DOSEN PEMBIMBING :
YOLANDA OKTARINA
DISUSUN OLEH :
ALGA DWI PUTRA 2200222188
AMANDA OKTAVIA 2200222191
A’ZIZIL HUSNI 2200222196
FATTUR RAHMI 2200222206
FEBRIA HANDAYANI 2200222208
HANIF DAIFULLAH 2200222212
TAHUN PELAJARAN
2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa, karena berkat rahmat
serta karunia-NYA lah kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Character Building
dengan membuat makalah mengenai Bagaimana Menghormati Diri Sendiri ini tepat pada
waktu yang telah ditentukan.
Makalah ini disusun agar pembaca serta kami sendiri dapat memperluas pengetahuan
dan pemahaman mengenai Bagaimana Menghormati Diri Sendiri. Kami juga berharap
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca, maupun dapat pula digunakan sebagai
bahan belajar dan sebagai prasarana penunjang tercapainya pemahaman yang baik mengenai
Bagaimana Menghormati Diri Sendiri. Kami juga menyadari bahwa makalah ini masih
banyak memiliki kekurangan. Oleh sebab itu, kami sangat mengharapkan adanya kritik serta
saran positif yang membangun, agar makalah ini menjadi lebih baik dan berdaya guna dimasa
yang akan datang.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................................1
B. Tujuan........................................................................................................................1
C. Manfaat Penulisan......................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................2
A. Mengenal Diri Sendiri................................................................................................2
B. Menerima Diri Sendiri...............................................................................................8
C. Menghargai Diri Sendiri............................................................................................14
D. Cara Positip Mengatasi Rasa Rendah Diri.................................................................15
E. Upaya Agar Dihargai.................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................17
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemahaman diri yang objektif akan membuat seseorang mengerti akan dirinya,
termasuk kelemahan dan kelebihan yang dimiliki serta bisa bersikap positif dalam
menanggapi kelemahan dan kelebihan yang ada. Menurut Loekmono (dalam Kartono,
1985) tujuan mengenal dan memahami diri sendiri bukannya untuk membuat orang
menjadi kecewa setelah mengetahui bagaimana kepribadian dirinya, tetapi diharapakan
agar setelah mengenal dan memahami dirinya sendiri seseorang dapat menerima
kenyataan yang ada lalu berusaha dengan yang ada pada dirinya untuk mengembangkan
pribadinya agar sehat dan memiliki karakteristik yang positif. Dan menghargai diri sendiri
dan orang lain, tidak lepas dari kehidupan kita di dunia ini,dimana-mana kita menemukan
makna menghargai. Menghargai teman bermain, menghargai guru-guru di sekolah,
menghargai orang lain walaupun tidak di kenal, yang paling utama adalah menghargai
orang tua. Kita harus belajar saling menghargai satu sama lain, memberikan nilai baik
pada karya-karya orang lain, bagaimana perkataan atau sikap kita terhadap orang lain,
tidak dapat diulang kembali.
B. Tujuan
Mengetahui bagaimana cara Mengenal, Menerima, dan Menghargai diri sendiri dan
orang lain.
C. Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan ini adalah untuk menambah pengetahuan dan juga pemahaman
terhadap diri dan orang lain. Hal itu terdiri dari pemahaman menenai apa, bagaimana,
serta upaya yang dibutuhkan dan diperlukan pada tahap mengenal, memahami dan juga
menghargai diri sendiri dan orang lain. Sehingga dengan pengetahuan yang kita miliki,
kita akan lebih mengenal dan menghargai diri kita sebagai individu serta orang lain
sebagai individu yang unik secara holistic.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
d. Jendela gelap.
Hal-hal mengenai diri kita, tapi kita sendiri maupun orang lain tidak tahu. Ini
adalah wilayah misteri dalam kehidupan.
Semakin besar daerah/jendela terbuka kita akan semakin baik, karena berarti kita
mengenal diri secara baik. Orang yang memiliki daerah tertutup lebih besar akan
mengalami kesulitan dalam pergaulan. Adapun mereka yang memiliki daerah buta
sangat besar, bisanya akan membuat orang lain merasa kasihan. Ada dua cara untuk
membuat jendela kita terbuka lebar, yaitu:
1. Bersedia menerima umpan balik, secara verbal maupun non-verbal
Bersedialah untuk menerima kritik, saran dan pendapat dari orang lain tentang
diri kita. Kalau ada orang yang memberikan kritik sangat pedas, ada baiknya
dikaji. Jika merasa tidak benar, tanyakan, mengapa dia mengungkapkan hal itu,
cari klarifikasi, dan bukan membalas menghajarnya atau mengkritik balik. Kritik
adalah bentuk umpan balik yang berisi informasi negatif tentang diri kita, yang
mungkin kita anggap kelemahan. Harusnya kritik itu berisi saran, karena kritik itu
berarti menunjukkan kesalahan dan harus bisa memberitahu bagaimana jalan
keluarnya.
2. Kita juga harus mau lebih membuka diri.
Ungkapkan kalau ada uneg-uneg, kekesalan, kejengkelan dan sebagainya. Bisa
lisan bisa tertulis harus diungkapkan terus terang. Bisa juga kita membuka
kekuatan.
Jawablah dengan jujur, apakah anda benar-benar mengenal diri anda sendiri? Ada
banyak metode mengenal diri. Salah satunya adalah dengan mengisi kuisioner. Apa
pun bentuk metode yang dipilih, tuntutan dasarnya adalah seseorang harus jujur pada
dirinya sendiri. Ambil contoh ringan, banyak orang tidak jujur saat mengisi kuisioner
mengenai dirinya, terlebih lagi bila hasil kuisioner tersebut dinilai oleh pihak lain.
Mereka mengira dengan menulis jawaban yang ideal, mereka akan mendapatkan hasil
penilaian yang baik, padahal mereka sedang membohongi diri mereka sendiri, yang
justru mengagalkan proses pengembangan diri. Penyebab utamanya adalah karena
banyak orang bersikap untuk memenuhi harapan orang lain. Ketidakjujuran dan
ketidakmampuan untuk bersikap apa adanya membuat mereka tidak menjadi diri
mereka sendiri.
3
Apakah anda jujur pada diri anda sendiri? Seringkali menjadi jujur pada diri
sendiri terasa menyakitkan. Banyak orang merasa mandek dalam kariernya. Mereka
menganggap orang lain dan lingkungan sebagai sumber kegagalan. Mereka
mengingkari bahwa penyebabnya justru berasal dari dalam diri mereka sendiri. Di lain
pihak, seringkali pula orang tidak mampu jujur pada diri sendiri karena salah dalam
memahami keberhasilan yang sedang diraihnya. Banyak orang berhasil lalu mengira
mampu melakukan apa saja. Mereka mengembangkan kedua belah lengannya lebar-
lebar dan menyangka akan berhasil di semua hal. Mereka tak mau mengakui bahwa
ada batas-batas yang tak mungkin dilalui. Jujur pada diri sendiri adalah bersedia untuk
menerima segala sesuatu apa adanya. Mengenali diri sendiri adalah belajar untuk
menilai dan memahami diri sendiri dengan pikiran jernih tanpa dibebani dengan
prasangka, harapan, ketakutan dan perasaan-perasaan lain. Maukah anda memaafkan
segala sesuatu yang telah terjadi, dan menerima sebagaimana adanya dengan hati
lapang ?.
Mengenal diri sendiri bukan sekedar mengenal nama, alamat, usia, dan apa-apa
yang tercantum dalam curiculum vitae. Mengenal diri sendiri adalah proses dan
hubungan timbal balik antara seseorang dengan dirinya sendiri. Dalam kehidupan
sehari-hari, orang terbiasa untuk berhubungan dengan orang lain. Mereka
mengembangkan berbagai cara komunikasi efektif dengan orang lain demi
tercapainya tujuan. Demikian pula halnya dengan belajar mengenal diri sendiri,
seseorang harus mengembangkan bentuk komunikasi timbal balik yang baik dengan
dirinya sendiri.
Mereka harus menumbuhkan kemampuan untuk melihat dan mendengar apa yang
dikatakan oleh dirinya sendiri agar mampu memahaminya dengan baik. Proses ini
adalah ketrampilan yang harus diasah terus-menerus. Pada awalnya selalu terasa
berat, karena sebelum bertindak seseorang harus mengkomunikasikannya terlebih
dahulu dengan dirinya sendiri, “apakah ini adalah sesuatu yang sesuai dengan diri
saya? apakah ini benar-benar menjadi keinginan diri saya?” Dengan kata lain proses
mengenal diri sendiri adalah proses membangkitkan kesadaran diri. Dan, bagian
terberat dalam proses ini adalah belajar untuk disiplin.
Apakah anda sanggup melakukan disiplin diri? Salah satu bentuk disiplin yang
menuntun pada pengenalan diri adalah mengamati diri secara cermat – mengamati
4
setiap perasaan, pikiran, harapan, keinginan, kegembiraan dan lain-lain yang terjadi
dalam diri sendiri. Para spiritualis biasa melakukan ini dengan bermeditasi, khusyu’,
mengheningkan cipta, atau berbagai istilah lain. Pengamatan ini menumbuhkan
kesadaran yang lebih tenang, yang mampu melihat secara jernih pikiran dan perasaan
yang sedang terjadi, kemampuan, bakat dan ketrampilan yang dimiliki, kekuatan dan
kesempatan untuk menggunakan semua pikiran, perasaan, kemampuan, bakat dan
ketrampilan itu untuk sebaik-baiknya kehidupan karier. Pengamatan diri ini dapat
dilakukan di setiap saat sembari melakukan kegiatan sehari-hari. Justru dalam
kegiatan sehari-hari itulah seseorang berkesempatan untuk menyadari betapa banyak
gejolak pikiran, perasaan yang muncul silih berganti.
Apakah anda bersedia menjadi diri anda sendiri? Banyak orang mengaburkan arti
menjadi “diri sendiri” dengan “semaunya sendiri”. Menjadi diri sendiri melalui proses
mengenal diri adalah menumbuhkan pengendalian diri karena dalam mengembangkan
dirinya seseorang harus senantiasa berjalan pada potensi-potensi yang dianugerahkan
padanya. Selain itu, banyak orang menjadi apa yang dikatakan orang lain dan
menganggapnya itu sesuai dengan dirinya. Yang perlu disadari adalah bahwa setiap
orang itu berbeda dan unik. Tak ada orang yang sama. Mereka dianugerahi
kemampuan, potensi dan bakat yang berbeda-beda.Tugas manusia adalah
menggunakan semua itu untuk kemajuan kehidupan ini. Tujuan mengenal diri untuk
pengembangan karir adalah mengenal apa potensi-potensi, bakat-bakat, kemampuan
dan ketrampilan yang ada pada diri agar bisa digunakan untuk kemajuan karir. Selain
itu, mengenal diri akan menumbuhkan kesadaran dan pengendalian diri, suatu bentuk
pengembangan emosi dan spiritual yang dibutuhkan untuk mengiringi langkah
kemajuan karir. Diri sendiri (pribadi) adalah milik orang yang paling berharga,
karunia Tuhan yang paling indah, yang memberi ciri khas dan menentukan keunikan
setiap orang. Di dalamnya tersembunyi potensi-potensi yang bisa dikembangkan dan
digunakan dalam hidup. Manusia berkewajiban untuk mengenal, menguasai dan
mengembangkan potensi-potensi tersebut dan memadukannya hingga menjadi satu
kesatuan yang kompak dan serasi.
5
diri sendiri berarti membuang kesempatan emas untuk menjadikan hidupnya
bermakna dan berharga. Pekerjaan ini tidak mudah.Sering kita tak menyadari
kehidupan batin dan kemampuan kita; tak tahu apa minat kita. Kalau toh sudah tahu
ada sifat-sifat yang kurang baik, kita tak mau memperbaikinya, malah orang lain yang
kita suruh menerima kita apa adanya. Memahami diri sendiri penting bagi guru dan
konselor agar mempunyai kesehatan jiwa, karena jika jiwa/mentalnya tidak sehat, ia
tak akan bisa mengajar dengan baik. Bahkan “sakit jiwa” nya itu akan menular pada
anak didiknya. Sedangkan bagi konselor, ia akan membutuhkan waktu yang lebih
lama dan keahlian tertentu untuk menolong kliennya.
Berikut ini ada tipe-tipe manusia menurut Kant yang bisa membantu kita
mengenal diri sendiri.
1) Sanguinis (Berdarah Ringan), ciri-cirinya:
sering berjanji tapi jarang ditepati, karena tidak dipikir dulu masak-masak.
tak dapat diandalkan.
sukar bertobat, tak pernah kapok, jarang menyesal.
ramah dan periang.
dalam masalah-masalah yang serius cepat bosan, tapi dalam soal hiburan tak
bosan-bosannya.
2) Melankholis (Berdarah Berat), ciri-cirinya:
perhatiannya tertuju pada kesulian-kesulitannya.
kurang puas akan dirinya sendiri. Kurang suka melihat orang lain senang (iri,
dengki).
tidak mudah percaya pada orang lain.
selalu menepati janji.
selalu bimbang/ragu.
3) Choleris (Berdarah Panas), ciri-cirinya:
cepat terbakar (marah) tapi cepat pula padamnya.
tindakan-tindakannya cepat tapi tidak tetap.
suka memerintah.
mengejar kehormatan, suka dipuji (riya).
suka formalitas.
cinta pada diri
6
kalau berpakaian selalu rapi agar terkesan cerdas.
4) Phlegmatis (Berdarah Dingin), ciri-cirinya:
Dalam arti negatif
tidak peka, lamban. Dorongan yang kuatpun tak mampu membuatnya
bertindak.
Malas
cenderung bosan dan mengantuk.
Dalam arti positif
tidak mudah marah, tapi kalau sudah marah awet.
tidak mudah bergerak, tapi kalau sudah bergerak tahan lama.
tidak risau dengan keadannya itu.
cocok untuk tugas-tugas ilmiah.
7
Sebabnya dampaknya membuat kita menjadi minder. Apalagi jika kekurangan
tersebut adalah kekurangan yang dicapkan orang lain kepada kita. Jangan hidup
dengan label yang diberikan orang lain kepada kita padahal kita belum tentu
seperti itu. Misalnya, kita percaya bahwa kita orang malas hanya karena beberapa
orang mengatakan hal itu, padahal sebenarnya kita adalah orang yang rajin.
e. Mengenal diri sebenarnya bukan hanya siapa diri kita pada saat ini, tapi juga siapa
diri kita di masa mendatang (konsep diri). Oleh sebab itu, kita bisa membentuk
diri kita seperti apa yang kita kehendaki. Caranya, masukkan terus menerus
pikiran positif seperti apa diri kita di masa mendatang. Yakin bahwa kita bisa
berubah seperti apa yang kita maui. Niscaya diri kita di masa mendatang akan
lebih baik dari diri kita di masa kini (terjadinya peningkatan kualitas diri).
8
dirinya sendiri, dapat menerima keadaan dirinya secara tenang dengan segala
kelebihan dan kekurangan yang dimiliki, serta memiliki kesadaran dan penerimaan
penuh terhadap siapa dan apa diri mereka, dapat menghargai diri sendiri dan
menghargai orang lain, serta menerima keadaan emosionalnya (depresi, marah, takut,
cemas, dan lain-lain) tanpa mengganggu orang lain.
Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke masa dewasa. Periode ini
dianggap sebagai masa-masa yang amat penting dalam kehidupan seseorang,
khususnya dalam pembentukan kepribadian seseorang (Riyanti , Prabowo &
Puspitawati, 1996). Santrock (2002) mengatakan bahwa remaja memiliki perasaan
bahwa mereka unik dan kebal yang membuat mereka berfikir bahwa penyakit dan
gangguan tidak akan memasuki kehidupan mereka. Maka bukanlah suatu yang
mengejutkan, ketika remaja diagnosa terkena penyakit terminal seperti kanker,
mereka akan merasa terkejut, terhina dan merasa tidak adil (Taylor, 1999). Setelah
didiagnosa adanya leukemia remaja sering berada dalam tahap krisis yang ditandai
dengan ketidakseimbangan fisik, sosial dan psikis. Penyakit seperti leukemia dapat
mengakibatkan perubahan drastis dalam konsep diri dan harga diri penderita.
Perubahan ini dapat terjadi secara sementara namun dapat juga menetap. Dengan
adanya diagnosa leukemia pada diri remaja dan menjalankan treatment-treatment
dengan efek samping yang dihasilkan dari treatment tersebut, hospitalisasi dan
dampak yang diberikan pada kehidupan remaja, hal-hal seperti ini kemungkinan dapat
mempengaruhi penerimaan dirinya.
9
b. Penerimaan diri pantulan (reflected self-acceptance)
Yaitu membuat kesimpulan tentang diri kita berdasarkan penangkapan kita
tentang bagaimana orang lain memandang diri kita. Hal tersebut bisa dilakukan
dengan cara meminta pendapat orang lain tentang diri sendiri.
c. Penerimaan diri dasar (basic self-acceptance)
Yaitu keyakinan bahwa diri diterima secara intrinsik dan tanpa syarat.
Penerimaan diri dasar ini lebih berorientasi pada urusan personal individu.
Individu mampu menghargai dan menerima diri apa adanya serta tidak
menetapkan standar atau syarat yang tinggi di luar kesanggupannya dirinya.
d. Pembandingan antara yang real dan ideal (Real-Ideal Comparison)
Yaitu penilaian tentang diri yang sebenarnya dibandingkan dengan diri yang
diimpikan atau inginkan. Kesenjangan antara diri ideal dan riil hanya akan
menyebabkan individu merasa tidak puas diri dan mudah frustasi.
e. Pengungkapan diri
Pengungkapan diri mengandung arti bahwa penerimaan diri dapat ditempuh
dengan upaya mengasah keberanian untuk mengungkapan diri (pikiran, perasaan,
atau lainnya) kepada orang lain. Pengungkapan diri dapat memberi informasi
kepada individu tentang siapa dirinya, sebab dari interaksi tersebut individu akan
mendapat feed back yang berguna untuk memperkaya pengetahuan tentang
dirinya. Pengungkapan pikiran atau perasaan hendaknya dilakukan secara asertif
sebab tindakan tersebut lebih mendukung pada perkembangan kepribadian yang
sehat daripada cara agresif maupun pasif. Menurut Allport (Sobur, 2003) elemen
penting dalam penerimaan diri adalah kemampuan mengontrol emosi. Upaya
mengontrol emosi dapat dilakukan melalui tindakan asertif, sebab di dalam asertif
terdapat pengontrolan emosi sehingga pengungkapan diri antar individu yang
berkomunikasi dapat berjalan seimbang dan tidak ada individu yang tersakiti atau
menyakiti.
f. Penyesuaian diri
Dalam penerimaan diri terdapat penyesuaian diri. Individu yang tidak mampu
menyesuaikan diri menjadi tidak mampu untuk menerima dirinya sendiri.
Misalnya, ketika individu memiliki cacat pada tubuhnya, maka individu harus
menyesuaikan diri dengan cacat tersebut, agar cacatnya dapat diterima menjadi
bagian dari dirinya. Sebaliknya, bila tidak mampu menyesuaikan diri maka
individu cenderung mengembangkan reaksi negatif bagi dirinya seperti terus
10
menerus mengeluh, putus asa, frustasi, mengacuhkan dirinya, dan lain-lain. Reaksi
tersebut menunjukkan bahwa individu berupaya melakukan penolakan terhadap
cacat tubuhnya. Jika keadaan ini dibiarkan maka individu tidak akan mampu
menerima dirinya.
g. Memanfaatkan potensi secara efektif
Individu yang dapat memanfaatkan potensi dirinya secara efektif dapat
membantu terciptanya penerimaan diri. Penerimaan diri berarti mampu menerima
diri apa adanya dan memanfaatkan apa yang dimilikinya secara efektif. Pendapat
Mappiare mengandung dua hal yaitu pertama, proses penerimaan diri terdapat
kemampuan untuk mengenali potensi diri. Kedua ada upaya yang positif untuk
memanfaatkan apa yang dimilikinya, hal itu berarti ada rencana untuk mencapai
masa depan yang baik.
11
Faktor-faktor yang berperan dalam penerimaan diri yang positif sebagai :
a. Adanya pemahaman tentang diri sendiri
Hal ini dapat timbul dari kesempatan seseorang untuk mengenali
kemampuan dan ketidakmampuannya. Pemahaman diri dan penerimaan diri
berjalan dengan berdampingan, maksudnya semakin orang dapat memahami
dirinya, maka semakin dapat menerima dirinya.
b. Adanya harapan yang realistik
Hal ini bisa timbul bila individu menentukan sendiri harapannya dan
disesuaikan dengan pemahaman mengenai kemampuannya, dan bukan
diarahkan oleh orang lain dalam mencapai tujuannya.
c. Tidak adanya hambatan didalam lingkungan
Walaupun seseorang sudah memiliki harapan yang realistik, tetapi bila
lingkungan disekitarnya tidak memberikan kesempatan atau bahkan
menghalangi maka harapan orang tersebut tentu akan sulit tercapai.
d. Sikap-sikap anggota masyarakat yang menyenangkan
Tidak adanya prasangka, adanya penghargaan terhada kemampuan sosial
orang lain dan kesediaan individu untuk mengikuti kebiasaan lingkungan
e. Tidak adanya gangguan emosional yang berat
Yang membuat individu dapat bekerja sebaik mungkin dan merasa bahagia
f. Pengaruh keberhasilan yang dialami, baik secara kualitatif maupun kuantitatif
Keberhasilan yang dialami dapat menimbulkan penerimaan diri dan
sebaliknya kegagalan yang dialami dapat mengakibatkan adanya penolakan
diri.
g. Identifikasi dengan orang yang memiliki penyesuaian diri yang baik
Mengindentifikasi diri dengan orang yang Well adjusted dapat
membangun sikap-sikap yang positif terhadap diri sendiri, dan bertingkah laku
dengan baik yang bisa menimbulkan penilaian diri yang baik dan penerimaan
diri yang baik.
h. Adanya prespektif diri yang luas
Yaitu mempertahatikan juga pandangan orang lain tentang diri. Prespektif
diri yang luas ini diperoleh melalui pengalaman dan belajar. Dalam hal ini usia
dan tingkat pendidikan memegang peranan penting bagi seseorang untuk
mengembangkan prespektif dirinya.
i. Pola asuh dimasa kecil yang baik
12
Anak yang diasuh secara demokratis akan cenderung berkembang sebagai
orang yang dapat menghargai dirinya sendiri
j. Konsep diri yang stabil
Individu yang tidak memiliki konsep diri stabil misalnya, maka kadang
individu menyukai dirinya, dan kadang ia tidak menyukai dirinya, akan sulit
menunjukan pada orang lain siapa dirinya yang sebenarnya, sebab individu.
13
C. Menghargai Diri Sendiri
Menghargai adalah suatu sikap menghormati dan menjaga diri sendiri, tidak
membiarkannya terlantar dan menjadi beban orang lain, serta tidak membiarkannya,
diperalat atau dimanipulasi oleh orang lain.
Harga diri Adalah apa yang saya pikirkan dan rasakan tentang diri saya sendiri
bukanlah apa yang dipikirkan dan dirasakan oleh orang lain.
1. Sikap Menghargai Diri Sendiri
Menjadikan dirinya sebagai subjek pelaku, aktif dalam setiap tindakan , tidak
menjadikan dirinya objek yang tertindas, yang hanya menerima nasib begitu saja,
menjauhkan diri dari tindakam tercela, madat, narkoba, judi, maling, provokator dan
sebagainya, sikap-sikap seperti konsisten, tanggung jawab dan menghargai waktu,
termasuk wujud dari sikap menghargai diri sendiri.
Biasakanlah berbicara: Kebahagiaan-Kemajuan-Kemakmuran.
2. Mengembangkan Harga Diri
Mengembangkan keyakinan bahwa seseorang mampu hidup dan patut berbahagia
dalam menghadapi kehidupan dengan penuh keyakinan, kebajikan dan optimisme
yang akan membantu kita mencapai tujuan. Dengan mengembangkan harga diri
berarti memperluas kapasitas untuk mencapai kebahagiaan. Semakin kokoh harga diri
seseorang semakin kreatif dalam bekerja, semakin hormat dan bijak dalam
memperlakukan orang lain karena tidak memandang orang lain sebagai ancaman.
Harga diri yang sejati tidak diungkapkan melalui pemujaan diri saja dengan
mengorbankan oranglain atau menyengsarakan orang lain untuk kebahagiaan
sendiri.
3. Hambatan Utama Menghargai Diri Sendiri
Rasa rendah diri menganggap diri kecil dan tak berarti. Orang yang rendah diri
senantiasa dikejar-kejar oleh kekurangan-kekurangan yang menghantui baik
kekurangan itu sungguh-sungguh ada atau hanya dibayangkan diri sendiri.
Seluruh hidupnya penuh diliputi oleh kerja membanding-bandingkan dirinya
dengan orang lain dan hampir selalu merasa kalah. Ciri-Ciri orang yang rendah diri
antara lain:
a) Menuntut cinta dan kekaguman terlalu banyak dari orang lain.
b) Gila kesempatan dan berharap terlalu banyak pada dirinya.
c) Terlalu takut mengalami kekalahan dan kegagalan.
14
d) Terlalu dihantui sukses orang lain.
e) Menghindari tanggung jawab dengan menyatakan telah gagal.
f) Terlalu peka perasaan.
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Mengenal diri merupakan salah satu ciri khas manusia, sebagai makhluk istimewa,
terutama karena memiliki akal budi dan kehendak bebas. Mengenal diri: suatu
keberhasilan memahami hal-hal yang penting tentang diri sendiri dan orang lain, yang
membantu dalam usaha membangun sikap baik dan positif, mau menerima dan
mengembangkan diri sendiri dan orang lain. Utamanya: mengenal kepribadian, watak dan
temperamen, bakat dan potensi, serta dapat memetakan diri sendiri perihal kekuatan dan
kelemahan.
Penerimaan diri merupakan sikap positif terhadap dirinya sendiri, ia dapat menerima
keadaan dirinya secara tenang, dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Mereka
bebas dari rasa bersalah, rasa malu, dan rendah diri karena keterbatasan diri serta
kebebasan dari kecemasan akan adanya penilaian dari orang lain terhadap keadaan
dirinya.
Menghargai adalah suatu sikap menghormati dan menjaga diri sendiri, tidak
membiarkannya terlantar dan menjadi beban orang lain, serta tidak membiarkannya,
diperalat atau dimanipulasi oleh orang lain.
B. Saran
Dengan di susunnya makalah ini mengharapkan kepada semua pembaca agar dapat
menelaah dan memahami apa yang telah tertulis dalam makalah ini sehingga sedikit
banyak bisa menambah pengetahuan pembaca mengenai bagaimana menghargai diri
sendiri. Di samping itu kami juga mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca
sehingga kami bisa menjadi lebih baik pada makalah character building kami dikemudian
hari.
16
DAFTAR PUSTAKA
Hall, Calvin S. & Lindzey, Gardner. (2001). Teori-Teori Holistic. Yogyakarta: Kanisus
Media
Nurmuharimah, Saniyanti. (2007). Get Smart PKN. Bandung: Grafindo Media Pratama
Abdurrohman, Yusuf. (2013). Penerimaan diri Apa Adanya Adalah Modal. Diambil dari
http://www.yusufabdurrohman.com/2013/04/penerimaan-diri-apa-adanya-adalah-
modal.html. Pada tanggal 10 Oktober 2014.
17