0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
9 tayangan29 halaman
1) Masyarakat Nias dan Mentawai memiliki kebudayaan yang berbeda, termasuk bahasa, pola pemukiman, mata pencaharian, dan kepercayaan.
2) Kebanyakan masyarakat Nias beragama Kristen Protestan sedangkan di Mentawai agama yang dianut beragam antara lain Kristen, Katolik, dan Islam.
3) Teknologi di dua daerah ini masih relatif sederhana karena terisolasi dari pusat peradaban.
1) Masyarakat Nias dan Mentawai memiliki kebudayaan yang berbeda, termasuk bahasa, pola pemukiman, mata pencaharian, dan kepercayaan.
2) Kebanyakan masyarakat Nias beragama Kristen Protestan sedangkan di Mentawai agama yang dianut beragam antara lain Kristen, Katolik, dan Islam.
3) Teknologi di dua daerah ini masih relatif sederhana karena terisolasi dari pusat peradaban.
1) Masyarakat Nias dan Mentawai memiliki kebudayaan yang berbeda, termasuk bahasa, pola pemukiman, mata pencaharian, dan kepercayaan.
2) Kebanyakan masyarakat Nias beragama Kristen Protestan sedangkan di Mentawai agama yang dianut beragam antara lain Kristen, Katolik, dan Islam.
3) Teknologi di dua daerah ini masih relatif sederhana karena terisolasi dari pusat peradaban.
Kuliah ke 13 Kehidupan Masyarakat Kehidupan masyarakat diberbagai Daerah dapat dikelompokkan didalam berbagai aspek, diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Bahasa 2. Sistem Kemasyarakatan / Pola Menetap 3. Mata Pencaharian 4. Religi 5. Teknologi Bahasa di Daerah Nias Bahasa Nias juga termasuk rumpun bahas Melayu-Polinesia, tetapi agak berbeda dengan bahasa Nusantara lainnya sifatnya Vokalis, yaitu tidak mengenal konsonan di tengah maupun akhir kata. Kecuali itu bahasa Nias mempunyai huruf bunyi tunggal “vocal” yang khas yaitu o, yang hampir sama dengan e pepet. Bahasa Nias mempunyai Dua Logat, yaitu Logat-Logat 1. Nias Utara 2. Nias Selatan atau Tello. Logat pertama digunakan di Nias bagian Utara, Timur dan Barat sedangkan Logat kedua di Nias bagian Tengah, Selatan, dan Kepulauan Batu. Pola Menetap di Daerah Nias Orang Nias mendiami Kabupaten Nias yang terdiri dari satu pulau besar utama dan beberapa pulau kecil yang ada disekitarnya seperti pulau Hinako di Barat, pulau- pulau Senau dan Lafau di Utara, pulau Batu di Selatan dan lain-lain. Banua-banua / desa-desa Nias di pedalaman sukar sekali dihampiri karena pada masa lampau di bangun didaerah perbukitan untuk pertahanan. Satu Banua terdiri dari beberapa kampung dan setiap kampung ada sekitar 100 rumah yang masing-masing rumah ditinggali oleh satu keluarga luas/ Virilokal. Virilokal adalah satu keluarga utama dan keluarga dari putra dan putrinya. bentuk denah didaerah Nias seperti huruf U, terutama dibagian utara dan selatan, dengan rumah Tuhenori / Kepala negri atau Salawa / Kepala desa sebagai pusat di ujung, menghadapi suatu lapangan yang dilandasi dengan batu batu pipih. Di kedua sisi dari lapangan ada rumah rumah penduduk. Di Nias bagian Utara, Timur dan Barat bentuk denah desa tidak menunjukkan huruf U, tetapi dua garis Pararel. Mata Pencaharian di Daerah Nias Mata pencaharian hidup orang Nias yang tinggal didaerah kecuali Pantai biasanya adalah bercocok tanam, sedangkan didaerah Pantai umumnya berkebun Kelapa. Ada bercocok tanam di ladang / Sabe’e tetapi ada pula yang bercocok tanam di sawah / Laza. Alat yang digunakan masih sangat sederhana yaitu kapak besi / fato serta parang besi / selewa. Untuk membuka hutan dan membabat semak adalah tongkat tunggal / taru. Bajak tidak dugunakan dalam mengolah ladang. Dan alat untuk menuai padi adalah Balatu Wamasi, sebuah pisau kecil yang bergagang seperti Cincin untuk diselipkan pada jari si pemakai, seperti ani-ani / Guti. Mata Pencaharian lain orang Nias adalah berburu menangkap ikan disungai, beternak. Berburu terutama dilakukan ketika padi-padi diladangnya sudah muali berbenih. Hal itu dilakukan untuk menumpas hama dan sekaligus memperoleh sumber protein dari hewan buruannya. Binatang yang diburu adalah Babi Hutan / Sokha, Kancil / Laosi, Rusa / Boho. Kijang / Nago atau Laoyo, Tengiling / Sigolu, Kalong / Bogi dan lain-lain. Cara memburu adalah dengan cara menggiring binatang-binatang tersebut dengan bantuan Anjing / Asu ke Jala / Uo yang dibentangkan di suatu sudut tertutup daun-daunan kemudian dibunuh dengan Tombak / Toho. Alat berburu lainnya adalah Ranjau / Sukha dan Pelanting / Bolodi. Terkadang Binatang tersebut tidak dibunuh melainkan hanya ditangkap untuk dipelihara atau diternakkan. Religi di Daerah Nias Berkat Kegiatan para penyiar agama Kristen dari Rheinische Mission Gesellschaft / RMG, maka sebagian besar dari orang Nias kini beragama Kristen Protestan. Agama lain yang juga mempunyai umat disana adalah Islam, Khatolik, Budha dan Pelebegu. Rincian pemeluk setiap agama di Nias adalah sebagai berikut : - Islam 30.163 jiwa - Kristen Protestan 295.224 jiwa - Khatolik 24.485 jiwa - Budha 228 jiwa - Pelebegu 2.658 jiwa Penganut Islam sebagian besar adalah orang Nias keturunan Minangkabau, Aceh, dan Bugis. Sedangkan umat Budha adalah orang Nias keturunan Cina dan Cina Asing. Pelebegu adalah nama Agama asli diberikan oleh pendatang yang berarti Penyembuh Ruh. Nama yang dipergunakan oleh penganutnya sendiri adala Penyembah Adu / Molohe Adu. Sifat agama ini adalah bekisar pada penyembahan ruh leluhur. Untuk keperluan ini mereka membuat patung-patung kayu yang disebut Adu. Patung yang ditempati oleh Ruh leluhur disebut Adu Satua dan harus dirawat dengan baik. Teknologi di Daerah Nias Sebagai suatu masyarakat yang letaknya agak terpencil dari kehidupan Nasional daari negara Republik Indonesia, maka proses pembangunan sering terhambat. Orang Nias sudah mengenal sistem pendidikan sekolah sejak 1865, dengan didirikannya sekolah pertama oleh Denninger, seorang pendeta RMG yang pertama datang di Nias. Pendidikan sejak itu walaupun lambat tetapi dapat terus berkembang sehingga pada masa ini Nias sudah ada beberapa ratus SD, juaga berpuluh-puluh SMP, SMA, SGB, SGP, ST. dan akhirnya sebuah perguruan tinggi IKIP di Gunung Sitoli. Demikian juga kesehatan di daerah Nias, selain Poliklinik, disana juga ada rumah sakit modern yang diusahakan oleh RMG dan BNKP / Banua Niha Keriso Protestan, di kota Gunung Sitoli dan didesa Hilisimaetano. Pola Menetap di daerah Mentawai Keempat Pulau di Mentawai keseluruhannya ditumbuhi hutan rimba tropik dan banyak diantaranya masih bersifat rimba primer, yang belum pernah atau sudah sejak lama tak ditebang manusia. Pulau-pulau di Mentawai akan nampak dari atas seperti pulau tak berpenduduk, karena ditumbuhi hutan yang lebat. Disela-sela hutan lebat tersebut ada sungai-sungai yang mengalir dengan derasnya, desa-desa berpenghuni manusia biasanya ada di muara sungai-sungai tersebut. Dulu desa-desa tersebut disebut langgai, tetapi sekarang lebih lazim disebut kampung. Nama desa adalah hampir semuanya nama sungai yang merupakan tempat lokasinya. Desa Simatalu di Seberut misalnya terletak di sungai Simatalu, Desa Siboan di Sipora terletak di hilir sungai Siboan, dan Desa Matobe di Pagai Utara terletak di hilir sungai Matobe dan seterusnya. Penduduk rata-rata dari desa-desa Mentawai adalah diantaranya 150 sampai 200 orang, walaupun Pagai Utara dan Siberut kadang-kadang tampak adanya desa- desa yang lebih besar, ialah sampai lebih dari 500 orang. Kira-kira 50 tahunan yang lalu setiap desa terdiri dari tiga sampai lima wilayah yang disebut Perumaan yang berpusat kepada satu rumah panggung yang besar disebut Uma. Disekitar Uma ada rumah-rumah kecil yang di tinggali setiap keluarga baik yang sudah kawin resmi, rumah-rumah tersebut disebut Lalep. Sedangkan bagi yang belum kawin rumah-rumahnya disebut Rusuk Mata Pencaharian di Daerah Mentawai Salah stu mata pencaharian di daerah Mentawai adalah berkebun. Untuk hal ini laki-laki membuka lahan dengan car menebang pohon dan membersihkan tanah untuk ditanami. Pohon dan daun kering yang telah ditebang tadi dibakar dan abu hasil pembakaran digunakan untuk pupuk. Musim kemarau didaerah Mentawai tidak berlangsung lama sehingga butuh perhitungan yang matang dalam pengerjaannya. Setelah lahan siap ditanami, aktivitas menanam, menyiangi, panen dan sebagainya didominasi oleh kaum wanita. Mereka menanam tongkat tunggal tanpa digemburkan dulu tanahnya. Dan sistem pengairan mereka tergantung dari hujan. Tanaman pokok adalah Keladi / Colacasia esculenta L. dan Ubi Jalar / Dioscoren alata L. sedangkan tanaman lain adalah padi, pisang, pepaya, bumbu-bumbuan dan sayur-sayuran. selama proses pengerjaan tanaman yang dilakukan oleh kaum wanita, para laki-laki melakukan aktivitas berburu disungai dengan car meracuni ikan dengan racun alami. Hal itu sering dilakukan secara berkelompok dari tiga orang sampai satu Uma, selain untuk mengisi waktu para laki-laki juga mencari sumber kebutuhan protein untuk kelurganya selagi menunggu hasil panen tiba. setelah panen biasanya para laki-laki bertugas menjual hasil panen seperti pisang, sayur mayur dan umbi- umbian kepada pedagang Cina atau orang Padang yang membawa perahu menuju daerah Mentawai pada musi- musim tertentu. Religi di Daerah Mentawai Orang Mentawai ada yang beragama Islam, ada yang beragama Khatolik dan ada pula yang beragama Kristen. Menurut angka-angka dari Piamian Kristen Protestan Mentawai / PKPM, maka di Sipora dan Pagai 55% adalah Kristen, 34% adalah Khatolik dan 11 % adalah orang Muslim / Islam. Walaupun di Daerah Mentawai sebagian besar sudah tidak ada yang menganut Religi Pribumi, Para penyiar agama Kristen masih mempergunakan konsep-konsep Religi lama untuk menampung konsep Religi baru. Dalam Religi lama ada konsep Ketsat yang diartikan sebagai kesaktian dari roh nenek moyang. Dalam agama kristen Mentawai Ketsat dipakai untuk menyebut Roh Kudus. Memang Religi Mentawai lama mengenal banyak macam variasi dari konsep jiwa dan roh. Simagere adalah “Jiwa” yang menyebabkan orang hidup. Sabulungan adalah mahkluk halus yang melepaskan diri dari tubuh manusia yang meninggal dan pergi ke dunia roh atau hidup didalam bumi, dalam air, di udara, dalam pohon besar di hutan dan sebagainya. Kere adalah kekuatan sakti, Kina adalah roh yang tinggal dalam rumah dan melindungi rumah dan terutama melindungi Uma. Sanitu adalah roh-roh jahat, yang suka mengganggu orang dan membawa penyakit dan bencana. Banyak Sanitu yang mati konyol, Taikamanua adalah pimpinan dari negara roh, yang ada diseberang laut yang dibayangkan sebagai sebuah desa yang ada di Alam Baka. Teknologi di Daerah Mentawai Sebagai suatu masyarakat yang letaknya agak di luar arus besar kehidupan Nasional negara Republik Indonesia, maka masyarakat Mentawai itu sering terlupakan. Sungguhpun potensi sendiri untuk berkembang mungkin hanya terletak dalam hasil hutan dan kopra, namun usaha membangun suatu ekonomi berdasarkan hal itu hanya bisa dilakukan oleh orang Mentawai sendiri. Tenaga dari luar daerah terang akan ditentang, mengingat sifat orang Mentawai yang amat tidak suka orang dari luar menetap dan berakar di bumi Mentawai. dalam hal membangun, penduduk akan menghadapi dua masalah pendidikan dan prasarana. Jalan-jalan yang keras dan beraspal di Mentawai praktis belum ada. Suatu pelabuhan baru untuk kepulauan Mentawai mungkin tidak akan seimbang dengan volume produksi yang dapat dihasilkan oleh orang Mentawai, tetapi dalam hal ini mungkin dapat dipakai perahu-perahu lesung kecil dengan motor tempel yang kuat, sehingga dapat masuk kedalam muara-muara sungai dekat desa- desa yang menghasilkan hasil kebun, hutan dan kopra. Kalau SD hanya terbatas jumlahnya diseluruh kepulauan Mentawai, maka tak heran kalau SMP sampai tahun 1969 belum ada. Demikian juga bagi orang Mentawai yang ingin anaknya mendapatkan pendidikan lanjutan harus mengeluarkan biaya yang tidak sedikit untuk mengirim anaknya sekolah di Sumatra Barat. Hanya beberapa orang saja yang mampu melakukan itu, katanya dalam tahun 1968 hanya ada enam murid dari Pgai di SPG Tarutung, dan dua murid sekolah Pendeta di Siantar. Toh sudah ada Sarjana Hukum dari Mentawai ditahun yang sama juga. CONTOH RUMAH & PEMUKIMAN DI NIAS Perkampungan Tradisional: 1. Desa Hilinawalo Mazingo, Nias Selatan 2. Desa Bawomatoluwo, Nias Selatan 3. Desa Hilinawalo Mazingo, Nias Selatan Lahomi, Nias Barat Rumah Adat Nias Barat Rumah Adat Nias Barat Rumah Adat Nias Selatan Rumah Adat Nias Selatan Beberapa Pertanyaan dan kerjakan Kumpulkan : 09.30 ► 1. Berikan penjelasan kondisi masyarakat ► Nias dan Mentawai secara umum!. ► 2. Jelaskan apa yang saudara ketahui istilah ► istilah di bawah ini: ► a. Banua ► b. Virilokal ► c. Sabe’e ► d. Laza lanjutan
► e. Selewa ► f. Pelebegu ► g. Sabulungan ► h. Lalep ► i. Rusuk ► j. Uma ► 3. Sebutkan dan jelaskan satu hal yang dapat ► dikaitkan dengan Permasalahan sejarah!.