Anda di halaman 1dari 3

Laporan Sejarah Pastoral

Nama : Marshel Victory Mutahang


Nim : 201942011
Mk : Pastoral Konseling

Sejarah perkembangan teologi pastoral

Perkembangan teologi pastoral Protestan dimulai pada zaman reformasi Jerman yaitu ketika perhatian atas
cure of soul muncul. Jalan pikiran orang-orang Protestan mula- mula adalah bahwa sakramen pengampunan
dosa merupakan pemahaman yang keliru dimana dalam anggapan jemaat, perbuatan yang diperlihatkannya
setelah pengakuan dosa merupakan hal yang menyenangkan hati Allah dan menyebabkan ia diampuni.

Menurut orang-orang Reformasi gereja di dunia harus dimengerti terutama sebagai “kumpulan orang-orang
percaya”, yang karena anugerah Allah tentu akan saling memperhatikan: memuji Allah, saling menjaga dan
menolong serta mewartakan Firman itu kepada sesama manusia. Jadi jiwa manusialah yang diperhatikan
dalam gereja.

Sehingga ada kesimpulan dari Pauck tentang hakikat Protestanisme adalah: suatu sikap rohani, yang berakar
dari iman yang hidup bahwa Allah telah menjelma di dalam Yesus dari Nazaret dan menyatakan diriNya
pada hidup dan pikiran baru yang mencerminkan imannya sebagai suatu pewartaan akan kemuliaan Allah
yang melampaui segala keterbatasan dan kecukupan manusia.

• Awal-awal Abad Protestanisme

Penggunaan istilah Teologi Pastoral pertama kali di dalam Protestanisme baru muncul pada abad ke 18.
Secara historis, perhatian yang diberikan kepada teologi pastoral hanya terjadi pada periode seratus lima
puluh tahun, dan baru secara penuh diakui sebagai ilmu kurang dari seabad lamanya.

Sejarahnya dikaitkan dengan Seelsorge atau pemeliharaan dan penyembuhan jiwa-jiwa. Sebagian besar dari
Seelsorge ditujukan bagi “disiplin” dan bukan bagian langsung dari Teologi Pastoral, walaupun merupakan
fungsi yang penting dari gereja dan pendeta.

Pada Abad ke-16

Teologi Pastoral adalah dicurahkannya perhatian pada sikap dan motivasi. Penggembalaan pertama-tama
membutuhkan seorang gembala Kristen dengan segala konsekuensinya. Gembala harus lemah lembut dan
peka terhadap orang yang membutuhkan kepekaan, meskipun ia bersikap keras terhadap orang yang berada
dalam situasi lain.

Pada abad ke-17

Richard Baxter dalam bukunya yang berjudul “The Reformed Pastor” (Gembala yang diperbaharui)
menuntut perasaan tanggung jawab Pendeta terhadap jemaatnya. Pendeta yang tidak memiliki perasaan yang
bertanggung jawab dikecamnya dengan keras.

Protestanisme Pada Abad-abad Permulaan


Fakta yang menonjol tentang penggembalaan pada akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19 adalah pengaruh
dari Pietisme. Sebagian orang-orang pietis dan evangelis menilai penting pelayanan pastoral tetapi mereka
merasa harus mempertentangkannya dengan teologi ketika mereka melakukannya.

Sehingga muncul pembagian“ilmu pastoral” menjadi 4 fungsi:

Liturgi

Seelsorge

Homiletika

Kateketik

Sheedd dari Auburn dan Union Theological Seminaries, memandang teologi pastoral sebagai studi
atas perkunjungan, pengajaran, kehidupan pribadi, doa dan akal budi dari pendeta. Ada banyak terjadi
pergumulan dan ketegangan antara penggunaan ilmu psikoterapi di satu pihak, dengan penggunaan ilmu
theologia di pihak yang lain. Tokoh-tokoh pastoral seperti Seward Wiltner, Wayne Oates, Paul Johnson,
Caroll Wise, dan kemudian Howard Clinebell telah berusaha untuk menekankan unsur teologi dan tradisi
gereja di dalam membentuk pendirian dasar pelayan pastoral saja.

• PASTORAL GEREJA SEKARANG DAN ARAHNYA MENUJU ABAD XXI

Clinebell dalam bukunya yang sangat terkenal dan yang telah diterjemahkan ke dalam berbagai macam
bahasa, termasuk bahasa Indonesia “The Basic Types of Pastoral and Counseling” menunjukkan
kecondongan-kecondongan berikut:

 Konseling sebagai satu-satunya paradigma bagi pelayanan pastoral gereja.

 Suatu perpindahan dari pemusatan kepada hanya krisis dan masalah, pastoral gereja juga bisa melihat
yang positif dan pembinaan (nurturing) dari kegiatan yang berkelanjutan.

 Suatu penekanan baru pada pentingnya tradisi theologia Kristen bersama dengan keprihatinan pada
spiritualitas dan etika sebagai suatu sumber dan elemen kritis dalam pastoral gereja.

 Adanya penekanan baru pada komunitas Kristen sebagai konteks pelayanan pastoral dan peranan
orang awam sebagai partisipan aktif pelayanan pastoral berbeda dengan masa lampau yang
memisahkan orang awamhanya sebagai obyek pelayanan psikoterapi dari para pendeta.

 Suatu penekanan baru pada konteks sosial dan politik yang lebih luas dan implikasinya terhadap
pelayanan pastoral.

Pada era Post-Modern ini, pastoral gereja terancam untuk tidak setia lagi kepada doktrin atau aturan-
aturan gereja Kristen, karena penyelesaian masalah pastoral selalu akan dikaitkan dengan konteks, bukan
mencari benar atau salah, baik atau jahat, tetapi apakah penyembuhan itu cocok atau tidak cocok dengan
konteksnya. Lihat Yohanes 8:2-11

 Pelecehan terhadap perempuan


 Penolakan terhadap hukum Yahudi secara halus
 Poros tengah (pihak ketiga)

Dengan demikian terdapat bukti bahwa perubahan yang terjadi di dalam masyarakat, mempengaruhi
juga perkembangan pastoral gereja di masa lampau, sekarang dan yang akan datang. Kalau demikian sebagai
petugas pastoral kita hendaknya selalu tanggap terhadap perubahan. Namun, perlu diingat bahwa pastoral
gereja harus lebih kritis dalam menanggapi perubahan yang terjadi di dalam masyarakat agar pastoral gereja
tetap unggul dan relevan dalam usahanya melayani umat.

Anda mungkin juga menyukai