Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

Pengembangan Sikap, Nilai, Moral dan Norma Anak


Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
“ Pembel. IPS SD Kelas Awal ”
Dosen Pembimbing
Fitri Wulandari, M. Pd.

Disusun oleh :
 Risnawati
 Nur Azizah Faradila Wulandari
 Suparman
 Balqis Zilka Mikyal

YAYASAN PONDOK PESANTREN AL HIDAYAH


SEKOLAH TINGGI ILMU KEISLAMAN AL HIDAYAH
ARJASA SUMENEP
TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa, karena dengan berkah, rahmat, karunia serta hidayah-Nyalah Kami dapat
menyalesaikan makalah Strategi Pengendalian diri dalam Bimbingan dan
Konseling.
Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Pembel. Ips SD Kelas Awal. Untuk itu Kami selaku penyusun sangat
berterimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini. Terutama kepada dosen mata kuliah Pembel. Ips SD Kelas Awal
yang telah memberikan bimbingannya sehingga makalah ini dapat Kami
selesaikan tepat pada waktunya.
Selaku penyusun Kami sangat mengetahui bahwa makalah ini jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, Kami mohon kritik dan saran yang membangun
agar kami dapat menyusunnya kembali lebih baik dari sebelumnya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, terutama bagi
Kami selaku penyusun.

Arjasa,26 Oktober 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................i

KATA PENGANTAR ................................................................................ii

DAFTAR ISI ..............................................................................................iii

Bab I  PENDAHULUAN.............................................................................

A. Latar Belakang..................................................................................1
B. Rumusan Masalah ............................................................................1
C. Tujuan ..............................................................................................2

Bab II PEMBAHASAN ..............................................................................

A. Pengertian Sikap, Nilai, Moral dan Norma.......................................6


B. Faktor yang mempengaruhi Sikap, Nilai, Moral dan Norma...........19

Bab III  PENUTUP .....................................................................................

A. Kesimpulan......................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................22

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anak adalah penerus generasi keluarga dan bangsa, perlu mendapat


pendidikan yang baik sehingga potensi-potensi dirinya dapat berkembang
dengan pesat, sehingga akan tumbuh menjadi manusia yang memiliki
kepribadian yang tangguh dan memiliki berbagai macam kemampuan dan
keterampilan yang bermanfaat. Oleh karena itu penting bagi keluarga,
lembaga-lembaga pendidikan berperan dan bertanggung jawab dalam
memberikan berbagai macam stimulasi dan bimbingan yang tepat sehingga
akan tercipta generasi penerus yang tangguh. Dalam diri setiap anak memiliki
karakter yang berbeda-beda antara anak satu dengan yang lainnya.
Pentingnya pendidikan sikap, nilai, moral dan norma bagi anak usia dini.
dalam hal ini tentu orang tualah yang paling bertanggung jawab, karena
pendidikan yang utama dan pertama adalah pendidikan dalam keluarga.
Keluarga tidak hanya sekedar berfungsi sebagai persekutuan sosial, tetapi
juga merupakan lembaga pendidikan. Oleh sebab itu kedua orang tua bahkan
semua orang dewasa berkewajiban membantu, merawat, membimbing dan
mengarahkan anak-anak yang belum dewasa di lingkungannya dalam
pertumbuhan dan perkembangan mencapai kedewasaan masing-masing dan
dapat membentuk kepribadian, karena pada masa usia dini adalah masa
peletakan dasar pertama dalam pengembangan sikap, moral dan norma yang
baik.

B. Rumusan Masalah
Adapun masalah dalam makalah yang kami bahas :
1. Faktor apa yang mempengaruhi sikap, nilai, moral dan norma ?
2. Upaya apa saja yang dapat mengembangkan sikap, nilai, moral dan
norma anak ?

1
C. Tujuan

Untuk mengetahui Rumusan Masalah :


1. Untuk mengetahui faktor apa yang mempengaruhi sikap, nilai, moral
dan norma ?
2. Untuk mengetahui upaya apa saja yang dapat mengembangkan sikap,
nilai, moral dan norma anak ?

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Sikap, Nilai, Moral dan Norma
 Sikap
Menurut Gerung, sikap secara umum diartikan sebagai kesediaan bereaksi
individu terhadap sesuatu hal. Sikap berkaitan dengan motif dan
mendasari tingkah laku seseorang.Sikap belum merupakan suatu
tindakan atau aktivitas, akan tetapi berupa kecenderungan kepada
tingkah laku. Perlu diketahui bahwa sikap yang dinilai pada diri siswa
mencakup sikap spiritual dan sikap sosial. Sikap sosial pada siswa
dapat tercermin bagaimana anak tersebut bersikap dalam pergaulan
sehari-hari seperti penerapan nilai kejujuran, sikap disiplin, memiliki
jiwa tanggung jawab, sikap santun dan seterusnya. Kemudian untuk
sikap spiritual adalah sesuatu yang tercermin pada diri anak melalui
tingkat rajin ibadah, dapat berlaku syukur, praktik keagamaan seperti
berdoa sebelum menjalani segala aktivitas, penerapan sikap toleransi
dalam beragama dan lain sebagainya. Itulah yang menjadi cakupan
dalam penilaian sikap pada siswa sekolah dasar.

Dengan adanya penilaian tersebut, siswa diharapkan mampu menjaga


sikap-sikap positif sebagai pembelajar. Sehingga di masa yang akan
datang, para peserta didik tersebut memiliki perilaku yang baik ketika
berhubungan dengan orang disekitarnya dan juga berhubungan dengan
Tuhannya.

Sikap adalah sebagian keadaan yang ada pada diri manusia yang
menggerakkan untuk bertindak, sikap menyertai manusia dengan
perasaan-perasaan tertentu dalam menanggapi obyek dan semua itu
terbentuk atas pengalaman.

Dengan demikian, dapat disimpulkan secara sederhana bahwa penilaian


sikap dalam proses pembelajaran di sekolah dapat diartikan upaya
sistematis dan sistemik untuk mengukur dan menilai perkembangan
siswa, sebagai hasil dari proses pembelajaran yang telah dijalankan.

3
Beberapa sikap dan tingkah laku yang perlu dikembangkan antara lain:

1. Sikap penghargaan kepada setiap manusia


bahwa pribadi manusia itu bernilai, tidak boleh direndahkan atau
disingkirkan tetapi harus dikembangkan. Setiap manusia, siapapun
orangnya adalah bernilai, inilah yang menjadi hak asasi manusia,
dan sikap ini harus dipunyai. Oleh karena itu tindakan
meremehkan, menghina, merendahkan, apalagi mengganggu
kebahagiaan orang lain dianggap tidak baik. Dalam wujud
tindakan, misalnya siswa saling menghargai temannya, tidak
menjelekkan temannya dan sebagainya.
2. Sikap tenggang rasa, jujur, berlaku adil, suka mengabdi, ramah,
setia, sopan, dan tepat janji ini jelas membantu orang dalam
berhubungan dengan orang lain dan hidup bersama orang lain.
3. Sikap demokratis dan menghargai gagasan orang lain serta mau
hidup bersama orang lain yang berbeda Sikap ini jelas sangat
membantu kita menjadi manusia, karena memanusiakan manusia
lain. Bagi negara Indonesia yang sedang mencari bentuk
demokrasi, sikap ini sangat jelas diperlukan. Apalagi sikap rela
hidup bersama, meskipun lain gagasan, lain ideologi perlu
ditekankanKita rela hidup bersama dalam perbedaan karena
perbedaan adalah keadaan asasi kita.
4. Kebebasan dan tanggung jawab Sikap manusia sebagai pribadi
adalah ia mempunyai kebebasan untuk mengungkapkan dirinya
dan bertanggung jawab terhadap ungkapannya. Sikap ini berlaku
baik terhadap dirinya sendiri, terhadap orang lain maupun
terhadap alam dan Tuhan. Sikap ini jelas diwujudkan dalam
kebebasan, mimbar, kebebasan berbicara, kebebasan untuk
mengungkapkan gagasan dan tanggung jawab. Siswa diajak
bertanggung jawab terhadap tindakannya dan tidak lari dari
tanggung jawab.
5. Penghargaan terhadap alam

4
Alam diciptakan untuk dimanfaatkan oleh manusia agar dapat
hidup bahagia.Berkenaan dengan hal tersebut penggunaan alam
hanya untuk dirinya sendiri tidak dibenarkan. Termasuk juga
kerusakan alam yang hanya dapat memberikan kehidupan
kepada segelintir orang juga tidak benar. Keserakahan dalam
penggunaan alam adalah kesalahan.
6. Penghormatan kepada Sang Pencipta
Sebagai makhluk kita wajib menghormati Sang Pencipta. Melalui
penghayatan iman dan taqwa, siswa diajak untuk menghormati
dan memuji Sang Pencipta, dan pujian itu dapat diwujudkan dalam
bentuk bersikap baik kepada semua makhluk ciptaan Allah,
termasuk pada diri sendiri. Sikap menghargai iman orang lain,
menghargai bentuk iman orang lain, menghargai budaya orang
lain perlu dikembangkan dalam kerangka rela hidup saling
membantu dan menerima orang lain.
7. Beberapa sikap pengembangan sebagai pribadi manusia seperti
disiplin, bijaksana, cermat, mandiri, percaya diri, semuanya lebih
menunjang penyempurnaan diri pribadi. Meskipun hal-hal itu
tidak langsung berkaitan dengan orang lain, akan tetapi sangat
membantu seseorang dalam bekerja sama dengan orang lain. Sikap
mental dan tingkah laku tersebut di atas harus selalu
dikembangkan.

 Nilai
Menurut Sutikna, nilai merupakan tatanan tertentu atau kriteria dalam diri
individu yang dijadikan dasar untuk mengevaluasi suatu sistem. Nilai-nilai

5
kehidupan adalah norma-norma yang berlaku dalam masyarakat, misalnya
adat kebiasaan, dan sopan santun. Sopan santun, adat, dan kebiasaan serta
nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila adalah nilai-nilai hidup yang
menjadi pegangan seseorang dalam kedudukannya sebagai warga Negara
Indonesia dalam hubungan hidupnya dengan Negara serta dengan sesama
warga Negara.

Nilai-nilai yang ditanamkan kepada siswa harus semakin diperdalam


dengan cara memperkenalkan mengapa nilai-nilai itu ditanamkan. Tahap
demi tahap mulai dikembangkan unsur pemahaman kepada diri siswa,
nilai-nilai kejujuran, keadilan serta kepahlawanan hams sudah mulai
diperkenalkan dan harus mendapat tekanan serta perhatian. Cerita dan
dongeng dapat menjadi sarana yang baik untuk pengenalan dan
penanaman nilai-nilai tersebut. Pada kelas tinggi, harus ditambah porsi
pemahamannya, kegiatan.Dalam menanamkan pendidikan nilai pada anak-
anak tidak bisa hanya satu metode saja dan tidak hanya satu waktu tetapi
perlu ada beberapa metode yang disesuaikan dengan tugas perkembangan
anak dan harus dilakukan secara longitudinal. Anak-anak diberikan
pengenalan dan pemahaman tentang apa yang dimaksud dengan
pendidikan nilai harus dilakukan bukan hanya di sekolah formal saja tetapi
semua pihak juga harus terlibat yaitu orang tua dan ataupun didukung oleh
lingkungan sekitar. Berikut akan dijelaskan beberapa metode penanaman
pendidikan nilai pada anak-anak yang disesuaikan dengan tugas
perkembangan anak.

Salah satu contoh metode yang dapat digunakan oleh para pendidik
adalah dengan bermain. Bermain dapat mempengaruhi dalam
menanamkan nilai pada anak, karena dalam bermain terdapat aturan,
disiplin, kemandirian, kerjasama dengan kelompok, tanggung jawab serta
pengenalan tentang norma yang harus diikuti oleh anak-anak. Dengan
bermain, anak akan belajar mengenal aturan, disiplin, tanggung jawab, dan
kemandirian serta belajar menyesuaikan diri dengan
lingkungannya.Karena bermain merupakan suatu aktivitas yang membantu

6
anak mencapai perkembangan yang utuh baik fisik, intelektual, sosial,
moral, dan emosional. Menurut Yusuf (2001) secara psikologis dan
pedagogis, bermain mempunyai nilai-nilai yang sangat berharga bagi anak,
diantaranya :

a) Anak memperoleh perasaan senang, puas, dan bangga, artinya


anak dapat mengungkapkan kebebasannya selama mereka
berkreasi. Dengan bermain anak dapat mengekspresikan dirinya
sepuas-puasnya sehingga anak merasa senang dan nyaman. Anak
akan merasa puas dan bangga jika hasil karyanya dinilai orang lain
bagus dan dianggap anak dapat melakukan dengan sendiri tanpa
ada intervensi dari manapun.
b) Anak dapat mengembangkan sikap percaya diri dan tanggung
jawab, anak dilatih untuk tanggung jawab dengan apa yang
mereka lakukan. Dalam bermain hendaknya para pendidik selalu
menekankan agar anak dapat bermain dengan mandiri, sehingga
membuat anak semakin percaya diri dan tanggung jawab. Sebagai
contoh, anak dilatih untuk mengembalikan alat-alat yang dipakai
bermain ke tempat semula, ini salah satu contoh bentuk dari
tanggung jawab.
c) Anak dapat mengembangkan daya fantasi (imajinasi) sesuai
dengan kemampuan yang dimiliki. Pada tahap ini, daya imajinasi
anak tinggi dan rasa ingin tahunya besar. Sebagai contoh ketika
anak belajar menggambar dan oleh pendidik disediakan tiga warna
dasar (biru, kuning, merah), maka anak akan mencoba semua
warna yang telah tersedia. Warna biru dicampur dengan warna
merah, sehingga akan memunculkan warna yang beda. Hal ini
membuat anak menjadi semakin “asyik” dengan kegiatan bermain,
dan kegiatan tersebut juga dapat menjadi media belajar bagi anak.

d) Anak dapat mengembangkan sikap sportif, tenggang rasa/toleran


terhadap orang lain, artinya anak dilatih untuk menghargai hasil

7
karya orang lain. Selain itu, anak dilatih untuk dapat toleran
terhadap temannya yang sedang mengalami kesulitan. Anak-anak
dilatih untuk dapat berbagi dengan teman, dilatih untuk dapat
“berempati” terhadap orang lain, tetapi tidak lupa dalam
memberikan latihan tersebut menyesuaikan dengan tugas
perkembangan anak. Perlu ditekankan bahwa setiap karya yang
dihasilkan oleh anak adalah karya yang berharga. Dalam suasana
bermain tersebut, para pendidik dapat melatih dan memberikan
kesempatan pada anak untuk menampilkan gagasan-gagasan baru
secara lancar dan orisinal. Pembelajaran atau menanamkan nilai-
nilai pada anak akan lebih dapat diterima dengan metode bermain,
karena dalam bermain anak dapat belajar tentang banyak hal.

 Moral
Moral adalah ajaran tentang baik, buruk, perbuatan dan
kelakuan,akhlak, kewajiban, dan sebagainya sebagaimana dijelaskan
oleh Purwadarminta. Dalam moral diatur segala sesuatu perbuatan
yang dinilai baik dan perlu dilakukan, di suatu perbuatan yang dinilai
baik dan perlu dihindari. Moral berkaitan dengan kemampuan untuk
membedakan antara perbuatan yang benar dan yang salah. Dengan
demikian, moral merupakan kendali dalam bertingkah laku. Moral juga
merupakan tatanan perilaku yang memuat nilai-nilai tertentu untuk
dilakukan individu dalam hubungannya dengan individu,kelompok,
atau masyarakat. Moralitas merupakan pencerminan dari nilai-nilai
idealitas seseorang. Perkembangan moral pada anak dapat dilihat dari
sikap dan perilaku sehari-hari, anak dapat membedakan suatu
perbuatan yang dilakukan itu baik atau buruk. perkembangan adalah
proses seorang manusia dari lahir hingga mampu berbicara, berdiri,
dan berjalan. moral berasal dari kata latin moris, yang berarti adat
istiadat, kebiasaan, peraturan atau nilai-nilai serta tata cara kehidupan.
Sedangkan moralitas merupakan kemauan untuk menerima dan
melakukan peraturan. Perilaku sikap moral berarti perilaku yang sesuai

8
dengan kode Moral kelompok sosial yang dikembangkan oleh konsep
moral. Seseorang dapat dianggap bermoral apabila memiliki kesadaran
untuk menerima serta melakukan peraturan yang berlaku dan bersikap
atau memiliki tingkah laku yang sesuai dengan nilai-nilai moral yang
dijunjung tinggi di lingkungannya. Contohnya:

1. Membuang sampah pada tempatnya

2. Membungkukkan badan ketika melewati orang yang lebih tua

3. Mengucapkan terimakasih ketika mendapat pemberian dari orang

Ngomong-ngomong soal moral. Moral juga memiliki faktor-faktor yang


menyebabkan merosotnya moral. Namun orang tua menganggapnya
hal sepele padahal dapat mempengaruhi moral anak. Berikut faktor-
faktor yang menyebabkan merosotnya moral anak :

1.Kurangnya tertanamnya jiwa agama pada setiap orang dalam kehidupan


masyarakat.

2.Keadaan masyarakat yang kurang stabil baik dari segi ekonomi, sosial,
serta politik.

3.Suasana rumah tangga yang sering bertengkar atau kurang baik.

4.Kurang adanya sebuah bimbingan untuk mengisi waktu luang dengan


cara yang baik, dan yang membawa kepada pembinaan moral.

5.Banyaknya suatu tulisan-tulisan, gambar-gambar, siaran-siaran,


kesenian-kesenian yang tidak mengindahkan dasar-dasar dan tuntunan
moral anak.

6.Pendidikan anak yang tidak terlaksana sebagaimana dengan semestinya.

 Adapun faktor- faktor yang dapat mempengaruhi moral pada anak.


1. Konsisten dalam mendidik anak-anak

9
Sebagai ayah dan ibu yang harus memiliki sikap serta perilaku
yang sama dalam melarang atau memperbolehkan tingkah laku tertentu
kepada anak.

2. Sikap orang tua dalam keluarga

Artinya segala sikap orang tua tersebut dapat mempengaruhi


perkembangan moral amak yaitu contoh melalui proses imitasi (peniruan)

Jadi artinya anak juga dapat meniru sikap/perbuatan orang tuanya.

3. Penghayatan dan pengamalan agama yang dianut

Orang tua merupakan panutan suri tauladan bagi anak contohnya


dalam mengamalkan ajaran agama dan mengajarkan kepada anak dengan
nilai-nilai yang baik.

4. Sikap konsisten orang tua dalam menerapkan norma

Intinya harus konsisten karena bagaimanapun sikap orang tua itu


penting yang akan diturunkan oleh Anaknya.

 Norma
Norma juga dapat diartikan aturan atau ketentuan yang mengatur
kehidupan warga masyarakat, dipakai sebagai panduan, tatanan, dan
pengendali tingkah laku. Biasanya norma berlaku dalam lingkungan
masyarakat dengan aturan tak tertulis, tetapi secara sadar masyarakat
mematuhinya. Meski demikian, saat ini masyarakat mulai abai pada
norma-norma di masyarakat. Misalnya saja seperti melanggar lalu lintas,
tidak berpamitan kepada orang tua, dan juga melanggar aturan agama.

Sebenarnya, tujuan dibuatnya norma dan peraturan adalah untuk


menciptakan keamanan dan ketertiban dalam masyarakat. Norma dibuat
agar perbedaan kepentingan setiap individu dalam kehidupan
bermasyarakat tidak menimbulkan terjadinya perselisihan, konflik,maupun
perpecahan dalam masyarakat.Karena itu, penting sekali mengajari norma

10
pada anak sejak dini. Di masyarakat, ada 4 jenis norma yang berlaku,
yakni:

1.Norma Agama

Norma agama adalah sekumpulan peraturan hidup manusia yang ajarannya


berasal dari wahyu Tuhan, yang disampaikan kepada umat manusia
melalui Rasul-Nya. Contoh norma agama adalah tidak membunuh, tidak
melakukan kekerasan terhadap sesama, dan juga membantu orang yang
membutuhkan.

2. Norma Kesusilaan

Norma kesusilaan adalah peraturan hidup yang bersumber dari suara hati
nurani manusia. Peraturan hidup ini berkenaan dengan bisikan kalbu dan
suara hati nurani manusia. Contoh dalam norma kesusilaan seperti jujur
dalam berkata, berbicara baik, dan juga mengenakan pakaian yang sesuai
dengan tempat dan situasi.

3. Norma kesopanan

Norma kesopanan adalah norma yang berhubungan dengan pergaulan manusia


dalam kehidupan sehari-hari. Norma kesopanan bersumber dari tata
kehidupan atau budaya yang berupa kebiasaan-kebiasaan masyarakat
dalam mengatur kehidupan kelompoknya. Contohnya seperti berpamitan
dengan orang tua sebelum pergi, menghargai orang yang lebih tua, dan
santun dalam bertutur kata.

4. Norma hukum

Norma hukum adalah peraturan mengenai tingkah laku manusia


dalam pergaulan masyarakat dan dibuat oleh badan-badan resmi negara,
bersifat memaksa sehingga perintah dan larangan dalam norma hukum
harus ditaati oleh masyarakat. Jika dilanggar, sanksinya cukup tegas.
Contoh norma hukum adalah menaati rambu lalu lintas, taat membayar
pajak, dan tidak berbuat tindakan kriminal.

11
Norma kesopanan adalah norma yang sangat berhubungan erat
dengan dengan pergaulan manusia dalam kehidupan sehari-hari. Norma ini
dapat berbeda dalam masyarakat, tergantung perilaku yang menjadi
kebiasaan dalam masyarakat tersebut.

Mengajarkan norma kesopanan kepada anak menjadi penting agar


mereka nyaman dalam bermasyarakat dan tidak dikucilkan. Selain itu,
mengajarkan norma sejak dini kepada anak juga berarti mengajarkan
tentang adanya saling menghargai dan menghormati terhadap sesama.
Lantas, apa saja norma kesopanan yang dapat diajarkan kepada anak?
Berikut ulasan dan contoh norma kesopanan yang perlu diajarkan kepada
anak.

1. Mengatakan “Tolong” dan “Terima Kasih”

Mengajarkan anak untuk mengatakan "tolong" ketika meminta sesuatu dan


"terima kasih" ketika ia menerima sesuatu adalah awal yang baik dalam
menumbuhkan kepekaan anak terhadap orang lain. Selain itu, Parents juga
dapat mengajarkan bagaimana membalas kedua ucapan tersebut dengan
baik.

Misalnya Ketika membalas ucapan “tolong”, balasan yang baik adalah dengan
mengucapkan “dengan senang hati.” Adapun ucapan “terima kasih”,
dibalas dengan “sama-sama” atau “terima kasih kembali.”

2. Mengatakan “Maaf” Adalah Bentuk Norma Kesopanan

Selain “tolong” dan “terima kasih”, mengajarkan meminta maaf saat


melakukan kesalahan juga merupakan kebiasaan penting yang harus
ditanamkan kepada anak. Ajari anak kapan dan bagaimana harus meminta
maaf, dan tidak melakukannya dengan santai. Mengajarkan anak meminta
maaf juga melatih sikap empatinya.

3. Memperkenalkan Diri

12
Belajar memperkenalkan diri juga termasuk dalam norma kesopanan sekaligus
melatih kepercayaan diri anak. Banyak anak menolak melakukannya
karena takut berbicara dengan orang yang tidak mereka kenal.

Cara ideal mengajarkan anak untuk memperkenalkan diri adalah dengan


mengajarkan mereka melakukan kontak mata, mengulurkan tangan untuk
berjabat tangan, dan tersenyum hangat. Namun, jika berjabat tangan tidak
dianjurkan (seperti selama pandemi) atau anak tidak merasa nyaman
menyentuh orang lain, anggukan sudah cukup diterima.

4. Berbicara dengan Sopan

Parents harus mengajarkan kepada anak bahwa berteriak dan menjerit


bukanlah cara yang tepat untuk berkomunikasi. Tidak peduli seberapa
marah atau jengkelnya mereka. Harus berbicara dengan sopan dan jelas
untuk menyampaikan maksud mereka.

Ayah dan Bunda dapat membantu anak mempelajari hal ini dengan melakukan
hal yang sama di depan mereka. Juga, ajari mereka untuk menunggu
sampai orang lain selesai berbicara, sebelum giliran mereka.

5. Menunjukkan Rasa Hormat kepada Orang yang Lebih Tua

Mengajari anak menghormati orang yang lebih tua adalah pengajaran yang
sangat penting tentang norma kesopanan. Anak-anak belajar untuk
menunjukkan rasa hormat kepada orang tua, kakek-nenek, guru, dan orang
dewasa lainnya yang mereka temui.

Salah satu cara untuk mengajarkan mereka adalah dengan memberikan contoh
seperti menyajikan makanan kepada orang yang lebih tua lebih dulu,
sebelum anak-anak, atau memberikan tempat duduk di angkutan umum
kepada orang tua.

6. Meminta Izin Sebelum Mengambil Barang yang Bukan Miliknya

Mengajari anak untuk meminta izin sebelum mengambil apa pun yang bukan
miliknya adalah pelajaran norma kesopanan yang penting, bahkan dengan

13
orang-orang terdekatnya seperti Ayah dan Bunda. Parents juga harus
mengajari mereka untuk mengembalikan apa pun yang telah mereka
pinjam, disertai ucapan terima kasih yang pantas.

7. Belajar Berbagi, Termasuk Norma Kesopanan yang Perlu Diajarkan kepada


Anak

Kebiasaan ini menjadi sangat penting bagi anak ketika mereka bermain
dengan orang lain. Mengajarkan anak berbagi juga melatih kepedulian
kepada mereka. Parents dapat mulai mengajarkan berbagi dengan
mengajarinya berbagi mainan maupun makanan dan memberi tahu mereka
bahwa berbagi dapat menambah kesenangan.

8. Mengetuk Pintu Sebelum Masuk

Anak-anak harus diajari bahwa privasi adalah yang hal yang penting, terutama
di rumah. Parents dapat mulai mengajarkan anak tentang privasi dengan
mengajari mereka bahwa mereka harus mengetuk pintu kamar seseorang
dan meminta izin untuk masuk. Memberi contoh di depan anak-anak akan
membantu mereka mengenalinya sebagai kebiasaan yang baik.

9. Bersikap Baik kepada Penyandang Disabilitas

Anak-anak secara alami selalu ingin tahu tentang segala sesuatu, ketika
mereka melihat seseorang penyandang disabilitas, mereka akan menunjuk
dan menatap, mengajukan pertanyaan, atau bahkan takut. Ayah dan Bunda
harus mengajari mereka bahwa penyandang disabilitas sama seperti orang
lain dan harus diperlakukan dengan baik.

10. Menjadi Tamu yang Baik, Salah Satu Bentuk Norma Kesopanan

Mengajari anak untuk bersikap sopan saat mengunjungi rumah teman atau
tetangga adalah hal yang penting. Parents dapat mengajari si kecil
bagaimana beradaptasi dengan keluarga lain, seperti tidak keras kepala
atau rewel terhadap makanan yang disajikan. Parents juga harus mengajari

14
anak-anak untuk menyapa tuan rumah dengan baik, ketika mengunjungi
rumah mereka.

11. Membantu Orang Lain

Penting juga untuk mengajari anak-anak bagaimana membantu orang lain. Hal
ini bisa apa saja, dari tindakan kebaikan kecil seperti membukakan pintu
untuk seseorang di belakang mereka hingga menolong orang yang benar-
benar membutuhkan.

Salah satu cara terbaik untuk mengajarkan hal ini kepada anak adalah dengan
memintanya untuk membantu mengerjakan tugas-tugas rumah, seperti
menata piring di meja makan atau mengangkat jemuran.

12. Tidak Menunjuk atau Menatap Orang Sembarangan

Anak-anak memiliki kecenderungan untuk menatap dan menunjuk orang lain,


terutama orang yang mungkin berbeda dari dirinya. Kebiasaan ini dapat
berdampak buruk bagi perilaku anak apabila terbawa sampai ia besar.

Parents sebaiknya mengajari anak-anak untuk memberi isyarat dengan lembut


ke arah orang yang mereka bicarakan dan beri tahu mereka jika menatap
dan menunjuk orang sembarangan membuat orang lain merasa tidak
nyaman.

B. Faktor Yang Mempengaruhi Sikap, Nilai, Moral dan Norma


1. Faktor Internal
a. Faktor Genetika (Hereditas)
Hereditas merupakan totalitas karakteristik individu yang diwariskan
orang tua kepada anak, atau segala potensi yang dimiliki individu
sejak masa konsepsi sebagai pewaris dari pihak orang tua melalui
gen-gen. Seorang guru harus bisa memahami kebutuhan khusus
atau kebutuhan individual anak. Akan tetapi perlu disadari pula
bahwa ada faktor-faktor yang sulit atau tidak dapat diubah dalam
diri anak,yaitu faktor genetik. Karena itulah, pendidikan anak usia
dini diarahkanuntuk memfasilitasi setiap anak dengan lingkungan

15
dan bimbingan belajar agar anak dapat berkembang sesuai dengan
kapasitasgenetisnya

b. Faktor dari Dalam Diri Anak


Faktor dari dalam diri anak, misalnya keadaan emosi anak yang
tidakstabil yang bisa dilihat menunjukkan wajah yang muru,
mudahtersinggung, tidak mau bergaul dengan orang lain, suka
marah-marah,suka mengganggu teman, dan tidak percaya diri
(Yusuf, 2011)..

2. Faktor Eksternal
a. Lingkungan Keluarga
Keluarga sangat berperan dalam perkembangan kepribadian anak
karena keluargamerupakan kelompok sosial pertama yang menjadi
pusat identifikasi anak,lingkungan pertama yang mengenalkan
nilai-nilai kehidupan kepada anak, keluargasebagai institusi yang
memfasilitasi kebutuhan dasar insani (manusiawi), baik yang
bersifat fisik-biologis, dan anak banyak menghabiskan waktunya di
lingkungankeluarga. Keluarga yang ideal menurut Alexander A.
Schneiders memilikikarakteristik sebagai berikut: minimnya
perselisihan antar orang tua atau antarorang tua-anak, penuh kasih
sayang, ada kesempatan untuk menyatakan keinginan,menerapkan
disiplin yang tidak terlalu keras, saling menghormati (mutual
respect)antar anggota keluarga, menyelenggarakan musyawarah
keluarga untukmemecahkan masalah, menjalin kebersamaan antar
anggota keluarga, orang tuamemiliki emosi yang stabil,
berkecukupan dalam bidang ekonomi, mengamalkannilai- nilai
moral agama.
b. Lingkungan Sekolah
Periode usia sekolah dasar merupakan masa pembentukan nilai-
nilaimoral agama sebagai kelanjutan periode sebelumnya.
Kualitaskeagamaan anak akan sangat dipengaruhi oleh proses
pembentukanatau pendidikan yang diterimanya.

16
c. Kelompok Teman Sebaya(Peer Group)Pengaruh kelompok teman
sebaya terhadap anak bisa positif dannegatif. Berpengaruh positif,
apabila para anggota kelompok itumemiliki sikap dan perilaku
positif, atau berakhlak mulia. Sementarayang negatif, apabila para
anggota kelompoknya berperilakumenyimpang, kurang memiliki
tatakrama, atau berakhlak buruk. Healydan Browner menemukan
bahwa 67 % dari 3.000 anak nakal diChicago, Amerika Serikat
ternyata karena mendapat pengaruh dariteman sebayanya.
d. Pengaruh Media Elektronik Pengaruh media elektronik, misalnya
televisi. Tayangan-tayangantelevisi tersebut juga telah memberikan
dampak negatif terhadap gayahidup warga masyarakat, terutama
anak-anak. Tayangan televisi yang berupa hiburan, baik film
maupun musik banyak yang tidak cocokditonton oleh anak-anak
karena tidak memperdulikan norma agamaatau akhlak mulia dan
kurang mendidik anak, misalnya acara yangmenampilkan
kekerasan, bahasa-bahasa kasar, pergaulan bebas (freesex), asusila
(erotisme, pornoaksi), penggunaan barang-barang yangtidak patut
dicontoh (rokok, narkoba) yang mana acara tersebut dapatditiru
oleh anak, maupun game misalnya play station yang mana
dalamgame tersebut biasanya menampilkan tindak kekerasan, dan
lain-lain.

3. Upaya mengembangkan sikap nilai moral dan norma anak


a. Keteladanan atau QudwahMelalui metode pembiasaan dan
keteladanan diharapkan anak dapatmencontoh perilaku-perilaku
yang baik dan dapat membiasakannyadalam kehidupan sehari-hari.
b. Pembiasaan atau AadahPembiasaan atau Aadah, misalnya:
pembiasaan mengucapkan salamketika saling bertemu, berdoa
bersama sebelum memulai kegiatan belajar mengajar, bersalaman
dengan guru dan teman sekelas di awalmasuk kelas, mengawali
pelajaran dengan membaca surat-surat pendekdan sholawat, dan
pembiasaan yang baik dalam bergaul dengan temansekelas.

17
c. Pemberian Nasihat atau Mau’idzohPemberian nasehat atau
mau’idzoh, hal ini bisa dilaksanakan gurudengan mendorong anak
untuk bertingkah laku sesuai yang diharapkandan membuang
tingkah laku yang tidak diharapkan. Tingkah laku yangdiharapkan
dibina secara terus menerus pada saatnya akan terjadidengan
sendirinya, atas prakarsa anak sendiri meskipun tidak ada
pengawasan dari guru.
d. Mekanisme Kontrol atau MulahazhohSekolah dan guru juga bisa
bekerja sama dengan pihak lain sepertiorangtua, organisasi
keagamaan, instansi dan juga masyarakat untukmengontrol
perilaku peserta didik ketika sudah tidak berada dilingkungan
sekolah.
e. Melalui Sistem Sangsi atau UqubahPemberian sangsi bertujuan
untuk memberikan efek jerah kepada pesertadidik ketika mereka
melakukan suatu perilaku yang tidak sesuai dengannorma agama.
Sedangkan menurut Syamsu Yusuf LN dan Nani M.Sugandhi, ada
beberapa upaya yang bisa dilakukan oleh guru maupunorang tua
dalam mengembangkan potensi nilai moral, diantaranya sebagai
berikut: 1) memberikan contoh teladan (uswah hasanah) dalam
mengamalkan ajaran agama; 2) mengenalkan rukun iman dan
islam; 3) mengenalkan kekuasaan Allah melalui alam ciptaan-Nya
(baik dirinya sendiri, hewan, tumbuhan, maupun alam lainnya).
Dengan begitu akan menghindarkan anak dari sikap sombong dan
takabbur; 4) membiasakan anak untuk melakukan sholat; 5)
memberikan contoh, latihan dan dorongan kepada anak untuk
menghafal doa-doa dan surat-surat pendek; 6) mengembangkan
kebiasaan anak untuk bersikap hormat kepada orang tua, guru,
teman, dan orang lain; 7) mengembangkan sikap dan kebiasaan
berakhlakul karimah (seperti jujur, syukur, dan sabar); 8)
mengenalkan kepada anak tentang hal-hal yang diharamkan
agama;i. mengenalkan kepada anak untuk berpakaian yang sopan
(menutup aurat); 9) menyediakan sarana ibadah dan tempat

18
berwudhu yang memadai di sekolah, sebagai laboratorium (tempat
praktik keagamaan) bagi siswa. Sementara itu, metode
pengembangan potensi nilai moral anak yang dapat digunakan oleh
guru yaitu sebagaimana yang dikemukakan oleh Depdikbud.
Menurut Depdikbud, untuk mengembangkan nilai dan sikap anak
dapat dipergunakan metode-metode yang memungkinkan
terbentuknya kebiasaan-kebiasaan yang didasari oleh nilai-nilai
agama dan moral Pancasila agar anak menjalani hidup sesuai
norma yang dianut masyarakat.

BAB III
PENUTUP

19
A. Kesimpulan
Dalam mengembangkan sikap, nilai, moral dan norma terhadap anak,
bimbingan keluarga sangat diperlukan. Karena pendidikan pertama anak yaitu
didalam keluarganya, terutama orang tuanya. Sehingga nantinya, bagaimana
orang tua bisa memberikan contoh-contoh yang baik terhadap anak. Selain
keluarga, lingkungan atau pergaulan juga sangat berpengaruh terhadap
perkembangan psikis anak. Yang perlu ajarkan dan dikembangkan anak
yaitu:
1. Sikap
Sikap adalah pernyataan evaluatif terhadap objek, orang atau peristiwa. Hal
ini mencerminkan perasaan seseorang terhadap sesuatu.
2. Nilai
Nilai merupakan tatanan tertentu atau kriteria dalam diri individu yang
dijadikan dasar untuk mengevaluasi suatu sistem.
3. Moral
Moral adalah ajaran tentang baik, buruk, perbuatan dan kelakuan,akhlak,
kewajiban, dan sebagainya
4. Norma
Norma yaitu aturan atau ketentuan yang mengatur kehidupan warga
masyarakat, dipakai sebagai panduan, tatanan, dan pengendali tingkah laku.

20
DAFTAR PUSTAKA

https://media.neliti.com/media/publications/155038-ID-bagaimana-
menanamkan-pendidikan-nilai-pa.pdf

https://www.neliti.com/id/publications/284624/penanaman-sikap-dan-nilai-
pada-pembelajaran-ips-di-sekolah-dasar

https://www-kompasiana-com.cdn.ampproject.org/v/s/
www.kompasiana.com/amp/
imroatulfitria29/617402c9dfa97e79c162a972/perkembangan-moral-anak-
di-indonesia?usqp=mq331AQKKAFQArABIIACAw%3D
%3D&amp_js_v=a9&amp_gsa=1#referrer=https%3A%2F
%2Fwww.google.com&csi=0&ampshare=https%3A%2F

21
%2Fwww.kompasiana.com
%2Fimroatulfitria29%2F617402c9dfa97e79c162a972%2Fperkembangan-
moral-anak-di-indonesia

https://edukasi.kompas.com/read/2021/05/18/154104971/yuk-ajari-anak-taat-
norma-sejak-dini?
amp=1&page=2&jxconn=1*1ibp2k7*other_jxampid*ekNPTWJYZ3lFdm
xlVFU0b05SSnVDSVMwc1ZRSDFKdGFESHJHNF9uQkdmbHNxY25r
WV9NMVNHMnNBemhVbUNXVQ..

https://id.theasianparent.com/calistung-anak-usia-dini?
utm_source=amp&utm_medium=article&utm_campaign=related&_gl=1*
da8m4e*_ga*Y1lNRi1NX3h1cTdFcURkR2J3Vm1HZ3Q1Y3ZzYWx6SjF
SZUtkS0M2SEczNGhjMVhPV2Rla1E4MnZVYVZXdzJwSQ

22

Anda mungkin juga menyukai