PETER WARD
PENGANTAR
Gereja Tuhan tidak harus berdiri diam. Menurut Philip Hefner “gereja
tidak pernah statis dan tidak dapat membuat bentuk yang permanen
adalah yang terbukti efektif dalam jangka waktu tertentu.” Gereja terus
membutuhkan pembaruan. Perubahan adalah sifat dasar gereja
meskipun tidak semua perubahan itu benar atau baik adanya. Gereja
yang cair berpendapat bahwa perubahan dalam budaya yang lebih luas
mempengaruhi kehidupan komunal dan kesaksian gereja. Kita butuh
reformasi untuk memperbarui dan menyegarkan gereja kita jika ingin
gereja untuk terus setia pada tujuan dan Tuhannya.
PERINGATAN KESEHATAN
Pada permulaan ini saya ingin memberikan peringatan kesehatan:
gereja yang cair belum ada. Ini artinya apa yang saya ungkapkan disini
adalah usaha untuk membayangkan, daripada menjelaskan cara yang
berbeda menjadi sebuah gereja. Jadi inti buku ini adalah imajinasi
teologi.
Bab 1
MODERNITAS GEREJA YANG KOKOH DAN YANG CAIR
Dalam banyak cara saya berbagi keyakinan bahwa penginjilan
harus lebih memperhatikan gereja. Bagi mereka yang terlibat dalam
penginjilan empat puluh atau lima puluh tahun lalu, pertanyaan tentang
gereja tampak tidak relevan. Banyak organisasi yang cenderung
melihat pertanyaan tentang gereja merupakan gangguan dari misi
utama penginjilan mereka. Tetapi saat ini para penginjil dan pendeta
muda berbagi minat akan hal ini, mereka menyadari bahwa pewartaan
injil yang relevan juga memerlukan gereja yang relevan.
Kita memiliki kesempatan yang luar biasa, karena kita lihat
banyak orang mencari spiritualitas. Di Inggris lebih banyak orang ingin
menjadi Kristen tetapi enggan bergabung dengan institusi kami. Di
Amerika, orang muda bersedia datang ke persekutuan pemuda, tetapi
tingkah laku dan kepercayaan mereka tidak dapat dibedakan dari
teman-teman mereka yang non Kristen. Dalam kedua kasus ini,
dibutuhkan gereja yang menghubungkan dan membuat perbedaan.
Disinilah istilah cair menjadi hal yang membantu.
BUDAYA YANG CAIR
Beberapa ahli membahas tentang budaya kontemporer dalam hal
modernitas yang fleksibel atau cair. David Lyon menjelaskan dampak
tehnologi komunikasi dan budaya konsumen yang membawa
perubahan substansial dalam modernitas. Ia berpendapat bahwa dalam
situasi yang baru “bergerak, kemungkinan berubah, cair, fleksibel.”
Ulrick Beck menyebutnya “modernitas refleksif,” yaitu modernitas
yang telah mengubah keahlian analitisnya dan oleh karenanya
menciptakan lingkungan yang kurang stabil dan beresiko. Sedangkan
Manuel Castell fokus pada apa yang ia lihat sebagai perubahan
lingkungan yang fleksibel dan konstan.
Perubahan tehnologi konstan berarti bagaimana kita menerima
dan memproses informasi dalam keadaan perubahan yang konstan.
Contohnya adalah telepon genggam yang tidak lagi hanya digunakan
untuk membuat dan menerima panggilan saja.
Gereja yang cair berangkat dari elemen positif dalam lingkungan
yang baru dan cair serta berusaha untuk bekerja dengannya dan
membuat mereka sebagai bagian dari gereja. Untuk menjadi gereja
yang cair, berarti kita harus mampu mencampurkan dengan air, untuk
menjadi cairan, dapat berubah, fleksibel. Kita perlu untuk merengkuh
dan menginternalisasikan sifat kebudayaan yang cair.
Bagian Dua
GEREJA YANG CAIR
Bab 3
CAIR DALAM KRISTUS
KRISTUS DAN GEREJA
Kristus adalah asal dan kebenaran kita. Untuk menjadi Kristen kita
bergabung dengan Kristus dan bergabung dalam gerejaNya. Dua
prinsip dasar teologi: setiap jenis gereja harus menemukan asalnya
dalam sebuah persekutuan dengan Kristus dan gereja yang cair harus
memberikan bentuk pada sifat kerja sama dengan apa yang diartikan
“di dalam Kristus”.
Di dalam Kristus
Untuk menjadi “di dalam Kristus” seseorang harus diperbarui,
diciptakan kembali. J.D.G Dunn memisahkan pengguna frase “di
dalam Kristus” kedalam tiga grup: penggunaan obyektif, penggunaan
subyektif dalam karakter, dan dalam ajaran Paulus.
Bab 4
JARINGAN DAN ALUR DALAM GEREJA YANG CAIR
Jika kita menggambarkan gereja yang cair, maka gerakan dan
perubahan harus menjadi bagian dari karakteristik dasarnya. Kita perlu
mengembangkan ide komunitas Kristen, ibadah, misi, dan organisasi
yang lebih fleksibel dan responsif terhadap perubahan. Gereja yang cair
akan bekerja melalui satu rangkaian gerakan. Gereja yang cair akan
membentuk beberapa jaringan yang berbeda yang akan membantu kita
mengekspresikan bentuk organisasi sosialnya.
Bab 5
Tarian Tuhan yang Cair
Gereja dibangun dan dibentuk oleh Tuhan. Jika kita hendak
mengangkat struktur yang lebih cair lagi untuk komunitas Kristen maka
ini harus ditanamkan lebih dalam lagi pada pemahaman kita tentang
Tuhan. Tuhan adalah Bapa, Putera, dan Roh Kudus. Trinitas dalam
kesatuan, telah dipahami sebagai pola gereja. Jika gereja yang cair
adalah pilihan yang realistis maka ini tidak hanya harus sesuai dengan
budaya kontemporer kita tetapi juga harus setia dengan pemahaman
kita akan Tuhan.
Trinitas: Kehidupan orang-orang Tuhan
Doktrin Trinitas ditemukan dalam kebaktian gereja. Kebaktian
menghubungkan kita dengan dinamika hubungan Putera dan Bapa
melalui Roh Kudus. Kebaktian adalah pembawa budaya utama gereja.
Doktrin Trinitas telah lama berada di dalam tradisi dan liturgi di banyak
gereja. Dengan bercermin pada teologi kebaktian, sebuah perubahan
dapat mulai berlangsung. Pertama, mempengaruhi pemahaman kita
tentang siapakah Tuhan. Kedua, menjadi sumber pemahaman baru
untuk etika, gereja, dan misi. Untuk menjadi satu dengan Kristus adalah
dengan persekutuan. Berdiamnya orang Kristen dalam kehidupan
Tuhan mulai menunjuk sebuah doktrin gereja. Jika gereja yang cair
adalah kemungkinan teologis, maka kita harus mampu menghadapinya
dalam refleksi kita di depan kehidupan Tuhan.
Bab 6
Membentuk Gereja yang Cair
Sebuah gereja cair yang berdasarkan pada jaringan tidak dapat
direncanakan. Orang yang mencari Tuhan akan berhubungan dengan
jaringan karena menawarkan apa yang mereka inginkan. Dengan
demikian gereja yang cair meletakkan dirinya dalam sifat
konsumerisme masyarakat. Titik awal diskusi ini adalah realisasi dalam
sosiologi keagamaan dimana percaya dan mempercayai mengalami
perubahan yang signifikan dalam modernitas yang cair.
Ada perubahan keagamaan yang luas dalam masyarakat
kontemporer. Di sebagian besar negara Barat, gereja Kristen telah
mengalami penurunan yang signifikan, dimana orang-orang
mempunyai pengalaman spiritual atau religius tetapi mereka tidak
pergi ke gereja. Spiritual disini lebih aspiratif, meliputi cakupan luas
kepercayaan dan prakteknya. Gereja yang cair tidak hanya berupa cara
untuk berhubungan dengan perubahan kontemporer dalam spiritualitas
tetapi juga perluasan logika dari banyak perubahan yang telah
memberikan karakter pada kehidupan religius.
Mempercayai tanpa memiliki
Gereja yang cair telah memulai perubahan dalam kehidupan religius
Barat, yang oleh Grace Davie dijelaskan sebagai “mempercayai tanpa
memiliki”. Sedangkan Wuthnow berpendapat bahwa ini adalah
perpindahan dari spiritualitas “tinggal” ke spiritualitas “mencari,” yang
lebih cocok dengan waktu perubahan dan ketidakpastian. Dalam
perubahan spiritualitas, orang sekarang mencari hubungan melalui
beragam organisasi, disiplin, dan tindakan tetapi tidak akan pernah
merasakan memiliki. Pencari spiritualitas dikarakterkan dengan satu
seri ide dan kepercayaan dan diumumkan oleh beragam terapis, guru,
dan pemandu sosial.
Spiritualitas Pembelanja
Konsumsi utamanya bukan okupasi material tetapi ini berdasarkan
pada pertukaran dan kenikmatan ‘arti’. Peran iklan adalah memberi
nilai tambah pada obyek. Arti benda-benda berkaitan dengan tempat
kita di masyarakat dan di dunia. Oleh karena itu, konsumsi adalah
menemukan tempat kita di dunia. Pemimpin Kristen melihat konsumsi
sebagai tantangan untuk mempercayai.
Bab 7
MENGATUR ALIRAN, BAGIAN SATU: FIRMAN TUHAN
Jika gereja yang cair merengkuh mereka yang percaya sebagai
konsumen, apakah artinya semua yang diinginkan konsumen dapat
diterima? Apakah gereja yang berkaitan dengan pasar mengkhianati
warta dan keinginan Tuhan? Bila gereja yang kokoh adalah lingkungan
yang dapat diprediksi, maka tidak ada jaminan untuk gereja yang cair,
dimana ini harus berkomitmen pada Kristus dan firman untuk menjadi
gereja. Kita harus jelas akan prioritas teologi dan batasannya.
Menguji air
Barth mengenali tanda gereja sejati adalah dengan mewartakan Kitab
Suci dan melaksanakan sakramen dengan tepat. Sementara
memprioritaskan khotbah dan sakramen gereja, Barth mengakui bahwa
gereja berbicara tentang Tuhan dalam sejumlah kesempatan. Tugas
dogmatis adalah untuk mengembangkan budaya yang kritis dalam
gereja yang dapat membantu gereja merefleksikan pembicaraannya
tentang Tuhan. Untuk ini harus ada komitmen teologi yang disetujui.
Bab 8
Hasrat untuk Tuhan
Gereja yang cair melibatkan perubahan radikal dalam sifat gereja. Ini
artinya kita harus mengembangkan kehidupan gereja yang
menghubungkan dengan hal-hal yang diinginkan oleh orang-orang.
Gereja harus mengubah tekanannya, dari memenuhi kebutuhan
spiritual ke menstimulasi keinginan mereka. Gereja yang cair
menggantikan kebutuhan menjadi keinginan.
Bab 9
Mengatur Aliran, Bagian Dua: Semangat dan Rahmat
Roh Kehidupan
Jṻrgen Moltmann berpendapat bahwa kita perlu mengambil
pengalaman informal orang-orang dengan serius sebagai sebuah arena
dimana Roh Tuhan mungkin bekerja. Moltmann menunjukkan bahwa
pengalaman Roh dalam orang yang percaya terus menjadi faktor kunci
dalam spiritualitas dan pengalaman ini tidaklah terbatas bagi gereja.
Roh ini terlihat dalam “cinta akan kehidupan yang menyenangkan kita
dan energi roh adalah energi kehidupan dimana cinta akan kehidupan
bangkit dalam diri kita.” Saat kita melihat Roh Kudus kita melihat
energi Tuhan yang menciptakan dan memelihara hidup. Semangat
hidup dan Roh Kudus harus dihubungkan. Saat kita berhubungan
dengan Roh, kita merasakan kepedulian Tuhan. Roh Tuhan merespon
pencarian orang-orang dan menyentuh mereka dengan pengalaman dan
kehadiran serta kasih Tuhan. Pertanyaan penting untuk gereja yang
cair: apa hubungan antara kehidupan dan kehidupan abadi? Karena kita
perlu merengkuh keinginan orang-orang tanpa melakukannya dengan
naif. Maka salah satu caranya adalah dengan menyatakan aktivitas
Tuhan di dunia.
Afeksi Religius
Merupakan hal penting untuk mendapatkan keseimbangan yang tepat
antara menegaskan keinginan spiritual orang-orang dan perhatian
mereka pada pengalaman religius serta konsep bahwa tidak semua
penurunan religius sama nilainya. Roh Tuhan ada dalam orang-orang
dan ciptaan, tetapi ini berbeda dengan karya penyelamatan Tuhan. Saat
tiba pada afeksi religius yang adalah tindakan rahmat Tuhan, ada
kriteria teologi yang akan hadir. Hal ini meliputi realisasi bahwa afeksi
datang dari Tuhan dan oleh karena itu akan menyesuaikan sifatnya dan
afeksi akan diarahkan pada memuja Tuhan yang menjelma dalam
Yesus Kristus. Ada pandangan yang berhubungan dengan
perkembangan gereja yang cair, yaitu membolehkan Tuhan untuk
bekerja dalam keinginan religius konsumen kontemporer. Pengalaman
ini dapat dinilai sebagai karya Tuhan tetapi mungkin bukan rahmat
khusus atau penyelamatan.
Bab 10
DI DALAM GEREJA YANG CAIR
Sebuah gereja yang cair adalah semacam mimpi. Dalam bab ini saya
akan menjabarkan karakter gereja yang cair yang saya bayangkan. Bagi
mereka yang terlibat dalam gereja yang kokoh, bab ini dapat
memberikan beragam cara untuk memulai menjadi komunitas Kristen
yang lebih cair. Tentunya akan ada banyak cara yang berbeda dan
kreatif dalam menjadi gereja yang cair.
Mimpi satu: Jaringan
Gereja yang cair akan menggantikan kongregasi dengan komunikasi.
Gereja yang berjejaring akan menghubungkan individu, grup, dan
organisasi dalam satu seri rangkaian. Keanggotaan tidak lagi diukur
dengan kehadiran dalam kebaktian tetapi melalui partisipasi dalam
jaringan.
Mimpi dua: Komunitas
Komunitas dalam modernitas yang cair adalah keadaan perubahan
yang berkesinambungan. Komunitas telah berubah. Dalam modernitas
yang cair, keinginan untuk memiliki hubungan yang signifikan
dinyatakan melalui komunikasi yang konstan, termasuk dengan
menggunakan tehnologi yang tersedia.
Mimpi tiga: Komunitas Pilihan
Gereja yang cair akan mengabaikan struktur kongregasional dan akan
memberikan pola kehidupan gereja yang responsif dan fleksibel untuk
mengantarkan apa yang diinginkan individu serta menggambarkan
kedalaman dan keragaman tradisi Kristen. Komunitas yang
berdasarkan pilihan akan membawa keanekaragaman karena
berdasarkan pada minat bersama. Koneksi akan berdasarkan pada
afiliasi alami.
Mimpi empat: Kepemimpinan dari teladan
Pemimpin gereja yang cair tidak dapat mengandalkan janji temu dan
kekuasaan. Orang-orang akan memilih mereka yang dianggap tahu dan
mencerahkan sehingga mereka ini yang akan muncul sebagai
pemimpin. Gereja yang cair akan menggantikan norma-norma dan
rutinitas dengan cara hidup yang menghadirkan Tuhan.
Mimpi lima: Kegiatan dan imajinasi
Gereja yang cair akan perlu beradaptasi dengan pendekatan yang lebih
atraktif dan imajinatif untuk kegiatan dan aktivitas. Gereja yang cair
perlu menghadirkan kegiatan dan produk spiritual yang variatif.
Mimpi enam: Kebaktian dalam gereja yang cair
Disini, kebaktian tidak mengandalkan sebuah dinamika
kongregasional.