Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PROSES MENGETAHUI PENGKONDISIAN DAN


KETELADANAN

DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 8
1. YAYA TRI ANDINI A. LAKORO
2. NINDYA RESMALA
3. BILEAM DWIONO BASOLUNG
4. EGIN SYAHPUTRA

MATA KULIAH : PENDIDIKAN BERKARAKTER


PRODI D3 KEPERAWATAN TINGKAT 1
POLTEKKES KEMENKES PALU
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan
hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul "PROSES MENGETAHUI PENGKONDISIAN DAN
KETELADANAN" dengan tepat waktu.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata kuliah Pendidikan
berkarakter. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan
tentang proses mengetahui pengkondisian dan keteladanan bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam menyusun
makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya
membangun sangat kami harapkan guna kesempurnaan makalah ini.
Demikianlah atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................ii
BAB I......................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................1
Latar Belakang...................................................................................................................................1
Rumusan Masalah.............................................................................................................................1
Tujuan................................................................................................................................................1
BAB II.....................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN.......................................................................................................................................2
1. Pengertian Pendidikan Karakter................................................................................................2
2. Pembentukan Karakter..................................................................................................................2
3. Proses Pembentukan Karakter.......................................................................................................2
4. Pengertian Pengkondisian dan Keteladanan.................................................................................5
5. Strategi/ Pembentukan Karakter Terpuji (Santun atau Menghormati Orang Lain) melalui
Pengkondisian dan Keteladanan........................................................................................................5
BAB III....................................................................................................................................................9
PENUTUP...............................................................................................................................................9
1. Kesimpulan....................................................................................................................................9
2. Saran..............................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................................10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, perilaku atau budi pekerti
yangmembedakan seseorang dari yang lain. Berkarakter berarti memiliki
karakter,mempunyai kepribadian dan berwatak
Individu yang berkarakter baik atauunggul adalah seseorang yang berusaha
melakukan hal-hal yang terbaikterhadap Tuhan Yang Maha Esa, dirinya,
sesama, lingkungan, bangsa dannegara pada umumnya dengan mengoptimalkan
potensi (pengetahuan) dirinyadan disertai dengan kesadaran, emosi dan
motivasinya (perasaannya).
Karakter dapat dimaknai sebagai nilai dasar yang membangun pribadiseseorang,
terbentuk baik karena pengaruh hereditas maupun pengaruhlingkungan, yang
membedakannya dengan orang lain, serta diwujudkan dalamsikap dan
perilakunya dalam kehidupan sehari-hari.Pendidikan Karakter adalah usaha
sadar dan terencana dalam menyiapkanpeserta didik untuk mengenal,
memahami, dan menerapkan dalam kehidupansehari hari dengan melalui
kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, sertapenggunaan pengalaman.
Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pendidikan karekter?
2. Bagaimana pembentukan karakter?
3. Bagaimana proses pembentukan karakter?
4. Pengertian penkondisian dan keteladanan?
5. Bagaimana Strategi/ Pembentukan Karakter Terpuji (Santun atau
Menghormati Orang Lain) melalui Pengkondisian dan Keteladanan?

Tujuan
1. Mengetahui pengertian pendidikan karekter
2. Mengetahui pembentukan karakter
3. Mnegetahui proses pembentukan karakter
4. Mengetahui pengertian penkondisian dan keteladanan

1
5. Mengetahui Strategi/ Pembentukan Karakter Terpuji (Santun atau
Menghormati Orang Lain) melalui Pengkondisian dan Keteladanan
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Pendidikan Karakter.


Dalam konteks pemikiran Islam, karakter berkaitan erat dengan iman dan
keikhlasan. Hal ini sejalan dengan ungkapan Aristoteles, bahwa karakter erat
kaitannya dengan “habbit” atau kebiasaan terus-menerus dipraktikakan dan
diamalkan. Jadi Pendidikan karakter adalah sebuah system yang menanamkan
nilai – nilai karakter pada peserta didik,yang mengandung komponen
pengetahuan, kesadaran individu, tekad serta adanya kemauan dan tindakan
untuk melaksanakan nilai- nilai, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri
sendiri, sesama manusia, lingkungan, maupun bangsa, sehingga akan terwujud
insan yang berkarakter.
2. Pembentukan Karakter
Karakter adalah sebuah kata yang tidak ada artinya jika tidak dihubungkan
dengan manusia. Gordon Allport mendefinisikan Karakter manusia sebagai
kumpulan atau kristalisasi dari kebiasan-kebiasaan seorang individu. Sedangkan
Chaplin mendefinisikannya sebagai kualitas kepribadian yang berulang secara
tetap dalam seorang individu. Dari sudut proses pembentukkannya ada ahli
yang mengatakan bahwa Karakter manusia itu adalah turunan (hereditas),
sebagian lain lagi mengatakan lingkungan yang membentuk Karakter
Kepribadian seseorang. Kita tidak mempersalahkan ataupun membenarkan
salah satu pandangan di atas. Yang pasti kedua faktor di atas sangat berperan di
dalam pembentukan Karakter Kepribadian seorang manusia. Tapi yang paling
penting untuk diperhatikan adalah bahwa kebiasaan manusia setiap hari itulah
yang akan membentuk Karakter seorang manusia.
3. Proses Pembentukan Karakter
Terbentuknya karakter seseorang melalui proses yang panjang. Dia bukanlah
proses sehari dua hari, namun bisa bertahun-tahun. Dalam ilustrasi seorang yang
tinggal sementara di Singapura sebelumnya, kita berharap sepulangnya dia dari
sana karakternya akan berubah, tapi kenyataannya tidak. Ini menunjukkan,
waktu satu tahun belum sanggup membentuk karakter.
2
Suatu sikap atau prilaku dapat menjadi karakter melalui proses berikut:
1. Mengetahui
2. Menghayati
3. Melakukan
4. Membiasakan menjadi karakter yang baik
Karakter menjadi kuat jika rangkaian proses tersebut dilewati. Tahapan di atas
dapat dikelompokkan lagi atas dua bagian. Bagian pertama dominan aspek
cognitifnya, yakni mulai dari Tahap Pengenalan hingga tahap Penerapan.
Selanjutnya bagian kedua mulai didominasi oleh ranah afektif, yakni mulai dari
pengulangan sampai internalisasi menjadi karakter. Bagian ke dua ini, dorongan
untuk melakukan sesuatu sudah berasal dari dalam dirinya sendiri.
Pemahaman atas tahapan pembentukan karakter ini akan sangat mempengaruhi
jenis interfensi apa yang diperlukan untuk membentuk karakter secara sengaja.
Akan sangat berbeda interfensi yang dilakukan pada saat karakter baru pada
tahap pengenalanan dengan tahapan pengulangan atau pembiasaan.
 Mengetahui (knowledge)
Pembentukan karakter dimulai dari fase ini yaitu kesadaran dalam bidang
kognitif.. Untuk seorang anak, dia mulai mengenal berbagai karakter baik dari
lingkungan keluarganya. Misalnya, pada keluarga yang suka memberi,
bersedekah dan berbagi. Dia kenal bahwa ada sikap yang dianut oleh seluruh
anggota keluarganya, yakni suka memberi. Kakaknya suka membagi makanan
atau meminjamkan mainan. Ibunya suka menyuruh dia memberikan sedekah
ketika ada peminta-pinta datang ke rumah. Ayahnya suka memberikan bantuan
pada orang lain. Pada tahapan ini dia berada pada ranah kognitif, dimana prilaku
seperti itu masuk dalam memorinya.
 Menghayati (understanding)
Setelah seseorang mengenal suatu karakter baik, dengan melihat berulang-
ulang, akan timbul pertanyaan mengapa begitu? Dia bertanya, kenapa kita harus
memberi orang yang minta sedekah? Ibunya tentu akan menjelaskan dengan
bahasa yang sederhana. Kemudian dia sendiri juga merasakan betapa senangnya
ketika kakaknya juga mau berbagi dengannya. Dia kemudian membayangkan
betapa senangnya si peminta-minta jika dia diberi uang atau makanan. Pada

3
tahap ini, si anak mulai paham jawaban atas pertanyaan ”mengapa”. Pada tahap
ini yakni kedalaman kognitif dan afektif yang dimiliki oleh individu.
 Melakukan (acting)
Jika kedua aspek diatas sudah terlaksana makan akan dengan mudah dilakukan
oleh seseorang yaitu sesuatu yang dimiliki oleh individu untuk melakukan suatu
pekerjaan. Didasari oleh pemahaman yang diperolehnya, kemudian si anak ikut
menerapkannya. Pada tahapan awal, dia mungkin sekedar ikut-ikutan, sekedar
meniru saja. Mungkin saja dia hanya melakukan itu jika berada dalam
lingkungan keluarga saja, di luar dia tidak menerapkannya. Seorang yang
sampai pada tahapan ini mungkin melakukan sesuatu atau memberi sedekah itu
tanpa didorong oleh motivasi yang kuat dari dalam dirinya. Seandainya dia
kemudian keluar dari lingkungan tersebut, perbuatan baik itu bisa jadi tidak
berlanjut.
 Membiasakan menjadi karakter yang baik
Tingkatan berikutnya, adalah terjadinya internalisasi nilai-nilai yang terkandung
dalam suatu sikap atau perbuatan di dalam jiwa seseorang. Sumber motivasi
melakukan suatu respon adalah dari dasar nurani. Karakter ini akan menjadi
semakin kuat jika ikut didorong oleh suatu ideologi atau believe. Dia tidak
memerlukan kontrol social untuk mengekspresikan sikapnya, sebab yang
mengontrol ada di dalam sanubarinya. Disinilah sikap, prilaku yang diepresikan
seseorang berubah menjadi karakter.
Seorang anak yang dibesarkan dalam keluarga yang suka berbagi, kemudian
tinggal dalam masyarakat yang suka bergotong royong, suka saling memberi,
serta memiliki keyakinan ideologis bahwa setiap pemberian yang dia lakukan
akan mendapatkan pahala, maka suka memberi ini akan menjadi karakternya.
Seorang anak yang dibesarkan dalam keluarga yang tidak menekankan sopan
santu, tinggal dalam lingkungan yang suka bertengkar dan mengeluarkan
makian dan kata-kata kotor, dan tidak memiliki pemahaman ideologi yang baik,
maka berkatan kotor mungkin akan menjadi karakternya.
Tahapan yang telah dipaparkan diatas akan saling pengaruh mempengaruhi.
Mekanismenya ibaratkan roda gigi yang sling menggerakkan. Mengenal sesuatu
akan menggerakkan seseorang untuk memahaminya. Pemahaman berikutnya
akan memudahkan dia untuk menerapkan suatu perbuatan. Perbuatan yang
berulang-ulang akan melahirkan kebiasaan. Kebiasaan yang berkembang dalam

4
suatu komunitas akan menjelma menjadi kebudayaan, dan dari kebudayaan
yang didorong oleh adanya values atau believe akan berubah menjadi karakter.

4. Pengertian Pengkondisian dan Keteladanan

1. Pengkondisian
Pengkondisian berkaitan dengan upaya untuk menata lingkungan fisik maupun
nonfisik demi terciptanya suasana mendukung terlaksananya pendidikan
karakter. Kegiatan menata lingkungan fisik misalnya adalah mengkondisikan
tempat sampah, halaman yang hijau dengan pepohonan, poster kata-kata bijak
yang dipajang. Sedangkan pengkondisian lingkungan nonfisik misalnya
mengelola konflik supaya tidak menjurus kepada perpecahan, atau bahkan
menghilangkan konflik tersebut.
2. Keteladanan
Keteladanan merupakan sikap “menjadi contoh”. Sikap menjadi contoh
merupakan perilaku dan sikap tenaga kependidikan dan peserta didik dalam
memberikan contoh melalui tindakan-tindakan yang baik sehingga diharapkan
menjadi panutan bagi peserta didik atau warga belajar lain. Contoh kegiatan ini
misalnya tenaga kependidikan menjadi contoh pribadi yang bersih, rapi, ramah,
dan patut dicontoh.
5. Strategi/ Pembentukan Karakter Terpuji (Santun atau Menghormati
Orang Lain) melalui Pengkondisian dan Keteladanan

1. Pengkondisian
Pembentukan karakter sopan santun (menghormati orang lain) melalui
pengkondisian dapat dilakukan dengan beberapa cara. Diantaranya (Lickona,
2013):
 Menciptakan Komunitas yang Bermoral
Menciptakan komunitas yang bermoral dengan mengajarkan siswa untuk saling
menghormati, menguatkan, dan peduli. Dengan ini, rasa empati siswa akan
terbentuk.
 Disiplin Moral

5
Disiplin moral menjadi alasan pengembangan siswa untuk berperilaku dengan
penuh rasa tanggung jawab di segala sitasi, tidak hanya ketika mereka di bawah
pengendalian atau pengawasan guru atau orang dewasa saja. Disiplin moral
menjadi alasan pengembangan siswa untuk menghormati aturan, menghargai
sesame, dan otoritas pengesahan atau pengakuan guru.
 Menciptakan Lingkungan Kelas yang Demokratis: Bentuk Perteman
Kelas
Menciptakan lingkungan kelas yang demokratis dapat dilakukan dengan
membentuk pertemuan kelas guna membentuk karakter terpuji santun atau
menghoramti orang lain. Menurut Lickona (2013:212), tujuan perkembangan
karakter dari pertemuan kelas yaitu:
1) mengembangkan siswa melalui kebiasaan tatap muka untuk mencapai
kemampuan siswa yang mampu mendengarkan, menghargai, dan menghormati
pendapat orang lain.
2) menyediakan sebuah forum untuk bertukar pikiran sehingga akan mncul rasa
kepercayaan diri masing-masing individu.
3) membantu perkembangan ketiga bagian karakter, kebiasaan moral, perasaan,
dengan melakukan latihan setiap hari dalam kehidupan di kelas.
4) menciptakan komunitas moral sebagai sebah struktur dukungan untuk
memelihara wilayah sebuah kualitas karakter yang baik bahwa sejatinya para
siswa itu berkembang.
5) mengembangkan sikap dan kemampuan yang dibutuhkan untuk mengambil
peranan dalam kelompok pengambil keputusan secara demokratik.
 Mengajarkan Nilai Melalui Kurikulum
Kurikulum berbasis nilai moral akan membantu membentuk atau
mengkondisikan siswa dalam membentuk karakter terpuji. Dan salah satunya
adalah karakter santun. Dari kurikulum berbasis nilai moral ini bergerak dan
menuju pusat dari proses belajar-mengajar.
 Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan dan membentuk karakter
terpuji santun atau menghargai orang lain karena pembelajaran kooperatif
memiliki banyak keuntungan. Keuntungan-keuntungan tersebut diantaranya,
proses belajar kooperatif dapat mengajarkan nilai-nilai kerja sama, membangun
komunitas di dalam kelas, keterampilan dasar kehidupan, memperbaiki
6
pencapaian akademik, rasa percaya diri, dan penyikapan terhadap sekolah, dapat
menawarkan alternative dalam pencatatan, dan yang terakhir yaitu memiliki
potensi untuk mengontrol efek negatif.
 Meningkatkan Tingkat Diskusi Moral
Melalui diskusi moral, siswa mampu bertukar pendapat dengan siswa lain.
Hasilnya, mampu membat siswa tersebt saling menghargai pendapat-pendapat
yang memang berbeda dengan pendapatnya. Diskusi moral ini lebih kebanyakan
bertujuan untuk menyamakan pendapat antara pendapat yang satu dengan
lainnya.
2. Keteladanan
Pembudayaan merupakan suatu proses pembiasaan. Pembudayaan sopan santun
dapat dimaksudkan sebagai supaya pembiasaan sikap sopan santun agar
menjadi bagian dari pola hidup seorang yang dapat dicerminkan melalui sikap
dan perilaku kesehariannya. Sopan santun sebagai perilaku dapat dicapai oleh
anak melalui berbagai cara. Proses ini dapat dilakukan di rumah maupun di
sekolah.
Pembudayaan sopan antun di rumah dapat dilakukan melalui peran orang tua
dalam mendidik anaknya. Orang tua dapat melakukan hal-hal sebagai berikut:
a) Orang tua memberikan contoh-contoh penerapan perilaku sopan santun di
depan anak.
b) Menanamkan sikap sopan santun melalui pembiasaan.
c) Menanamkan sikap sopan santun sejak anak masih kecil, anak yang sejak
kecil dibiasakan bersikap sopan akan berkembang menjadi anak yang
berperilaku sopan santun dalam bergaul dengan siapa saja dan selalu dpat
menempatkan dirinya dalam suasana apapun. Sehingga sikap ini dapat
diajadikan bekal awal dalam membina karakter anak.
Pembudayaan sikap sopan santun di sekolah dapat dilakukan melalui program
yang dibuat oleh sekolah untuk mendesain skenario pembiasaan sikap sopan
santun. Sekolah dapat melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
a) Peran sekolah dalam membiasakan sikap sopan santun dapat dilakukan
dengan memberikan contoh sikap sopan dan santun yang ditunjukkan oleh guru.
Siswa sebagai pembelajar dapat menggunakan guru sebagai model. Dengan
contoh atau model dari guru ini siswa dengan mudah dapat meniru sehingga
guru dapat dengan mudah menananmkan sikap sopan santun.

7
b) Guru dapat mengitegrasikan perilakuk sopan santun ini dalam setiap mata
pelajaran, sehingga tanggungjawab perkembanagn anak didik tidak hanya
menjadi beban guru agama, pendidikan moral pancasila, dan guru BP.
c) Guru agama, guru pendidikan moral pancasila dan guru BP dapat melakukan
pembiasaan yang dikaitkan dalam penilaian secara afektif. Penilaian pencapain
kompetensi dalam 3 mata pelajaran ini hendaknya difokuskan pada pencapain
kompetensi afektif. Kompetensi kognitif hanya sebagai pendukung mengusaan
secara afektif

8
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Karakter adalah sebuah kata yang tidak ada artinya jika tidak
dihubungkan dengan manusia. Gordon Allport mendefinisikan Karakter
manusia sebagai kumpulan atau kristalisasi dari kebiasan-kebiasaan seorang
individu. Sedangkan Chaplin mendefinisikannya sebagai kualitas kepribadian
yang berulang secara tetap dalam seorang individu. Dari sudut proses
pembentukkannya ada ahli yang mengatakan bahwa Karakter manusia itu
adalah turunan (hereditas), sebagian lain lagi mengatakan lingkungan yang
membentuk Karakter Kepribadian seseorang. Kita tidak mempersalahkan
ataupun membenarkan salah satu pandangan di atas. Yang pasti kedua faktor di
atas sangat berperan di dalam pembentukan Karakter Kepribadian seorang
manusia. Tapi yang paling penting untuk diperhatikan adalah bahwa kebiasaan
manusia setiap hari itulah yang akan membentuk Karakter seorang manusia.
2. Saran
Semoga makalah ini bermanfaat bagi penyusun khususnya dan pembaca pada
umumnya serta menambah wawasan pembaca terutama dalam proses
mengetahui pengkondisian dan keteladanan.

9
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/35481186/
MAKALAH_PENDIDIKAN_KARAKTER
http://repapebrianitapgsd14.blogspot.com/2016/06/pembentukan-
karakter.html

10

Anda mungkin juga menyukai