi.
Trauma yang terjadi pada gigi pada masa pra-sekolah jarang terjadi dan
perawatan yang tepat untuk gigi susu sangatlah penting. Walaupun gigi susu
tidak permanen, pemeliharaan pada sela-sela gigi diperlukan agar terjadi erupsi
yang tepat untuk gigi permanen.

Asuhan Keperawatan pada anak yang mendapat perlakuan salah


Arti luas perlakuan salah pada anak meliputi penganiayaan atau pengabaian fisik
secara sengaja, penganiayaan atau pengabaian emosional, dan penganiayaan
seksual pada anak yang biasanya dilakukan oleh orang dewasa. Pengabaian fisik
melibatkan penekanan kebutuhan fisik seperti makanan, pakaian, rumah,
pengawasan, asuhan medis, dan edukasi. Pengabaian emosi umumnya merujuk
pada kegagalan memnuhi kebutuhan kasih sayang, perhatian, dan pengasuhan
emosional anak. Pengabaian emosional juga meliputi kekurangan intervensi atau
mendorong perilaku maladaptif, seperti tidak bertanggungjawab atau
penyalahgunaan zat. Penganiayaan emosional merupakan aspek perlakuan salah
yang bahkan lebih sulit didefinisikan, adalah upaya yang disengaja untuk
menghancurkan atau merusak harga diri atau kompetensi anak secara
bermakna. Penganiayaan emosional dapat terjadi dalam beberapa bentuk
berikut: penolakan, isolasi, teror, pengabaian, korupsi, penyerangan secara
verbal, dan penekanan yang berlebihan pada anak (Brodeur dan Monteleone,
1994).
Child abuse and prevention act (Public Law 100-235) mendefinisikan
penganiayaan seksual sebagai penggunaan, persuasi/rayuan, atau pemaksaan
setiap anak untuk terlibat dalam praktik seksual secara eksplisit (atau setiap
stimulasi praktik tersebut) untuk menghasilkan setiap gambaran visual
mengenai praktik tersebut, atau pemerkosaan , molestasi, prostitusi atau inses
dengan anak-anak.
Diagnosa Keperawatan: risiko trauma yang berhubungan dengan karakteristik
anak, pemberi asuhan, lingkungan.

Tujuan: pasien tidak lagi mengalami penganiayaan atau pengabaian


Intervensi Keperawatan
1. Impelementasikan upaya untuk mencegah penganiayaan.
Laporkan hal-hal yang mencurigakan ke pihak berwenang.
Bantu memindahkan anak dari lingkungan tidak aman dan tempatkan ke
lingkungan yang aman.
Tetapkan upaya perlindungan bagi anak yang dirawat di rumah sakit
sesuai indikasi untuk mencegah berlanjutnya penganiayaan di rumah
sakit.
2. Rujuk keluarga pasien ke lembaga sosial untuk mendapatkan bantuan
finansial, makanan, pakaian, perumahan, perawatan kesehatan utnuk
membantu mencegah pengabaian.
3. Buat selalu catatan yang faktual dan objektif untuk dokumentasi meliputi
kondisi fisik anak, respons perilaku anak terhadap orangtua , orang lain
dan lingkuangan.
Wawancara anggota keluarga.
4. Bekerjasama dalam upaya tim multidisiplin untuk mengevaluasi kemajuan
anak secara berkelanjutan di panti penampungan, atau ketika kembali ke
keluarga sendiri.
5. Waspadai tanda-tanda berlangsungnya penganiayaan atau pengabaian
6. Bantu orangtua mengidentifikasi situasi yang mencetuskan tindakan
penganiayaan dan cara alternatif untuk melepaskan kemaraha selain
dengan menyerang anak.
7. Rujuk ke penempatan laternatif jika diindikasikan untuk mencegah cedera
atau pengabaian lebih lanjut.
Hasil yang diharapkan:
Anak tidak mengalami cedera atau pengabaian lebih lanjut.

Anda mungkin juga menyukai