Anda di halaman 1dari 8

TUGAS PRIBADI

ANALISIS DIRI

D
I
S
U
S
U
N

Oleh
Juniver Hutasoit
5133122015

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGEERI MEDAN
MEDAN
2017
A. Pengertian Analisis Diri
Sebagai langkah awal, wirausahawan perlu mengenali perilaku, sikap dan system
nilai yang membentuk keseluruhan kepribadian. Disamping kepribadian, kemampuan diri
perlu dikenali. Kemampuan ditentukan terutama oleh pengetahuan dan keterampilan.
Pengetahuan yang sebaiknya dimiliki oleh wirausahawan yaitu intinya kenali diri
sendiri, kenali lingkungan, kenali bidang usaha yang dimasuki, tahu apa yang harus
dilakukan dan tahu mengenai proses dan system yang ditangani, tahu apa yang dicapai,
tahu bagaimna cara mencapainya dan tahu resiko serta tahu cara menanggulangi resiko
tersebut.
Dengan kata lain, seorang wirausaha perlu memilki pengetahuan yang cukup
untuk dapat mengarahkan dirinya guna memperoleh peluang usaha, menyusun konsep
usaha, membuat perencanaan, masuk pasar, beroperasi (organisasi/sendiri) dan dengan
demikian menikmati nilai tambah dan mengembangkan diri.
Keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang wirausaha adalah :
1. Mempunayi keterampilan konseptual dalam mengatur strategi dan memperhitungkan
resiko.
2. Mempunyai keterampilan memimpin dan mengelola,
3. Mempunyai keterampilan teknis bidang usaha,
4. Mempunyai keterampilan berkomunikasi dan berinteraksi,
5. Mempunyai keterampilam kreatif menciptakan nilai tambah.
Keterampilan tidak hanya diketahui, juga diperlukan pelatihan yang memadai
untuk mengembangkan dan mempertajam keterampilan yang kita miliki. Untuk melakukan
wirausaha kita perlu mengadakan penilaian terhadap diri sendiri dan dari luar diri kita,
yang akan menentukan keberhasilan dan kegagalan usaha kita.
Kekuatan mana yang dapat digunakan untuk mengatasi kelemahan,
menanggulangi resiko atau untuk meraih peluang. Dapatkah kelemahan diubah menjadi
kekuatan? Hambatan menjadi peluang? Dihubungkan dengan tekad untuk berwirausaha,
butir-butir mana yang sebaiknya digarap? Kapan mulai digarap? Kapan selesai? Perlu
biaya berapa? Apa yang sudah ada untuk dimulai?.
Setelah kita menetahui mengenai kepribadian dan komptensinya sendiri, kita akan
mulai berwirausaha di mana? Menunggu petunjuk Dinas Tenaga kerja, Menunggu warisan
untuk modal? Menunggu Inspirasi? Menunggu ajakan teman untuk berwirausaha?
Menunggu diberi kesempatan? Menunggu datangnya peluang?
Menurut pengalaman, sikap menunggu semacam itu tak akan ada habisnya. Ibarat
debat mengenai ayam dulu atau telur dulu? Kalau ayam dulu, memang ayam dapat
menghasilkan telur, tetapi dari mana datangnya telur? Kalau telur dulu, memang telur dapat
menetas menjadi ayam, tetapi dari mana datangnya telur? Pilihan yang paling realistis
untuk menjawab masalah ini adalah mulai dengan apa yang ada dulu. Minimal orang yang
mau berwirausaha sudah ada. Kalau begitu mulai dari mana? Dari kita sendiri!.
Untuk berubah menjadi seorang wirausaha yang sukses Menurut Ariwibowo
Prijosaksono (2003) ada 10 hal yang harus dimilikioleh seorang wirausaha yaitu:
1. Sukses sebuah perjalanan bukan tujuan,
2. inovasi tiada henti. Inovasi merupakan kreativitas yang diterjemahkan menjadi
sesuatu yang dapat diimplementasikan dan memberi nilai tambah atas sumber daya
yang kita miliki.
3. Senantiasa belajar, belajar dan belajar,
4. Tujuan akhir wirausaha adalah mencapai kebebasan financial,
5. Seseorang wirausaha yang cerdas harus mampu menggunakan tenaga dan waktu
orang lain untuk mencapai tujuannya,
6. Mampu menggunakan waktu dan tenaga orang lain untuk mencapai tujuannya,
7. Mampu membangun system bisnis yang efektif dan efisien,
8. Mampu membuat jaringan kerja yang kuat baik dalam segi peluang bisnis, modal
maupun akses pada pemerintah,
9. Salah satu kekuatan wirausaha yang cerdas dan sukses adalah kemampuannya dalam
mengelola Portofolio assetnya sehingga senantiasa berkembang dan bertambah
banyak,
10. Kebiasaan wirausaha sejati adalah beramal dan mengucapkan syukur.
B. Mampu Menerima Diri Sendiri dan Orang Lain
Salah satu hal yang membantu kita menerima diri sendiri adalah dengan
menghargai diri sendiri. Pandangan jelek terhadap diri sendiri, baik beralasan maupun
tidak, sedikit banyak akan tercermin dalam sikap terhadap orang-orang disekitar kita.
Misalnya, jika kita merasa tersiksa karena kita merasakan suatu kekurangan, rasa
penyesalan itu akan tertumpuk dalam hati kita yang kemudian tersalurkan dalam bentuk
sikap permusuhan terhadap dunia luar. Sebaliknya jika kita belajar untuk menghargai dan
bersikap ramah pada diri sendiri, maka sedikit banyak akan bisa menambah cinta kita
kepada orang lain.
Bila kita tak sanggup memecahkan persoalan-persoalan kita diri sendiri, kita
mulai membenci orang lain. Hasilnya adalah bisa dikatakan sebagai lingkaran setan yang
akan menghancurkan diri sendiri, kita semua menghargai diri kita sendiri, dominan atau
tidak, percaya diri atau tidak peercaya diri, pintar atau tidak pintar, sukses atau gagal kita
harus menghargai diri kita sendiri. Kalau kita tidak menghargai diri sendiri, bagaimana
orang mau menghargai kita?
C. Cara Menghargai Diri Sendiri
Adapun cara yang dapat kita lakukan untuk menhargai diri kita sendiri atau respek
terhadap diri sendiri yaitu:
Menerima diri apa adanya
Sebagian besar manusia dilahirkan dengan bentuk fisik yang utuh. Tapi,
masih saja merasa kurang dan mengeluhkan tentang ini dan itu. Memang banyak
orang yang dianugerahi keindahan bentuk dan tampilannya. Tetapi kesempurnaan
manusia tidak terletak pada keindahan fisiknya semata, melainkan perilaku, tabiat
dan kemuliaan akhlaknya. kesempurnaan fisik bukanlah segala-galanya.
Menghindari perilaku yang merusak diri.
Tanpa disadari, kita sering melakukan sesuatu yang merusak diri sendiri.
Misalnya, malas makan, kurang tidur bahkan dan lain-lain.
Memupuk rasa malu.
Rasanya tidak berlebihan jika saya mengatakan bahwa rasa malu itu
merupakan salah satu indikasi utama yang membedakan antara orang yang waras
dengan para penderita skizofrenia.. Bayangkan jika kita tidak memiliki rasa malu.
Kita pasti akan melakukan semua hal yang tidak sesuai dengan norma. Jika sudah
demikian, masih adakah harga diri kita? Orang justru dihargai karena penempatan
rasa malunya secara tepat. Maka memupuk rasa malu adalah kebutuhan mutlak
untuk menjaga harga diri kita sendiri.
Menjaga nama baik
Tidak ada yang mau menghargai orang-orang yang tidak mempunyai nama
baik. Jika nama sudah tercemar, maka orang pun akan segera menjauhi kita. Hal
ini menunjukkan betapa pentingnya untuk menjaga nama baik. Apalagi jika kita
sadar bahwa ketika melakukan suatu perbuatan melanggar norma, sesungguhnya
kita tidak hanya mempertaruhkan nama baik kita sendiri, melainkan juga nama
baik keluarga, dan orang-orang terdekat kita.
Menjaga perilaku tetap baik
Hadiah paling indah yang bisa kita berikan kepada diri sendiri adalah amal
baik yang kita lakukan selama hidup.
Kenali Diri Sendiri
Mengenali diri merupakan bagian tersulit dalam proses menghargai diri.
Mengenali diri merupakan sebuah proses yang menuntut kejujuran kita dalam
melihat dan mengevaluasi diri. Hanya dengan kejujuran inilah kita bisa
mengidentifikasi keunggulan kita dan hal-hal dalam diri kita yang masih perlu
kita perbaiki ataupun kembangkan lebih lanjut. Dengan mengenal diri kita dengan
baik, kita bisa memilih strategi terbaik untuk berinteraksi dan bekerja sama
dengan orang lain. Jika kita telah mengenal diri dengan baik, kita bisa memahami
kekuatan kita yang bisa kita bagikan kepada orang lain. Kita juga bisa
memahami apa yang bisa kita pelajari dari orang lain.
Menghargai Diri sebagai Ciptaan Tuhan
Menghargai diri sebagai ciptaan Tuhan membuat kita tetap rendah hati
walaupun telah diberi kesempatan menikmati banyak kesuksesan. Menghargai diri
sebagai ciptaan Tuhan juga dapat membuat kita lebih tegar dalam menyikapi
kelemahan kita. Semua ciptaan Tuhan adalah sempurna menurut fungsi dan
tanggung jawab yang kita emban dalam hidup ini. Kita tidak perlu meratapi diri
dalam menghadapi kelemahan yang tidak bisa diperbaiki. Kelemahan ini
membuat kita mendapat kesempatan melihat hal-hal lain yang bisa kita lakukan
bukan terpaku pada hal-hal yang tidak bisa kita lakukan lagi.
Sadari bahwa kita ini unik
Yakinlah bahwa diri kita adalah unik dan tidak ada yang bisa menduplikasi
dari keunikan kita. Dari jumlah manusia yang milyar angkanya, tidak ada yang
seperti kita sebelum kita hadir di dunia ini dan tidak ada yang seperti kita pada
saat kita ada didunia ini, lebih lagi di masa akan datang tidak akan ada yang
bergerak, berbicara dan berpikir sama persis seperti kita.
Atasi Kelemahan diri
Langkah yang satu ini sering kali sulit kita lakukan. Kita seringkali tidak
mau mengakui kelemahan kita. Kita sering kali mengandalkan penilaian orang
lain semata terhadap kelemahan kita. Padahal sebenarnya jika kita jujur, kitalah
orang yang seharusnya lebih tahu kelemahan kita sendiri. Jika kita jujur, kita
mungkin mendapatkan bahwa kelemahan kita mungkin saja bukan kelemahan,
tetapi kesalahan yang kita lakukan: kebiasaan buruk (misalnya: kebiasaan
menunda pekerjaan, kebiasaan melakukan terlalu banyak pekerjaan dalam kurun
waktu tertentu; sikap negatif (misalnya: lupa berterima kasih pada orang-orang
yang telah banyak membantu, lebih suka melakukan segala sesuatu sendiri tanpa
melibatkan orang lain); atau cara pandang yang salah terhadap kesuksesan dan
strategi untuk meraih sukses.
Kembangkan Diri Anda
Setelah kita mampu mengidentifikasi kelemahan dan kekuatan kita, kita
perlu membiarkan diri kita dibentuk menjadi lebih baik. Dalam hal ini kita tidak
bisa melakukannya sendirian. Selain berusaha, kita perlu juga mengandalkan Sang
Pencipta untuk membantu usaha pengembangan diri kita.
D. Adapun Cara Untuk Meraih Respek/Menghargai Orang Lain Yaitu:
Jangan menghina atau mengolok-olok mereka.
Mendengarkan orang lain ketika mereka berbicara.
Pertimbangkan kesukaan dan ketidaksukaan orang lain.
Jangan mengejek atau menggoda orang .
Jangan bicara tentang orang-orang di belakang mereka .
Jadilah peka terhadap perasaan orang lain .
Jangan menekan seseorang untuk melakukan sesuatu yang dia tidak ingin lakukan
E. Beberapa Cara Kita Bisa Menghormati Orang Yang Berbeda Dari Kita:
Cobalah untuk belajar sesuatu dari orang lain.
Jangan Pernah stereotip orang.
Menunjukkan minat dan penghargaan untuk budaya dan latar belakang orang lain.
Jangan pergi bersama dengan prasangka dan sikap rasis.
F. Prinsip Membina Hubungan dengan Orang Lain Maupun Diri Sendiri
Untuk mendapatkan respek terhadap diri sendiri maupun orang lain terlebih
dahulu kita menjalin hubungan dengan orang lain dan diri sendiri dengan beberapa prinsip
yaitu:
1) Pahami karakter diri dan orang lain
Menurut Florence Littauer, dalam bukunya yang berjudul Personality Plus,
karakter/watak berbeda dengan kepribadian. Karakter adalah diri kita yang
sesungguhnya, sedangkan kepribadian adalah seperti pakaian yang kita kenakan.
Kepribadian dapat kita ubah, sedangkan karakter tidak. Setiap manusia memiliki
keunikan masing-masing. Tidak ada dua orang yang sama persis. Setiap orang
dilahirkan dengan ciri khas karakter sendiri. Karakter kita tidak akan berubah.
Yang bisa berubah adalah kepribadian kita.
2) Ciptakan spiral kehidupan positif
Kehidupan ini seperti layaknya sebuah spiral. Kadang-kadang spiral positif,
yaitu spiral yang membesar ke atas. Hal ini terjadi ketika segala sesuatu berjalan
dengan baik, kita menjadi semakin percaya diri dan optimis, dan hidup kita
menjadi penuh berkat, akibatnya kita memiliki sikap yang positif terhadap orang
lain dan menjadikan hubungan kita dengan orang lain menjadi lebih baik.
Sebaliknya spiral negatif atau spiral yang mengecil ke atas, ketika segala sesuatu
menjadi tidak beres dan kacau, kehidupan kita penuh dengan kegagalan dan
kesulitan, kita menjadi semakin tertekan dan akibatnya mempengaruhi hubungan
kita dengan orang lain.
3) Fokus pada kekuatan bukan kelemahan
Untuk membangun hubungan yang kokoh dan berlanjut untuk masa yang
panjang, kita perlu kemampuan untuk memfokuskan diri pada kekuatan kita atau
kekuatan orang lain, bukan pada kelemahan. Cobalah untuk mempelajari apa yang
menjadi kekuatan kita dalam berhubungan dengan orang lain. Selain itu kita harus
juga dapat melihat kekuatan atau hal-hal positif yang dimiliki orang lain, sehingga
kita dapat bersikap adil terhadap setiap orang. Karena setiap orang memiliki
kekuatan dan kelemahan masing-masing. Dengan memfokuskan pada kekuatan,
kita dapat senantiasa memperkuat fondasi dari setiap hubungan yang kita bangun
dengan orang lain.
4) Kembangkan komunikasi empatik
Salah satu kebiasaan manusia yang efektif yang dirumuskan oleh Stephen
Covey (7 Habits of Highly Effective People) adalah prinsip komunikasi empatik,
yang berarti berusaha mengerti terlebih dahulu, baru dimengerti. Hal ini
memerlukan perubahan paradigma yang sangat mendalam. Kita biasanya
berusaha lebih dahulu untuk dimengerti. Kebanyakan orang mendengarkan orang
lain tidak dengan maksud untuk mengerti, mereka mendengar dengan maksud
untuk menjawab.
5) Pujian yang tulus dan teguran yang tepat
Kita dapat membuat orang lain atau diri kita sendiri menjadi lebih baik
dengan cara memberikan pujian, dorongan dan kata-kata atau gesture yang positif.
Peliharalah hubungan Anda dengan orang lain. Pelihara dan rawatlah hubungan
pribadi kita. Kapan terakhir kita mengatakan kepada istri bahwa kita
mencintainya? Kapan terakhir mengatakan kepada seseorang bahwa kita
berterima kasih atas dukungan, perhatian, dan kerja samanya? Jika hal ini
dikatakan dengan sepenuh hati dapat menjadi sangat berarti.
6) Kehidupan seperti gema
Kehidupan adalah seperti gema. Apa yang kita kirimkan ke luar kembali
lagi. Apa yang kita tabur kita panen. Apa yang kita berikan kita peroleh. Apa
yang kita lihat pada diri orang lain ada dalam diri kita. Merupakan hukum alam
bahwa apa yang kita terima dari orang lain adalah akibat dari apa yang kita
berikan. Kita bisa mendapatkan segala-galanya yang kita inginkan dalam
kehidupan, jika kita cukup banyak membantu orang lain mendapatkan apa yang
mereka inginkan.
7) Mulai dengan apa yang dipikirkan
Jika apa yang anda pikirkan mengenai orang lain berubah, maka sikap dan
tindakan mereka terhadap Anda juga akan berubah. Karena manusia sangat
sensitif satu sama lain dalam banyak hal, kita biasanya sangat peka terhadap apa
yang dipikirkan oleh satu sama lainnya.
G. Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas maka dapat penulis mengambil kesimpulan bahwa
didalam berwirausaha kita harus terlebih dahulu mengenal siapa kita yang sebenarnya,
mampu menerima diri kita sendiri apa adanya, mampu membina hubungan baik dengan
orang lain, mampu menempatkan rasa malu secara tepat, setelah kita sudah mampu
melakukan hal yang diatas barulah kita mampu berwirausaha. Dalam hal ini penulis telah
mampu menguasai beberapa hal diatas dan telah mampu untuk berwirausaha sendiri.

Anda mungkin juga menyukai