Disusun Oleh:
KATA PENGANTAR
Makalah ini disusun agar pembaca serta kami sendiri dapat memperluas pengetahuan
dan pemahaman mengenai Mengenal,Menerima dan Menghargai Diri Sendiri dan orang lain.
Kami juga berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca, maupun dapat pula
digunakan sebagai bahan belajar dan sebagai prasarana penunjang tercapainya pemahaman
yang baik mengenai Mengenal,Menerima dan Menghargai Diri Sendiri dan orang lain. Kami
juga menyadari bahwa makalah ini masih banyak memiliki kekurangan. Oleh sebab itu, kami
sangat mengharapkan adanya kritik serta saran positif yang membangun, agar makalah ini
menjadi lebih baik dan berdaya guna dimasa yang akan datang.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................................1
B. Tujuan........................................................................................................................1
C. Manfaat Penulisan......................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................2
A. Mengenal Diri Sendiri Dan Orang Lain.....................................................................2
B. Menerima Diri Sendiri Dan Orang Lain....................................................................8
C. Menghargai Diri Sendiri Dan Orang Lain.................................................................14
D. Cara Positip Mengatasi Rasa Rendah Diri.................................................................15
E. Upaya Agar Dihargai.................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................17
LAMPIRAN..........................................................................................................................18
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemahaman diri yang objektif akan membuat seseorang mengerti akan dirinya,
termasuk kelemahan dan kelebihan yang dimiliki serta bisa bersikap positif dalam
menanggapi kelemahan dan kelebihan yang ada. Menurut Loekmono (dalam Kartono,
1985) tujuan mengenal dan memahami diri sendiri bukannya untuk membuat orang
menjadi kecewa setelah mengetahui bagaimana kepribadian dirinya, tetapi diharapakan
agar setelah mengenal dan memahami dirinya sendiri seseorang dapat menerima
kenyataan yang ada lalu berusaha dengan yang ada pada dirinya untuk mengembangkan
pribadinya agar sehat dan memiliki karakteristik yang positif (Gamayanti, 2016). Dan
menghargai diri sendiri dan orang lain, tidak lepas dari kehidupan kita di dunia
ini,dimana-mana kita menemukan makna menghargai. Menghargai teman bermain,
menghargai guru-guru di sekolah, menghargai orang lain walaupun tidak di kenal, yang
paling utama adalah menghargai orang tua. Kita harus belajar saling menghargai satu
sama lain, memberikan nilai baik pada karya-karya orang lain, bagaimana perkataan atau
sikap kita terhadap orang lain, tidak dapat diulang kembali.
B. Tujuan
Mengetahui bagaimana cara Mengenal, Menerima, dan Menghargai diri sendiri dan
orang lain.
C. Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan ini adalah untuk menambah pengetahuan dan juga pemahaman
terhadap diri dan orang lain. Hal itu terdiri dari pemahaman menenai apa, bagaimana,
serta upaya yang dibutuhkan dan diperlukan pada tahap mengenal, memahami dan juga
menghargai diri sendiri dan orang lain. Sehingga dengan pengetahuan yang kita miliki,
kita akan lebih mengenal dan menghargai diri kita sebagai individu serta orang lain
sebagai individu yang unik secara holistic.
BAB II
PEMBAHASAN
Semakin besar daerah/jendela terbuka kita akan semakin baik, karena berarti kita
mengenal diri secara baik. Orang yang memiliki daerah tertutup lebih besar akan
mengalami kesulitan dalam pergaulan. Adapun mereka yang memiliki daerah buta
sangat besar, bisanya akan membuat orang lain merasa kasihan. Ada dua cara untuk
membuat jendela kita terbuka lebar (Restuti et al., 2015), yaitu:
1. Bersedia menerima umpan balik, secara verbal maupun non-verbal
Bersedialah untuk menerima kritik, saran dan pendapat dari orang lain tentang
diri kita. Kalau ada orang yang memberikan kritik sangat pedas, ada baiknya
dikaji. Jika merasa tidak benar, tanyakan, mengapa dia mengungkapkan hal itu,
cari klarifikasi, dan bukan membalas menghajarnya atau mengkritik balik. Kritik
adalah bentuk umpan balik yang berisi informasi negatif tentang diri kita, yang
mungkin kita anggap kelemahan. Harusnya kritik itu berisi saran, karena kritik itu
berarti menunjukkan kesalahan dan harus bisa memberitahu bagaimana jalan
keluarnya.
2. Kita juga harus mau lebih membuka diri.
Ungkapkan kalau ada uneg-uneg, kekesalan, kejengkelan dan sebagainya. Bisa
lisan bisa tertulis harus diungkapkan terus terang. Bisa juga kita membuka
kekuatan.
Jawablah dengan jujur, apakah anda benar-benar mengenal diri anda sendiri? Ada
banyak metode mengenal diri. Salah satunya adalah dengan mengisi kuisioner. Apa
pun bentuk metode yang dipilih, tuntutan dasarnya adalah seseorang harus jujur pada
dirinya sendiri. Ambil contoh ringan, banyak orang tidak jujur saat mengisi kuisioner
mengenai dirinya, terlebih lagi bila hasil kuisioner tersebut dinilai oleh pihak lain.
Mereka mengira dengan menulis jawaban yang ideal, mereka akan mendapatkan hasil
penilaian yang baik, padahal mereka sedang membohongi diri mereka sendiri, yang
justru mengagalkan proses pengembangan diri. Penyebab utamanya adalah karena
banyak orang bersikap untuk memenuhi harapan orang lain. Ketidakjujuran dan
ketidakmampuan untuk bersikap apa adanya membuat mereka tidak menjadi diri
mereka sendiri.
Apakah anda jujur pada diri anda sendiri? Seringkali menjadi jujur pada diri
sendiri terasa menyakitkan. Banyak orang merasa mandek dalam kariernya. Mereka
menganggap orang lain dan lingkungan sebagai sumber kegagalan. Mereka
mengingkari bahwa penyebabnya justru berasal dari dalam diri mereka sendiri. Di lain
pihak, seringkali pula orang tidak mampu jujur pada diri sendiri karena salah dalam
memahami keberhasilan yang sedang diraihnya. Banyak orang berhasil lalu mengira
mampu melakukan apa saja. Mereka mengembangkan kedua belah lengannya lebar-
lebar dan menyangka akan berhasil di semua hal. Mereka tak mau mengakui bahwa
ada batas-batas yang tak mungkin dilalui. Jujur pada diri sendiri adalah bersedia untuk
menerima segala sesuatu apa adanya. Mengenali diri sendiri adalah belajar untuk
menilai dan memahami diri sendiri dengan pikiran jernih tanpa dibebani dengan
prasangka, harapan, ketakutan dan perasaan-perasaan lain. Maukah anda memaafkan
segala sesuatu yang telah terjadi, dan menerima sebagaimana adanya dengan hati
lapang (Restuti et al., 2015).
Mengenal diri sendiri bukan sekedar mengenal nama, alamat, usia, dan apa-apa
yang tercantum dalam curiculum vitae. Mengenal diri sendiri adalah proses dan
hubungan timbal balik antara seseorang dengan dirinya sendiri. Dalam kehidupan
sehari-hari, orang terbiasa untuk berhubungan dengan orang lain. Mereka
mengembangkan berbagai cara komunikasi efektif dengan orang lain demi
tercapainya tujuan. Demikian pula halnya dengan belajar mengenal diri sendiri,
seseorang harus mengembangkan bentuk komunikasi timbal balik yang baik dengan
dirinya sendiri.
Mereka harus menumbuhkan kemampuan untuk melihat dan mendengar apa yang
dikatakan oleh dirinya sendiri agar mampu memahaminya dengan baik. Proses ini
adalah ketrampilan yang harus diasah terus-menerus. Pada awalnya selalu terasa
berat, karena sebelum bertindak seseorang harus mengkomunikasikannya terlebih
dahulu dengan dirinya sendiri, “apakah ini adalah sesuatu yang sesuai dengan diri
saya? apakah ini benar-benar menjadi keinginan diri saya?” Dengan kata lain proses
mengenal diri sendiri adalah proses membangkitkan kesadaran diri. Dan, bagian
terberat dalam proses ini adalah belajar untuk disiplin.
Apakah anda sanggup melakukan disiplin diri? Salah satu bentuk disiplin yang
menuntun pada pengenalan diri adalah mengamati diri secara cermat – mengamati
setiap perasaan, pikiran, harapan, keinginan, kegembiraan dan lain-lain yang terjadi
dalam diri sendiri. Para spiritualis biasa melakukan ini dengan bermeditasi, khusyu’,
mengheningkan cipta, atau berbagai istilah lain. Pengamatan ini menumbuhkan
kesadaran yang lebih tenang, yang mampu melihat secara jernih pikiran dan perasaan
yang sedang terjadi, kemampuan, bakat dan ketrampilan yang dimiliki, kekuatan dan
kesempatan untuk menggunakan semua pikiran, perasaan, kemampuan, bakat dan
ketrampilan itu untuk sebaik-baiknya kehidupan karier. Pengamatan diri ini dapat
dilakukan di setiap saat sembari melakukan kegiatan sehari-hari. Justru dalam
kegiatan sehari-hari itulah seseorang berkesempatan untuk menyadari betapa banyak
gejolak pikiran, perasaan yang muncul silih berganti (neli yuliatiningsih, 2018).
Apakah anda bersedia menjadi diri anda sendiri? Banyak orang mengaburkan arti
menjadi “diri sendiri” dengan “semaunya sendiri”. Menjadi diri sendiri melalui proses
mengenal diri adalah menumbuhkan pengendalian diri karena dalam mengembangkan
dirinya seseorang harus senantiasa berjalan pada potensi-potensi yang dianugerahkan
padanya. Selain itu, banyak orang menjadi apa yang dikatakan orang lain dan
menganggapnya itu sesuai dengan dirinya. Yang perlu disadari adalah bahwa setiap
orang itu berbeda dan unik. Tak ada orang yang sama. Mereka dianugerahi
kemampuan, potensi dan bakat yang berbeda-beda.Tugas manusia adalah
menggunakan semua itu untuk kemajuan kehidupan ini. Tujuan mengenal diri untuk
pengembangan karir adalah mengenal apa potensi-potensi, bakat-bakat, kemampuan
dan ketrampilan yang ada pada diri agar bisa digunakan untuk kemajuan karir. Selain
itu, mengenal diri akan menumbuhkan kesadaran dan pengendalian diri, suatu bentuk
pengembangan emosi dan spiritual yang dibutuhkan untuk mengiringi langkah
kemajuan karir. Diri sendiri (pribadi) adalah milik orang yang paling berharga,
karunia Tuhan yang paling indah, yang memberi ciri khas dan menentukan keunikan
setiap orang. Di dalamnya tersembunyi potensi-potensi yang bisa dikembangkan dan
digunakan dalam hidup. Manusia berkewajiban untuk mengenal, menguasai dan
mengembangkan potensi-potensi tersebut dan memadukannya hingga menjadi satu
kesatuan yang kompak dan serasi.
Berikut ini ada tipe-tipe manusia menurut Kant yang bisa membantu kita
mengenal diri sendiri.
1) Sanguinis (Berdarah Ringan), ciri-cirinya:
sering berjanji tapi jarang ditepati, karena tidak dipikir dulu masak-masak.
tak dapat diandalkan.
sukar bertobat, tak pernah kapok, jarang menyesal.
ramah dan periang.
dalam masalah-masalah yang serius cepat bosan, tapi dalam soal hiburan tak
bosan-bosannya.
2) Melankholis (Berdarah Berat), ciri-cirinya:
perhatiannya tertuju pada kesulian-kesulitannya.
kurang puas akan dirinya sendiri. Kurang suka melihat orang lain senang (iri,
dengki).
tidak mudah percaya pada orang lain.
selalu menepati janji.
selalu bimbang/ragu.
3) Choleris (Berdarah Panas), ciri-cirinya:
cepat terbakar (marah) tapi cepat pula padamnya.
tindakan-tindakannya cepat tapi tidak tetap.
suka memerintah.
mengejar kehormatan, suka dipuji (riya).
suka formalitas.
cinta pada diri
kalau berpakaian selalu rapi agar terkesan cerdas.
4) Phlegmatis (Berdarah Dingin), ciri-cirinya:
Dalam arti negatif
tidak peka, lamban. Dorongan yang kuatpun tak mampu membuatnya
bertindak.
Malas
cenderung bosan dan mengantuk.
Dalam arti positif
tidak mudah marah, tapi kalau sudah marah awet.
tidak mudah bergerak, tapi kalau sudah bergerak tahan lama.
tidak risau dengan keadannya itu.
cocok untuk tugas-tugas ilmiah.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Mengenal diri merupakan salah satu ciri khas manusia, sebagai makhluk istimewa,
terutama karena memiliki akal budi dan kehendak bebas. Mengenal diri: suatu
keberhasilan memahami hal-hal yang penting tentang diri sendiri dan orang lain, yang
membantu dalam usaha membangun sikap baik dan positif, mau menerima dan
mengembangkan diri sendiri dan orang lain. Utamanya: mengenal kepribadian, watak dan
temperamen, bakat dan potensi, serta dapat memetakan diri sendiri perihal kekuatan dan
kelemahan.
Penerimaan diri merupakan sikap positif terhadap dirinya sendiri, ia dapat menerima
keadaan dirinya secara tenang, dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Mereka
bebas dari rasa bersalah, rasa malu, dan rendah diri karena keterbatasan diri serta
kebebasan dari kecemasan akan adanya penilaian dari orang lain terhadap keadaan
dirinya.
Menghargai adalah suatu sikap menghormati dan menjaga diri sendiri, tidak
membiarkannya terlantar dan menjadi beban orang lain, serta tidak membiarkannya,
diperalat atau dimanipulasi oleh orang lain.
B. Saran
Dengan di susunnya makalah ini mengharapkan kepada semua pembaca agar dapat
menelaah dan memahami apa yang telah tertulis dalam makalah ini sehingga sedikit
banyak bisa menambah pengetahuan pembaca mengenai mengenal, menerima dam
menghargai diri sendiri dan orang lain. Di samping itu kami juga mengharapkan saran
dan kritik dari para pembaca sehingga kami bisa menjadi lebih baik pada makalah asuhan
keperawatan kami dikemudian hari.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrohman, Yusuf. (2013). Penerimaan diri Apa Adanya Adalah Modal. Diambil dari
http://www.yusufabdurrohman.com/2013/04/penerimaan-diri-apa-adanya-adalah-
modal.html. Pada tanggal 10 Oktober 2014.