Anda di halaman 1dari 10

Informasi

Helong merupakan komunitas yang berada disebuah pulau kecil yang bernama Semau,Pulau ini
memiliki panjang sekitar 45 km dan lebar 5-6 km. Namun dalam perkembangannya masyarakat
Helong mulai bertumbuh dan berkembang di daerah di Kota Kupang dan Kabupaten Kupang.
Pulau Semau ini hanya berjarak 15-20 menit dengan perahu motor dari kota Kupang.

Budaya Helong secara umum memang identik dengan budaya Rote, namun demikian dalam
perkembangan budaya Helong mulai menampakkan ciri yang sedikit berbeda. Baik dalam tata
cara berpakaian maupun praktek kebudayaan. Di pulau Semau ini Bahasa pergaulan yang dipakai
adalah bahasa Helong, pada beberapa terdapat dialek yang berbeda dimana melalui hal ini orang
dapat membedakan asal pengguna bahasa tersebut (berasal Semau Selatan atau Utara dan
sebagainya).

Hopong sebuah tarian Helong

Hopong adalah sebuah upacara tradisional masyarakat Helong yang mengijinkan para petani
untuk menuai atau panen di ladang pertanian. Upacara Hopong adalah suatu aktivitas yang
dilakukan oleh para petani dalam bentuk doa bersama sebagai ungkapan rasa syukur dan terima
kasih kepada Tuhan dan nenek moyang.

Upacara Hopong dilakukan pada masa panen disuatu rumah yang ditentukan bersama dan
dihadiri oleh tua-tua adat serta lapisan masyarakat. Tarian ini juga menggambarkan kehidupan
bersama nilai religius, gotong royong. Musik pengiring gendang, tambur, gong

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Semau adalah Pulau yang termasuk dalam wilayah Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur,
Indonesia.

Tahun 2006 Kecamatan Semau dimekarkan sehingga terdapat 2 kecamatan yaitu Kecamatan
Semau (atau yang lebih dikenal sebagai Semau Utara) dan Kecamatan Semau Selatan.

Kecamatan Semau/Semau Utara terdiri dari 8 desa yaitu:[2]

1. Desa Batuinan -> ket. hak wilayat: milik marga Slenasabu dan Balsomang

2. Desa Bokonusan -> ket. hak wilayat: milik marga Tausbele

3. Desa Hansisi -> ket. hak wilayat: milik marga Edon, Koen, dan lain-lain

4. Desa Huilelot -> ket. hak wilayat: milik marga Hollbala

5. Desa Letbaun -> ket. hak wilayat: tidak diketahui

6. Desa Otan -> ket. hak wilayat: milik marga Slenasabu dan Balsomang
7. Desa Uiasa -> ket. hak wilayat: milik marga Mhukeok

8. Desa Uitao -> ket. hak wilayat: milik marga Hollbala

Kecamatan Semau Selatan terdiri dari 6 desa yaitu Desa Onansila, Desa Uitiuhana (Oetefu
Kecil), Desa Akle, Desa Uitiuhtuan (Oetefu Besar), Desa Naikean dan Desa Uiboa.

Pulau Semau adalah sebuah pulau kecil yang terletak di bagian barat pulau Timor. Pulau ini
terdiri atas dua pemerintahan kecamatan, yaitu kecamatan Semau (Utara) dan Kecamatan Semau
Selatan. Pulau Semau termasuk pemerintahan Kabupaten Kupang.

Nusa Bungtilu adalah nama asli Pulau Semau. Nusa Bungtilu memiliki arti sebagai Pulau Bunga
Tiga Warna. Bunga di sini bukan bunga yang biasanya kita kenal, tetapi kapas yang dipakai
untuk menenun kain adat. Adapun kain adat yang dipakai di sini adalah kain yang dipakai untuk
adat tertentu. Ketiga warna tersebut adalah warna hitam, putih dan merah.

Nusa Bungtilu bisa juga disebut sebagi cikal bakal terbentuknya tenun adat dari beberapa suku di
Nusa Tenggara Timur, di mana tiga warna yang dimaksud adalah tiga warna kain adat dari suku
Helong (penduduk asli), kemudian untuk Suku Timor, dan Suku Rote. Untuk Suku Helong warna
dominan kain adatnya adalah warna putih (di antara warna merah), untuk Suku Timor warna
dominan kain adatnya adalah warna merah, sedangkan untuk kain adat Rote warna dominan kain
adatnya adalah hitam.

Nusa Bungtilu bisa dibilang menampung beberapa suku. tetapi sebenarnya suku asli Pulau
Semau atau Nusa bungtilu adalah Suku Helong. Sedangkan suku yang lain yang banyak juga di
Pulau Semau adalah Suku Rote.

Pulau Semau memiliki banyak sekali potensi, yang sebenarnya belum dapat diperhatikan oleh
oleh pemerintah setempat. tetapi walaupun demikian kalau diperhatikan dari dekat maka potensi
yang dimiliki di Pulau Semau adalah kekayaan budaya karena terdiri atas beragam suku.
Sedangkan untuk potensi yang lainnya adalah pertanian, peternakan dan kelautan.

Pertanian disini adalah pertanian holtikultura dan sebagainya, yang bisa dibilang adalah ciri khas
pulau ini sendiri. Sejak dahulu pertanian Pulau ini dapat menghasilkan semangka, yang lebih
akrab dikenal dengan buah poteka, walaupun produksinya pada musim hujan saja, tetapi hal ini
merupakan bagian dari pencitraan pulau ini yang selama ini di juluki sebagai pulau yang penuh
dengan magic (kekuatan gelap). Selain itu Pulau ini merupakan penghasil tomat (paling dominan
di desa Otan (utara)), bawang merah (paling dominan di desa Uitiuhuan dan Naikean (selatan)),
kacang tanah (paling dominan di desa Otan (utara)), kacang hijau, jagung (paling dominan di
desa Otan (utara)), dan sayur-sayuran (paling dominan di desa Otan (utara)) yang dapat
dipasarkan ke Kota Kupang.

Peternakan yang paling dominan di Pulau ini adalah sapi, kambing, babi dan ayam kampung,
yang dapat dipasarkan juga ke Kota Kupang.
Kelautan Pulau Semau bisa dibilang menghasilkan beragam hasil laut. Sejak dahulu telah
menghasilkan cumi, ikan, teripang, dan rumput laut.

https://www.google.com/search?
q=budaya+pulau+semau+NTT&tbm=isch&tbo=u&source=univ&sa=X&ved=0ahU
KEwjJnNO6u83SAhVLJ5QKHX-
EA2kQsAQILA&biw=1366&bih=667#imgrc=ikUHeUVmqm1jNM

gambar salah satu rumah adat di Pulau semau (Nusa Bungtilu)


Salah satu buku mengenai budaya Helong.
Kerang2 di dekat pantai oetebu

HELONG merupakan komunitas yang berada di sebuah pulau kecil bernama Semau.
Pulau ini memiliki panjang sekitar 45 kilometer (km) dan lebar 5-6 km. Namun
dalam perkembangannya, masyarakat Helong mulai bertumbuh dan berkembang di
daerah di Kota Kupang dan Kabupaten Kupang. Pulau Semau ini hanya berjarak 15-
20 menit dengan perahu motor dari Kota Kupang.
Budaya Helong secara umum memang identik dengan budaya Rote, namun
demikian dalam perkembangannya budaya Helong mulai menampakkan ciri yang
sedikit berbeda. Baik dalam tata cara berpakaian maupun praktek kebudayaan.
Di Pulau Semau ini, bahasa pergaulan yang dipakai adalah bahasa Helong. Pada
beberapa terdapat dialeknya berbeda, dimana melalui hal ini orang dapat
membedakan asal pengguna bahasa tersebut (berasal Semau Selatan atau Utara
dan sebagainya).
Hopong, tarian Helong
Hopong adalah sebuah upacara tradisional masyarakat Helong yang mengizinkan
para petani untuk menuai atau panen di ladang pertanian. Upacara Hopong adalah
suatu aktivitas yang dilakukan oleh para petani dalam bentuk doa bersama sebagai
ungkapan rasa syukur dan terima kasih kepada Tuhan dan nenek moyang.
Upacara Hopong dilakukan pada masa panen di suatu rumah yang ditentukan
bersama dan dihadiri oleh tua-tua adat serta lapisan masyarakat. Tarian ini juga
menggambarkan kehidupan bersama nilai religius, gotong royong.
Musik pengiring gendang, tambur, gong. (kpde kabupaten kupang)

KETERIKATAN PULAU AMBON DAN SUKU HELONG DI


PULAU SEMAU
November 15, 2013TravelPacker

Helong atau Halong sebuah suku yang mendiami pulau Semau atau pulau Timau. Suku Helong
berasal dari Pulau Ambon. Helong sebenarnya berasal dari kata Halong, yang oleh orang yang
tinggal disana susah untuk menyebutkan kata Halong dan lebih senang menyebutkannya menjadi
Helong. Helong atau Halong adalah sebuah pulau di Ambon (Maluku) tempat dimana Suku
Helong Berasal.

Pada tahun 1512 Portugis datang di Maluku untuk berdagang yang menyebabkan terjadinya
peperangan antara Ternate dan Tidore. Ternate di Bantu Oleh Portugis dan Tidore di Bantu Oleh
Spanyol, yang menyebabkan orang Helong lari meninggalkan tempat kediaman mereka yang
bernama Halong untuk menyelamatkan diri. Dengan menggunakan Rakit yang terbuat dari
Batang pisang suku halong/helong menyebrang ke Pulau Timor dan mereka tiba di sebuah
tanjung di Lospalos, yang kemudia Suku Helong / Halong menyebut tanjung itu sebagai Tanjung
Helong, namun karena disesuaikan dengan ejaan orang belu maka tanjung itu pun berganti
menjadi hero disesuaikan dengan ejaan yang mereka gunakan. Lalu mereka berjalan Menuju
Dili, Dili dalam bahasa Helong Artinya Berdiri. Dari Dili Orang Helong / Halong melakukan
perjalanan menuju Atapupu, Atapupu sendiri dalam bahasa Helong berarti Ata : Budak, Pupu :
Kain yang artinya Budak yang mengenakan Kain. Dari Atapupu suku Helong / Halong
melakukan perjalanan menuju Atambua dimana atambua sendiri juga berasal dari bahasa Helong
yang artinya Budak Budak berkumpul. Mereka berkumpul dan beristirahat sejenak setelah itu
mereka melanjutkan perjalanan menuju Gunung Timau, di Kabupaten Kupang. Orang Helong /
Halong hidup dengan damai dan aman diatas Gunung Timau, lalu oleh orang Halong / Helong
Menyebut Gunung Timau adalah Gunung Penyelamat Untuk mereka. Dalam setiap upacara adat
orang Helong / Halong maka Gunung Timau selalu disebut sampai dengan hari ini. Dari gunung
Timau orang Helong / Halong menuju ke pulau semau yang sebenarnya namanya adalah Timau
sesuai dengan nama gunung yang menjadi penyelamat orang orang Helong / Halong.

Orang Helong hadir di pulau Ambon waktu itu karena perang Salib yang terjadi di Turki pada
abad ke Xitahun 1905 yang di angkat oleh Paul Urbanus II dari Roma mengatakan akan Merebut
Kota Yerusalem, dari kekuasaan orang orang Islam, yang akhirnya timbul perang yang disebut
sebagai perang Salib. Menurut sejarah Helong, Perang Salib memiliki kaitan Erat dengan orang
orang Helong / Halong karena ternyata perang salib ini di Akhiri di Nusa Bungtilu (nama Lain
dari pulau semau) desa Huilelot yang diangkat oleh dua suku pendahulu ini yaitu Tausbelee dan
Putislulut. Tausbelee dalam bahasa Helong artinya Siap memberi, pantang Menerima imbalan.
Sedangkan Putislulut artinya Keluar dengan telanjang, tidak punya apa apa.

Tausbelee adalah pengikut Koen Roat dari daerah Hitu atau Ambon sehingga nenek Moyang
dari Tausbelee yang pertama adalah Ampo Hituu karena ia berasalah dari daerah Hitu, yang
tempat mengungsinya diatas batu Upuu Nusa Tungtilu desa Uiboa. Sedangkan Putislulut tempat
mengungsinya di tanjung Kurung atau Iung Nhoden) desa Uiasa. Yang pertama kali menemukan
bungtilu adalah Putislulut. Dalam bahasa Helong Bungtilu artinya satu pohon Kapan yang
kembangnya memiliki 3 Warna. Nah kedua marga ini (Tausbelee dan Putislulut) berperang
untuk merebut Nusa Bungtilu. Dalam peperangan itu Putislulut menang berkat bantuan Marga
Holbala dan Pengikut pengikutnya yang turun dari atas gunung Timau. Padahal Putislulut yang
sebenarnya Bugis Binongko (yang namanya La Hendang), sedangkan Taubelee adalah
masyarakat dari daerah Hitu, sehingga iya diberi nama Ampohituu yang di pimpin oleh Koen
Road atau Koen Hat yang beragama kristen Katolik.

Peperangan Taubelee dan Putislulut dapat di damaikan oleh tiga orang pahlawan dari pulau Rote
(Rote Timur) yaitu Feotalo, Hea Mengga dan Kila Edon). Setelag tiga pahlawan ini tiba di
Bungtilu barulah Hea Mengga yang pergi kawal Tausbelee dari atas batu Upuu untuk turun dan
mendamaikan dengan Putislulut dengan sumpah yang digambarkan pada selimut orang Helong.
Gambaran tersebut berbentuk lingkaran dan Kumbang Kecil kecil dalam lingkaran itu adalah
gambar benteng pertahanan Tausbelee diatas batu Upuu, sedangkan kembang yang di bagian
ujung sebelah menyeblah adalah gambar alat pemintal benang, dan putih yang di tengahnya
adalah sumpah supaya tidak boleh berperang merebut tanah lagi karena pada tahun 1847 semua
suku suku yang mengikuti putislulut dan tausbelee sudah mendapat pembagian tanah yang di
bantu oleh tiga pahlawan dari pulau Rote. Dalam peperangan tersebut Putislulut yang memang
maka ia berhak membagi tanah kepada pengikut -pengikutnya, yaitu pengikut tausbelee
mendapat bagian dari sebelah barat dari Kali mati yang letaknya di desa Uitao kecamatan semau,
sedangkan marga Putislulut dan pengikut -pengikutnya mendapat bagian dari kali mati ke
sebelah timur.
Pakaian Adat Suku Helong Helong adalah suku mayoritas yang mendiami pulau Timau atau
pulau Semau. Dari asal usulnya, suku ini disebut berasal dari pulau Halong di Maluku. Suku ini
memiliki pakaian adat NTT khas yang bernama pakaian adat Helong. Untuk pria pakaian adat ini
berupa selimut besar yang diikat di pinggang sebagai bawahan, baju bodo (kemeja), destar
sebagai pengikat kepala, dan habas atau perhiasan leher. Sementara untuk perempuannya,
mereka menggunakan kebaya -kadang berupa kemben saja, sarung yang diikat dengan ikat
pinggang emas (pending), perhiasan kepala bula molik (bulan sabit), giwang (karabu), dan
hiasan leher yang juga berbentuk bulan. Pakaian Adat NTT Suku Helong

Sumber: http://adat-tradisional.blogspot.com/2016/07/pakaian-adat-ntt-nusa-tenggara-timur.html
Disalin dari Blog Adat Tradisional.
Suku Helong
Helong atau Halong sebuah suku yang mendiami pulau Semau atau pulau
Timau. Suku Helong berasal dari Pulau Ambon. Helong sebenarnya berasal
dari kata Halong, yang oleh orang yang tinggal disana susah untuk
menyebutkan kata Halong dan lebih senang menyebutkannya menjadi
Helong. Helong atau Halong adalah sebuah pulau di Ambon (Maluku) tempat
dimana Suku Helong berasal.
Pakaian Adat Pria Helong

Selimut Helong besar diikat pada pinggang ditambah dengan selimut


kecil

Kemeja pria (baju bodo)

Destar pengikat kepala

Muti leher atau habas

Pakaian Adat Wanita Helong

Sarung diikat pada pinggang ditutup dengan selendang penutup

Pending/ikat pinggang emas

Kebaya Wanita

Muti salak/muti leher dengan mainan berbentuk bulan


Perhiasan kepala bulan sabit/bula molik

Giwang (karabu)

Kampong tak pala


Helong adalah suku mayoritas yang mendiami pulau Timau atau pulau Semau. Dari asal usulnya,
suku ini disebut berasal dari pulau Halong di Maluku. Suku ini memiliki pakaian adat NTT khas
yang bernama pakaian adat Helong. Untuk pria pakaian adat ini berupa selimut besar yang diikat
di pinggang sebagai bawahan, baju bodo (kemeja), destar sebagai pengikat kepala, dan habas
atau perhiasan leher. Sementara untuk perempuannya, mereka menggunakan kebaya -kadang
berupa kemben saja, sarung yang diikat dengan ikat pinggang emas (pending), perhiasan kepala
bula molik (bulan sabit), giwang (karabu), dan hiasan leher yang juga berbentuk bulan

Sumber: http://adat-tradisional.blogspot.com/2016/07/pakaian-adat-ntt-nusa-tenggara-timur.html
Disalin dari Blog Adat Tradisional.

Anda mungkin juga menyukai