Anda di halaman 1dari 16

TUGAS PRESENTASI

SEJARAH GEREJA METHODIST

Dosen Pengampu : Dr. Kosmartua Situmorang, M. Th


Mata Kuliah : Sejarah Gereja Umum
Penyusun : Daniel Napitupulu / NIM : 02125118
Intan Samaria / NIM : 02225107
Januarli Marino Sibarani / NIM : 02225108
PENDAHULUAN

Gereja Methodist adalah suatu gereja Kristus (yang mengikuti ajaran Kristus) dimulai dari kesadaran teologis
oleh seorang pendeta Inggris yang bernama John Wesley, dari keluarga Protestan. Ajaran Methodist yang
dimulai oleh Wesley adalah gereja yang lahir karena kesadaran teologis, bukan berlatar belakang dari konflik
seperti yang terjadi dengan gereja Kristen lainnya.

Methodist sebagai salah satu denominasi besar dilingkungan gereja yang berakar pada protestantisme
memiliki ciri dalam gerakan gereja misioner. Setelah bertumbuh sebagai gerakan pembaharuan di lingkungan
gereja Anglikan Inggris berkembang ke Utara Inggris, kemudian ke negeri jajahan di Amerika Utara, Eropah,
Asia, Pasifik dan Amerika Latin.

Anglican, Lutheran dan Calvinis (reformed) yang semakin kaku, dingin, tidak bergairah dan kurang
menghargai manusia sebagai pribadi. Untuk mencapai tujuannya, kaum pietis menekankan :
1. Iman yang berpusat pada Alkitab (bukan pada ajaran gereja).
2. Pengalaman khas dalam kehidupan Kristiani (rasa berdosa, pengampunan, pertobatan, kesucian, dan
dalam persekutuan).
3. Pengungkapan iman secara bebas melalui nyanyian, kesaksian dan semangat mengabarkan Injil.
Filosofi teologi yang diterima oleh Wesley semakin dikembangkan dengan menggali ajaran telogi Kristen mula-
mula, sehingga kesempurnaan dapat diperoleh oleh Wesley dan sampai saat ini masih kekal dalam ajaran
Methodist, yaitu :
a. Bahwa anugerah Tuhan yang diberikan kepada seluruh dunia sanggaup memenuhi keseluruhan keperluan
manusia.
b. Bahwa Alkitab tidak mengenal keselamatan, selain keselamatan dari dosa dan kehidupan suci adalah kasih
sayang serta kepercayaan terhadap Allah.

Ajaran dan pandangan Wesley tentang agama dituangkan dalam bentuk metode-metode keagamaan dan pola
hidup sehari-hari, sehingga diterima oleh kelompok masyarakat lainnya. Gereja Methodist adalah
organisasi gereja yang berdiri sendiri sama seperti organisasi gereja yang lainnya. Masing-masing gereja
mempunyai corak dan ciri yang berlainan yang berlatar belakang dari perbedaan misi zending (organisasi
penginjilan) dan kondisi lokal. Setelah beberapa tahun terbentuknya Gereja Methodist Indonesia, distrik dalam
organisasi ini masih terbagi menjadi 2 bagian, yaitu distrik Batak Toba dan Tionghoa. Dalam bidang
departemen yang dibangun oleh Methodist ternyata banyak berguna bagi masyarakat, bukan hanya bagi
jemaat Methodist saja.

Gereja Methodist Indonesia adalah gereja yang murni berdiri sendiri, bukan hasil perpecahan dari gereja yang
lainnya. Akan tetapi Gereja Methodist Indonesia juga merupakan salah satu anggota Persatuan Gereja
Indonesia, sama seperti gereja Kristen yang lain.
Gereja Methodist Indonesia adalah gereja yang murni berdiri sendiri, bukan hasil perpecahan dari gereja yang
lainnya. Akan tetapi Gereja Methodist Indonesia juga merupakan salah satu anggota Persatuan Gereja
Indonesia, sama seperti gereja Kristen yang lain.

Pada tahun 1983, perpecahan yang telah terjadi di Gereja Methodist Indonesia sudah terselesaikan. Dimana
kedua distrik yang berseteru bersatu menjadi satu distrik yang bersifat nasional, hal ini dipengaruhi oleh
semakin ragamnya etnis yang bergabung menjadi jemaat Gereja Methodist Indonesia dan semakin besar
jumlah etnis Batak Toba yang masuk menjadi jemaat Gereja Methodist Indonesia.

Pada saat itu, Gereja Methodist dikenal sebagai gereja yang unik karena ini adalah satu-satunya gereja
Protestan yang anggota-anggotanya terdiri atas suku Batak dan suku Tionghoa Indonesia, sementara gereja-
gereja Protestan lainnya saat itu pada umumnya tersegregasi.
Sebagai aliran yang berakar pada semangat revival, gereja Methodist atau yang berlatar belakang Methodist
tetap memelihara suasana kebangunan rohani. Ajara Methodist didasarkan pada teologi Wesley yang
berpusat pada anugerah keselamatan. Beberapa pokok ajarannya, antara lain :
a. Dosa Warisan.
b. Keselamatan.
c. Kelahiran kembali (lahir baru).
d. Kesaksian Roh.
e. Penebusan Universal.
f. Jatuh dan Kehilangan kasih karunia.
g. Kesucian dan kesempurnaan hidup Kristiani.
h. Penginjilan dan semangat Injil.
i. Izin untuk mengangkat sumpah.

Gereja Methodist Indonesia menganut sistem episkopal. Dalam organisasinya lembaga tertinggi adalah
Konferensi Agung sedangkan eksekutif tertinggi adalah seorang Bishop. Aliran Methodist masuk dalam
kategori arus utama di lingkungan Prostestan, karena memelihara dan mempertahankan sebagian besar
ajaran para reformator. Sejak awal gereja Methodist aktif dalam gerakan oikumene sedunia.
PEMBAHASAN

I. PERIODE SASI PERINTISAN GEREJA METHODIST

Masa Perintisan

Methodisme datang ke Indonesia pertama kali pada tahun 1905 setelah para misionaris Amerika mulai


bekerja di Malaysia dan Singapura. Gereja Methodis di Indonesia saat itu adalah satu-satunya gereja yang
tidak dimulai oleh para misionaris Belanda ataupun Jerman.

 Tahun 1904 s/d Tahun 1917 : Masa-mas perintisan dengan masuknya


ajaran ke Indonesia serta penetapan Misionaris Methodist.
 Tahun 1904 : Pdt. GE. Pykett mengunjungi Medan bermaksud membuka
pekerjaan Gereja Methodist.
 Tahun 1908 : Pekerjaan di Medan oleh Pdt. Dr. JR. Denyes.
Superintendent Distrik Neth Indies. Salomon membuka pekerjaan Methodist
di Palembang.
 Tahun 1913 : Bishop J.E. Robinson mengunjungi Sumatra. Dia adalah
Bishop Gereja Mehodist pertama yang berkunjung ke Sumatra.
 Tahun 1917 : Februari, Pdt. E.R. Hiebert ditetapkan sebagai Misionaris
pertama di Palembang.
Masa Pendirian

- Tahun 1922 : Januari, dilakukanlah pembangunan gereja Metdhosist dengan peletakan batu pertama
pembangunan Gereja Methodist di Jl. Nusantara Medan oleh Bishop Kley.
- Tahun 1922 : Distrik Sumatra Utara ditetapkan menjadi Distrik Mission.
- Dan terus berkembang dengan membangun dan meresmikan Gedung gereja-gereja baru di tahun 1932:
Peresmian Gedung Methodist Girl Medan.
- Tahun 1938 : Peresmian Gedung Baru Methodist School di Palembang.
- Berkembang ke sector Pendidikan di tahun 1942: Pembukaan Sekolah Mehodist di Kisaran.
- Tahun 1957: Januari, Gereja Methodist berbahasa Batak Jl. Hang Tuah Medan ditahbiskan oleh Bishop
Horbart B. Amstutz.
II. PERKEMBANGAN MISI GEREJA METHODIST

Visi Gereja bertumbuh memberkati semua ciptaan, adapun Misi Gereja Metodist adalah :
1) Membangun jemaat yang sungguh-sungguh mengasihi Tuhan dan mengalami perjumpaan pribadi dengan
Tuhan dalam ibadah dan komunitas.
2) Melengkapi jemaat menghidupi Firman, memberdayakan karunia rohani dan menjadi murid yang
memuridkan.

III. PIMPINAN DAN PENDIRIAN

Gereja Methodist Indonesia ditata dengan sistem episkopal, yang berarti pucuk pimpinannya terletak di tangan
seorang uskup (bishop). Daerah pelayanan Gereja Metodis Indonesia dibagi menjadi dua wilayah, yaitu
Wilayah I yang terdiri atas Aceh sampai Pekanbaru, dan Wilayah II yang terdiri atas Sumatra bagian
Selatan, Jawa, dan daerah Indonesia lainnya.

Gereja Methodis Indonesia atau disingkat dengan GMI adalah kelompok gereja Kristen Protestan yang berdiri


di Indonesia dengan kantor pusat di Sumatera Utara dan Jakarta. GMI atau gereja Methodis Indonesia
merupakan anggota ke-4 dan sekaligus pendiri persekutuan gereja-gereja di indonesia (PGI). GMI yang berdiri
sejak tahun 1905 masuk PGI secara resmi pada 25 Mei 1950.
Pimpinan dari jemaat Gereja Methodist adalah seorang Pendeta yang diangkat oleh Bishop melalui Konfrensi
tahunan. Pimpinan jemaat ini selanjutnya bertanggung jawab terhadap pelayanan yang dilakukan oleh gereja.
Peran dari pimpinan jemaat antara lain, yaitu :
Pertama, memimpin dan bertanggung jawab terhadap ibadah minggu yang setiap hari Minggu dilaksanakan di
gereja. Dalam hal ini pimpinan jemaat berperan sebagai penanggung jawab kebaktian ibadah minggu.
Kedua, yaitu mengadakan kunjungan kasih ke rumah-rumah jemaat gereja yang sedang mengalami sakit,
musibah atau bencana, serta jemaat yang sudah lama tidak aktif mengikuti kegiatan pelayanan yang dilakukan
oleh gereja.
Ketiga, pimpinan jemaat juga mengambil peran sebagai pemimpin bagi kegiatan pelayanan yang dilakukan
oleh gereja terhadap masyarakat umum.
Keempat, pemimpin jemaat juga berperan sebagai pemimpin bagi setiap jemaat yang menjadi bagian dari pos
pekabaran injil-pos pekabaran injil yang dibuka oleh gereja sebagai perluasan pelayanan gereja di tengah
masyarakat.

IV. WILAYAH PELAYANAN

Wilayah pelayanan GMI terdiri atas 2 wilayah berbeda yaitu:


- Wilayah I meliputi: Aceh, Sumatra Utara, Riau, Singapura dan Kepri. Kantor pusat berkedudukan di Medan.
- Wilayah II meliputi: Jambi, Sumatra Selatan, Lampung, Bengkulu, Jawa, Bali, Kalimantan dan Papua. Kantor
pusat berkedudukan di Jakarta
V. ORGANISASI KELEMBAGAAN

Bishop adalah pimpinan tertinggi di dalam struktur kepemimpinan Gereja Methodist. Oleh karena itu, dari
sistem pemerintahannya, Gereja Methodist bisa disebut episkopalis.

VI. PERSEKUTUAN JEMAAT

1) Jemaat. Jemaat adalah persekutuan orang-ornag yang mengaku Yesus Kristus adalah Tuhan dan
Juruslamat, serta telah mengikrarkan janji keanggotaan dan yang telah dihubungkan dalam persaudaraan
Kristen.
2) Perekutuan Pria Methodist Indonesia (P2MI). Persekutuan Pria Methodist Indonesia adalah perkumpulan
bagi kaum pria (bapak) yang didirikan oleh Gereja Methodist. P2Mi berperan sebagai wadah pelayanan
yang dilakukan oleh kaum pria jemaat Methodist baik di dalam lingkungan gereja maupun di tengah-
tengah masyarakat.Persekutuan Pria Methodist Indonesia sebagai wadah pembinaan bagi kaum pria
gereja, memiliki tiga fungsi yaitu :
Pertama, memperlengkapi anggota dengan pengetahuan dan pemahaman Alkitab yang benar.
Kedua, membentuk karakter hati yang mengasihi. Sebagaimana ajaran kristus yang utama yaitu kasih
maka kaum pria juga diberi pedoman pengetahuan tentang ajaran kasih tersebut. Tujuannya agar kaum
pria dapat hidup seturut dengan kehendak kristus.
Ketiga, aktif melayani dan bersaksi bagi kemuliaan Allah. Pelayanan merupakan bentuk nyata iman kita
terhadap Tuhan. Pelayanan dapat dilakukan kapan dan dimana saja serta dalam bentuk apa saja sesuai
dengan ajaran Tuhan yang diatur oleh gereja.
3) Persekutuan Wanita Methodist Indonesia (PWMI). Persatuan Wanita Methodist Indonesia adalah
perkumpulan bagi kaum ibu yang didirikan oleh Gereja Methodist. PWMI berperan sebagai wadah
pelayanan yang dilakukan oleh kaum wanita jemaat Methodist baik di dalam lingkungan Gereja maupun di
tengah-tengah masyarakat.Persekutuan Wanita Methodist Indonesia sebagai wadah pembinaan bagi para
wanita anggota gereja, memiliki tiga fungsi yaitu :
Pertama memperlengkapi anggota dengan pengetahuan dan pemahaman Alkitab yang benar.
Kedua, membentuk karakter hati yang mengasihi. Tujuannya agar kaum wanita dapat tetap hidup seturut
dengan kehendak kristus. Pedoman tersebut diwujudkan dalam bentuk diskusi rutin, ceramah dan seminar
yang dilakukan baik oleh PWMI sendiri bekerjasama dengan pilar gereja lainnya.
Ketiga, aktif melayani dan bersaksi bagi kemuliaan Allah. Pelayanan merupakan bentuk nyata iman kita
terhadap Tuhan.
4) Persekutuan Pemuda Pemudi Methodist Indonesia (P3MI). Persekutuan Pemuda pemudi Methodist
Indonesia (P3MI) adalah wadah persekutuan bagi pemuda dan pemudi gereja di dalam melakukan
pelayanan gereja baik di dalam gereja maupun ke dalam masyarakat. Persekutuan Pemuda pemudi
Methodist Indonesia (P3MI) hadir untuk membawa kaum pemuda dan pemudi untuk lebih dekat dengan
Allah dan mengenal Allah, dibina untuk menjadi serupa dengan kristus sehingga dapat berfungsi sebagai
pelayan bagi masyarakat.Persekutuan Pemuda pemudi Methodist Indonesia (P3MI) sebagai wadah
pembinaan bagi pemuda dan pemudi anggota gereja, memiliki tiga fungsi yaitu :
Pertama, memperlengkapi anggota dengan pengetahuan dan pemahaman Alkitab yang benar.
Kedua, membentuk karakter hati yang mengasihi. Tujuannya agar kaum pemuda dan pemudi dapat hidup
seturut dengan kehendak kristus.
Ketiga, aktif melayani dan bersaksi bagi kemuliaan Allah.
5) Sekolah Minggu. Sekolah minggu adalah pelayanan pendidikan yang diberikan oleh gereja kepada anak-
anak dari jemaat gereja. Sekolah minggu ini dilaksanakan seminggi sekali yaitu pada hari minggu. Sekolah
ini dibagi ke dalam dua kelas yaitu kelas kecil (anak-anak usia 1 sampai 6 tahun) dan kelas besar (anak-
anak usia 7 sampai 14 tahun). Metode belajar yang dilakukan dalam sekolah minggu adalah metode
belajar yang ringan. Artinya materi pembelajaran berupa nyanyian, khotbah dan diselingi dengan
permainan agar tidak terlalu membosankan.
6) Babtisan. Babtisan adalah pelayanan yang diberikan oleh gereja kepada jemaat yang ingin menjadi warga
gereja sebagai persyaratan masuk menjadi warga gereja. Biasanya babtisan dilayani oleh pendeta yang
menjadi pimpinan jemaat gereja. Ada dua jenis baptisan yang digunakan oleh gereja Methodist :
Pertama yaitu, baptisan selam yaitu metode baptisan yang dilakukan dengan cara menyelamkan jemaat
yang mengikuti baptisan tersebut.
Kedua baptisan percik yaitu, metode pembaptisan yang dilakukan dengan cara memercikkan air ke wajah
jemaat yang dibaptis.
7) Angkat Sidi. Angkat sidi adalah proses belajar tentang tugas dan kewajiban serta hak sebagai jemaat
gereja. Angkat sidi biasanya dilakukan oleh anggota jemaat gereja yang sudah beranjak dewasa. Proses
angkat sidi sendiri ada beberapa tahap yaitu :
Pertama belajar sidi selama setahun penuh yang dilakukan rutin setiap minggunya dan dibawakan
biasanya oleh pendeta atau penatua gereja.
Kedua adalah proses pengangkatan sidi. Proses pengangkatan sidi ini adalah tanda bagi siswa telah lulus
sidi. Pengangkatan siswa sidi dilakukan oleh pendeta sebagai pimpinan jemaat pada saat kebaktian
minggu berlangsung dan disaksikan oleh seluruh jemaat gereja yang hadir.
VII. PANDANGAN DAN PEMIKIRAN TEOLOGIS DALAM METHODIST. Wesley mencoba merefleksikan
pengalaman imannya sebagai dasar menyusun teologi dan aktivitas misi pada Gereja Methodist. Yesus
adalah Tuhan dan Juruselamat, maka misipun dilakukan tetap dalam upaya memproklamasikan Yesus
sebagai Tuhan dan Juruselamat, termasuk dengan melakukan misi transformasi dan holistik.

Pandangan teologisnya tentang manusia berdosa.


Menarik jika diupayakan mencoba mendekati teologi misi Wesley dari sudut pandang teologian thropologis dan
sosiologisnya. Secara teologi-anthoropologis, Wesley memahami bahwa manusia merupakan makhluk yang
segambar dengan Allah.

Pandangan teologisnya tentang anugerah


Peneguhan imannya melalui pengalaman Aldersgate, membuat Wesley faham dan rasakan bahwa Anugerah
Allah begitu besar kepada dia dan seluruh manusia. Ia menyimpulkan bahwa anugerah Allah itu gratis (free in
all) dan anugerah Allah itu teruntuk semua manusia (free for all). Anugerah Allah yang ada pada setiap
manusia (sebelum percaya pada dan menerima Yesus), merupakan anugerah pendahuluan/awal (prevenient
grace), di mana manusia memiliki hak (keputusan pribadi) untuk menerima atau menolak anugerah itu, tetapi
manusia sebenarnya memiliki potensi menerima Yesus.
Pandangan teologisnya tentang misi
Teologi sebagai produk pergumulan, pemikiran, perenungan dan perumusan secara sistematik senantiasa
bersifat terbuka dan bebas. Sebab teologi merupakan usaha dialogis manusia dalam upaya mendengar apa
yang dikatakan manusia dan apa yang dikatakan oleh Tuhan melalui firman-Nya.

Oleh sebab itu keterampilan (kepekaan) mendengar suara manusia dan mendengar suara Tuhan, sangat
diperlukan dalam upaya berteologi, agar teologi relevan dan kontekstual. Misi secara sederhana dapat
difahami sebagai pekerjaan pelayanan yang gereja atau orang percaya terima dari Tuhan (missio Dei), maka
orang percaya menjadi pelaku dari misi itu sendiri dalam hubungannya dengan Tuhan (iman, ketaatan dan
kesetiaan).

Maka benar bahwa eksistensi gereja diketahui dari misinya, bahkan gereja tanpa misi sama dengan tanpa
iman. Dengan demikian maka studi kita perihal teologi dan misi Wesley dalam Gerakan Methodist, bukan saja
dalam upaya mengukuhkan teologi dan misi itu sendiri, namun menelaah dan memaknai teologi misi Wesley,
sehingga hal-hal yang relevan kita ambil dalam rangka mengkritisi, menyemangati, membangkitkan dan
memaksimalkan seluruh potensi kita dalam bermisi transformasi dalam konteks kekinian.
KESIMPULAN
Gereja Methodist adalah organisasi gereja yang berdiri sendiri sama seperti organisasi gereja yang lainnya. dari sudut
teologia, mereka juga melakukan pelayanan dalam bentuk pembukaan sekolah, yang bertujuan untuk
menyeimbangkan antara kebutuhan rohani dan kebutuhan pendidikan dalam kehidupan masyarakat datang ke
Indonesia pertama kali pada tahun 1905 setelah para misionaris Amerika mulai bekerja di Malaysia dan Singapura.
Pada tahun 1913, setelah datangnya Bishop J. Robinson, konferensi yang pertama pun diselenggarakan di Sumatera
Utara. Pada saat itu, gereja Methodist dikenal sebagai gereja yang unik karena ini adalah satu-satunya gereja
Protestan yang anggota-anggotanya terdiri dari suku Batak dan suku Tionghoa. Di Indonesia tahun 1964 nama
menjadi Gereja Methodist Indonesia (GMI) beraliran methodist terbesar di Indonesia. Gereja Methodist Indonesia
juga merupakan salah satu anggota Persatuan Gereja Indonesia, sama seperti gereja Kristen yang lain.

Wesley sebagai bapak Mehtodist memahami bahwa perintah Tuhan dalam Kitab Suci harus lebih utama dari pada
Tata Gereja/tradisi Anglikan yang menurutnya sudah tidak lagi mendukung pekabaran Injil. Sebab sistem parish
dalam Gereja Anglikan telah membuat batas-batas wilayah dalam pelayanan atau misi secara kaku. Maka Wesley
mau menegaskan empat poin dari Magna Charta of Evangelism, yaitu:

1. Perintah Allah dalam pelayanan Injil harus diutamakan dari tata gereja, artinya tata gereja harus menjadi sarana
pelayanan, bukan sebaliknya menjadi penghalang. Sebab tata gereja disusun berdasarkan nilai-nilai atau prinsip-
prinsip Kitab Suci.
2) Wesley dalam bermisi memilih dan mengutamakan perintah Allah dari pada perintah manusia, maka
larangan, gangguan hingga aniaya kepadanya oleh para pendeta, jemaat dan pegawai pemerintahan tidak
bisa menghalangi pelayanan pemberitaan Injil.
3) Khotbah di lapangan terbuka (open air preaching) merupakan salah satu metode efektif dalam pekabaran
Injil. Sebab buruh industri dan pertanian serta masyarakat marginal lainnya dapat dijangkau secara
maksimal. Metode ini menjadi salah satu pendekatan jemput bola atau kreatif dari Wesley kepada jemaat
yang tidak dilakukan oleh Gereja Anglikan.
4) Berhubungan dengan wawasan pelayanan yang luas, maka misi memiliki kesempatan (opportunity) untuk
menjangkau banyak orang-orang terasing (outcast) dan hambatanhambatan dalam pelayanan hingga
penderitaan harus dijadikan sebagai motivasi dalam melayani Tuhan.

DAFTAR PUSTAKA
Gereja Methodist Indonesia, Disiplin Gereja Methodist Indonesia 1973, Tebing Tinggi: Depot Buku Methodist, 1973, hlm. 2
Benjamin Munthe, Training Dasar rohani Kristen, Medan: GKII, 2003, hlm. 1
https://www.slideshare.net/lazarusfek/sejarah-gereja-methodist-indonesia
https://www.academia.edu/44345851/BAB_I_PENDAHULUAN_1_2_Latar_Belakang_Masalah
Indonesia Methodist Church North, pada situs web World Methodist Council
Sejarah singkat Gereja Methodist Indonesia. Disalin dari Almanak GMI 2015. Gereja Methodist Indonesia Wilayah I.
https://id.wikipedia.org/wiki/Gereja_Methodist_Indonesia
Dr. Jonsen Sembiring, M.Th, Methodist Dan Misi Transformasi, Jurnal Teologi Anugerah Vol. VIII, Jakarta 2019
H.berkhof, Sejarah Gereja, BPK Gunung Mulia, Jakarta 2004.
Kim, Myung-Ja (ed.), Permulaan Gerakan Methodist (Bandar Baru: STT GMI, 2001).

Anda mungkin juga menyukai