BAB I ......................................................................................................
BAB II .....................................................................................................
BAB IV ....................................................................................................
BAB V .....................................................................................................
PENUTUP ...............................................................................................
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat Nya serta hidayah-Nya sehingga saya bisa menyelesaikan hasil laporan
belajar pada semester 1 hingga 2 pada pelajaran “Bimbingan Konseling” ini
dengan tepat pada waktunya. Disusun untuk memenuhi tugas hasil laporan.
Tidak lupa saya menyampaikan rasa terima kasih pada orang tua dan teman
saya yang telah membimbing dan memberi masukan yang bermanfaat dalam
proses pengerjaan hasil laporan ini telah selesai tepat pada waktunya.
Tim Penyusun
BAB I
BERJIWA BESAR.
Berjiwa besar adalah membuka hati, pikiran dan diri untuk menerima segala kritik dan
saran. Berjiwa besar artinya keberanian untuk memaafkan seseorang dan melupakan kesalahan
yang pernah dilakukan oleh seseorang tersebut .
1. Bangun motivasi
Motivasi bisa datang dari dalam atau luar diri kita. Motivasi dari luar diri bisa datang dari
orangtua, kakak, guru, pacar, teman, atau tokoh yang kita idolakan. Namun, motivasi dari
dalam diri jauh lebih baik dan punya daya juang yang luar biasa. Kita bisa mulai dengan
mengumpulkan banyak informasi mengenai obyek cita-cita masa depan yang kita inginkan.
Mulai belajar menyukai dan menekuninya dari sekarang sehingga kita mampu berkata: Hei… ini
tentang hidupku, jadi aku harus memperjuangkannya!
Dengan mengenali potensi diri, kita bisa mulai memilih dan merencanakan cita-cita kita.
Caranya, dengan melihat diri kita, apa yang kita senangi, bakat kita, kemampuan kita, dan aspek
lainnya yang kita punya, lalu mengasahnya sehingga dapat menjadi lebih baik. Di lain sisi,
hambatan-hambatan yang mungkin merintangi untuk mencapai cita-cita perlu juga kita pikirkan
sehinga kita dapat mencarikan solusi secara cepat bagaimana mengatasi hambatan tersebut.
Kita harus mulai mengambil keputusan mengenai cita-cita masa depan. Hal ini akan membantu
kita untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan. Rencanakan masa depan yang kita
tetapkan dapat berupa rencana jangka pendek dan jangka panjang. Jangka pendek bisa dalam
rentang 1-5 tahun. Artinya, dalam 1-5 tahun ini kita ingin menjadi seperti apa. Sementara
jangka panjang bisa berupa rencana kita dalam 10 tahun ke depan.
4. Evaluasi rencana karir kita
Bisa saja di tengah jalan kita menemukan hal-hal baru yang membuat kita ingin mengubah
rencana masa depan kita. Makanya, kita harus terus mengevaluasi rencana masa depan kita.
Yang penting, apa yang kita rencanakan sesuai dengan diri kita, memberikan dampak positif
dan memungkinkan untuk kita capai.
Jadi, memiliki cita-cita masa depan sangat penting. Apalagi yang penting di dunia ini yang dapat
memandu kita untuk terus maju, selain memiliki cita-cita untuk masa depan.
BAB IV
Wawasan tentang diri ini semakin luas sesuai dengan perkembangan dinamika konsep
dirinya.
Misalnya : Nama saya Nurul, periang, suka warna merah, senang matematika dan lain-
lain.
Disebut juga “Diri Ideal”, yaitu harapan dan kemungkinan dirinya menjadi apa kelak sesuai
dengan idealismenya. “Diri ideal” setiap orang berbeda-beda, ada yang mengharap dirinya
menjadi dokter yang sukses, insinyur, pengacara yang jujur, psikolog yang taqwa, sebaliknya
adapula orang yang ingin meraih popularitas dalam bermasyarakat.
Disadari atau tidak setiap saat kita selalu menilai diri sendiri. Khususnya menilai setiap
tingkah lakunya. Contoh : Saya pintar pelajaran matematika, tetapi saya lemah dalam pelajaran
Bahasa. Hasil penilaian, antara harapan yang dibentangkan dengan fakta yang ada di dalam diri
akan menghasilkan “Rasa Harga Diri”. Semakin labar ketidak sesuaian antara keinginan dan
keadaan nyata pada diri sendiri maka, “semakin rendah rasa harga dirinya”. Sebaliknya orang
yang hidupnya mendekati standar keinginannya, menyukai apa yang dikerjakannya maka akan
“semakin tinggi rasa harga dirinya”.
b. Konsep Diri Negatif terjadi pada individu yang tidak banyak mengetahui tentang
dirinya, tidak melihat dirinya secara utuh kelebihan maupun kekurangannya. Misalnya : terlalu
melihat kelebihan diri saja (menjadi sombong) atau hanya memandang kekurangan diri
(menjadi rendah diri).
Kita harus bisa menjaga jatidiri. Kita ini hidup sebagai individu yang secara fitrah sudah
diciptakan berbeda dalam banyak hal. Jangan pernah terlalu “wanna be” ke figur yang lain.
taruh kata Anda berusaha keras untuk “wanna be” ke figur yang lain, maksimal pencapaian
Anda hanyalah sekedar “mirip menjadi”. Sangat tidaklah mungkin menjadi dirinya secara total.
Untuk menjadi diri sendiri, maka kita harus paham betul dimana letak kekurangan kita.
Tidak perlu malu atau risau bahwa begitu banyak kekurangan yang melekat pada diri kita.
Justru disitulah keuntungannya bahwa sejak awal memang kita tidak mungkin sempurna. Paling
tidak, kita bisa mengendalikan diri lebih dini bahwa beginilah diri kita adanya. “makhluk dengan
segala kekurangan dan mungkin saja sedikit kelebihan”.
Menjadi diri sendiri, bukan berarti justru membuat kita sombong dan arogan. “Nih
karakter gue, kalau loe gak mau nerima gue, sono ke laut aja”. Bukan begitu maksudnya.
Menjadi diri sendiri harusnya disajikan dalam bentuk kemasan yang lebih santun dan beretika,
tanpa harus berubah menjadi individu yang berbeda.
1. Hal-hal yang paling anda sukai/syukuri atas diri dan kehidupan anda ?
2. karya seni (lagu, lukisan, sastra dan lain-lain) yang paling bermakna dalam
kehidupan anda ?
5. Jika mempunyai kemampuan untuk melakukan, anda akan mengubah diri anda
DEWASA.
melambangkan segala organisme yang telah matang yang lazimnya merujuk pada
manusia yang bukan lagi anak-anak dan telah menjadi pria atau wanita. ... Sebaliknya,
seseorang dapat secara legal dianggap dewasa, tetapi tidak memiliki kematangan dan tanggung
jawab yang mencerminkan karakter