NIM : 12110011 MATA KULIAH : BAHASA INDONESIA TUGAS AKHIR SEMESTER : TULISAN ARGUMENTATIF TANGGAL PENGUMPULAN TUGAS : 16 MEI 2012 Jalan Sederhana Kehidupan oleh Bunda Teresa
1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Masalah
Di zaman seperti sekarang ini, kehidupan manusia semakin
individuallistik, manusia hanya memikirkan kesenangan pribadinya tanpa menghiraukan orang lain. Manusia tidak lagi mengindahkan Tuhan sebagai Sang Pencipta yang memberikan nafas kehidupan, manusia tidak menaati norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku, kehidupan manusia semakin terbelenggu oleh hal-hal duniawi, terlepas perannya sebagai mahluk sosial. Tokoh Bunda Teresa dapat diteladani untuk memperbaharui hidup. Tulisan ini menekankan pada cara hidup Bunda Teresa untuk dicontoh agar dapat memperbaharui hidup.
1.2 Perumusan Masalah
Bagaimana kita dapat meneladani Bunda Teresa ?
1.3 Tujuan Penulisan
Tulisan ini bertujuan menganalisis tentang cara hidup Bunda
Teresa yang menunjukkan sebuah alat pembaharuan hidup seperti pelayan, cinta kasih, dan damai.
1.4 Sistematika Penulisan
Penjelasan Jalan Sederhana Kehidupan oleh Bunda Teresa
terbagi atas 5(lima) bagian. Yang pertama adalah Pendahuluan, yang menjelaskan latar belakang masalah, perumusan masalah, dan tujuan penulisan. Di bagian kedua mengenai penjelasan tentang sejarah kehidupan Bunda Teresa. Bagian ketiga membahas 3(tiga) teladan hidup Bunda Teresa. Pembaharuan hidup melalui peneladan cara hidup Bunda Teresa terdapat di bagian keempat. Yang terakhir, bagian kelima yaitu Penutup.
2. Sejarah hidup Bunda Teresa
Agnes Gonxha Bojaxhiu adalah nama pemberian keluarga untuk Mother Teresa, lahir 26 Agustus 1910 di Skopje, sekarang merupakan ibukota Macedonia. Bunda Teresa adalah putri bungsu dari tiga bersaudara keturunan Albania. Ayahnya Nicholas Bojaxhiu, merupakan kontraktor bangunan. Hanya tujuh tahun Gonxha hidup bersama ayahnya, di tahun 1919 Nicholas Bojaxhiu meninggal. Dan, ibu Gonxha yakni Drana harus membesarkan ketiga anaknya, Aga(1904), Laraze(1909), dan Gonxha(1910). Gonxha ingin masuk biara, dan ketika usianya 18 tahun, Gonxha meninggalkan tanah Balkan ke India. Dia pin belajar Bahasa Bengali, dan dia menerima busana biara, serta memakai nama baru yaitu : Suster Teresa, tidak lagi Agnes ataupun Gonxha. Dia kembali dikirim ke Bengali untuk merawat orang sakit, kaum papa, dan yatim piatu di rumah sakit kecil milik biaranya. Lalu, dikirim ke Kalkuta untuk belajar menjadi seorang guru sekolah. Tamat dari sekolah, Teresa melakukan tugasnya menjadi seorang guru yang mengajar Geografi dan Sejarah. Teresa pun sibuk melintasi kota setiap hari dan muridnya semakin bertambah. Dia sangat ”Care” merawat dan mendidik anak-anak, lalu anak-anak tersebut memanggilnya “Ma” (Mother atau ibu). Karena tergugah merawat orang sakit dan papa, Ma Teresa datang ke Patna(tempat retret awal dan belajar merawat) dan mengikuti nursing training. Seorang dokter mengajarinya medical training khusus merawat orang miskin, sakit, dan terlantar. Ketika itu Ma Teresa ingin belajar Kala datang ke Kalkuta, Mother Teresa mengunjungi kampung kumuh, mendengar orang miskin dan menolong mereka. Dan karena karya karitasnya ini, Mother Teresa menerima hadiah Nobel Perdamaian pada tahun 1979. Ibu teresa dari Kalkuta meninggal dunia, jumat 5 Septmber 1997. Dikebumikan di Biara Induk Kongregrasi Misionaris Cinta Kasih, Kalkuta, sabtu 13 September 1997. (Serpihan Jejak Ibu Teresa, 1998:10- 13)
3. Tiga teladan hidup Bunda Teresa
3.1Pelayanan
Ibu Teresa melakukan pelayanan terhadap orang-orang sakit,
miskin, terlantar dan papa. Dia mengajarkan kita untuk melayani sesama. Bunda Teresa melukiskan satu diantara pengalamannya seperti berikut “Aku mendatangi seorang perempuan di salah satu jalan Kalkuta, separuh tubuhnya sudah digerogoti oleh tikus dan sengatan lebah. Aku membawanya ke rumah sakit, tetapi petugas medis menonton dan diam saja. Aku tidak mau pulang ke rumah, kalau mereka tidak segera menolong” (Serpihan Jejak Ibu Teresa, 1998:10). Dalam melayani sesama Tuhan bekerja dalam diri kita Dia menjadikan kita “alat” untuk menolong dan merasakan penderitaan orang lain. Bunda Teresa melakukan pelayanan hidup yang menunjukkan bahwa Tuhan bekerja pada diri Bunda Teresa. 3.2 Cinta Kasih
“Works of love are Works Peace” (Karya Cinta adalah Karya
Perdamaian)spanduk raksasa yang langsung menghadap ke altar dari para selebriri dunia (Serpihan Jejak Ibu Teresa, 1998:7). Cinta melampaui segala batas; segala batas suku, ras, golongan, derajat, bangsa, dan agama. Upacara pemakaman Ibu Teresa, di Stadion Tertutup Netaji, membutikan betapa dahsyatnya kekuatan cinta itu. Cinta Kasih yang didedikasikan untuk orang-orang miskin, papa dan terlantar