Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH PENDIDIKAN KARAKTER & ANTI KORUPSI

HUBUNGAN KARAKTER DAN KEPRIBADIAN

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 2 (KELAS C)

1. ALFIAH NUR RAHMI (P10119003)


2. BAYU FITRAMADHAN (P1019129)
3. BRIGITA NATASYA BERTUS (P10119015)
4. DINA SUKMAWATI (P10119075)
5. FELICYA VALEN TOLEMBO (P10119206)
6. FITRI NURUL ANISA (P10119177)

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TADULAKO
2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang mana telah memberikan kami
semua kekuatan serta kelancaran dalam menyelesaikan makalah mata kuliah Pendidikan
Karakter dan Anti Korupsi yang berjudul “Hubungan Karakter dan Kepribadian” dapat selesai
seperti waktu yang telah kami rencanakan. Tersusunnya makalah ini tentunya tidak lepas dari
berbagai pihak yang telah memberikan bantuan secara materil dan moril, baik secara langsung
maupun tidak langsung.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini. Akhir kata, kami sampaikan terimakasih banyak kepada semua pihak yang telah
membantu dalam proses penyusunan makalah ini dari awal hingga akhir. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semua yang membacanya.

Palu, 9 Februari 2020

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................................ ii
BAB I                   PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang................................................................................4
B.     Rumusan Masalah...........................................................................4
C.     Tujuan Pembahasan........................................................................4
BAB II                PEMBAHASAN
A. Karakter dan Kepribadian Manusia.................................................5
B. Karakter sebagai Pembentuk Kepribadian......................................5
C. Proses, Mengetahui, Menghayati, Melakukan, Membiasakan
Karakter yang Baik.........................................................................5
D.     Pengkondisian dan Keteladanan....................................................7
BAB III             PENUTUP
A.    Kesimpulan.....................................................................................9
B.     Saran...............................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................10

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dalam kehidupan sehari hari perilaku baik dan beraklak mulia sangat diperlukan oleh
semua pihak. Mulai dari masyarakat yang menilai maupun pihak yang melakuka
Pembentukan Karakter adalah salah satu progam yang digencarkan oleh dinas pendidikan mulai
dari pelatian pramuka sampai pelatian pendidikan . Karakter sangat diperlukan oleh remaja
dalam menempuh kehidupan yang akan datang dengan karakter remaja dapat menafsirkan akan
jadi apa dia di masa yang akan datang. Remaja memerlukan karakter yang positif dalam
kehidupan agar dapat memiliki perilaku yang baik pula. Maka dari itu, makalah ini akan
membahas hubungan karakter dan kepribadian pada manusia.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apakah karakter dan kepribadian manusia?


2. Apa yang dimaksud karakter sebagai pembentuk kepribadian?
3. Bagaimana proses mengetahui, menghayati, melakukan, dan membiasakan karakter yang
baik?
4. Bagaimana pengkondisian dan keteladanan karakter dan kepribadian manusia?

C. TUJUAN PEMBAHASAN

1. Mengetahui hubungan karakter dan kepribadian pada manusia.


2. Memahami tentang proses dalam mengetahui, menghayati, melakukan, dan membiasakan
karakter yang baik.
3. Mengetahui pengkondisian dan keteladanan karakter dan kepribadian pada manusia.

4
BAB II

PEMBAHASAN
A. Karakter dan Kepribadian Manusia

Kata karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti "to mark" (menandai) dan
memfokuskan, bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah
laku. Oleh sebab itu, seseorang yang berperilaku tidak jujur, kejam, atau rakus dikatakan sebagai
orang yang berkarakter jelek, sementara seorang yang berperilaku jujur, suka menolong
dikatakan sebagai orang yang berkarakter mulia. Jadi istilah karakter erat kaitanya dengan
personality (kepribadian) seseorang. Seseorang bisa disebut orang yang berkarakter (a person of
character) apabila perilakunya sesuai dengan kaidah moral.
Kepribadian atau dalam bahasa Inggris disebut sebagai personality, berasal dari bahasa
Yunani Kuno yaitu prosopon yang artinya topeng. Topeng disini dimaksudkan sebagai
bagaimana individu menampilkan diri sehingga membentuk kesan mengenai diri yang
diinginkan untuk dapat ditangkap oleh lingkungan sosial. Penggunaan kata kepribadian
seringkali disamaartikan dengan beberapa kata lain, seperti watak, karakter, atau temperamen.
Jadi dapat disimpulkan bahwa, kepribadian adalah keseluruhan cara seorang individu
bereaksi dan berinteraksi dengan individu lain. Sementara itu, karakter atau watak adalah sifat
batin yang memengaruhi segenap pikiran, perilaku, budi pekerti, dan tabiat yang dimiliki
manusia atau makhluk hidup lainnya.
Hubungan antara kepribadian dan karakter dapat diilustrasikan sebagai sebuah gunung es.
Puncak gunung es (kepribadian) adalah apa yang pertama kali dilihat orang. Meskipun citra,
teknik, dan keterampilan bergaul dapat mempengaruhi keberhasilan penampilan anda, bobot dari
efektivitas yang sesungguhnya terletak pada karakter yang baik.

B. Karakter Sebagai Pembentuk Kepribadian

Manusia tidak bisa memilih kepribadiannya, kepribadian sudah tertanam saat manusia
dilahirkan. Setiap orang memiliki kepribadian pasti ada kelemahan dan kelebihannya di setiap
aspek kehidupan sosial dan pribadi masing-masing.
Pendidikan karakter adalah pemberian pandangan mengenai berbagai jenis nilai hidup,
seperti kejujuran, kecerdasan, kepedulian dan lain-lainnya. Hal itu menjadi pilihan dari masing-
masing individu yang perlu dikembangkan dan dibina sejak usia dini.
Secara umum kepribadian manusia ada 4 macam dan ada banyak sekali teori yang
menggunakan istilah yang berbeda bahkan ada yang menggunakan warna, tetapi polanya tetap
sama. Secara umum kepribadian manusia ada 4, yaitu :
1. Koleris: tipe ini bercirikan pribadi yang suka kemandirian, tegas, berapi-api, suka
tantangan, mejadi bos atas dirinya sendiri.

5
2. Sanguin: tipe ini bercirikan suka dengan hal praktis, happy dan ceria selalu, suka
kejutan, suka sekali dengan kegiatan social dan bersenang-senang.
3. Plegmatis: tipe ini bercirikan suka bekerjasama, menghindari konflik, tidak suka
perubahan mendadak, teman bicara yang enak, menyukai hal yang pasti.
4. Melankolis: tipe ini bercirikan suka dengan hal detil, menyimpan kemarahan,
perfeksionis, suka instruksi yang jelas, kegiatan rutin sangat disukai.
Kepribadian bukanlah karakter. Setiap orang punya kepribadian yang berbeda-beda. Dari
ke 4 kepribadian tersebut, masing-masing kepribadian tersebut memiliki kelemahan dan
keunggulan masing-masing.
Kita semua mempunyai potensi untuk menjadi seorang pribadi yang berkarakter.
Karakter, akan menjadikan seseorang pribadi yang memiliki nilai tambah. Karakter akan
melindungi segala sesuatu yang kita hargai dalam kehidupan ini.

C. Proses Mengetahui, Menghayati, Melakukan, dan Membiasakan Karakter yang Baik

Terbentuknya karakter seseorang melalui proses yang panjang. Dia bukanlah proses
sehari dua hari, namun bisa bertahun-tahun. Dalam ilustrasi seorang yang tinggal sementara di
Singapura sebelumnya, kita berharap sepulangnya dia dari sana karakternya akan berubah, tapi
kenyataannya tidak. Ini menunjukkan, waktu satu tahun belum sanggup membentuk karakter.
Suatu sikap atau prilaku dapat menjadi karakter melalui proses berikut:
1. Mengetahui
2. Menghayati
3. Melakukan
4. Membiasakan menjadi karakter yang baik
Karakter menjadi kuat jika rangkaian proses tersebut dilewati. Tahapan di atas dapat
dikelompokkan lagi atas dua bagian. Bagian pertama dominan aspek cognitifnya, yakni mulai
dari Tahap Pengenalan hingga tahap Penerapan. Selanjutnya bagian kedua mulai didominasi oleh
ranah afektif, yakni mulai dari pengulangan sampai internalisasi menjadi karakter. Bagian ke dua
ini, dorongan untuk melakukan sesuatu sudah berasal dari dalam dirinya sendiri.
Pemahaman atas tahapan pembentukan karakter ini akan sangat mempengaruhi jenis
interfensi apa yang diperlukan untuk membentuk karakter secara sengaja. Akan sangat berbeda
interfensi yang dilakukan pada saat karakter baru pada tahap pengenalanan dengan tahapan
pengulangan atau pembiasaan.
1. Mengetahui (knowledge)
Pembentukan karakter dimulai dari fase ini yaitu kesadaran dalam bidang
kognitif.. Untuk seorang anak, dia mulai mengenal berbagai karakter baik dari lingkungan
keluarganya. Misalnya, pada keluarga yang suka memberi, bersedekah dan berbagi. Dia
kenal bahwa ada sikap yang dianut oleh seluruh anggota keluarganya, yakni suka
memberi. Kakaknya suka membagi makanan atau meminjamkan mainan. Ibunya suka
menyuruh dia memberikan sedekah ketika ada peminta-pinta datang ke rumah. Ayahnya

6
suka memberikan bantuan pada orang lain. Pada tahapan ini dia berada pada ranah
kognitif, dimana prilaku seperti itu masuk dalam memorinya.
2. Menghayati (understanding)
Setelah seseorang mengenal suatu karakter baik, dengan melihat berulang-ulang,
akan timbul pertanyaan mengapa begitu? Dia bertanya, kenapa kita harus memberi orang
yang minta sedekah? Ibunya tentu akan menjelaskan dengan bahasa yang sederhana.
Kemudian dia sendiri juga merasakan betapa senangnya ketika kakaknya juga mau
berbagi dengannya. Dia kemudian membayangkan betapa senangnya si peminta-minta
jika dia diberi uang atau makanan. Pada tahap ini, si anak mulai paham jawaban atas
pertanyaan ”mengapa”. Pada tahap ini yakni kedalaman kognitif dan afektif yang dimiliki
oleh individu.  
3. Melakukan (acting)
Jika kedua aspek diatas sudah terlaksana makan akan dengan mudah dilakukan
oleh seseorang yaitu sesuatu yang dimiliki oleh individu untuk melakukan suatu
pekerjaan. Didasari oleh pemahaman yang diperolehnya, kemudian si anak ikut
menerapkannya. Pada tahapan awal, dia mungkin sekedar ikut-ikutan, sekedar meniru
saja. Mungkin saja dia hanya melakukan itu jika berada dalam lingkungan keluarga saja,
di luar dia tidak menerapkannya. Seorang yang sampai pada tahapan ini mungkin
melakukan sesuatu atau memberi sedekah itu tanpa didorong oleh motivasi yang kuat dari
dalam dirinya. Seandainya dia kemudian keluar dari lingkungan tersebut, perbuatan baik
itu bisa jadi tidak berlanjut.
4. Membiasakan menjadi karakter yang baik
Tingkatan berikutnya, adalah terjadinya internalisasi nilai-nilai yang terkandung
dalam suatu sikap atau perbuatan di dalam jiwa seseorang. Sumber motivasi melakukan
suatu respon adalah dari dasar nurani. Karakter ini akan menjadi semakin kuat jika ikut
didorong oleh suatu ideologi atau believe. Dia tidak memerlukan kontrol social untuk
mengekspresikan sikapnya, sebab yang mengontrol ada di dalam sanubarinya. Disinilah
sikap, prilaku yang diepresikan seseorang berubah menjadi karakter.
Seorang anak yang dibesarkan dalam keluarga yang suka berbagi, kemudian tinggal
dalam masyarakat yang suka bergotong royong, suka saling memberi, serta memiliki keyakinan
ideologis bahwa setiap pemberian yang dia lakukan akan mendapatkan pahala, maka suka
memberi ini akan menjadi karakternya.
Seorang anak yang dibesarkan dalam keluarga yang tidak menekankan sopan santu,
tinggal dalam lingkungan yang suka bertengkar dan mengeluarkan makian dan kata-kata kotor,
dan tidak memiliki pemahaman ideologi yang baik, maka berkatan kotor mungkin akan menjadi
karakternya.
Tahapan yang telah dipaparkan diatas akan saling pengaruh mempengaruhi.
Mekanismenya ibaratkan roda gigi yang sling menggerakkan. Mengenal sesuatu akan
menggerakkan seseorang untuk memahaminya. Pemahaman berikutnya akan memudahkan dia
untuk menerapkan suatu perbuatan. Perbuatan yang berulang-ulang akan melahirkan kebiasaan.

7
Kebiasaan yang berkembang dalam suatu komunitas akan menjelma menjadi kebudayaan, dan
dari kebudayaan yang didorong oleh adanya values atau believe akan berubah menjadi karakter.

D. Pengkondisian dan Keteladanan

1. Pengkondisian
Pengkondisian berkaitan dengan upaya untuk menata lingkungan fisik maupun nonfisik
demi terciptanya suasana mendukung terlaksananya pendidikan karakter. Kegiatan menata
lingkungan fisik misalnya adalah mengkondisikan tempat sampah, halaman yang hijau dengan
pepohonan, poster kata-kata bijak yang dipajang. Sedangkan pengkondisian lingkungan nonfisik
misalnya mengelola konflik supaya tidak menjurus kepada perpecahan, atau bahkan
menghilangkan konflik tersebut.
2. Keteladanan
Keteladanan merupakan sikap “menjadi contoh”. Sikap menjadi contoh merupakan
perilaku dan sikap tenaga kependidikan dan peserta didik dalam memberikan contoh melalui
tindakan-tindakan yang baik sehingga diharapkan menjadi panutan bagi peserta didik atau warga
belajar lain. Contoh kegiatan ini misalnya tenaga kependidikan menjadi contoh pribadi  yang
bersih, rapi, ramah, dan patut dicontoh.

8
BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN

Kepribadian adalah keseluruhan cara seorang individu bereaksi dan berinteraksi dengan
individu lain. Sementara itu, karakter atau watak adalah sifat batin yang memengaruhi segenap
pikiran, perilaku, budi pekerti, dan tabiat yang dimiliki manusia atau makhluk hidup lainnya.
Hubungan antara kepribadian dan karakter dapat diilustrasikan sebagai sebuah gunung es.
Puncak gunung es (kepribadian) adalah apa yang pertama kali dilihat orang. Meskipun citra,
teknik, dan keterampilan bergaul dapat mempengaruhi keberhasilan penampilan anda, bobot dari
efektivitas yang sesungguhnya terletak pada karakter yang baik.
Manusia tidak bisa memilih kepribadiannya, kepribadian sudah tertanam saat manusia
dilahirkan. Setiap orang memiliki kepribadian pasti ada kelemahan dan kelebihannya di setiap
aspek kehidupan sosial dan pribadi masing-masing.
Kepribadian bukanlah karakter. Setiap orang punya kepribadian yang berbeda-beda. Dari
ke 4 kepribadian tersebut, masing-masing kepribadian tersebut memiliki kelemahan dan
keunggulan masing-masing.
Kita semua mempunyai potensi untuk menjadi seorang pribadi yang berkarakter.
Karakter, akan menjadikan seseorang pribadi yang memiliki nilai tambah. Karakter akan
melindungi segala sesuatu yang kita hargai dalam kehidupan ini.
Suatu sikap atau prilaku dapat menjadi karakter melalui proses berikut:
1. Mengetahui
2. Menghayati
3. Melakukan
4. Membiasakan menjadi karakter yang baik
Pengkondisian berkaitan dengan upaya untuk menata lingkungan fisik maupun nonfisik
demi terciptanya suasana mendukung terlaksananya pendidikan karakter. Sedangkan keteladanan
merupakan sikap “menjadi contoh”. Sikap menjadi contoh merupakan perilaku dan sikap tenaga
kependidikan dan peserta didik dalam memberikan contoh melalui tindakan-tindakan yang baik
sehingga diharapkan menjadi panutan bagi peserta didik atau warga belajar lain.

B. SARAN

Dengan selesainya makalah ini kami sadar bahwasanya makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, karena masih banyak kekurangan dan kesalahan baik dari segi materi
pembahasan maupun ejaan kata, maka dari itu kami mengharapkan adanya saran dan kritik yang
membangun dari pembaca agar di kemudian hari kami dapat menyusun makalah lebih baik lagi.
Harapan  kami semoga dengan adanya makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembacanya.

9
DAFTAR PUSTAKA
http://repapebrianitapgsd14.blogspot.com/2016/06/pembentukan-karakter.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan_karakter

https://id.wikipedia.org/wiki/Kepribadian

Gunawan, Heri. 2012. Pendidikan Karakter: Konsep Dan Implementasi. Bandung: Alfabeta.

Syamsu Yusuf, (2007), Teori Kepribadian, Bandung:  Remaja Rosdakarya.

10

Anda mungkin juga menyukai