Anda di halaman 1dari 10

Makalah cinta dan kasih sayang

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia merupakan makhluk Allah yang memiliki tingkatan atau kedudukan
yang sama antara satu dengan yang lain. Kedudukan yang sama itu bersumber dari
pandangan bahwa semua manusia diciptakan sebagai makhluk mulia dan tinggi
derajatnya dibanding makhluk lain. Yang memebedakan nantinya adalah tingkat
ketakwaan manusia tersebut terhadap Allah Swt.
Hal tersebut berimplikasi pada adanya pengakuan akan kesetaraan yang
nantinya dapat membentuk kehidupan yang selaras. Keselarasan dalam kehidupan
merupakan impian seluruh masyarakat agar kehidupan mereka menjadi lebih baik
setiap harinya. Implikasi selanjutnya adalah perlu adanya rasa cinta dan kasih sayang
diantara anggota masyarakat. Karena dalam kehidupan sehari-hari masyarakat tentu
membutuhkan rasa yang dinamakan cinta, dan kasih sayang tersebut. Kedua hal
tersebut menjadi faktor terpenting dalam masyarakat berbudaya untuk menciptakan
komunikasi yang baik.
Berkaitan dengan konsep tersebut, maka akan sangat bermanfaat sekali jika
mampu mempelajari dan memahami tentang konsep cinta dan kasih sayang dalam
membentuk kaselarasan masyarakat beragama.

1.2 Rumusan Masalah


a. Bagaimana konsep cinta dan kasih sayang?
b. Apa saja macam-macam tingkatan cinta?
c. Bagaimana cinta dan kasih sayang dapat membentuk keselarasan masyarakat?

1.3 Tujuan
a. Memahami konsep cinta dan kasih sayang
b. Memahami macam-macam tingkatan cinta
c. Memahami bagaimana cinta dan kasih sayang dapat membentuk keselarasan dalam
masyarakat berbudaya.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Cinta dan Kasih Sayang

Menurut kamus besar bahasa Indonesia, cinta adalah rasa sangat suka (kepada)
atau rasa sayang (kepada), ataupun rasa sangat kasih atau sangat tertarik hatinya.
Sedangan kata kasih, artinya perasaan saying atau cinta (kepada )atau menaruh belas
kasihan. Dengan demikian, arti cinta dan kasih itu hamper sama sehingga kata kasih
dapat dikatakan lebih memperkuat rasa cinta. Oleh karena itu, cinta kasih dapat
diartikan sebagai perasaan suka (sayang) kepda seseorang yang disertai dengan
menaruh belas kasihan.
Cinta kasih bersumber pada ungkapan perasaan yang didukung oleh unsur karsa,
yang dapat berupa tingkah laku dan pertimbangan dengan akal yang menimbulkan
tanggung jawab. Dalam cinta kasih tersimpul pula rasa kasih sayang dan kemesraan.
Belas kasihan dan pengabdian. Cinta kasih yang disertai dengan tanggung jawab
menciptakan keserasian, keseimbangan, dan kedamaian antara sesama manusia,
antara manusia dengan lingkungan, antara manusia dengan Tuhan.

Cinta adalah perasaan jiwa, getaran hati, pancaran naluri. Dan terpautnya hati org
yg mencintai pada pihak yg dicintainya, dg semangat yg menggelora dan wajah yg
selalu menampilkan keceriaan.

Cinta dalam pengertian seperti ini merupakan perasaaan mendasar dalam diri
manusia, yang tidak bisa terlepas dan merupakan sesuatu yg essensial. Dlm banyak
hal, cinta muncul untuk mengontrol keinginan ke arah yg lebih baik dan positif. Hal ini
dapat terjadi jika orang yang mencintai menjadikan cintanya sebagai sarana untuk
meraih hasil yg baik dan mulia guna meraih kehidupan sbgmn kehidupan orang-orang
pilihan dan suci serta orang-orang yg bertaqwa dan selalu berbuat baik.

Apabila dirumuskan secara sederhana, cinta kasih adalah perasaan kasih sayang,
kemesraan, belas kasihan dan pengabdian yang diungkapkan dengan tingkah laku
yang bertanggung jawab. Tanggung jawab artinya yang baik, positif, berguna, saling
menguntungkan, menciptakan keserasian, keseimbangan, dan kebahagiaan.
Walaupun cinta dan kasih mengandung arti yang sama, antar keduanya terdapat
perbedaan, yaitu cinta lebih mengandung pengertian tentang rasa yang mendalam,
sedangkan kasih merupakan pengungkapan untuk mengeluarkan tasa, mengarah
kepada orang atau yang dicintai. Dengan kata lain, bersumber dari cinta yang
mendalam itulah kasih dapat diwujudkan secara nyata. Apabila akan dihubungkan
dengan kata sayang, kata ini mengandung pengertian lebih nyata dalam mewujudkan
cinta seseorang.
Beberapa makhluk hidup juga mengenal cinta kasih. Tingkah laku tumbuhan
memang sudah lebih tinggi dari pada benda mati, tetapi gejala-gejala cinta kasih belum
tampak pada tumbuhan. Tingkah laku binatang sudah mulai menunjukkan adanya cinta
kasih, terutama induk kepada anaknya. Hal itu dapat dilihat ketika menyusui si anak, si
ibu membelainya atau selalu melindunginya dari segala macam bahaya yang
mengancam. Tingkah laku manusia makin jelas menunjukkan adanya rasa cinta kasih
yang bukan hanya diwujudkan dalam menyusui atau pun belaian kasih sayang, tetapi
sudah dengan kata-kata dan mimik. Perwujudan itu makin jelas lagi apabila
disingkapkan dalam bentuk tulisan yang merupakan tingkat pengungkapan yang
tertinggi.
Seperti makhluk hidup lainnya, manusia juga mengalami perkembangan. Dalam hal
ini, perkembangan manusia terdiri atas tiga fase besar, yaitu anak-anak, dewasa, dan
tua. Dalam setiap fase, cinta kasih berkembang dalam proses yang berbeda-beda.

Pada fase anak-anak, mereka itu terutama baru dapat menerima cinta kasih dari
saudara-saudaranya dan cinta kasih yang lebih diperoleh dari orang tuanya
Kasih sayang merupakan konsep yang mengandung arti psikologis yang dalam,
agak sulit didefinisikan dengan untaian kata-kata. Mungkin baru dapat dipahami makna
yang jelas apabila konsep tersebut sudah diwujudkan dalam bentuk sikap, tingkah laku
dan perbuatan manusia terhadap manusia yang lainnya, atau terhadap lingkungannya,
atau terhadap Tuhan. Sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna, manusia
mempunyai akal, perasaan dan kehendak. Dengan unsur-unsur budaya itu, manusia
menilai, merasakan, dan menghendaki kebutuhan Kasih Sayang dalam hidup ini.
Apabila kasih sayang itu tidak ada atau tidak lagi dibutuhkan, sulit dibayangkan
terjadinya perkembangan manusia penghuni bumi dan sulit adanya kedamaian diantara
manusia, kecuali kebencian yang merajalela.
Kasih sayanag bersumber dari unsur rasa dalam diri manusia, ungkapan
perasaan yang dibenarkan oleh akal dan direalisasikan oleh karsa dalam bentuk
tingkah laku dan perbuatan yang bertanggung jawab. Kasih sayang yang dilengkapi
dengan tanggung jawab menciptakan keserasian, keseimbangan, dan kedamaian
antara sesama manusia, antara manusia dan alam lingkungan, serta antara manusia
dengan Tuhan. Jika demikian halnya, bagaimana rumusan konsep Kasih sayang
dalam bentuk untaian kata-kata? Kasih sayang merupakan kata majemuk paduan dari
dua istilah, kasih dan sayang yang satu sama lain ada kesamaan makna walaupun
bentuk katanya berbeda. Apabila kedua istilah tersebut dipadu menjadi satu dalam
bentuk kata majemuk, maknanya menjadi lebih berbobot dan pas.

Menurut arti kata, kasih sayang adalah perasaan sayang kepada sesuatu, yang
diungkapkan secara nyata, dengan penuh tanggung jawab, serta pengabdian dan
pengorbanan. Dalam rumusan tersebut dapat diuraikan lima unsur kasih sayang, yaitu:

a. Perasaan sayang, yang meliputi cinta, senang, suka, dan belas kasihan.
b. Kepada sesuatu, yaitu objek yang disayangi meliputi Tuhan Sang Pencipta, manusia,
dan alam lingkungan.
c. Diungkapkan secara nyata, yaitu dalam bentuk sikap, tingkah laku, dan perbuatan
nyata yang dapat diamati.
d. Penuh tanggung jawab, yaitu segala akibat yang timbul atau terjadi adalah baik,
berguna, menguntungkan, menciptakan keserasian, keseimbangan dan kebahagiaan.
e. Pengabdian dan pengorbanan, yaitu keikhlasan atau kerelaan semata-mata, beban
pengeluaran maupun perbuatan tidak diharapkan memperoleh pengembalian ataupun
imbalan.

Kasih sayang, dan cinta merupakan milik semua orang. Manifestasi dari kasih
sayang dan cinta dapat menciptakan lingkungan yang tenteram. Karena setiap individu
menyadari makna yang paling hakiki dari rasa kasih sayang dan cinta. Dengan kasih
sayang kita akan selalu menghargai karya orang lain.

2.2 Macam-Macam Tingkatan Cinta


Didalam kitab suci Al Quran ditemui adanya fenomena cinta yang bersembunyi
dalam jiwa manusia. Cinta memiliki 3 tingkatan, yaitu :
1. Cinta tingkat tinggi adalah cinta kepada Allah SWT, Rosulullah SAW dan
berjihad kepada Allah SWT. Cinta yang mengharuskan mencintai apa-apa yang
dicintai Allah, yang dilakukan berlandaskan cinta kepada Allah dan RasulNya. Apabila
seorang taat beribadah, menurut perintah Tuhan, dan menjauhi larangan-Nya, maka
orang itu mempunyai cinta kasih kepada Tuhan penciptanya.

2. Cinta tingkat menengah adalah cinta kepada orang tua, anak, saudara,
suami/istri, kerabat serta lingkungan karena Allah SWT.

a) Cinta kasih antar orang tua dan anak. Orang tua yang memperhatikan dan memenuhi
kebutuhan anaknya, berarti mempunyai rasa cinta kasih terhadap anak. Mereka selalu
mengharapkan agar anaknya menjadi orang baik dan berguna dikemudian hari.
b) Cinta kasih anatara pria dan wanita. Seseorang pria menaruh perhatian terhadap
seorang gadis dengan perilaku baik, lemah lembut, sopan, apalagi memberikan seuntai
mawar merah, berarti ia menaruh cinta kasih terhadap gadis itu.
c) Cinta kasih antar sesama manusia. Apabila seorang sahabat berkunjung kerumah
kawannya yang sedang sakit dan membawa obat kepadanya, berarti bahwa sahabat itu
menaruh cinta kasih terhadap kawannya yang sedang sakit itu.
d) Cinta kasih manusia terhadap lingkungannya. Apabila seseorang menciptakan taman
yang indah, memelihara taman pekarangan, tidak menebang kayu di hutan seenaknya,
menanam tanah gundul dengan teratur, tidak berburu hewan dengan semena-mena
atau dikatakan bahwa orang itu menaruh cinta kasih atau menyayangi lingkungan
hidupnya.
3. Cinta tingkat rendah adalah cinta yang lebih mengutamakan harta dan tempat
tinggal. Yaitu, cinta yang menomorduakan Allah SWT dan Rasul- Nya. Cinta yang
motifnya karena ingin mendapatkan sesuatu dari yang dicintainya, baik dalam bentuk
kedudukan, harta, pengajaran dan bimbingan, ataupun kebutuhan biologis. Cinta yang
seperti itu akan hilang bersama hilangnya apa-apa yang ingin didapatnya dari orang
yang dicintai. Yakinlah bahwa orang yang mencintaimu karena sesuatu akan
meninggalkanmu ketika dia telah mendapat apan yang diinginkannya darimu.
Adapun cinta lainnya adalah cinta yang berlandaskan adanya kesamaan dan
kesesuaian antara yang mencintai dan yang dicinta. Cinta jenis ini tidak akan sirna
kecuali jika ada sesuatu yang menghilangkannya. cinta jenis ini, yaitu berpadunya ruh
dan jiwa, oleh karena itu tidak terdapat pengaruh yang begitu besar baik berupa rasa
was-was, hati yang gundah gulana maupun kehancuran kecuali pada cinta jenis ini.
Sedangkan menurut Ulama Ibnu Qayim Al Jauziah macam tingkatan cinta ada tiga,
yaitu
1) Cinta Atas Dasar Harapan Mendapat Sesuatu
Yaitu ketika seorang yang mencintai kekasihnya karena menginginkan sesuatu dari
kekasihnya itu. Dan sesuatu yang diinginkannya itu biasanya berujud materi. Seorang
wanita biasanya mudah tergoda dengan materi. Cinta seperti ini adalah tingkatan cinta
yang paling rendah. Jika keinginannya tidak terpenuhi maka kadar cinta pecinta
golongan ini sontak turun tajam. Bahkan kemudian hatinya terisi oleh bibit-bibit
kejengkelan, kebencian dan kemarahan. Sehingga bila akumulasi harapan-harapannya
yang tak terpenuhi itu sudah sedemikian besar, seringkali berujung pada perselisihan,
bahkan perpisahan.

2) Cinta Atas Dasar Mengharap Ridho Kekasih


Cinta seperti ini lebih tinggi tingkatannya dari yang pertama. Yaitu mencintai kekasih
karena semata mengharap ridhonya. Orang yang memiliki cinta tingkat kedua ini akan
melakukan apapun secara sukarela dengan tujuan agar kekasih mendapatkan
kebahagiaan. Agar kekasih memperoleh kesenangan. Agar kekasih terhindar dari
marabahaya, dll. Terkadang ada dia berani mengambil resiko besar dalam melakukan
hal-hal tersebut. Terkadang dia bersedia melakukan sesuatu yang konyol dan
memalukan. Terkadang dia mau melakukan sesuatu yang tidak masuk akal. Bahkan tak
jarang ada yang rela melakukan sesuatu yang membahayakan nyawanya sendiri.
Dalam melakukan semuanya itu, dia tidak mengharapkan imbalan dari kekasih atas apa
yang dilakukannya itu. Yang ada dihatinya hanyalah niat tulus agar kekasihnya senang
dan bahagia, itu saja. Dan inilah yang disebut "Cinta Tulus". Dan ketika kekasih
tersenyum senang, diapun turut merasakan kesenangan itu. Manakala kekasih
bahagaia, hatinyapun turut merasa bahagia.
3) Cinta Atas Dasar Mengharap Ridho Allah Sekaligus Ridho Kekasih
Iniah cinta sejati.
Inilah cinta tertinggi. Pada cinta jenis kedua (mengharap ridho kekasih), adakalanya
orang tersebut melakukan sesuatu dengan tulus namun apa yang dilakukannya itu tidak
diridhoi oleh Allah, Sang Pencipta Cinta. Artinya apa yang dilakukannya itu menyimpang
dari aturan-aturan agama. Jika demikian adanya, maka dia dan kekasihnya tidak akan
merasakan kebahagiaan sejati. Yang dirasakannya hanyalah kesenangan jangka
pendek dan bersifat semu. Misalnya saja waktu sholat maghrib hampir habis dan dia
membiarkan kekasihnya asyik menonton TV karena tidak mau mengganggu
kesenangannya. Atau dia terus menerus memanjakannya dengan selalu membelikan
barang-barang mewah secara mubazir dan berfoya-foya menghamburkan uang untuk
menyenangkan kekasihnya (yang tidak punya nilai ibadah). Itu semua bertentangan
dengan aturan Allah. Dan orang yang tindakannya bertentangan dengan aturanNya
tidak akan menemukan ketentraman hidup dan kebahagiaan sejati. Sebab, yang
meniupkan kebahagiaan dan ketenangan hidup kedalam hati manusia hanyalah Allah.
Dan kebahagiaan sejati di dunia ini adalah ketika amal perbuatan seseorang itu sejalan
dengan PerintahNya (sejalan dengan nurani). Yaitu ketika amal perbuatannya itu
memiliki nilai ibadah.
Itulah kenapa cinta tulus saja tidak menjamin kebahagiaan. Yang menjamin
kebahagiaan adalah cinta jenis ketiga, yakni cinta tulus mengharap Ridho Allah
sekaligus kekasih. Jadi apa yang dilakukan haruslah sesuai dengan jalur pencarian
ridhoNya terlebih dulu, baru ridho kekasihnya.
Tanda-tanda cinta menurut ulama Ibnu Qayim Al Jauziah mendefinisikan seseorang
dikatakan sedang dilanda cinta bila telah ada tanda-tanda :
a) Menghujamkan pandangan mata, yaitu orang yang dimabuk cinta akan selalu
memandang kepada yang dicinta.
b) Malu-malu bila yang dicinta memandangnya
Itulah salah satu sebab mengapa Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa Sallam melarang
shalat dengan menengadah ke atas , namun haruslah menunduk ke bawah sebagai
adab menghadap Yang Maha Tinggi. Bahkan rajapun akan marah bila pengikutnya
berani menatap wajahnya dan tidak menunduk ke bawah sebagai tanda hormat dan
segan.
c) Banyak mengingat dan membicarakan dan menyebut namanya
Dalam surat Al Anfal ayat 45 yang artinya : Hai orang-orang yang beriman, apabila
kamu memerangi pasukan (musuh) maka berteguh hatilah kamu dan sebutlah (nama)
Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung.
d) Tunduk pada perintah yang dicinta dan mendahulukannya dari pada kepentingan sendiri
Katakanlah : Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku (Muhammad),
niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. Sesungguhnya Allah Maha
Pengampun Maha Penyayang.
e) Memperhatikan perkataan yang dicinta dan mendengarkannya
f) Mencintai rumah dan tempat kekasih
g) Mencintai apapun yang dicintai kekasih
2.3 Cinta dan Kasih Sayang dalam Membentuk Keselarasan Masyarakat

Pada dasarnya, manusia-manusia menciptakan budaya atau lingkungan sosial


mereka sebagai suatu adaptasi terhadap lingkungan fisik dan biologis mereka.
Kebiasaan-kebiasaan, praktik-praktik, dan tradisi-tradisi untuk tersusun hidup dan
berkembang diwariskan oleh suatu generasi ke generasi lainnya dalam suatu
masyarakat tertentu. Pada gilirannya kelompok atau ras tersebut tidak menyadari
darimana asal warisan kebijaksanaan tersebut. Generasi-generasi berikutnya
terkondisikan untuk menerima kebenaran-kebenaran tentang kehidupan disekitar
mereka. Budaya dipengaruhi oleh setiap faset aktivitas manusia.

Konsep keselarasan atau keharmonisan sebenarnya tidak begitu nampak secara


nyata dalam perilaku hidup sehari-hari masyarakat. Namun, prinsip keselarasan itu
lebih pada konsep metafisis yang menjiwai seluruh dinamika masyarakat. Bagikan
sebuah titik yang dari padanya menyinari segala proses dinamika atau tindakan
masyarakat semua. Lebih dalam bisa kita katakan bahwa keselarasan merupakan inti
dari seluruh budaya. Hal ini ditegaskan lebih ditegaskan oleh Mulder dalam bukunya
Kebatinan Dan Hidup sehari-hari bahwa cita-cita masyarakat pada hakekatnya adalah
masyarakat yang harmonis.
Bagi orang, keselarasan sosial atau keharmonisan merupakan sebuah rangkaian
besar agar terjadinya kesejahteraan hidup bersama. Karena kesejahteraan terikat
secara mutlak pada keselarasan sosial, antara sesama yang Ilahi, alam dan sesama
manusia. Dengan demikian menjadi jelaslah peran penting dari keselarasan sosial.
Dalam memahami konsep keselarasan kita akan berangkat dari dua nilai yang
sangat dijunjung tinggi oleh masyarakat. Nilai-nilai tersebut adalah rukun dan rasa
hormat. Kedua nilai inilah yang sangat dijunjung tinggi oleh masyarakat dalam dinamika
hidup sehari-hari. Lebih kontekstual lagi dengan tema keselarasan adalah bahwa dalam
kedua nilai inilah konsep keselarasan dibahas dengan jelas. Menurut Geertz, prinsip
rukun dan hormat dalam masyarakat merupakan kaidah dasar yang paling menentukan
dalam pola hidup masyarakat.
Pertama, nilai rukun. Masyarakat memegang teguh bahwa rukun merupakan sebuah
kondisi untuk mempertahankan kondisi masyarakat yang harmonis, tentram, aman, dan
tanpa perselisihan. Masyarakat berusaha sebisa mungkin menjaga kerukunan dalam
lingkungannya. Berusaha bagaimana terjadinya keharmonisan dalam masyarakat luas.
Perlu menjadi catatan penting bahwa individu dipandang tidak terlalu penting dalam
kedudukan sosial. Individu harus selalu berusaha mementingkan sosial yang lebih luas
dan bukan pribadinya sendiri. Setiap pribadi dituntu sikap untuk tidak mengacaukan
keseimbangan sosial demi ambisi atau kepentingannya pribadi. Selain itu juga
dituntutlah sebuah sikap yang sering disebut nrimo dalam setiap masyarakat. Dalam
artian setiap individu harus punya sikap pasrah terhadap sebuah kekuatan yang lebih
tinggi, menyadari bahwa hidupnya adalah bagian dari masyarakat luas.
Kerukunan dengan alam dan lingkungan masyarakat oleh masyarakat dipandang
mampu membawa ketenteraman, kenyamanan, dan kedamaian hidup. Inti prinsip
kerukunan adalah tuntutan untuk mencegah segala kelakuan yang bisa menimbulkan
konflik terbuka. Dengan demikian akan mampu mewujudkan kesejahteraan bersama
dalam dinamika hidup sehari-hari. Secara sederhana, indikator kerukunan adalah ketika
semua pihak dalam kelompok berdamai satu sama lain.
Kedua, rasa hormat. Nilai ini berkaitan erat dalam hubungannya dengan orang lain,
dengan kata lain mencakup relasi sosial. Lebih dalam, bahwa dalam masyarakat Jawa
terdapat sebuah hirarki yang membatasi mereka untuk bersikap kepada orang lain.
Prinsip hormat berhubungan erat dengan masyarakat yang teratur secara hirarkis.
Misalnya, hubungan antara orang tua-anak dan antar teman sebaya. Dalam
masyarakat hal tersebut telah terungkap jelas melalui bahasa yang mereka gunakan
untuk menyebut atau berbicara dengan orang yang lebih tua.
Langkah pertama yang harus dilakukan oleh masyarakat dalam mengembangkan sikap
hormat ini adalah mempunyai kesadaran akan kedudukan sosialnya. Masyarakat sejak
dini telah menanamkan kesadaran akan kedudukan social ini kepada anak-anaknya.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Walaupun cinta dan kasih mengandung arti yang sama, antar keduanya terdapat
perbedaan, yaitu cinta lebih mengandung pengertian tentang rasa yang mendalam,
sedangkan kasih merupakan pengungkapan untuk mengeluarkan tasa, mengarah
kepada orang atau yang dicintai. Dengan kata lain, bersumber dari cinta yang
mendalam itulah kasih dapat diwujudkan secara nyata. Apabila akan dihubungkan
dengan kata sayang, kata ini mengandung pengertian lebih nyata dalam mewujudkan
cinta seseorang.
2. Didalam kitab suci Al Quran ditemui adanya fenomena cinta yang yang bersembunyi
dalam jiwa manusia. Cinta memiliki 3 tingkatan, yaitu :
a) Cinta tingkat tinggi adalah cinta kepada Allah SWT, Rosulullah SAW dan berjihad
kepada Allah SWT.
b) Cinta tingkat menengah adalah cinta kepada orang tua, anak, saudara, suami/istri,
kerabat serta lingkungan karena Allah SWT.

c) Cinta tingkat rendah adalah cinta yang lebih mengutamakan harta dan tempat tinggal.
Yaitu, cinta yang menomorduakan Allah SWT dan Rasul-Nya.
3. Pada dasarnya, manusia-manusia menciptakan budaya atau lingkungan sosial mereka
sebagai suatu adaptasi terhadap lingkungan fisik dan biologis mereka. Kebiasaan-
kebiasaan, praktik-praktik, dan tradisi-tradisi untuk tersusun hidup dan berkembang
diwariskan oleh suatu generasi ke generasi lainnya dalam suatu masyarakat tertentu.
Pada gilirannya kelompok atau ras tersebut tidak menyadari darimana asal warisan
kebijaksanaan tersebut. Generasi-generasi berikutnya terkondisikan untuk menerima
kebenaran-kebenaran tentang kehidupan disekitar mereka. Budaya dipengaruhi oleh
setiap faset aktivitas manusia.

Anda mungkin juga menyukai