Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dewasa ini, persaingan dalam dunia kerja semakin ketat. Setiap
individu harus memiliki wawasan yang luas serta keterampilan yang sesuai
dengan dunia usaha yang ingin ditekuni. Selain itu percaya diri merupakan
faktor terbesar yang dapat membantu individu untuk dapat meraih
kesuksesan.
Percaya diri merupakan keyakinan akan kemampuan dan potensi yang
dimiliki. Seseorang harus dapat menggali potensi yang dimilikinya agar dapat
menjadi pribadi yang baik yang sesuai dengan lingkungannya. Maka dari itu
perlu ditanamkan rasa percaya diri yang tinggi agar dapat mencapai tujuan
hidup yang diinginkan. Rasa percaya diri yang tinggi sebenarnya hanya
merujuk pada adanya beberapa aspek dari kehidupan individu tersebut dimana
ia merasa memiliki kompetensi, yakin, mampu dan percaya bahwa dia bisa,
karena didukung oleh pengalaman, potensi aktual, prestasi serta harapan yang
realistik terhadap diri sendiri.  
Semua orang memiliki potensi diri dari sejak ia bernafas, meski
potensi itu tidak sama antara orang satu dengan yang lainnya karena
dipengaruhi oleh berbagai faktor yang mendukung pengembangan potensi.
Berbagai potensi diri akan membantu kita dalam berbagai hal termasuk
mengatasi berbagai masalah dan kendala yang sering ditemui di kehidupan
sehari-hari.
Pada dasarnya, ada banyak sekali orang yang tidak mampu
menemukan potensi dirinya, bahkan sekedar hanya mengenalinya di dalam
diri mereka. Hal ini tentu sangat merugikan, mengingat potensi diri akan
sangat membantu seseorang untuk bisa berkembang dengan maksimal dan
mencapai banyak hal di dalam kehidupannya.
Ketika seseorang tidak mampu menemukan potensi dirinya, maka
besar kemungkinan orang tersebut hanya akan melakukan pencapaian yang
itu-itu saja sepanjang hidupnya. Orang tersebut tidak akan bisa berkembang
dengan maksimal dan mencapai titik terbaik di dalam kehidupannya, atau
bahkan bisa jadi lebih buruk dari kondisi tersebut.
Hal inilah yang menjadi alasan mengapa sangat penting untuk
mengenali dan mengembangkan potensi tersebut dengan semaksimal
mungkin, agar bisa ikut berkembang dan sukses dalam berbagai hal. Entah
sudah atau belum, tidak ada salahnya untuk mengenali kembali potensi di
dalam diri.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka dapat diperoleh rumusan masalah, yaitu:
a. Apa yang dimaksud dengan potensi diri?
b. Bagaimana cara mengenali kelemahan dan kelebihan diri?
c. Bagaimana Langkah-langkah untuk mengembangkan potensi diri?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka dapat diketahui tujuan
penulisan Makalah ini untuk menemukan jawabannya, yaitu :
a. Untuk mengetahui pengetian potensi diri.
b. Untuk mengetahui cara mengenali kelemahan dan kelebihan diri.
c. Untuk mengetahui langkah-langkah mengembangkan potensi diri.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Potensi Diri
Potensi dapat diartikan sebagai kemampuan dasar dari sesuatu yang
masih terpendam didalamnya yang menunggu untuk diwujudkan menjadi
sesuatu kekuatan nyata dalam diri sesuatu tersebut1. Dengan demikian potensi
diri manusia adalah kemampuan dasar yang dimiliki manusia yang masih
terpendam didalam dirinya yang menunggu untuk diwujudkan menjadi suatu
manfaat nyata dalam kehidupan diri manusia.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa potensi diri adalah
kemampuan dasar yang dimiliki oleh seseorang yang masih terpendam dan
mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan jika didukung dengan latihan
dan sarana yang memadai.

B. Mengenali kelemahan dan kelebihan diri


Untuk bisa memahami kelebihan dan kelemahan diri, setiap manusia
harus bisa menyadari bahwa setiap orang memiliki potensi yang berbeda di
bidangnya masing-masing, oleh karena itu satu orang ahli dalam bidangnya,
sedangkan yang lainnya di bidangnya sendiri. Dengan menyadari kekurangan
dan kelebihan tersebut, maka tidak bisa dipungkiri bahwa kita membutuhkan
bantuan orang lain dan karenanya, kita harus berperilaku rendah hati, tidak
sombong, dan selalu menghargai orang lain.
Dalam mengenali diri, maka kita harus introspeksi diri. Artinya sudah
berapa besar dalam memahami diri sendiri. Seperti:
1. Menghilangkan perasaan yang menganggap diri paling hebat, sehingga
malu jika diketauhi kelemahannya.
2. Jangan pernah menganggap orang lain lemah.

1
Wiyono, Slamet. Cara Mudah Memahami Akuntansi Perbankan Syariah. Berdasarkan PSAK dan
PAPSI. (Jakarta: PT. Grasindo. 2006), 37
3. Menanamkan kepada diri sendiri tentang tujuan dari intropeksi diri
adalah untuk memperbaiki diri agar lebih baik lagi dalam bersikap dan
bertingkah laku.
4. Memperhatikan kritikan yang masuk atau diberikan orang lain kepada
kita, walaupun kritikan itu menyakitkan. Namun kritikan tersebut bersifat
membangun kepribadian diri.
Oleh karena itu, jika kita dapat mengetauhi kelebihan diri sendiri akan
membuat kita mengembangkan kelebihan yang kita miliki. Sedangkan jika
kita mengetauhi kelemahan yang ada pada diri kita, maka kita akan
mempunyai banyak manfaat antara lain:
1. Membatasi sikap dan perilaku.
2. Mengakui kelebihan orang lain.
3. Menganggap kelemahan bukan penghambat, tetapi harus lebih semangat
untuk meningkatkan kelebihan diri kita.
Oleh karena itu, kita harus bersyukur atas kelebihan dan kekurangan
yang diberikan dan berusaha untuk menjadi manusia yang lebih baik lagi.

C. Mengembangkan potensi diri


masing-masing orang mempunyai potensi diri yang berbeda-beda.
Oleh karena itu, kita harus selalu mengembangkan potensi yang kita miliki.
Banyak orang yang ingin berkembang, tapi banyak juga dari mereka yang
bingung bagaiamana atau darimana harus memulai. 2 Berikut adalah contoh
untuk membantu induvidu dalam mengembangkan kemampuan diri.
1. Cari hobi baru. Jangan pernah meremehkan hobi, jika anda merasa hobi
adalah aktifitas buang-buang waktu, maka anda harus berfikir ulang.
Selain bisa membuat rileks yang akhirnya berimbas pada ‘kesegaran’
pikiran, hobi juga bisa menghasilkan keuntungan, baik materi atau tidak.
Carilah hobi baru, jika anda suka olahraga dan penyuka futsal, maka
pelajari juga olahraga lain seperti renang misalnya.

2
Neil, James.. Rasa Percaya Diri, terj. Syahril Yusuf. (Jakarta: Graha Ilmu. 2005), h. 75
2. Menciptakan dan mengembangkan kreatifitas. Mengasah kreatifitas akan
merangsang otak kita untuk menciptakan sesuatu yang kreatif juga.
Buatlah ruang kerja berbeda.
3. Bangun lebih pagi. Jika anda bangun lebih pagi itu artinya waktu untuk
mengerjakan hal-hal produktif ikut bertambah.
4. Miliki waktu olaharaga secara rutin. Kemampuan sebaik apapun tidak
akan bisa maksimal jika kondisi badan anda tidak sehat. Buatlah waktu
rutin untuk berolahraga, jangan sampai kemampuan anda tertutup
penyakit yang sering menghampiri tubuh anda.
5. Menulis. Menulis merupakan salah satu aktifitas yang mampu mengasah
kemampuan otak anda secara penuh. Jurnal, buku atau blog bisa menjadi
alternatif untuk memulai tulisan pertama anda.
6. Mintalah umpan balik. Umpan balik atau feedback merupakan hal
penting untuk mengukur sejauh mana hasil yang anda dapat. Mintalah
umpan balik dari rekan kerja atau keluarga dan gunakan hal itu sebagai
acuan untuk mengembangkan kemampuan diri anda.
7. Belajar dari orang lain. “Bahkan orang bodoh-pun bisa benar”, demikian
kira-kira istilah yang tepat untuk menggambarkan point ini. Setiap orang
unik dan setiap orang merupakan guru bagi kita. Jangan merasa bahwa
anda merasa lebih pintar dalam segala hal, tetaplah rendah hati dan mau
membuka diri terhadap orang lain.
8. Keluar dari kebiasaan buruk seperti terlambat masuk kantor atau sering
mengingkari janji. itu adalah beberapa contoh kebiasaan buruk. Segera
tinggalkan kebiasaan-kebiasaan buruk anda. Kebiasaan buruk sekecil
apapun bisa mengakibatkan hambatan dalam mengembangkan
kemampuan anda.
9. Patuhi komitmen. Sebaik apapun rencana yang dibuat, tanpa sebuah
komitmen maka rencana dan mimpi mustahil untuk terwujud. Jaga selalu
komitmen dan konsisten pada mimpi dan tujuan.
D. Pengenalan Percaya Diri
Percaya diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang sangat
penting dalam kehidupan manusia. Orang yang percaya diri yakin atas
kemampuan mereka sendiri serta memiliki pengharapan yang realistis, bahkan
ketika harapan mereka tidak terwujud, mereka tetap berpikiran positif dan
dapat menerimanya.
Menurut Thantaway, percaya diri adalah kondisi mental atau
psikologis diri seseorang yang memberi keyakinan kuat pada dirinya untuk
berbuat atau melakukan sesuatu tindakan. Individu dapat mengevaluasi
keseluruhan dari dirinya sehingga memberi keyakinan kuat pada kemampuan
dirinya untuk melakukan tindakan dalam mencapai berbagai tujuan di dalam
hidupnya.
Orang yang tidak percaya diri memiliki konsep diri negatif, kurang
percaya pada kemampuannya, karena itu sering menutup diri. Sedangkan
orang yang mempunyai kepercayaan diri bagus, mereka memiliki perasaan
positif terhadap dirinya, punya keyakinan yang kuat atas dirinya dan punya
pengetahuan akurat terhadap kemampuan yang dimiliki. Orang yang punya
kepercayaan diri bagus bukanlah orang yang hanya merasa mampu (tetapi
sebetulnya tidak mampu) melainkan adalah orang yang mengetahui bahwa
dirinya mampu berdasarkan pengalaman dan perhitungannya.
Namun jangan sampai seseorang mengalami over confidence atau
rasa percaya diri yang berlebih-lebihan atau overdosis. Rasa percaya diri
yang overdosis bukanlah menggambar kondisi kejiwaan yang sehat karena hal
tersebut merupakan rasa percaya diri yang bersifat semu.
Rasa percaya diri yang berlebihan pada umumnya tidak bersumber dari
potensi diri yang ada, namun lebih didasari oleh tekanan-tekanan yang
mungkin datang dari orangtua dan masyarakat (sosial), hingga tanpa sadar
melandasi motivasi individu untuk “harus” menjadi orang sukses. Selain itu,
persepsi yang keliru pun dapat menimbulkan asumsi yang keliru tentang diri
sendiri hingga rasa percaya diri yang begitu besar tidak dilandasi oleh
kemampuan yang nyata. Hal ini pun bisa didapat dari lingkungan di mana
individu di besarkan, dari teman-teman (peer group) atau dari dirinya sendiri
(konsep diri yang tidak sehat). Contohnya, seorang anak yang sejak lahir
ditanamkan oleh orangtua, bahwa dirinya adalah spesial, istimewa, pandai,
pasti akan menjadi orang sukses, dsb .
Namun dalam perjalanan waktu anak itu sendiri tidak pernah punya
dasar usaha dari diri sendiri. Akibatnya, anak tersebut tumbuh menjadi
seorang manipulator dan dan otoriter, memperalat, menguasai dan
mengendalikan orang lain untuk mendapatkan apa yang dia inginkan. Rasa
percaya diri pada individu seperti itu tidaklah didasarkan oleh kemampuan
asli, tapi lebih pada faktor-faktor pendukung eksternal, seperti kekayaan,
jabatan, koneksi, relasi, kekuatan timbal balik dari keluarga, nama besar
orangtua, dsb. Jadi, jika semua atribut itu ditanggalkan, maka seorang individu
tersebut bukan siapa-siapa.

E. Kepercayaan diri menurut perspektif Islam


Menurut Taylor, kepercayaan diri merupakan individu yang memiliki
perasaan aman terhadap dirinya dengan mengetahui bakat yang dimiliki,
dengan merasa rileks dalam mengembangkan kemampuan dan ingin
mendengar dan belajar sesuatu yang baik untuk dirinya dari orang lain.3
Menurut Taylor pribadi yang memiliki kepercayaan diri bukan arogansi,
sombong, membanggakan diri dan memamerkan kepandaian yang dimiliki,
hal ini menjadikan sebuah pembelaan untuk melindungi dari keterancaman
oleh mereka yang tidak memiliki kepercayaan diri Hambbly (dalam Aisyah,
2013) juga menjelasskan bahwa kepercayaan diri merupakan suatu keyakinan
terhadap diri sendiri sehingga mampu menangani segala sesuatu dengan
tenang, tidak merasa inferior di hadapan siapapun dan tidak merasa canggung
ketika menghadapi orang lain.
Kepercayaan diri merupakan suatu aspek kepribadian manusia yang
memiliki fungsi penting dalam mengningkatkan kemampuan yang

3
Taylor, R. . Confidence In Just Seven Days: Meraih Kepercayaan Diri Hanya Dalam Tujuh Hari.
(Jogjakarta: Diva Press. 2003), h. 19
dimilikinya. Untuk mendapatkan rasa percaya diri, seseorang harus melalui
beberapa proses. Proses yang pertama yang terjadi yaitu, manusia diwajibkan
mempercarai Allah SWT. Oleh karena itu, manusia harus percaya pada dirinya
sendiri bahwa setiap melakukan sesuatu harus dibarengi dengan rasa
optimisme. Optimis dapat membuat seseorang percaya diri dengan segala
keputusan yang diambilnya. Al-Qur’an sebagai pedoman umat Islam
menegaskan mengenai kepercayaan diri yang terkandung dalam beberpa
ayat-ayat yang mengindikasi percaya diri, diantaranya adalah:
      

“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang


sebaik-baiknya.” (Q.S. At-Tiin: 4, dalam Jabal, 2010: 597).

Manusia diciptakan Allah SWT menjadi makhluk yang paling


sempurna, karena manusia diberi suatu kelebihan dari makhluk lain di dunia,
yaitu akal. Dalam hal ini Allah telah meningkatkan derajat manusia sebagai
makhluk yang paling baik. Manusia dianjurkan untuk bersedih hati ataupun
menyerah dan tidak percaya terhadap kemampuan yang dimilikinya. Apabila
seseorang memiliki iman, maka salah satu ciri rasa percaya diri yaitu sikap
optimis. Optimis merupakan suatu sikap positif dalam diri seseorang yang
memiliki pandangan baik dalam menghadapi segala sesuatu, harapan dan
kemampuan.4 Optimis merupakan suatu sikap yang dibutuhkan setiap manusia
dalam menempuh jalan Allah SWT, apabila orang tersebeut meninggalkannya
walau hanya sementara, maka akan luput, optimisme timbul dari perasaan
gembira dengan segala kemurahan Allah, Rahmat dan Karunia-Nya serta
perasaan lega menanti kemurahan dan anugerah-Nya karena percata atas
kemurahan Allah. Seperti yang dijelaskan dalam surat Al- Imran, ayat 139 5,
sebagai berikut:

4
Usman. Kadi. A.P. Hubungan Kepercayaan Diri Dan Self Regulated Learning
Terhadap Prokastinasi Akademik Pada Mahasiswa Psikologi 2013 (Mahasiswa
Psikologi Universitas Mulawarman). eJournal Psikologi, 2016, 4 (4): 457-471.
ISSN 2477-2674. 2016), h. 464
5
Jabal.(2010). Al-Qur’an danTerjemah. Bandung. h. 67
        


Artinya : “Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah


(pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling
tinggi (derajatnya), jika kamu orangorang yang beriman.”

Seseorang yang memiliki sikap optimis yaitu orang yang mempunyai


ketaatan dalam melaksanakan segala perintah Allah dan menjauhi segala
larangan-Nya. Ia berharap agar Allah tidak akan berpaling, menerima segala
amal perbuatan, dan melipat gandakan pahalanya. Sebaliknya orang yang
bersikap pesimis atau putus asa akan sering kali berasa bimbang, bingung, dan
tidak dapat mengambil keputusan apabila menghadapi suatu permasalahan
hidup. Rasa bimbang terkadang menjadi sebuah kekhawatiran yang mendalam
yang akhirnya berujung kepada sikap tidak percaya diri. Maka seharusnya
kita sebagai manusia yang baik, haruslah senantiasa mengingat segala
kemurahan Allah, Rahmat dan Taufiq-Nya. Optimislah dalam menjalani
kehidupan di dunia, sebab dengan optimis akan menjadi lebih baik dan indah,
serta jangan mudah putus asa dari apa yang Allah beri kemata setiap manusia.
Seperti yang terkandung dalam QS. Yusuf ayat 87.6, sebagai berikut:

      


          
   
Artinya : “Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita
tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari
rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah,
melainkan kaum yang kafir".

Seorang manusia harus percaya terhadap kemampuan diri sendiri dan


tidak boleh merasa dirinya lemah dan tidak mempunyai kemampuan tertentu.
Manusia merupakan seorang pemimpin atau khalifah di bumi. Manusia
ditakdirkan memiliki derajat yang lebih tinggi dan memiliki nilai
6
Jabal.(2010). Al-Qur’an danTerjemah. Bandung. h. 246
kesempurnaan daripada makhluq lain di dunia, oleh karena itu manusia harus
memanfaatkan sumber daya alam dengan sebaik mungkin. Dari ayat diatas
dapat disimpulkan bahwa manusia diharapkan dapat memiliki rasa percaya diri
dengan segala kelebihan dan kekurangan yang ada dalam dirinya. Karena
Allah menciptakan masunia dengan segala kelebihan dan kekurangan masing
masing dan hal ini ditujukan agar manusia tidak merasa sebagai makhluk yang
paling tinggi.
Dengan segala kelebihan dan kekurangan yang dimiliki, hendaknya
kita mengisi dengan rasa penuh percaya diri untuk menuju jalan yang lebih
baik dan dapat menjadi manuisa yang sukses, berhasil dan mempunyai tujuan
yang baik dan hidup bahagia di dunia.

F. Perkembangan Rasa Percaya Diri


 Pola Asuh
Para ahli berkeyakinan bahwa kepercayaan diri bukanlah diperoleh
secara instant, melainkan melalui proses yang berlangsung sejak usia dini,
dalam kehidupan bersama orang tua.
Meskipun banyak faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri
seseorang, namun faktor pola asuh dan interaksi di usia dini, merupakan
faktor yang amat mendasar bagi pembentukan rasa percaya diri. Sikap
orang tua, akan diterima oleh anak sesuai dengan persepsinya pada saat
itu. Orang tua yang menunjukkan kasih, perhatian, penerimaan, cinta dan
kasih sayang serta kelekatan emosional yang tulus dengan anak, akan
membangkitkan rasa percara diri pada anak tersebut. Anak akan merasa
bahwa dirinya berharga dan bernilai di mata orang tuanya. Dan, meskipun
ia melakukan kesalahan, dari sikap orang tua anak melihat bahwa dirinya
tetaplah dihargai dan dikasihi. Anak dicintai dan dihargai bukan
tergantung pada prestasi atau perbuatan baiknya, namun karena
eksisitensinya. Di kemudian hari anak tersebut akan tumbuh menjadi
individu yang mampu menilai positif dirinya dan mempunyai harapan
yang realistik terhadap diri – seperti orang tuanya meletakkan harapan
realistik terhadap dirinya.
Lain halnya dengan orang tua yang kurang memberikan
perhatian pada anak, atau suka mengkritik, sering memarahi anak
namun kalau anak berbuat baik tidak pernah dipuji, tidak pernah puas
dengan hasil yang dicapai oleh anak, atau pun seolah menunjukkan
ketidak percayaan mereka pada kemampuan dan kemandirian anak
dengan sikap overprotective yang makin meningkatkan ketergantungan.
Tindakan overprotective orang tua, menghambat perkembangan
kepercayaan diri pada anak karena anak tidak belajar mengatasi problem
dan tantangannya sendiri – segala sesuatu disediakan dan dibantu orang
tua. Anak akan merasa, bahwa dirinya buruk, lemah, tidak dicintai, tidak
dibutuhkan, selalu gagal, tidak pernah menyenangkan dan
membahagiakan orang tua.Anak akan merasa rendah diri di mata
saudara kandungnya yang lain atau di hadapan teman-temannya.
Apabila orang tua selalu membanding-baningkan kemampuan
anak dengan orang lain atau memaksakan kehendak sendiri dibanding
kehendak anak pada akhirnya mendorong anak tumbuh menjadi
individu yang tidak bisa menerima kenyataan dirinya. karena di masa
lalu bahkan sampai sekarang, setiap orang mengharapkan dirinya
menjadi seseorang yang bukan dirinya sendiri.
Dengan kata lain, memenuhi harapan sosial.  Akhirnya, anak
tumbuh menjadi individu yang punya pola pikir bahwa untuk bisa
diterima, dihargai, dicintai, dan diakui, harus menyenangkan orang lain
dan mengikuti keinginan mereka. Pada saat individu tersebut ditantang
untuk menjadi diri sendiri mereka tidak punya keberanian untuk
melakukannya. Rasa percaya dirinya begitu lemah, sementara
ketakutannya terlalu besar.
G. Macam-Macam Percaya Diri
1. Self Concept : bagaiman seorang individu menyimpulkan diri sendiri
secara keseluruhan, bagaimana ia melihat potret diri secara keseluruhan,
bagaimana ia mengkonsepsikan diri secara keseluruhan.
2. Self Esteem : sejauh mana seorang individu punya perasaan positif
terhadap dirinya, sejauhmana ia punya sesuatu yang ia rasakan bernilai
atau berharga dari dirinya, sejauh mana ia meyakini adanya sesuatu yang
bernilai, bermartabat atau berharga di dalam dirinya.
3. Self Efficacy : sejauh mana seorang individu punya keyakinan atas
kapasitas yang ia miliki untuk bisa menjalankan tugas atau menangani
persoalan dengan hasil yang bagus (to succeed). Atau juga, sejauhmana
seseorang meyakini kapasitasnya di bidangnya dalam menangani urusan
tertentu. Hal ini yang disebut dengan Specific Self Efficacy.
4. Self Confidence: sejauhmana seorang individu punya keyakinan terhadap
penilaian atas kemampuannya dan sejauh mana ia bisa merasakan adanya
“kepantasan” untuk berhasil. Self confidence itu adalah kombinasi dari
Self Esteem dan Self Efficacy.

H. Menumbuhkan Rasa Percaya Diri


Untuk menumbuhkan rasa percaya diri yang proporsional maka
individu harus memulainya dari dalam diri sendiri. Hal ini sangat penting
mengingat bahwa hanya individu yang bersangkutan yang dapat mengatasi
rasa kurang percaya diri yang sedang dialaminya. Diantaranya dapat
dilakukan dengan cara:  
a. Evaluasi diri secara obyektif
Belajar menilai diri secara obyektif dan jujur. Susunlah daftar
pribadi, seperti prestasi yang pernah diraih, sifat-sifat positif, potensi diri
baik yang sudah diaktualisasikan maupun yang belum, keahlian yang
dimiliki, serta kesempatan atau pun sarana yang mendukung kemajuan diri. 
Sadari semua asset-asset berharga dan temukan asset yang belum
dikembangkan.
Pelajari kendala yang selama ini menghalangi perkembangan diri,
seperti : pola berpikir yang keliru, niat dan motivasi yang lemah, kurangnya
disiplin diri, kurangnya ketekunan dan kesabaran, tergantung pada bantuan
orang lain, atau pun sebab-sebab eksternal lain. Hasil analisa dan pemetaan
tersebut kemudian digunakan untuk membuat dan menerapkan strategi
pengembangan diri yang lebih realistik.
b. Beri penghargaan yang jujur terhadap diri
Sadari dan hargailah sekecil apapun keberhasilan dan potensi yang
dimiliki. Ingatlah bahwa semua itu didapat melalui proses belajar,
berevolusi dan transformasi diri sejak dahulu hingga kini. Mengabaikan
atau meremehkan satu saja prestasi yang pernah diraih, berarti mengabaikan
atau menghilangkan satu jejak yang membantu menemukan jalan yang tepat
menuju masa depan. Ketidakmampuan menghargai diri sendiri, mendorong
munculnya keinginan yang tidak realistik dan berlebihan, contohnya ingin
cepat kaya, ingin cantik, populer, mendapat jabatan penting dengan segala
cara.
c. Positive thinking
Cobalah memerangi setiap asumsi, prasangka atau persepsi negatif
yang muncul. Jangan biarkan pikiran negatif berlarut-larut karena tanpa
sadar pikiran itu akan terus berakar, bercabang dan berdaun. Semakin besar
dan menyebar, makin sulit dikendalikan dan dipotong.
Jangan biarkan pikiran negatif menguasai pikiran dan perasaan.
Hati-hatilah agar masa depan tidak rusak karena keputusan keliru yang
dihasilkan oleh pikiran keliru. Jika pikiran itu muncul, cobalah
menuliskannya untuk kemudian di review kembali secara logis dan rasional.
Pada umumnya, orang lebih bisa melihat bahwa pikiran itu ternyata tidak
benar.
d. Gunakan Self-Affirmation
Self Affirmation yaitu berupa kata-kata yang membangkitkan rasa
percaya diri. Contohnya: 
 Saya pasti bisa !!
 Saya adalah penentu dari hidup saya sendiri. Tidak ada orang yang
boleh menentukan hidup saya !
 Saya bisa belajar dari kesalahan ini. Kesalahan ini sungguh menjadi
pelajaran yang sangat berharga karena membantu saya memahami
tantangan
 Sayalah yang memegang kendali hidup ini
 Saya bangga pada diri sendiri
e. Berani mengambil resiko
Berdasarkan pemahaman diri yang obyektif, seseorang bisa
memprediksi resiko setiap tantangan yang dihadapi. Dengan demikian ia tidak
perlu menghindari setiap resiko, melainkan lebih menggunakan strategi-
strategi untuk menghindari, mencegah atau pun mengatasi resikonya.
Contohnya seseorang tidak perlu menyenangkan orang lain untuk menghindari
resiko ditolak. Jika ingin mengembangkan diri sendiri, bukan diri seperti yang
diharapkan orang lain, pasti ada resiko dan tantangannya. Namun, lebih buruk
berdiam diri dan tidak berbuat apa-apa daripada maju bertumbuh dengan
mengambil resiko.
f. Belajar mensyukuri dan menikmati rahmat Tuhan
Apabila seorang individu tidak pernah berusaha melihat segala
sesuatu dari kaca mata positif. Bahkan kehidupan yang dijalaninya selama
ini pun tidak dilihat sebagai pemberian dari Tuhan. Artinya ia tidak bisa
bersyukur atas semua berkat, kekayaan, kelimpahan, prestasi, pekerjaan,
kemampuan, keahlian, uang, keberhasilan, kegagalan, kesulitan serta
berbagai pengalaman hidupnya.
Hidupnya dipenuhi dengan keluhan, rasa marah, iri hati dan dengki,
kecemburuan, kekecewaan, kekesalan, kepahitan dan keputusasaan.
Dengan “beban” seperti itu, individu itu bisa menikmati hidup dan
melihat hal-hal baik yang terjadi dalam hidupnya. Tidak heran jika dirinya
dihinggapi rasa kurang percaya diri yang kronis, karena selalu
membandingkan dirinya dengan orang-orang yang membuat “cemburu”
hatinya. Oleh sebab itu, belajarlah bersyukur atas apapun yang dialami dan
percayalah bahwa Tuhan pasti memberikan yang terbaik.
g. Menetapkan tujuan yang realistik
Sangat penting untuk mengevaluasi tujuan-tujuan yang telah
ditetapkan, dalam arti apakah tujuan tersebut sudah realistik atau tidak.
Dengan menerapkan tujuan yang lebih realistik, maka akan memudahkan
seseorang dalam mencapai tujuan tersebut. Dengan demikian ia akan
menjadi lebih percaya diri dalam mengambil langkah, tindakan dan
keputusan dalam mencapai masa depan, sambil mencegah terjadinya resiko
yang tidak diinginkan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari paparan pembahasan materi dapat disimpulkan bahwa:
 Percaya diri merupakan factor yang sangat berpengaruh dalam membantu
individu untuk meraih kesuksesan.
 Dengan percaya seseorang dapat meningkatkan kualitas diri baik dari segi
ilmu pengetahuan maupun pengalaman.
 Faktor intern lebih memberikan pengaruh terhadap prilaku individu dalam
menyikapi rasa percaya diri.
 Percaya diri dapat mengalahkan segala tantangan dan mewujudkan impian
yang tidak terduga.
 Kekayaan atau kelebihan alami yang tidak digunakan dengan baik tidak
akan membantu untuk menjadikan pribadi yang berguna dan tidak
menjamin kesuksesan.
potensi diri adalah kemampuan dasar yang dimiliki oleh seseorang
yang masih terpendam dan mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan
jika didukung dengan latihan dan sarana yang memadai.
Untuk bisa memahami kelebihan dan kelemahan diri, setiap manusia
harus bisa menyadari bahwa setiap orang memiliki potensi yang berbeda di
bidangnya masing-masing, oleh karena itu satu orang ahli dalam bidangnya,
sedangkan yang lainnya di bidangnya sendiri. Dengan menyadari kekurangan
dan kelebihan tersebut, maka tidak bisa dipungkiri bahwa kita membutuhkan
bantuan orang lain dan karenanya, kita harus berperilaku rendah hati, tidak
sombong, dan selalu menghargai orang lain.
Masing-masing orang mempunyai potensi diri yang berbeda-beda.
Oleh karena itu, kita harus selalu mengembangkan potensi yang kita miliki.
Seperti mencari hobi baru atau menciptakan dan mengembangkan kreatifitas.
B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini diharapkan agar pembaca bisa
mengetahui kelebihan dan kekurangan yang ada pada dirinya sendiri serta
selalu mengembangkan kelebihan dan potensi yang dimiliki agar menjadi
lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Neil, James. 2005. Rasa Percaya Diri, terj. Syahril Yusuf. Jakarta: Graha Ilmu
Alvin. 2010. Menumbuhkan Rasa Percaya Diri. Jakarta: PT. Gramedia
H. Jaali. 2007. Karakter Dalam Psikologi. Jakarta: Graha Ilmu
https://www.cermati.com/artikel/cara-mengenali-dan-mengembangkan-potensi-
diri
http://ariantiyoulie.blogspot.com/2014/02/mengenali-potensi-diri.html
https://www.kajianpustaka.com/2013/10/potensi-diri.html
Lauster, P. (2006). Tes Kepribadian. Jakarta:Bumi Aksara
De Angelis, B. (2003). Percaya Diri: Sumber Sukses dan Kemandirian. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Taylor, R. (2003). Confidence In Just Seven Days: Meraih Kepercayaan Diri
Hanya Dalam Tujuh Hari. Jogjakarta: Diva Press.
Usman. Kadi. A.P. (2016). Hubungan Kepercayaan Diri Dan Self Regulated
Learning Terhadap Prokastinasi Akademik Pada Mahasiswa Psikologi 2013
(Mahasiswa Psikologi Universitas Mulawarman). eJournal Psikologi, 2016,
4 (4): 457-471. ISSN 2477-2674.

Anda mungkin juga menyukai