Anda di halaman 1dari 3

SISTEM SOSIAL TIMOR-ROTE

Pulau Rote merupakan pulau yang terletak di provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Ada
suku yang mendiami pulau tersebut yaitu Suku Rote. Sebagian dari suku Rote juga ada yang
mendiami Pulau Timor dan pulau-pulau di sekitar Pulau Rote seperti Pulau Pulau Ndao, Pulau
Nuse, Pulau Pamana, Pulau Doo, Pulau Heliana, Pulau Landu, Pulau Manuk, dan pulau-pulau
kecil lainnya. Ada juga ahli yang berpendapat bahwa orang Rote sebelumnya bermigrasi dari
Pulau Seram di Maluku.

Sebagian besar masyarakat Rote bermata pencaharian berladang, beternak, menangkap ikan,
menyadap nira, dan kerajinan lontar. Tanah yang memiliki pengairan dibuat menjadi sawah atau
sawah tadah hujan. Hasil pertanian utama adalah padi ladang, jagung, dan ubi kayu, sedangkan
hewan ternak utama adalah kerbau, sapi, kuda, dan ayam. Wanita Suku Rote mengerjakan
kerajinan menenun kain tradisional, anyaman pandan, dll.

Sebagian besar penduduk yang mendiami pulau/kabupaten Rote Ndao menurut tradisi tertua
adalah suku-suku kecil Rote Nes, Bara Nes, Keo Nes, Pilo Nes, dan Fole Nes. Suku-suku
tersebut mendiami wilayah kesatuan adat yang disebut Nusak.

Kehidupan Suku Rote

Strata sosial terdapat pada setiap leo (keluarga). Lapisan paling atas yaitu mane leo (leo mane).
Yang menjadi pemimpin suatu klein didampingi leo fetor (wakil raja) yang merupakan jabatan
kehormatan untuk keluarga istri mane leo. Fungsi mane leo untuk urusan yang sifatnya spiritual,
sedangkan fetor untuk urusan duniawi.

Filosofi kehidupan orang Rote yakni “mao tua do lefe bafi” yang artinya kehidupan dapat
bersumber cukup dari mengiris tuak dan memelihara babi. Dan memang secara tradisonal orang-
orang Rote memulai perkampungan melalui pengelompokan keluarga dari pekerjaan mengiris
tuak.

Kekerabatan dalam Suku Rote

Keluarga-keluarga inti orang Rote mendiami sebuah rumah, biasanya didirikan sekitar rumah
pihak laki-laki. Secara kekerabatan mereka tergabung ke dalam klen-klen yang disebut leo.
Setiap leo patrilineal ini dipimpin oleh seorang laki-laki senior yang disebut manek atau mane
leo. Kesatuan tempat tinggal atau kampung yang mereka sebut nggolok terletak didataran yang
cukup subur dan dekat dengan sumber air minum. Setiap kampung dipimpin oleh seorang kepala
yang mereka sebut temukung, ia dibantu oleh beberapa orang tokoh yang disebut manaholo,
manek dan fetor.

Budaya Tu’u Belis

Tu’u Belis merupakan suatu budaya gotong royong  atau sistem kerja sama antar anggota
masyarakat dalam acara pengumpulan dana untuk proses perkawinan yang ada di pulau Rote.
Budaya Tu’u Belis bermanfaat bagi masyarakat Rote untuk saling membantu dalam
meringankan biaya dalam urusan perkawinan bagi anggota masyarakat dan menjadi cara untuk
mempererat jalinan hubungan persaudaraan.

Konsekuensi pengumpulan keluarga yang menjadi bagian dari Tu’u Belis tidak hanya berlaku
pada saat akan melaksanakan acara perkawinan, bahkan ketika ada keluarga yang meninggal
dunia. Pada saat pesta kematian pihak keluarga berkomitmen memberikan bantuan ekonomi
untuk menyelesaikan adat kematian. Selain itu, bantuan keluarga dan kerabat juga merupakan
hutang yang harus dibayar pihak yang berduka.

Makna tradisi Tu’u Belis dalam adat perkawinan masyarakat Rote yakni sebagai suatu bentuk
solidaritas antara keluarga, kerabat dan masyarakat. Dengan kegiatan tu’u belis (kumpul
keluarga) maka secara tidak langsung dapat menyatukan dan memperat hubungan antara
keluarga, meringankan beban laki-laki dalam menyelesaikan biaya belis. Nama keluarga dan
besarnya uang yang diberikan akan disimpan rapih untuk pengembalian, mengembalikan wajib
hukumnya kalau tidak, yang bersangkutan akan dipermalukan dengan pengumuman saat pesta
atau mempelai langsung menanggung utang secara adat.

Anda mungkin juga menyukai