PENDAHULUAN
1
2
pendidikan. Tujuan pendidikan tentu saja akan dapat tercapai jika siswa berusaha
aktif untuk mencapainya.
Kegiatan utama dalam proses pendidikan di sekolah adalah kegiatan belajar
mengajar. Proses belajar mengajar yang ada merupakan penentu keberhasilan
dalam mencapai tujuan pendidikan. Siswa yang belajar diharapakan mengalami
perubahan baik dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, nilai dan sikap.
Perubahan tersebut dapat tercapai bila ditunjang berbagai macam faktor. Faktor
yang dapat menghasilkan perubahan juga berpengaruh untuk meningkatkan hasil
belajar. Proses pembelajaran merupakan proses interaksi antara peserta didik
dengan guru sebagai pengajar proses pembelajaran dilaksanankan dengan
menggunakan pedagogi yang mencakup strategi atau cara mengajar.
Ada banyak hal yang menyebabkan rendahnya hasil belajar, salah satunya
adalah proses pembelajaran yang tidak berpihak kepada siswa. Dalam
pembelajaran siswa bersifat hanya pendengar saja dan guru yang bersifat dominan
(teacher centered). Dominasi guru dalam pembelajaran ini menyebabkan siswa
lebih banyak menunggu sajian dari guru daripada menemukan sendiri
pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dibutuhkan. Salah satu mata pelajaran
yang memiliki nilai rendah adalah mata pelajaran Sistem Rem. Sistem Rem
merupakan salah satu bagian terpenting dalam kendaraan.
Berdasarkan observasi yang penulis lakukan di sekolah SMK Negeri 2
Doloksanggul, melalui guru bidang studi Sistem Rem bahwasanya hasil ujian
siswa kelas XI TKR SMK Negeri 2 Doloksanggul masih rendah dengan kategori
dibawah nilai 75. Pada T.P. 2013/2014 rata-rata nilainya 60 dan pada T.P.
2014/2015 rata-rata nilainya 66. Data ini menunjukkan bahwa nilai rata-rata ujian
Sistem Rem kelas XI TKR SMK Negeri 2 Doloksanggul untuk kedua Tahun
Pelajaran tersebut masih tergolong rendah.
Rendahnya hasil belajar Sistem Rem yang diperoleh oleh siswa salah
satunya disebabkan karena model pembelajaran yang digunakan oleh guru kurang
bervariasi. Model pembelajaran yang biasa digunakan di sekolah tersebut adalah
model pembelajaran ekspositori. Model pembelajaran ekspositori adalah model
pembelajaran yang lazim diterapkan dalam pembelajaran sehari-hari yang sudah
3
B. Identifikasi Masalah
C. Batasan Masalah
D. Rumusan Masalah
F. Manfaat penelitian
BAB II
KAJIAN TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN
HIPOTESIS
A. Kajian Teoritis
a. Hakekat Belajar
Salah satu hal utama yang dilakukan untuk memperoleh ilmu pengetahuan
adalah dengan belajar, dan dengan belajar akan terjadi proses interaksi individu
dengan lingkungannya. Secara formal interaksi tersebut dapat berupa siswa
belajar di sekolah, siswa akan berinteraksi dengan guru, dengan teman-temannya,
dengan buku-buku perpustakaan dan peralatan laboratorium/workshop, di rumah
mereka berinteraksi dengan catatan siswa, melaksanakan tugas dari guru serta
buku pelajaran. Belajar akan berdampak pada perilaku, pandangan dan pola pikir
seseorang terhadap suatu hal.
Hampir semua kegiatan manusia yang meliputi kecakapan, keterampilan,
kegemaran, kebiasaan, pengetahuan dan sikap manusia terbentuk dan berkembang
karena adanya belajar. Belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
dan berperan penting dalam pembentukan pribadi dan perilaku individu. Belajar
mengajar adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai edukatif mewarnai
interaksi yang terjadi antara pengajar dengan yang diajar. Interaksi yang bernilai
edukatif dikarenakan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan, diarahkan untuk
mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum pengajaran dilakukan.
Ini berarti bahwa berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan itu amat
bergantung pada proses belajar yang dialami siswa baik ketika ia berada di
lingkungannya. Trianto (2011: 16) menjelaskan bahwa belajar secara umum
6
7
diartikan sebagai perubahan pada individu yang terjadi melalui pengalaman, dan
bukan karena pertumbuhan atau perkembangan tubuhnya atau karakteristik
seseorang sejak lahir. Proses belajar terjadi melalui banyak cara baik disengaja
maupun tidak disengaja dan berlangsung sepanjang waktu dan menuju pada suatu
perubahan pada diri pembelajar. Perubahan yang dimaksud adalah perubahan
perilaku tetap berupa pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan kebiasaan
yang baru yang diperoleh individu. Hal ini dikuatkan juga dengan teori dari
Hilgard dalam Sanjaya (2008: 112) yang berpendapat bahwa belajar adalah bukan
sekedar mengumpulkan pengetahuan, belajar merupakan proses mental yang
terjadi dalam diri seseorang sehingga menyebabkan munculnya perubahan
perilaku. Proses mental yang misalnya seperti aktivitas berfikir, memahami,
menyimpulkan, menyimak, menelaah, membandingkan, membedakan,
mengungkapkan, menganalisis, dan sebagainya. Relevan dengan pengertian
tersebut, belajar adalah berubah, artinya suatu perubahan pada individu-individu
yang belajar. Perubahan tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu
pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian,
harga diri, minat, watak, dan penyesuaian diri. Perubahan ini bisa dilakukan
dengan suatu aktivitas yaitu dengan membaca, mengamati, mendengarkan,
meniru, dan sebagainya. Seseorang yang sedang melakukan kegiatan maupun
aktivitas secara sadar untuk mencapau tujuan perubahan tertentu, maka orang
tersebut dikatakan sedang belajar.
Dalam kegiatan pembelajaran perlu ada strategi yang mendukung proses
pembelajaran dapat berjalan dengan baik guna meningkatkan hasil belajar.
Menurut Aqib (2013 : 71) strategi pembelajaran adalah cara-cara yang akan
digunakan oleh pengajar untuk memilih kegiatan belajar yang akan digunakan
selama proses pembelajaran. Pemilihan tersebut dilakukan dengan
mempertimbangkan situasi dan kondisi, sumber belajar, kebutuhan dan
karakteristik peserta didik yang dihadapi dalam rangka pencapai tujuan
pembelajaran tertentu. J. R. David (1976) dalam Sanjaya (2008: 126) menjelaskan
bahwa strategi pembelajaran adalah sebagai perencanaan yang berisi tentang
rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
8
bahan tersebut memakan waktu. Lama waktu mempelajari tergantung pada jenis
dan sifat bahan belajar. Jika bahan belajarnya sukar, dan siswa kurang mampu,
maka dapat diduga bahwa proses belajar akan memakan waktu yang lama. Dan
sebaliknya, jika bahan belajar mudah, dan siswa berkemampuan tinggi, maka
proses belajar memakan waktu singkat. Aktivitas belajar dialami oleh siswa
sebagai suatu proses, yaitu proses belajar sesuatu. Aktivitas belajar tersebut juga
dapat diketahui oleh guru dari perlakuan siswa terhadap bahan belajar. Dengan
kata lain, proses belajar sesuatu dialami oleh siswa dan aktivitas belajar sesuatu
dapat diamati oleh guru.
Proses belajar merupakan hal yang kompleks. Siswa-lah yang menentukan
terjadi atau tidak terjadi belajar. Untuk bertindak belajar siswa menghadapi
masalah-masalah secara internal dan eksternal. Faktor internal yang dialami dan
dihayati oleh siswa yang berpengaruh pada proses belajar dalam Dimyati, dkk
(2002: 239-247) adalah sebagai berikut: (1) Sikap terhadap belajar, (2) Motivasi
belajar, (3) Konsentrasi Belajar, (4) Mengelola bahan belajar, (5) Menyimpan
perolehan hasil belajar, (6) Menggali hasil belajar yang tersimpan, (7)
Kemampuan berprestasi atau unjuk hasil belajar, (8) Rasa percaya diri, (9)
Intelegensi dan keberhasilan belajar, (10) Kebiasaan belajar, (11) Cita-cita siswa.
Proses belajar juga akan dapat terjadi, atau akan menjadi bertambah kuat
bila didorong oleh lingkungan siswa. Dengan kata lain aktivitas belajar dapat
meningkat bila program pembelajaran disusun dengan baik. Program
pembelajaran sebagai rekayasa pendidikan guru disekolah merupakan faktor
eksternal belajar. Ditinjau dari segi siswa, maka ditemukan beberapa faktor
eksternal yang berpengaruh pada proses belajar.
Faktor-faktor eksternal tersebut menurut Dimyati, dkk (2002: 248-254)
sebagai berikut: (1) Guru sebagai pembina siswa, (2) Prasarana dan sarana
pembelajaran, (3) Kebijakan penilaian, (4) Lingkungan sosial siswa di sekolah,
(5) Kurikulum sekolah.
11
(a) Manusia mempunyai kecenderungan untuk belajar dalam bidang tertentu, dan
seorang anak mempunyai kecenderungan untuk belajar dengan cepat hal-hal
baru.
(b) Strategi belajar itu penting. Anak dengan mudah mempelajari sesuatu yang
baru. Akan tetapi, untuk hal-hal yang sulit, strategi belajar amat penting.
(c) Peran orang dewasa (guru) membantu menghubungkan antara yang baru
dengan yang sudah diketahui.
(d) Tugas guru memfasilitasi agar informasi baru bermakna, member kesempatan
kepada siswa untuk menemukan dan menerapkan ide mereka sendiri, dan
menyadarkan siswa untuk menerapkan strategi mereka sendiri.
16
C. Kerangka Berpikir
Rendahnya hasil belajar Sistem Rem karena siswa kurang tertarik dalam
proses pembelajaran yang disampaikan guru. Guru menyampaikan pembelajaran
masih menggunakan metode ekspositori, hal ini membuat proses pembelajaran
monton dan membosankan karena tidak adanya variasi dalam belajar yaitu metode
ceramah , mendengar dan mencatat yang membuat proses pembelajaran tidak
kreatif dan membosankan. Karena guru terlalu dominan dalam pembelajaran.
Proses pembelajaran yang baik adalah proses pembelajaran yang meng-
aktifkan peserta didiknya sehingga tercapai kwalitas hasil belajar siswa yang baik.
Hasil belajar pada hakekatnya adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia
menerima pengalaman belajar dari hasil interaksi berupa respon terhadap stimulus
yang ada. Hasil belajar dipengaruhi oleh proses belajar yang terjadi. Setelah
melakukan observasi di SMK Negeri 2 Doloksanggul ditemukan berbagai
masalah diantaranya adalah siswa kurang tertarik dengan proses pembelajaran
24
pada mata diklat Sistem Rem. Persoalan ini diakibatkan karena strategi guru
dalam menyampaikan pelajaran kurang bervariasi sehingga peserta didik bosan
dan menganggap hanya sekedar rutinitas saja. Hal ini mengakibatkan rendahnya
motivasi belajar siswa yang berdampak tidak adanya aktivitas siswa dalam kelas
sehingga mempengaruhi hasil belajar siswa yang kurang memuaskan dan belum
terampil dalam bidangnya.
Melihat keadaan yang demikian, perlu diadakan upaya pemecahan melalui
penerapan pembelajaran yang berpusat kepada siswa. Dengan berkembangnya
teknologi dan ilmu pengetahuan, guru dituntut untuk memiliki kreativitas dalam
proses pembelajaran, terutama dalam menentukan strategi pembelajarannya. Salah
satu strategi pembelajaran yang digunakan adalah pembelajaran dengan
pendekatan kontekstual yang memanfaatkan media sebagai bahan alat bantu
proses belajar dalam kelas yang dianggap paling tepat dan efektif sehingga dapat
dijadikan sebagai sumber belajar oleh guru dalam melaksanakan kegiatan
mengajarnya. Sebagai fasilitator guru harus mampu memberikan kemudahan-
kemudahan belajar dalam suasana yang menyenangkan, dan memotivasi semangat
belajar siswa agar pembelajaran Sistem Rem menjadi pembelajaran yang aktif,
kreatif, efektif dan menyenangkan.
Pembelajaran dengan menggunakan media ajar simulator rem mobil
dengan pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah
kegiatan yang dilakukan untuk membantu atau memudahkan guru dalam
menyampaikan materi ajar kepada siswa, siswa secara mudah mendapatkan
kemampuan pemahaman konsep, dapat mengalami langsung dalam kehidupan
nyata. Sehingga kelas bukanlah tempat untuk mencatat atau menerima informasi
dari guru, akan tetapi kelas digunakan untuk saling membelajarkan. Dengan
memanfaatkan media ajar memungkinkan penyampaian informasi tidak
menimbulkan verbalisme dan kesalahan persepsi bagi siswa. Jadi dengan
diterapkannya model pembelajaran pendekatan kontekstual (Contextual Teaching
and Learning) diduga dapat meningkatkan hasil belajar siswa, khususnya siswa
dibidang kejuruan.
25
D. Pengajuan Hipotesis
Ha : 1 2
Dimana :
H0 = tidak ada pengaruh model kontekstual terhadap hasil belajar siswa pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol
Ha = ada pengaruh model kontekstual terhadap hasil belajar siswa pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol.
26
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Januari 2017 Februari 2017
di kelas XI TKR pada semester II di SMK Negeri 2 Doloksanggul Tahun
Pelajaran 2016/2017.
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMK Negeri 2
Doloksanggul Tahun ajaran 2016/2017 yang terdiri dari 3 kelas.
2. Sampel
Teknik pengambilan sampel dengan teknik random sampling (pemilihan
sampel secara acak). Langkah dalam menentukan sampel caranya kita mengambil
sebuah sampel yang besarnya dua dari sebuah populasi yang terdiri dari tiga kelas.
Kita tulis nama kelas tadi masing-masing pada secarik kertas, dan kertas tersebut
kita gulung. Lalu kita masukkan dalam sebuah kotak dan kita kocok. Kemudian
kita tarik satu gulungan kertas, lalu kita tarik satu gulungan kertas lain tanpa
memasukkan kembali gulungan kertas pertama. Nama-nama pada gulungankertas
tadi merupakan anggota dari sampel kita yang kitatariktadi secara undian (Moh.
Nazir 2009 : 280). Sampel dalam penelitian ini dua kelas. Dimana 1 kelas sebagai
kelas eksperimen yang menggunakan model pendekatan Kontekstual (Contextual
Teaching and Learning) dan 1 kelas lagi sebagai kelas kontrol menggunakan
model ekspositori.
C. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ada dua jenis yaitu variabel bebas dan variabel
terikat. Variabel bebas adalah variabel yang dapat dimanipulasi atau dapat
25
27
dijadikan sebagai bentuk perlakuan, sedangkan variabel terikat adalah hasil dari
pengaruh variabel bebas.
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran
konstektual dan pembelajaran ekspositori.
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa pada
materi pokok sistem rem.
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah quasi eksperimen, yaitu penelitian yang
dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya akibat dari suatu yang dikenakan
pada subjek yaitu siswa.
2. Desain Penelitian
Penelitian ini melibatkan dua kelas yang diberi perlakuan berbeda. Untuk
mengetahui hasil belajar sistem rem siswa dilakukan dengan memberikan tes pada
kedua kelas sebelum dan sesudah diberi perlakuan. Rancangan penelitian ini
sebagai berikut :
Tabel 4 : Two Group Pretest-Postest Design
Kelas Pretes Perlakuan Postes
Eksperimen T X1 T
Kontrol T X2 T
Keterangan :
X1 = Pembelajaran dengan menggunakan model pendekatan Kontekstual
(Contextual Teaching and Learning) pada materi sistem rem di kelas XI
TKR semester II SMK Negeri 2 Doloksanggul T.P 2016/2017.
X2 = Pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran ekspositori pada materi
pokok sistem rem di kelas XI TKR semester II SMK Negeri 2 Doloksanggul
T.P 2016/2017.
T = Pretes dan postes diberikan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol sebelum
dan setelah perlakuan.
28
E. Prosedur Penelitian
F. Instrumen Penelitian
Ranah kognitif Ju
Sub materi
No mla
pokok C1 C2 C3 C4 C5 C6 h
Jumlah 23 6 7 20 4 1 60
Keterangan :
C1 = Pengetahuan/Ingatan C4 = Analisis
C2 = Pemahaman C5= Mengevaluasi
C3 = Aplikasi/Penerapan C6= Mencipta
Bentuk tes yang diberikan kedua kelas adalah pilihan berganda, dengan
jumlah 60 soal dan terdiri dari 5 pilihan jawaban. Jawaban yang benar diberi skor
1 dan yang salah diberi skor 0. Penskoran pilihan ganda dapat dirumuskan:
Jumlah soal yang benar
Nilai= 100
Jumlah soal
B
TK= (Purwanto, 2011 : 99)
P
Keterangan :
TK = Tingkat Kesukaran
B = Jumlah siswa yang menjawab benar
P = Jumlah siswa peserta tes
Nilai rentang butir Tingkat Kesukaran dari rentang 0-1. Semakin nilai butir
mendekati satu maka semakin mudah butir soal tersebut dan sebaliknya.
Berikut ini tabel pembagian kategori Tingkat Kesukaran yang dibagi menjadi tiga
kelompok sehingga hasil dari pengerjaan rumus Tingkat Kesukaran dapat
dipahami :
Tabel 6. Tingkat Kesukaran
31
3. Uji Reliabilitas
Menurut Purwanto (2011), Reliabilitas berhubungan dengan kemampuan
alat ukur dalam melakukan pengukuran. Rumus yang digunakan untuk mencari
harga reliabilitas tes dalam penelitian ini adalah Kudder-Ricardson 20 (KR-20)
r11 = [ ][
n
n1
S21 pq
S21 ]
(dalam Purwanto,2011;169)
Keterangan:
r11 = koefisien reabilitas yang dicari
n = jumlah butir
S12 = varians total
p = proporsi skor yang diperoleh
p = proporsi skor maksimum dikurangi skor yang diperoleh
pq = Jumlah hasil perkalian antara p dan q
Pemberian interprestasinya
4. Uji Validitas
Untuk menghitung validitas tes digunakan rumus korelasi product moment
angka kasar yaitu:
N xy ( x )( y )
rxy = { N x ( x ) }{N y ( y ) }
2 2 2 2
(Arikunto,2013;213)
Keterangan :
rxy : Koefisien korelasi
N : Jumlah seluruh responden
x : Jumlah skor untuk x
y : Jumlah skor untuk y
xy : Jumlah perkalian skor untuk x dan y
34
2
n x 2( x i )
i
S=
n ( n1 ) (Sudjana, 2005 : 94)
b. Uji Normalitas
Uji ini bertujuan untuk melihat apakah sampel berdistribusi normal atau
tidak. Uji yang digunakan adalah uji lilliefors dengan langkah-langkah sebagai
berikut :
a. Mencari nilai baku dengan rumus :
X i X
Zi=
S (Sudjana, 2005 : 99)
35
S
12
F=
S
22
S
Dimana : 12 = varians dari kelompok besar
S
22 = varians dari kelompok kecil
Kriteria pengujian :
- Fhitung > Ftabel berarti kedua sampel tidak berasal dari populasi yang homogen.
- Fhitung < Ftabel berarti kedua sampel berasal dari populasi yang homogen.
Keterangan :
- Ftabel = F (dk varians terkecil 1 dan dk varians terbesar - 1)
36
Keterangan :
X1 : rata-rata hasil belajar siswa sebelum penerapan model pembelajaran
inquiry training.
X2 : rata-rata hasil belajar siswa sebelum penerapan pembelajaran
konvensional.
Bila sampel berdistribusi normal dan homogen maka untuk menguji
hipotesis menggunakan uji t dengan rumus :
x 1 x 2
t=
S
1 1
+
n1 n2 (Sudjana, 2005 : 239)
Pengujian hipotesis apabila populasi tidak homogen adalah dengan
menggunakan rumus (Sudjana, 2005: 241) :
X 1 X 2
t ,=
S 21
n1
+
S22
n2
H0 diterima, berarti kemampuan awal siswa pada kelas kontrol sama dengan
kemampuan awal siswa pada kelas eksperimen. Dan jika analisis data
menunjukkan harga t yang lain, maka H0 ditolak atau terima Ha, berarti
kemampuan awal siswa pada kelas eksperimen tidak sama dengan kemampuan
awal siswa pada kelas kontrol.
Jika sampel tidak normal dan tidak homogen maka digunakan uji statistik
non parametrik yaitu uji Wilcoxon. Uji Wilcoxon digunakan jika besar maupun
arah perbedaan diperhatikan dalam menentukan apakah ada perbedaan nyata
antara data pasangan yang diambil dari satu sampel atau sampel yang
berhubungan.
Adapun langkah-langkah uji Wilcoxon adalah sebagai berikut :
a. Memberi nomor urut untuk setiap harga mutlak selisih (X i - Yi). Harga mutlak
terkecil diberi nomor urut atau peringkat satu. Harga mutlak selisih
berikutnya diberi nomor urut dua. Dan akhirnya nomor dua. Dan akhirnya
nomor urut terbesar diberi nomor urut n. jika terdapat selisih harga mutlak
yang sama besar, untuk nomor urut diambil rata-ratanya.
b. Untuk tiap nomor urut diberikan pula tanda yang didapat dari selisih (Xi - Yi)
38
H0 : X1 = X2
Ha : X1 > X2
Keterangan :
X 1 : rata-rata hasil belajar siswa setelah penerapan model pembelajaran
konstektual
X 2 : rata-rata hasil belajar siswa setelah penerapan pembelajaran ekspositori
x 1 x 2
t=
S
1 1
+
n1 n2 (Sudjana, 2005 : 239)
Dimana S adalah varians gabungan yang dihitung dengan rumus :
( n1 1 ) S 12 + ( n2 1 ) S 22
S2 = n1 +n2 2 (Sudjana, 2005 : 239)
Dengan: t = distribusi t
x 1 = Nilai rata-rata kelompok eksperimen
x 2 = Nilai rata-rata kelompok kontrol
n1 = Jumlah siswa kelompok eksperimen
n2 = Jumlah siswa kelompok kontrol
S12 = Varians kelompok eksperimen
S22 = Varians kelompok kontrol
Kriteria pengujian adalah : terima H0 jika t < t1- dimana t1- didapat dari
daftar distribusi t dengan peluang (1-) dan dk = n1 + n2 2 dan = 0,05. Untuk
harga t lainnya H0 ditolak.
Jika analisis data menunjukkan bahwa, t> t 1 atau nilai t hitung yang
diperoleh lebih dari t 1 , maka hipotesis H0 ditolak dan Ha diterima. Dapat
diambil kesimpulan hasil belajar siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi
daripada hasil belajar siswa kelas kontrol, maka model pembelajaran inquiry
training berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.
41
DAFTAR PUSTAKA