Anda di halaman 1dari 38

Kebudayaan Indonesia

1. Menunjukkan suku-suku pedalaman yang mendiami wilayah nusa tenggara, jawa, dan
Kalimantan.
 Nusa tenggara Barat
 Suku Bayan

Suku Bayan merupakan suku masyarakat yang berada di Kabupaten Lombok Utara.
Daerah wisata suku Bayan paling terkenal ialah Air Terjun Gile (Batu Ko' atau Batu Kerbau).
Menurut cerita rakyat setempat, dulu Sendang Gile adalah tempat bidadari mandi jika sedang
turun ke bumi. Pada zaman dahulu Bayan dipimpin oleh seorang Raja atau disebut Datu Bayan
yang bergelar Susuhunan Ratu Mas Bayan Agung, silsilah menyebutkan bahwa Raja Bayan
bersaudara dengan tidak kurang dari 18 orang dari hasil perkawinannya dengan beberapa istri
dan selir, saudara-saudara Raja Bayan kemudian menyebar dan beranak pinak ke seluruh
pulau Lombok. Sejarah mencatat dari hasil perkawinan Raja Bayan dengan istri pertamanya
mempunyai dua orang putra bergelar Pangeran Mas mutering jagad dan Pangeran Mas
mutering langit kedua pangeran inilah yang kemudian meneruskan memerintah dan berkuasa di
Bayan.

 Suku Dompu

Suku ini berdiam di pulau Sumbawa, Propinsi Nusa Tenggara Barat dalam wilayah
kabupaten Dompu dan tersebar dalam 4 kecamatan: Huu, Dompu, Kempo, dan Kilo. Kabupaten
Dompu merupakan daerah berbukit-bukit dan daerah vulkanik. Suku Dompu hidup
berdampingan dengan orang Donggo, Bima, Sasak, Melayu, Bugis, China, Arab, Bali, dan
Timor. Bahasa mereka disebut Nggahi Mbojo. Mereka hidup dari pertanian, perkebunan,
perikanan, beternak, berdagang, dan pegawai.

 Suku Donggo

Suku Donggo (Dou Donggo) merupakan suku yang mendiami kecamatan Donggo
kabupaten Bima provinsi Nusa Tenggara Barat. Populasi suku Donggo diperkirakan lebih dari
20.000 orang. Istilah "donggo" atau lengkapnya "dou donggo" berarti "orang gunung". Suku
Donggo sendiri terbagi dari 2 kelompok, yang dibedakan berdasarkan daerahnya, yaitu Donggo
Ipa dan Donggo Ela. Daerah Donggo Ipa terletak di sebelah timur teluk Bima, sedangkan suku
Donggo Ela terletak di sebelah barat teluk Bima. Perkampungan suku Donggo berada di pinggir
jalan atau sungai. Suku Donggo ini merupakan penduduk pertama yang menghuni daerah
Bima. Menurut peneliti bahwa suku Donggo ini memiliki bahasa dan adat istiadat yang berbeda
dengan suku Bima (Dou Mbojo). Suku Donggo memiliki kesamaan dengan masyarakat daerah
di Lombok bagian utara.

 Suku Bima

Orang Bima berdiam di Kabupaten Bima yang terletak di Pulau Sumbawa, sebagian lagi
berdiam di Kabupaten Dompu dan di Pulau Sangiang, di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Jumlah
populasinya sekitar 400.000 jiwa. Bahasa Bima terdiri atas beberapa dialek, yaitu Bima, Bima
Donggo, dan Sangiang. Dalam kehidupan sehari-hari digunakan bahasa halus dan kasar.Mata
Pencaharian utama masyarakat Bima adalah bercocok tanam di sawah dan perladangan
berpindah (ngoho). Sebagian lagi hidup dari meramu hasil hutan (ngupalade'de) dan
menangkap ikan.
 Suku Sasak

Orang Sasak mendiami Pulau Lombok di deretan pulau-pulau Nusa Tenggara (Sunda
Kecil). Jumlah populasinya sekitar 1,8 juta jiwa. Bahasa Sasak terdiri atas beberapa dialek,
yaitu dialek Sasak Pejanggi, Sasak Selaparang, Sasak Bayan, Sasak Tanjong, Sasak Pujut,
Sasak Sembalun, Sasak Tebango, dan Sasak Pengantap. Bahasa Sasak juga mengenal
tingkatan bahasa, yaitu halus dalem, halus biasa, dan kasar (bahasa pasar).

 Suku Sumbawa

Orang Sumbawa atau Semawa mendiami Kabupaten Sumbawa di Pulau Sumbawa,


Provinsi Nusa Tenggara Barat. Jumlah populasinya sekitar 190.000 jiwa. Mereka menggunakan
bahasa Semawa yang terdiri atas beberapa dialek, yaitu dialek Semawa, Semawa Taliwang,
Semawa Baturotok atau Batulante, Ropang Suri, Selesek, Lebah, Dodo, Jeluar, Tanganam,
Geranta dan Jeruweh. Dalam kehidupan sehari-hari dikenal bentuk bahasa halus dan bahasa
kasar.

 Nusa Tenggara Timur


 Suku Alor

Suku bangsa Alor mendiami daratan pulau Alor, Pantar dan pulau-pulau kecil di antaranya.
Daerah mereka sekarang termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Alor, Provinsi Nusa Tenggara
Timur. Nama Alor mungkin diberikan oleh orang luar untuk menyebut seluruh kelompok
masyarakat yang berdiam di daerah tersebut. Mereka sendiri terdiri atas sejumlah sub-suku
bangsa, antara lain Abui, Alor, Belagar, Deing, Kabola, Kawel, Kelong, Kemang, Kramang, Kui,
Lemma, Maneta, Mauta, Seboda, Wersin, dan Wuwuli. Pada masa lampau sub-sub suku
bangsa tersebut masing-masing hidup terasing di daerah perbukitan dan pegunungan, terutama
untuk menghindari peperangan dan tekanan dari dunia luar.

 Suku Atoni

Suku bangsa Atoni berdiam di pedalaman Pulau Timor bagian barat yang sebagian besar
berupa tanah kering dan berbukit-bukit gundul, seperti di kefettoran Amarasi, Fatu Leu, Amfoan,
Mollo, Amanuban, Amanatun, Miomafo, Insana dan Beboki. Jumlah populasinya sekitar
300.000 jiwa. Orang Atoni mempunyai bermacam-macam sebutan. Orang Tetun menyebut
mereka orang Dawan, Orang Bunak menyebut mereka Rawan, penduduk di kota Kupang
menyebut mereka Orang Gunung.

 Suku Bajawa

Bajawa berarti India belakang. Nenek moyang penduduk Bajawa berasal dari India
belakang yang masuk ke pulau Jawa, kemudian mereka melanjutkan perjalanan melalui
samudera menuju ke Flores dengan mengendarai sampan yang mereka anggap mirip seperti
piring. Oleh sebab itu nama kota tempat tinggalnya di Flores disebut dengan Bhajawa, yang
berarti piring dari Jawa. Pendaratan pertama mereka di Flores yaitu di daerah Aimere,
kemudian mereka melanjutkan perjalanan darat hingga sampai ke Bajawa. Para pendatang
tersebut membawa budaya dari Hindia belakang yang kemudian mereka padukan dengan
budaya asli, yaitu Ngadhu dan Bhaga.

 Suku Boti
Suku Boti merupakan salah satu suku tertua di Provinsi NTT. Keberadaannya yang nyaris
tak terdengar memang sempurna dengan lokasi mereka bermukim jauh dari kehidupan kota
dan jalanan yang seadanya untuk dilalui kendaraan bermotor. Dari Kupang, Ibukota Provinsi
NTT, terlebih dahulu kita akan memasuki Kota So’e yang merupakan Ibukota dari Kabupaten
Timor Tengah Selatan. Kota kecil yang sejuk, penghasil buah jeruk. Pada saat musim jeruk, kita
dapat membeli buah tersebut langsung dari pohon. Jangan heran kalau dengan uang sebanyak
lima ribu rupiah kita sudah bisa dipersilahkan memakan jeruk sepuasnya dari pohon.

 Suku Deing

Suku Deing adalah suatu kelompok masyarkat yang mendiami daerah Lebang Beengada,
Mariabang, Nadar dan Bagang, yang berada di kabupaten Alor provinsi Nusa Tenggara Timur.
Suku Deing, adalah salah satu dari puluhan suku-suku kecil yang berada di kabupaten Alor.
Populasi suku Deing termasuk kecil, tapi mereka eksis sebagai suatu kelompok masyarakat
yang memiliki adat-istiadat, budaya dan bahasa sendiri. Suku Deing berbicara dalam bahasa
Deing, yang merupakan suatu bahasa cabang bahasa Austronesia.

 Suku Ende

Suku Ende merupakan satu dari dua suku yang menjadi mayoritas di kabupaten Ende di
pulau Flores provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Suku Ende di kabupaten Ende hidup
bersama dengan suku Lio yang juga mendiami daerah ini. Suku Lio sebagai suku tetangga
suku Ende pada umumnya hidup di daerah pegunungan. Sedangkan suku Ende bermukim di
daerah pesisir di sekitar bagian selatan kabupaten Ende.

 Suku Flores

Suku bangsa Flores merupakan percampuran etnis antara Melayu, Melanesia, dan
Portugis. Dikarenakan lokasi yang berdekatan dengan Timor, yang pernah menjadi Koloni
Portugis, maka interaksi dengan kebudayaan Portugis pernah terjadi dalam kebudayaan Flores,
baik melalui Genetik, Agama dan budaya.

 Suku Kedang

Suku bangsa ini mendiami desa-desa dalam daerah Omesuri dan Buyasuri di Flores Timur,
Provinsi Nusa Tenggara Timur. Kedua daerah tersebut berada di daratan Pulau Lomblem atau
Lembata yang sebagian besar berupa padang rumput berbukit-bukit. Jumlah populasi suku
bangsa berbahasa Kedang ini diperkirakan sekitar 12.000 jiwa.

 Suku Kemak

Masyarakat ini hidup dari pertanian di ladang dan sawah, beternak kerbau, kuda, sapi, babi
dan kambing. Kaum wanita mereka juga suka menenun kain (tais) Timor yang cukup terkenal
itu. Jumlah populasi suku Kemak sekitar 50.000 jiwa. Dalam berhubungan dengan suku bangsa
lain di wilayah Timor Leste mereka menggunakan bahasa Tetun.

 Suku Kemang

Suku Kemang merupakan salah satu suku kecil dari sekian banyak suku-suku di kabupaten
Alor. Suku Kemang memiliki populasi yang kecil, namun mereka memiliki adat-istiadat, budaya
dan bahasa sendiri, yaitu bahasa Kemang. Masyarakat suku Kemang dalam bertahan hidup
pada bidang pertanian. Mereka memiliki ladang atau kebun yang ditanami beberapa jenis
tanaman untuk kebutuhan hidup mereka sehari-hari, seperti jagung, kacang-kacangan, umbi-
umbian, pisang dan kelapa.

 Suku Lamaholot

Suku Lamaholot adalah salah satu komunitas masyarakat yang terdapat di kabupaten
Flores Timur, Tanjung Bunga, Adonara, Solor dan Lembata, yang semuanya berada di provinsi
Nusa Tenggara Timur. Masyarakat suku Lamaholot berbicara dalam bahasa Lamaholot.
Bahasa Lamaholot memiliki banyak varian bahasa, yang disebut sebagai bahasa Lamaholot
dengan dialek-dialeknya.Menurut penuturan masyarakat Lamaholot, bahwa pada awalnya
bahasa mereka hanya satu bahasa, yaitu bahasa Lamaholot, dengan terjadinya percampuran
penduduk dari suku-suku lain mempengaruhi penggunaan bahasa dalam kehidupan sehari-hari.

 Suku Manggarai

Suku bangsa Manggarai mendiami Kabupaten Manggarai yang terletak di Pulau Flores,
Provinsi Nusa Tenggara Timur. Jumlah populasinya sekitar 350.000 jiwa. Bahasa Manggarai
nampaknya terdiri atas beberapa dialek, seperti dialek Pae, Mabai, Rejong, Mbaen, Pota,
Manggarai Tengah, Manggarai Timur, dan Manggarai Barat. Empat dialek terdepan mungkin
merupakan bahasa dari kelompok suku bangsa tersendiri yang tunduk kepada orang Manggarai
di zaman dulu.

 Suku Ngada

Orang Ngada sebenarnya terdiri atas beberapa sub-suku bangsa yaitu Ngada, Maung,
Riung, Rongga, Nage Keo, Bajawa dan Palue. Sub-sub suku bangsa itu umumnya ditandai oleh
perbedaan dialek-dialek yang mereka pakai. Sungguhpun begitu ciri-ciri kebudayaan mereka
memperlihatkan kesamaan. Masyarakat Suku Ngada berdiam di Pulau Flores, tepatnya di
wilayah Kabupaten Ngada, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Populasinya diperkirakan sekitar
155.000 jiwa. Mata pencaharian hidup mereka umumnya adalah berladang, sebagian di sawah,
ada pula yang beternak sapi, kerbau, dan kuda.

 Suku Rote

Suku Rote atau Orang Rote berdiam di Pulau Roti, Ndao dan sebagian pantai barat Pulau
Timor, di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Daerah mereka termasuk dalam wilayah Kabupaten
Kupang. ada anggapan para ahli bahwa penduduk di pulau-pulau itu sebenarnya berasal dari
Pulau Seram di Maluku Tengah. Jumlah populasinya sekitar 88.000 jiwa.

 Suku Sika

Sika adalah sebuah suku bangsa Indonesia yang menetap di wilayah tengah timur Flores
antara Sungai Bloh dan Sungai Napung. Bahasa Sika, bagian dari rumpun bahasa Timor-
Ambon, dipertuturkan oleh suku Sika.

2. Lagu daerah di jawa dan Kalimantan


 Jawa tengah
1. Suwe Ora Jamu
Suwe Ora Jamu merupakan lagu daerah Jawa yang diciptakan oleh seorang komposer
karawitan, R.C. Hardjosubroto. Lagu ini begitu populer khususnya di kalangan masyarakat
Jawa Tengah dan Yogyakarta, apalagi setelah dinyanyikan oleh Waldjinah.

Berikut lirik asli lagu tersebut yang menggunakan bahasa Jawa Ngoko.

Suwe ora jamu

Jamu godhong telo

Suwe ora ketemu

Ketemu pisan gawe gelo

Terjemahan:

Lama tak minum jamu

Jamu daun ketela

lama tidak bertemu

Sekalinya bertemu membuat kecewa

Saking terkenalnya lagu ini, Suwe Ora Jamu dijadikan nama sebuah kafe dan bar di daerah
Jalan Petogogan, Jakarta Selatan.

Selain itu, seorang koreografer terkenal dari Papua, Jecko Siompo, pernah me-remix lagu Suwe
Ora Jamu dengan Ampar-Ampar Pisang yang dibawakan dalam nada rap dan jazz dalam
sebuah pertunjukan di Goethe-Institut, Jakarta Pusat tahun 2011.

2. Gundul-Gundul Pacul

Siapa yang tak kenal dengan lagu Gundul-Gundul Pacul? Lagu anak-anak ini sangat
terkenal di kalangan masyarakat Jawa. Terdapat dua sumber mengenai siapa yang sebenarnya
menciptakan lagu ini, antara Sunan Kalijaga di abad 15 atau R.C. Haardjosubroto.

Gundul-gundul pacul-cul gembelengan

Nyunggi-nyunggi wakul-kul gembelengan

Wakul ngglimpang segane dadi dak ratan

Wakul ngglimpang segane dadi sak ratan

Meskipun tergolong lagu anak-anak, rupanya lagu ini memiliki makna yang cukup filosofis.
Secara filosofis, Gundul-Gundul Pacul membicarakan soal kehormatan, kepemimpinan, dan
tanggung jawab.

Gundul adalah kepala plontos tanpa rambut. Kepala melambangkan kehormatan, sementara
rambut merupakan lambang mahkota dan keindahan kepala. Dalam lagu ini, kata gundul
memiliki makna sebuah kehormatan tanpa mahkota.
Pacul atau cangkul adalah sebuah alat pertanian yang melambangkan rakyat kecil yang
kebanyakan adalah petani.

Orang Jawa mengatakan bahwa pacul adalah papat kang ucul (empat yang lepas), dengan
pengertian bahwa kehormatan seseorang sangat bergantung pada bagaimana orang tersebut
menggunakan empat indera: mata, hidung, telinga, dan mulutnya.

Mata digunakan untuk melihat kesulitan rakyat.

Hidung digunakan untuk mencium wanginya kebaikan.

Telinga digunakan untuk mendengarkan nasehat.

Mulut digunakan untuk mengatakan keadilan.

Jika empat hal tersebut lepas, maka lepas juga kehormatan orang tersebut.

3. Ilir-Ilir

Tembang Lir-Ilir diciptakan oleh Sunan Kalijaga pada awal abad 16, pada masa runtuhnya
Kerajaan Majapahit dan masuk Islam-nya pada adipati Kadipaten di Majapahit, terutama di
daerah pesisir Pulau Jawa.

Lir-ilir, lir-ilir

Tandure wus sumilir

Tak ijo royo-royo

Tak sengguh penganten anyar

Cah angon, cah angon

Penekno blimbing kuwi

Lunyu-lunyu penekno

Kanggo mbasuh dodotiro

Dodotiro, dodotiro

Kumitir bedah ing pinggir

Dondomono lumatono

Konggo sebo mengko sore

Mumpung padang rembulane

Mumpung padang kalangane

Yo surako, surak hiyo

Tembang ini dikenal sebagai tembang dolanan atau lagu daerah Jawa. Liriknya menggunakan
kata-kata perumpaan dan memilki makna yang dalam dan multitafsir. Hal ini mencerminkan
dalamnya ilmu Sunan Kalijaga dalam mendakwahkan agama Islam.
Dengan tembang Lir-Ilir, Sunan Kalijaga mencoba untuk mengajak masyarakat Jawa untuk
memeluk, mengimani, dan mengamalkan agama Islam secara perlahan tanpa membenturkan
tradisi yang sudah lama berkembang.

Upaya Sunan Kalijaga ini tentu mengikuti cara Nabu Muhammad SAW dalam mendakawahkan
agama Islam, yaitu bil hikmah wal mau’idzatil hasanah.

4. Gambang Suling

ki nartosabdo

Ki Narto Sabdo

Swara Suling, atau lebih banyak dikenal dengan judul Gambang Suling, merupakan lagu
daerah Jawa Tengah yang diciptakan oleh Ki Narto Sabdo sebagai ungkapan kekagumannya
dengan alat musik seruling yang menghasilkan suara yang indah.

Gambang suling, ngumandhang swarané

thulat-thulit, kepénak uniné

uuuuniné mung

nreyuhaké ba-

reng lan kentrung ke-

tipung suling, sigrak kendhangané

Terjemahan:

Gambang suling berkumandang suaranya

Tulat-tulit, enak bunyinya

Bunyinya begitu mengharukan

Bersama kentrung, ketipung, suling

Mantap bunyi kendangnya

Ki Narto Sabdo yang bernama asli Soenarto sendiri merupakan putra dari seorang pengrajin
sarung keris beranam Partinoyo.

Beliau merupakan seorang seniman musik dan dalang wayang kulit legendaris dari Jawa
Tengah, dan dijadikan sebagai sumber referensi oleh dalang-dalang generasi berikutnya.

5. Dondong Opo Salak

Dondong Opo Salak merupakan lagu anak-anak yang dipopulerkan oleh Krisbiantoro antara
tahun 1960 hingga 1970-an. Lagu ini menggunakan bahasa yang lugas, tidak berbelit-belit, dan
mudah dipahami secara tekstual, khas lagu anak-anak.
Namun meskipun begitu, lagu ini dapat mengandung makna yang beragam, tergantung pada
siapa yang mendengar dan mengartikannya.

dondong opo salak

duku cilik-cilik

ngandhong opo mbecak

mlaku thimik-thimik

Adi ndherek ibu

tindhak menyang pasar

ora pareng rewel

ora pareng nakal

mengko ibu mesti

mundhut oleh-oleh

kacang karo roti

adi diparingi

Terjemahan:

kedondong atau salak

duku kecil-kecil

naik andong atau becak

jalan pelan-pelan

Adi ikut ibu

pergi ke pasar

tidak boleh rewel

tidak boleh nakal

nanti ibu pasti

beli oleh-oleh

kacang dan roti

Adi pun dikasih

6. Cublak-Cublak Suweng
Cublak-Cublak Suweng adalah sebuah lagu yang dinyanyikan dalam sebuah permainan
tradisional bernama Cublak-Cublak Suweng.

Permainan ini biasa dimainkan oleh anak-anak kecil pedesaan atau perkampungan di daerah
Jawa, khususnya Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur.

cublak-cublak suweng

suwenge ting gelenter

Mambu ketudhung gudhel

Pak Gempong lera-lere

Sapa ngguyu ndelikake

Sir sir pong dele gosong

Sir sir pong dele gosong

Permainan ini biasa dimainkan oleh 4 sampai 12 anak. Diawali dengan hompimpa atau
gambreng untuk menentukan siapa yang berperan menjadi Pak Empo. Pak Empo ini kemudian
berbaring telungkup di tengah, sementara anak-anak yang lain duduk melingkarinya.

Kemudian anak-anak yang melingkari Pak Empo tersebut membuka telapak tangan mereka
menghadap ke atas dan diletakkan di atas punggung Pak Empo. Lalu, salah satu dari anak
tersebut menggenggam sebuah biji atau kerikil yang dipindah-pindahkan dari tangan satu ke
tangan lainnya sambil menyanyikan lagu Cublak-Cublak Suweng.

Ketika nyanyian telah sampai pada lirik “…sapa ngguyu ndelikake”, biji atau kerikil tersebut
harus segera disembunyikan dalam genggaman oleh anak yang menerimanya.

Pada akhir lagu, semua anak yang duduk menggenggam kedua tangan masing-masing dan
berpura-pura menyembunyikan biji atau kerikil tersebut sambil menggerak-gerakkan tangan.

Lalu Pak Empo bangun dan menebak di tangan siapa biji/kerikil tersebut disembunyikan. Jika
tebakannya benar, maka anak yang menggenggam biji tersebut harus bergantian menjadi Pak
Empo. Jika salah, Pak Empo kembali berbaring seperti semula dan permainan diulang lagi.

7. Jamuran

Tidak jauh berbeda dengan Cublak-Cublak Suweng, Jamuran juga merupakan lagu yang
dinyanyikan dalam sebuah permainan bernama Jamuran. Permainan ini dapat dimainkan oleh 4
sampai 12 anak yang biasanya dimainkan di waktu sore atau malam saat bulan purnama.

Permainan Jamuran dapat dimainkan oleh anak laki-laki maupun anak perempuan, umumnya
berusia 6 sampai 13 tahun. Permainan ini juga tidak membutuhkan alat apapun, hanya
membutuhkan tanah lapang yang luas.

Jamuran, jamuran, yo ge ge thok

Jamur apa, jamur apa, yo ge ge thok

Jamur payung ngrembuyung kaya lembayung


Sira badhe jamur apa?

8. Padhang Wulan

padang wulan

Secara tekstual, lagu ini secara gamblang berisi ajakan untuk meramaikan malam bulan
purnama dengan bermain bersama teman-teman. Namun secara filosofis, lagu ini sebenarnya
mengajak untuk bersyukur kepada Yang Maha Kuasa atas malam yang begitu indah.

Sebagai ungkapan rasa syukur, sang penulis lagu yang belum diketahui secara pasti ini
mengajak untuk tidak tidur terlalu sore, karena untuk menghidupkan malam yang indah itu
dengan ibadah sunnah.

Yo ‘pra kanca dolanan ing jaba

padhang wulan padhange kaya rina

Rembulane sing awe-awe

ngelingake aja padha turu sore

Yo ‘pra kanca dolanan ing jaba

rame-rame kene akeh kancane

Langite pancen sumebyar rina

yo padha dolanan sinambi guyonan

Terjemahan:

Ayo teman-teman bermain di luar

terang bulan terangnya seperti siang

Bulannya melambai-lambai

mengingatkan jangan tidur di sore hari

Ayo teman-teman bermain di luar

rame-rame di sini banyak temannya

Langitnya terang sekali

ayo bermain sambil bercanda

9. Warung Pojok

Akeh wong padha kedanan masakan,

akeh wong padha kelingan pelayan

Ora klalen kesopanan ning sekabeh lelangganan


Yen balik tas jalan-jalan mingguan

mumpung bae tas gajian kaulan

Warung Pojok go ampiran etung-etung ke kenalan

Tobat dhendhenge emi rebuse,

Sega gorenge dhaginge gedhe gedhe

Adhuh kopie, tobat bukete

Adhuh manise persis kaya pelayane

Pura-pura mata mlirik meng dhuwur

padhahal ati ketarik lan ngawur

Nginum kopi mencok nyembur kesebab

nyasar meng cungur

Tobat dhendhenge emi rebuse

Sega gorenge dhaginge gedhe gedhe

Adhuh kopie tobat bukete

Adhuh manise persis kaya pela

10. Jangkrik Genggong

“Semarang kaline banjir…”, kata itu sangat populer yang bahkan bisa dibilang menjadi
semacam slogan yang akhirnya melekat pada Kota Semarang. Padahal, “Semarang kaline
banjir” merupakan bagian dari lirik lagu Jangkrik Genggong yang dipopulerkan oleh Waldjinah.

Kendal kaline wungu

Ajar kenal karo aku

Lelene mati digepuk

Gepuk nganggo walesane

Suwe ora pethuk

Ati sida remuk

Kepethuk mung suwarane

Jangkrik genggong, jangkrik genggong

Luwih becik omong kosong

Semarang kaline banjir


Ja sumelang ra dipikir

Jangkrik upa saba ning tangga

Malumpat ning tengah jogan

Wis watake priya, jare ngaku setya

Tekan ndalan selewengan

Jangkrik genggong, jangkrik genggong

Wani nglirik sepi uwong

Yen ngetan bali ngulon

Tiwas edan rak kelakon

Yen ngrujak

Ngrujaka nanas

Ojo ditambahi kuweni

Kene tiwas nggagas

Awak adhem panas

Jebul ana sing nduweni

Jangkrik genggong, jangkrik genggong

Sampun cekap mangsa borong

11. Sekolah

Esuk-esuk srengengene lagi metu, sibu

Nyuwun pangestu kang putra badhe sinau, sibu

Nyangking etas ing jerone isi sabak, bapak

Gerip lan sada wis jumepak ana kothak bapak

Awan-awan srengengene ana tengah, si ‘mbah

Bungah-bungah kang wayah mulih sekolah, si ‘mbah

Sore-sore lampune dhimunculake, budhe

Wis wayahe bocah-bocah pada sinau budhe

12. Turi-Turi Putih

lagu daerah jawa tengah


Turi-Turi Putih merupakan lagu peninggalan Sunan Giri yang menceritakan tentang kearifan,
kesadaran akan kehidupan dan kematian.

Syair tembang ini begitu indah dan bermakna, pesannya lebih spesifik ditujukan kepada murid
sebagai penuntut ilmu dan guru sebagai pengajar.

Turi turi putih ditandur ning pinggir sumur

Turi turi putih ditandur ning pinggir sumur

Jeleret tiba nyemplung ke kembang kembange apa

Mbok kira mbok kira mbok kira kembange apa

Kembang kembang m’lathi kembang m’lathi dironce-ronce

Kembang kembang m’lathi kembang m’lathi dironce-ronce

Sing kene setengah mati sing kana ‘ra piye piye

Mbok kira mbok kira mbok kira kembange apa

Turi-turi melambangkan pitutur atau nasehat. Sedangkan putih mewakili kain kafan dan
melambangkan kematian. Dengan begitu, Turi Turi Putih adalah sebuah nasehat dari seorang
guru kepada murid tentang makna akhir kehidupan atau kematian.

Lagu ini memberikan pesan kepada murid untuk selalu mengikuti apa yang disampaikan guru-
guru berupa nasehat supaya tidak tersesat.

Sementara guru adalah semacam figur yang perilaku dan ucapannya selalu ditiru dan
diteladani, maka seorang guru harusnya lebih menjaga diri dalam perilaku dan ucapannya.

13. Dak Petik Kembang Melati

Dak petik-petik kembang melati.

Dak sebar-sebar ing tengah ratri.

Kuwi apa kuwi, ja padha korupsi.

Mengko yen korupsi, negarane rugi.

Piye mas kuwi… Aja ngono, ngona-ngona ngono…

14. Sluku-Sluku Bathok

lagu jawa tengah

Sunan Kalijaga

Meskipun terkesan seperti lagu anak-anak yang menggunakan bahasa yang sederhana,
rupanya Sluku-Sluku Bathok merupakan salah satu lagu gubahan Sunan Kalijaga dan memiliki
makna yang sangat filosofis.

Sluku-sluku bathok
Bathoke ela-elo

Si Rama menyang Solo

Leh olehe payung mutho

Mak jentit lho-lho lobah

Wong mati ora obah

Yen obah medeni bocah

Yen urip goleka duwit

Konon, Sunan Kalijaga memasukkan unsur-unsur nilai agama dalam bentuk lagu anak-anak
yang sederhana agar lebih mudah dihafal dan bertahan lama.

Judul Sluku-Sluku Bathok pun juga dikatakan merupakan serapan dari bahasa Arab, Ghuslu
Ghuslu Bathnaka, yang artinya “Mandikan (Bersihkan) Batinmu”.

15. Sinom

Amenangi jaman edan

ewuh aja ing pambudi

melu edan ora tahan

jen tan melu anglakoni

boya kaduman melik kaliren

wekasanipun dilalah karsa Allah

begjane kang lali

luwih begja kang engling lan waspada

16. Gek Kepriye

Duh kaya ngene rasane

Anake wong ora duwe

Ngalor ngidul tansah diece

Karo kanca kancane

Pye pye pye pye ya ben rasakna

Pye pye pye pye rasakna dewe

Pye pye pye pye ya ben rasakna

Pye pye pye pye rasakna dewe


Besuk kapan aku bisa

Urip kang luwih mulya

Melu nyunjung drajating bangsa

Indonesia kang mulya

Pye pye pye pye mbuh ra weruh

Pye pye pye pye mbuh ra ngerti

Pye pye pye pye mbuh ra weruh

Pye pye pye pye mbuh ra ngerti

17. Pitik Tukung

Aku duwe pitik pitik tukung

Saben dina tak pakani jagung

Petok gok petok petok ngendok pitu

Tak ngremake netes telu

Kabeh trondol trondol tanpa wulu

Mondol mondol dol gawe guyu

18. Andhe-Andhe Lumut

Putraku si Andhe Andhe Andhe Lumut

Temuruna ana putri kang unggah-unggahi

Putrine, ngger, sing ayu rupane

Klenthing Abang iku kang dadi asmane

Duh, Ibu, kula dereng purun

Duh, Ibu kula mboten mudhun

Nadyan ayu sisane si Yuyu Kang-kang

Putraku si Andhe Andhe Andhe Lumut

Temuruna ana putri kang unggah-unggahi

Putrine, ngger, sing ayu rupane

Klenting Ijo iku kang dadi asmane

Duh, Ibu, kula dereng purun

Duh, Ibu kula mboten mudhun


Nadyan ayu sisane si Yuyu Kang-kang

Putraku si Andhe Andhe Andhe Lumut

Temuruna ana putri kang unggah-unggahi

Putrine, ngger, sing ayu rupane

Klenting Biru iku kang dadi asmane

Duh, Ibu, kula dereng purun

Duh, Ibu kula mboten mudhun

Nadyan ayu sisane si Yuyu Kang-kang

Putraku si Andhe Andhe Andhe Lumut

Temuruna ana kere kang unggah-unggahi

Kerene, ngger, kang olo rupane

Klenthing Kuning iku kang dadi asmane

Duh, Ibu, kula sampun purun

Duh, Ibu kula purun mudhun

Nadyan ala putri niki pilihan kulo

19. Te Kate Dipanah

Te kate dipanah

Dipanah ngisor gelagah

Ana manuk konde-onde

Mbok sirbombok mbok sirkate

Mbok sirbombok mbok sirkate

20. Gendhing Ketawang Ibu Pertiwi

Ibu Pertiwi…

Paring boga lan sandhang kang murakabi

Peparing rejeki manungsa kang yekti

Ibu Pertiwi…

Mrih sutresna mring sesami

Ibu Pertiwi…

Kang maelu urip yekti


Karya sutresna ibu pertiwi.

1. Dayung Sampan

Dayung sampan mencari ikan ikan dicari hai nelayan di tengah muara

Kalau tuan mencari makan cari makan jual suara menjual suara

Lay lay la la la la lay menjual suara lay lay lay

Lay lay lay lay lay lay lay lay lay

Dayung dayung dayung dayung dayung sampan

Dayung sampan sampan didayung sampan didayung hai nelayang ke tengah lautan

Kalau tuan mencari jodoh jangan mencari hai nelayan hai nelayan lay lay

Lay lay la la la la lay hai nelayan lay lay lay

Lay lay lay lay lay lay lay lay lay

Dayung dayung dayung dayung dayung sampan

Lagu ini merupakan salah satu lagu yang cukup populer bagi masyarakat Banten terutama di
kawasan pesisir. Budaya maritime yang sangat melekat dalam masyarakat Banten seolah
diwakilkan dalam lagu ini. Lirik yang tercantum dalam lagu ini menggambarkan kegiatan
mendayung yang dilakukan oleh masyarakat dalam rangka mencari ikan untuk mencukup
kehidupan sehari-harinya. Selain itu, salah satu aktivitas laut dari Etnis Bantin adalah adanya
hubungan perdagangan yang dilakukan melalui laut.

2. Jereh Bu Guru

Jereh bu guru,

Dadi bocah kudu nurut ning wong tue

Jereh bu guru,

Dadi bocah kudu gelema akeh belajar

Supaye engko dadi wong soleh

Sing akeh ilmune

Supaya engko dadi menuse

Sing akeh gunane

Jereh bu guru,

Dadi bocah kudu ngebantu wong tue

Jereh bu guru

Dadi bocah kudu belajar agame


Lagu Jereh Bu Guru ini mengandung pesan moral yang sangat baik terutama dalam bidang
pendidikan. Lagu yang diciptakan oleh A Syahri Aliman ini memiliki arti “kata bu guru”. Lirik
yang terdapat di dalamnya berisi tentang ajaran bagi anak-anak agar senantiasa berbakti
kepada orang tuanya dan belajar agar menjadi orang yang berguna atau bermanfaat. Selain itu,
dalam lirik tersebut terdapat pula pesan untuk senantiasa belajar agama agar menjadi anak
yang sholeh. Lagu daerah Banten ini memiliki lirik yang sederhana, terdiri dari 3 bait yang
masing-masing bait terdiri dari 4 baris.

3. Tong Sarakah

Sora adzan di masigit

Ngabejaan geus waktuna sholat

Saha jalma nu masagi

Salamet dunya akherat

Di masigit sholat berjamaah

Ambeh gede pahalana

Mun masagi hirup tuma’ninah

Tangtu hade darajatna

Hirup mah ulah sarakah

Ambeh urang meunang berkah

Tapi lamun sarakah jeung harak

Bakal ruksak kana awak

Lagu Tong Sarakah memiliki arti “Jangan Sarakah” dan merupakan ciptaan dari A.Syahri
Aliman. Lagu ini memiliki pesan moral dan nasehat yang sama dengan judul lagunya yaitu agar
jangan serakah dalam menjalani hidup. Lirik yang rimanya membentuk sebuah pantun ini
seolah mengingatkan kita agar senantiasa ingat akan kehidupan akhirat.

4. Ibu

Sekabeh menuse

Kudune krunye ning ibu

Sing ngelahirake lan ngegedekaken

Ngemong kite ore lirenan krase akeh susahe

Sekabeh menuse

Kudune eman ning ibu

Sing ngedoakaken lan akeh ngajari

Endah dadi uwong uripe ore sengsare


Siki kite uwis pade ngerti

Mase iye nangkel ning ibu

Bengen kite masih durung ngerti

Akeh nglarane atine ibu

Mumpung kite masih due umur

Kite bise nyenangake atine ibu

Lamun dudu akrne pengorbanane

Kite ore dadi kaye siki

Lagu yang juga diciptakan oleh A.Syahri Aliman ini mengisahkan perjuangan seorang ibu yang
begitu luar biasa ketika melahirkan, membesarkan, dan merawat anak-anaknya. Lirik yang
terdapat di dalamnya mengandung pesan moral dan nasehat agar setiap anak selalu patuh dan
taat terhadap perintah ibunya selama itu dalam hal kebaikan.

5. Yu Ragem Belajar

Aje gelem dadi wong bodo

Bakale akeh dibebodo

Mangane kudu rajin belajar

Endah uripe ore susah

Lamun uwis dadi wong pinter

Aje elok meminteri

Tambah pinter kudune tambah bener

Endah duhur derajate

Yu ragem belajar endah kite dadi pinter

Yu ragem belajar endah kite tambah bener

Yu ragem belajar endah pinter tambah bener

Dadi pinter tambah bener ore kebelinger

Lagu ini juga sarat akan makna dan pesan moral yang sangat bagus untuk anak-anak. Lagu
yang dinyanyikan dengan tempo lambat ini biasa dinyanyikan oleh para orang tua ketika
anaknya hendak beranjak tidur. Lagu ini menjadi hiburan malam bagi anak-anak Banten tempo
dulu. Nasehat yang terdapat di dalam lirik lagu ini adalah agar anak-anak rajin belajar supaya
pintar dan tidak menjadi orang yang bodoh.

6. Lagu Daerah “Basisir Carita”


Sesuai dengan namanya, lagu Basisir Carita ini sangat kental dengan wisata Pantai Carita yang
tak pernah sepi pengunjung, baik dari wisatawan domestik maupun swasta. Selain itu, Pantau
Carita juga menjadi sumber penghidupan bagi para nelayan masyarakat setempat. Tidak
diketahui secara pasti tentang siapa yang menciptakan lagu Basisir Carita. Lagu tersebut
biasanya dinyanyikan secara turun temurun oleh masyarakat Banten.

Endah basisir Carita

Panorama Selat Sunda

Dijugjug parawisata

Datang ti mancanagara

Ombak nu paudag-udag

Kikisik meresik resik

Batu karang patarenggang

Cita rasa kaendahan

Mun pareng srangenge surut

beungeut laut mungpuhurung kulayut

pamayang geus bebelayat

nyungsruk irup nyungsi urip keur isuk

7. Uti-Uti Uri

Uti Uti Uri

Bentang bentang sinya

Uti uti uri

Bentang bentang sinya

Nyatu jeung pais teri

Kabita ku kejo anyar

Pangeunah-ngeunah amat

Hey!

Sekali dei

Hey!

Sekali dei

8. Ule-Ule Kelabang
Ule-ule kelabang

Kelabang dawe buntute

Ayam jago gegurite

Gurite! Gurite!

9. Syair Pupujian dan Nasihat Agama

Syair merupakan salah satu bentuk puisi lama yang kini sudah tak banyak berkembang dalam
masyarakat Nusantara dewasa ini. Padahal, di zaman dulu syair memegang peranan penting
dalam penyebaran Agama Islam, termasuk dalam hal pembentukan karakter bangsa Indonesia
dengan menyisipkan pesan-pesan keagamaan dan kehidupan di dalamnya.

Nyaris di setiap daerah menyadur syair yang berasal dari kebudayaan Arab dengan cara dan
bahasanya masing-masing. Dalam kebudayaan Sunda, syair banyak disenandungkan
menggunakan langgam sehingga dapat lebih mudah diingat.

Sebelum penurunan eksistensinya, syair banyak dinyanyikan dalam bentuk pujian-pujian


(sholawat) melalui pengeras suara di berbagai masjid di Jawa Barat dan Banten. Berikut ini
merupakan salah satu syair pupujian dalam bahasa Sunda.

Dupi sadayana puji

Tetep ka Allah nu hiji

Nu nikmatna teu ka uji

Nu tara sulaya janji

Sukur ka Ibu ka Rama

Kana ngurus nu utama

Dimulai jadi jalma

Lebet ka sekul Igama

10. Lagu Daerah Banten “Cemore”

Cemore adalah singkatan dari “Cerdas, Modern, dan Religius”. Lagu ini berasal dari daerah
Tangerang Selatan dengan menggunakan bahasa Betawi Ora, yaitu bahasa campuran budaya
Cina, Betawi, dan Sunda.

Lagu Cemore memiliki makna sabagi cerminan sebuah masyarakat dengan latar belakang yang
berbeda-beda namun mampu mewujudkan sebuah tatanan sosial yang harmonis. Lagu ini
memberikan pesan kepada masyarakat Tangerang Selatan yang multi etnis ini agar lebih
memahami serta menggugah hati dan pikiran untuk terus melestarikan budaya dan nilai seni
warisan nenek moyang.

Lagu ini diciptakan oleh Mpok Yupi yang terinspirasi dari permainan anak-anak Betawi zaman
dulu, Deng en Dengan, serta lagu permainan anak-anak Sunda, Cang Uncang Nggae, yang
diaransemen ulang sehingga terdengar lebih modern dan ceria.
Deng en dengan sirih sampan berduri duri

Mandi kembang kembang melati

Di Tangerang Tangerang Selatan

Kampung dewek yang paling nyaman

Desa rapi alamnya asri, Kota dagang

Dari Ciputat BSD Alam Sutera sampe Pamulang

Deng en dengan sirih sampan berduri duri

Mandi kembang kembang melati

Di Tangerang Tangerang Selatan

Kaya budaya ayo dipiara

Tionghoa campur Sunda Betawi Ora

Bagen bae nama lo Ahong Mamat Adang ato Cecep

Budaya dewek Cokek Lenong sampe Topeng Blantek

Deng en dengan sirih sampan berduri duri

Mandi kembang kembang melati

Di Tangerang Tangerang Selatan

Nong Rogayah Teh Neneng ama Mey Hwa

Saya resep ama semua orang Indonesia

Kaya Budaya, Bhineka Tunggal Ika

 Jawa Barat

1. Cing Cangkeling

Cing Cangkeling adalah sejenis lagu permainan Sunda yang biasanya dilakukan oleh anak-
anak untuk berhitung sebelum permainan kucing-kucingan atau permainan sentuh berlarian.

Kleung dengklek buah kopi raranggeuyan

Keun anu dewek ulah pati diheureuyan

Cing cangkeling manuk cingkleung cindeten

Blos kakolong bapak satar buleneng

Kleung dengklek buah kopi raranggeuyan

Keun anu dewek ulah pati diheureuyan


Cing cangkeling manuk cingkleung cindeten

Blos kakolong bapak satar buleneng

Pat lapat pat lapat katingalan masih tebih kene pisan

Layarna bodas jeung celak kasurung kaombak ombak

Secara sekilas, mungkin lagu ini seperti tidak ada maknanya. Namun ternyata, syair dalam lagu
ini memiliki makna tersirat yang cukup dalam.

Lagu ini seperti menggambarkan perasaan atau isi hati manusia yang diibaratkan dengan
seekor burung yang beterbangan kesana dan kemari. Seperti layaknya burung, hati manusia
juga penuh dengan kegoyahan dan berpindah-pindah.

Hati yang baik adalah hati yang tenang, tetap, dan tidak gampang goyah atau teguh pendirian.
Dengan hati yang seperti itu, tentu akan menumbuhkan kedamaian serta menuntun si pemilik
hati di atas jalan yang benar.

2. Bubuy Bulan

Bubuy Bulan merupakan salah satu lagu daerah Jawa Barat yang diciptakan oleh Benny Corda
dengan menggunakan Bahasa Sunda. Lagu ini sangat familiar di kalangan masyarakat Sunda,
yang bahkan sering diajarkan di sekolah-sekolah dasar hingga menengah atas.

Bubuy bulan

Bubuy bulan sangray béntang

Panon poé

Panon poé disasaté

Unggal bulan

Unggal bulan abdi téang

Unggal poé

Unggal poé ogé hadé

Situ Ciburuy

laukna hésé dipancing

Nyérédét haté

Ningali ngeplak caina

Duh éta saha

Nu ngalangkung unggal énjing

Nyérédét haté

Ningali sorot socana


Terjemahan:

Memepes bulan

memepes bulan menyangrai bintang

Matahari

matahari disate

Setiap bulan

setiap bulan aku nanti

Setiap hari

setiap hari juga baik

Danau Ciburuy

ikannya susah dipancing

Bergetar hati

melihat airnya jernih

Duh itu siapa

yang berjalan setiap pagi

Bergetar hati

melihat sorot matanya

Bubuy Bulan merupakan lagu percintaan yang menceritakan tentang seseorang yang sedang
merindu kekasihnya yang berada di tempat yang jauh. Ia selalu berharap agar kekasihnya
dapat pulang dan menemuinya sesering mungkin untuk mengobati kerinduannya.

Namun kerinduannya itu semakin bertambah ketika ia seringkali melihat seseorang melewati
depan rumahnya setiap pagi, dan orang tersebut seperti mengingatkannya kepada kekasihnya
karena memiliki sorot mata yang mirip.

3. Lagu Daerah “Tokecang”

Tokecang (Tokécang) adalah salah satu lagu daerah Jawa Barat yang juga sangat populer di
kalangan masyarakat Sunda, bahkan juga terkenal di luar lingkup masyarakat Sunda. Lagu ini
juga sempat beberapa kali diaransemen dengan musik pop sehingga lebih mudah diterima di
masyarakat secara luas.

Tokecang juga tergolong salah satu lagu daerah yang paling terkenal di Indonesia yang bahkan
sempat dijadikan sebagai soundtrack dalam sinetron anak-anak di televisi. Banyak orang
menyukai lagu ini, dari anak-anak hingga dewasa, karena memiliki irama yang riang, bertempo
cepat, dan dengan lirik lagu yang jenaka.

Tokecang tokecang bala gendir tosblong


Angeun kacang sapependil kosong

Aya listrik di masigit meuni caang katingalna

Aya istri jangkung alit karangan dina pipina

Tokecang tokecang bala gendir tosblong

Angeun kacang angeun kacang sapependil kosong

Dalam tradisinya, Tokecang tergolong dalam jenis lagu permainan, biasanya dinyanyikan oleh
anak-anak dengan berpasang-pasangan, saling berhadapan, dan saling berpegangan tangan.
Ketika tengah menyanyikan lagu ini, pasangan tadi kemudian berbalik sembari memutarkan
tangannya sehingga jadi saling membelakangi.

Biasanya, permainan ini dilakukan ketika sedang menunggu sesuatu, baik dalam bentuk benda
maupun manusia. Tujuannya untuk menghilangkan rasa bosan karena menunggu terlalu lama,
sehingga mengisi waktu dengan hiburan.

4. Sapu Nyere Pegat Simpay

sambas mangundikarta

Sambas Mangundikarta /tirto.id

Sapu Nyere Pegat Simpay tergolong dalam lagu wajib atau lagu daerah dari Jawa Barat yang
diciptakan oleh Sambas Mangundikarta, seorang penyiar sekaligus pencipta lagu dari Bandung.
Tidak banyak informasi tentang lagu ini yang kami dapatkan, selain lirik dan terjemahan di
bawah ini.

Ririungan urang karumpul,

Meungpeung deukeut hayu urang sosonoan,

Macangkrama bari ngawadul,

Urang silih tempas, silih aledan…

Moal lila jeung babaturan,

Hiji wanci anu geus ditangtukeun,

Bakal pisah bakal pajauh,

Bakal mopohokeun katineung urang…

Sapu nyere pegat simpay, bakal kasorang, (Paribasa)

Takdir ti Gusti Hyang Widi, pasti kalakon…

Urang rek papisah,

Urang rek pajauh,

Meungpeung deukut,
Hayu urang sosonoan..

Terjemahan:

Mendekatlah, mari kita berkumpul,

Selagi masih dekat, mari kita berbagi suka cita,

Bercengkerama sambil bercerita,

Kita saling menyapa, duduk bersama dalam kedamaian…

Kita tak akan selalu bersama (wahai sahabat)

Di suatu waktu yang sudah ditangguhkan,

Kita akan berpisah, kita akan saling bejauhan,

Kita akan melupakan kenangan kita selama ini…

Terurailah simpul ikatan sapu lidi, Akan Terjadi…(Peribahasa)

Takdir Tuhan Sang Pemberi Izin, pasti terjadi…

Kita akan berpisah,

Kita akan berjauhan,

Selagi deket mari ciptakan kerinduan dan suka cita….

5. Lagu Daerah “Manuk Dadali”

Manuk Dadali masih dikategorikan sebagai lagu daerah yang berasal dari Jawa Barat, yang
juga diciptakan oleh Sambas Mangundikarta. Manuk Dadali yang artinya Burung Garuda, sudah
tampak jelas bahwa lagu ini sangat bernafaskan nasionalisme yang melukiskan keperkasaan
burung garuda sebagai lambang dari kejayaan Indonesia.

Mesat ngapung luhur jauh di awang-awang

Meberkeun jangjangna bangun taya karingrang

Sukuna ranggaos reujeung pamatukna ngeluk

Ngapak mega bari hiberna tarik nyuruwuk

Saha anu bisa nyusul kana tandangna

Gandang jeung pertentang taya bandingannana

Dipikagimir dipikaserab ku sasama

Taya karempan kasieun

Manuk Dadali manuk panggagahna

Perlambang sakti Indonesia Jaya


Manuk Dadali pangkakon carana

Resep ngahiji rukun sakabehna

Hirup sauyunan tara pahiri-hiri

Silih pikanyaah teu inggis bela pati

Manuk dadali ngandung siloka sinatria

Keur sakumna Bangsa di Nagara Indonesia

6. Lagu Daerah “Kembang Jahe Laos”

Kembang jahe laos oli tuku larang larang

Kembang jahe laos oli tuku larang larang

Larang larang sepirane asal rujuk wong tuwane

Kembang cicilingkong kembu cilik wadah bangkong

Kembang cicilingkong kembu cilik wadah bangkong

Lagi cilik dibopong-bopong barang gede digawa uwong

Kembang kembang palem tengahe kembang melati

Kembang kembang palem tengahe kembang melati

Yen gelem ngomonga gelem aja gawe lara ati

7. Anjeun

Teu aya deui, nu mikancinta iwal anjeun

Teu aya deui, nu mikamelang iwal anjeun

Pangnyaahna sadunya, pangbageurna sadunya iwal anjeun

Anu heman tur daria, anu jangji satia ngan ukur anjeun

Duh aduh aduh aduh

Hate bagja bisa papanggih jeung anjeun

Duh aduh aduh aduh

Hate reugreug aya sagigireun anjeun

Ngan saeutik hanjakalna

Lamun tepang osok ngajak rurusuhan

Dasar kudu kanyahoan

Horeng anjeun geus rimbitan


Teu aya deui nu jadi pikir iwal anjeun

Teu aya deui nu kagundamkeun iwal anjeun

Inggis beunang ku batur

Inggis bogoh ka batur, iwal anjeun

Unggal peuting babacaan

Mapatkeun pelet asihan husus keur anjeun

Duh aduh aduh aduh

Kurang dahar, kurang sare mikir anjeun

Duh aduh aduh aduh

Hayang deukeut, hayang geugeut…Ngan jeung anjeun

Dasar kudu kanyahoan

Ngirim surat salah ngasupkeun eusina

Gurat sial jeung cilaka

Putus ka ditu ka dieu.

8. Lagu Daerah “Peuyeum Bandung”

Peuyeum Bandung merupakan sebuah judul lagu yang menceritakan kemasyhuran peuyeum
sebagai makanan khas Bandung yang terkenal karena kenikmatannya. Lagu ini diciptakan oleh
Sambas Mangundikarta dan dipopulerkan oleh Nining Maida, seorang penyanyi pop-Sunda
tahun 1980-an.

Dimana-mana

Di kampung di kota

Tos kakoncara

Ku nikmat rasana

Sampeu asalna

Teu direka-reka

Naon namina

Duh matak kabita

Peuyeum Bandung kamashur

Pangaosna teu luhur

Ku sadaya kagaleuh
Sepuh jeung murangkalih

Mangga cobian

Bilih panasaran

Peuyeum ti Bandung

Henteu sambarangan

Terjemahan

Di mana-mana

Di kampung di kota

Sudah terkenal

Oleh nikmat rasanya

Asalnya dari Singkong

Tak direka-reka

Apa namanya

Duh aku menginginkan

Tape Bandung yang terkenal

Harganya tak mahal

Oleh semua kagaleh

Orangtua maupun bocah

Silakan dicoba

Kalau-kalau panasaran

Tape dari Bandung

Tidak sembarangan

Berbicara soal peuyeum Bandung, peuyeum merupakan makanan khas Bandung yang sangat
terkenal dan menjadi salah satu makanan yang banyak diburu oleh para wisatawan. Kalau
dalam Bahasa Indonesia, peuyeum biasa disebut sampe atau tapai (tape).

Dalam pembuatannya, peuyeum dibuat dari olahan singkong yang direbus, lalu diberi ragi, dan
dibiarkan selama beberapa hari. Karena ke-khas-an makanan ini, seorang seniman, Sambas
Mangundikarta, sampai menciptakan sebuah lagu yang diberi judul Peuyeum Bandung.

9. Mojang Priangan

nano suratno
Nano Suratno /Pikiran Rakyat

Dalam Basaha Indonesia, Mojang Priangan dapat diartikan “Gadis Priangan” atau “Gadis
Bandung”. Ada dua nama yang dinisbatkan sebagai pencipta lagu ini, antara Iyar Wiarsih dan
Nano Suratno, entah siapa yang sebenarnya menciptakan lagu ini.

Angkat ngagandeuang

Bangun taya karingrang

Nganggo sinjang dilamban

Mojang priangan

Umat-imut lucu

Sura-seuri nyari

Larak-lirik keupat

Mojang Priangan …

Diraksukan kabaya

Nambihan cahayana

Dangdosan sederhana

Mojang priangan

Mojang anu donto

Matak sono nu nempo

Mun tepung sono ka

Mojang Priangan

Gareulis maranis

Disinjang lalenjang

Estu sono mun leumpang

Mojang Priangan …

Digigirna ge lenggik

Dihareupna ge sieup

Ditukangna lenjang
Mojang Priangan

Diraksukan kabaya

Nambihan cahayana

Dangdosan sederhana

Mojang priangan

Mojang anu donto

Matak sono nu nempo

Mun tepung sono ka

Mojang Priangan

Sebagaimana dengan judulnya, Mojang Priangan menceritakan tentang kecantikan gadis-gadis


dari Kota Bandung. Diceritakan mulai dari caranya berjalan, berpakaian, tubuhnya yang
ramping, senyumnya yang manis, dan sebagainya sebagai gambaran gadis pujaan para pria.

10. Bajing Luncat

kosaman djaja

Kosaman Djaja /youtube

Bajing Luncat merupakan salah satu lagu daerah Jawa Barat ciptaan seorang komposer Sunda
yang terkenal, Kosaman Djaja. Dalam Bahasa Indonesia, Bajing Luncat dapat diartikan dengan
“Tupai Loncat”.

Bajing luncat, bajing luncat

Ka astana aduh

Abdi lepat narosan

Teu ti anggalna

Bajing luncat, bajing luncat

Ka astana ieuh

Abdi lepat narosan

Teu ti anggalna

Ku teu sangka salira bet

luas pisan

Teu hawatos

Ka nu kesel ngantos ngantos


Api api teu emut kana pasini

Pasini pakait ati

duh pakait ati …

Lagu ini berkisah tentang seorang lelaki yang tengah kecewa karena wanita pujaan hatinya
yang selama ini telah memegang janji, namun sebentar lagi akan bersanding dengan lelaki lain.
Ia menyesal kenapa tidak dari dulu ia melamar wanita pujaannya tersebut. Ia juga kecewa
karena wanita-nya tidak mau menunggunya, namun malah bersanding dengan lelaki lain.

11. Lagu Daerah “Warung Pojok”

Warung Pojok merupakan lagu daerah Jawa Barat yang diciptakan oleh seorang maestro
tarling asal Cirebon, H. Abdul Adjib. Lagu ini memang sangat terkenal di kalangan lagu tarling
yang tentu sudah tak asing lagi bagi para pecinta lagu daerah, khususnya Jawa Barat. Saking
familiarnya, lagu ini juga banyak diajarkan di sekolah-sekolah dalam mata pelajaran seni dan
kebudayaan.

Akeh wong padha kedanan masakan

Akeh wong padha kelingan pelayan

Ora klalen kesopanan ning sekabeh lelangganan

Yen balik tas jalan-jalan mingguan

Mumpung bae tas gajian kaulan

Warung Pojok go ampiran etung-etung ke kenalan

Tobat dhendhenge emi rebuse,

Sega gorenge dhaginge gedhe gedhe

Adhuh kopie, tobat bukete

Adhuh manise persis kaya pelayane

Pura-pura mata mlirik meng dhuwur

Padhahal ati ketarik lan ngawur

Nginum kopi mencok nyembur

Kesebab nyasar meng cungur

Tobat dhendhenge emi rebuse

Sega gorenge dhaginge gedhe gedhe

Adhuh kopie tobat bukete

Adhuh manise persis kaya pelayane


H. Abdul Adjib sendiri sebagai pencipta lagu ini, merupakan salah satu seniman tarling yang
sangat berpengaruh. Lagu-lagunya banyak digemari masyarakat, khususnya para pecinta lagu
tarling. Bahkan, salah satu karya terbaiknya pernah diaransemen oleh maestro karawitan besar
semacam Atot Arosoma, Benny Corda, dan Mus Mualim.

Karena karya-karyanya yang luar biasa, H. Abdul Adjib juga pernah memperoleh penghargaan
di bidang seni dari Gubernur Jawa Baratmasa itu, tahun 2004.

12. Bungsu Bandung Talak Tilu

Mana nyeri nyeri nyeri teuing

Ceurik ati di tambelarkeun

Henteu beunang ku disabaranAduh alah ieung

Tega teh teuing

Indit sore kurunyungna subuh

Abdi tunduh mukakeun tulak

Batin nyeri ceurik sorangan

Aduh alah ieung

Tega teh teuing

Nyeri-nyeri-nyeri moal beunang diubaran

Kajeun tutumpuran paeh ge teu panasaran

Meungpeung ngora keneh

Meungpeung urang can batianPek geura serahkeun

Talak tilu sakalian

Henteu butuh lalaki curaling

Boga rasa sok ieu aing

Henteu robah teu eling-eling

Aduh alah ieung

Tega teh teuing

13. Panon Hideung

Panon Hideung merupakan lagu daerah ciptaan komposer nasional asal Betawi, Ismail Marzuki
di tahun 1936-1937. Oleh Marzuki, lagu ini diadaptasi dari lagu Ochi Chernye asal Russia dan
menjadi penonggak kemunculan musik pop-Sunda pertama, meskipun nadanya diambil dari
lagu luar negeri.
Panon Hideung sendiri menceritakan tentang sosok Miss Eulis, mojang Parahiyangan berdarah
Sunda-Arab yang membuat Ismail Marzuki jatuh cinta. Ia melukiskan sosok Miss Eulis dengan
mata hitam yang indah, hidung macung, dan kulit kuning langsat.

Panon hideung pipi koneng

Irung mancung Putri Bandung

Putri saha di mana bumina

Abbi reseup kaanjeunna

Siang wengi kaimpi-impi

Hate abdi sara redih

Teuemut dahar

Teuemut nginum

Emut kanu geulis

Panon Hideung

Terjemahan:

Mata hitam pipi kuning

Hidung mancung putri Bandung

Anak siapa di mana rumahnya

Aku suka padanya

Siang malam terimpi-impi

Hatiku merasa sedih

Lupa makan

Lupa minum

Ingat pada si cantik

Mata hitam

14. Lagu Daerah “Sabilulungan”

koko koswara

Koko Koswara /wikipedia

Dalam Bahasa Indonesia, Sabilulungan berarti “Kebersamaan”. Sebagaimana dengan judulnya,


lagu ini memang berisi seputar kebersamaan, gotong royong, dan mengajak siapapun untuk
menjaga rasa persatuan itu sendiri.
Sabilulungan…dasar gotong royong

Sabilulungan…sifat silih rojong

Sabilulungan…genteng ulah potong

Sabilulungan..persatuan tembong

Tohaga rohaka

Teguh rengkuh perbawa sabilulungan

Satia…sajiwa

Segut singkil ngabasmi pasalingsingan

Sabilulungan… hirup sauyunan

Sabilulungan…silih pikaheman

Sabilulungan..nulung tinulungan

Sabilulungan..kukuh persatuan

Santosa samapta

Teuneung ludeung ngajaring kawibawaan

Saihwan sapaham

Nagri nanjung berekah sabilulungan

Sabilulungan…dasar gotong royong

Sabilulungan…sifat silih rojong

Sabilulungan…genteng ulah potong

Sabilulungan..persatuan tembong

Lagu Sabilulungan sendiri diciptakan oleh seorang seniman Sunda bernama Koko Koswara,
atau yang biasa dipanggil dengan nama Mang Koko. Lewat lirik lagu tersebut, tersirat makna
bahwa kebersamaan dan persatuan yang telah menjadi simbol bangsa Indonesia ini merupakan
hal yang semestinya wajib dijaga dan dilestarikan.

15. Karatagan Pahlawan

Teu hon cewang sumoreang

tekadna pahlawan Bangsa

Cadu mundur pantrang mulang

mun maksud ta can laksana

Berjuang keur lemah cai


lali rabi tur tega pati

Ta ya basa menta pamulang tarima ikhlas

rido keur korban merdeka

Sinatria dana laga

bela Bangsa jeung Nagara

Dibarengan tekad suci

berjuang keur lemah cai

Teu ngingetkeun ka dirina

asal Nagri, Bangsa waluya

Bisa jembar merdeka mukti wibawa

jasa tujuan pahlawan Bangsa

16. Lagu Daerah “Tanah Sunda”

Tanah Sunda merupakan lagu daerah Jawa Barat ciptaan Mang Koko (Koko Koswara) yang
juga dikembangkan di Kabupaten Majalengka. inti dari lagu ini menceritakan tentang kekayaan
Tanah Sunda dan nasihat kepada masyarakat untuk senantiasa merawatnya dengan baik.

Tanah sunda wibawa

Gemah ripah tur endah

Nu ngumbara, suka betah

Orang sunda sawawa

Sing toweksa perceka

Nyangga darma, anu nyata

Seweh pajajaran

Mungga tong kasmaran

Sing tuladen, jeung rumasa

Miara pakaya, memang sawajibna

Geten titen, rumawat tanah pusaka

Lagu ini rupanya memiliki banyak fungsi sekaligus yang terbagi menjadi: fungsi individu, fungsi
hiburan, sekaligus fungsi pendidikan. Sebagai individu, Mang Koko Koswara lewat lagu ini ingin
menyampaikan isi hatinya kepada masyarakat untuk senantiasa merawat tanah pusaka Sunda
ini.
Sebagai media hiburan, Tanah Sunda di masanya juga sering disiarkan di banyak stasiun radio
Sunda seperti: Duta FM, Angkasa FM, Raka FM, dan sebagainya. Selain itu, lagu ini juga
digunakan sebagai lagu penyambut tamu, agar para tamu terpukau dengan kekayaan Tanah
Sunda beserta keseniannya.

Terakhir sebagai media pendidikan, lagu Tanah Sunda juga mengandung pesan moral berupa
kewajiban dan kecintaan terhadap Tanah Padjadjaran.

17. Sumedang Tandang

Dangiang Sumedang tandang ngahudag galura juang Insun medal jati diri walagri pangeusi
nagri Natar gelar nutur galur luluhur ti dayeuh luhur Tampomas cadas pangeran jadi tangtung
kateguhan Sumedang tandang, tartib aman nyambuang dangian Sumedang tandang, torta
gawe udagan nanjung gumilang Sumedang, Sumedang, Sumedang tandang

Dangiang Sumedang tandang ngahudag galura juang Insun medal di…ri… walagri pangeusi
nagri Natar gelar nutur galur luluhur dayeuh luhur Luluhur dayeuh luhur Ja…lan.. tangtung ka
teguhan, kateguhan tangtungan Sumedang tandang tartib aman nyambuang dangiang Sing
nyambuang dangiang Sumedang tandang, la..na..ma..jang.. Mangka lana mangka manjang
mangka nanjung Mangkalangan, narawangan keur Sumedang tandang

Tandang juang,galura juang Insun diri walagri pangeusi nagri Natar gelar nutur galur luluhur
dayeuh luhur Luluhur dayeuh luhur ja..lan.. tangtung kateguhan,kateguhan tangtungan
Sumedang tandang, a..man dangiangan sing nyambuang dangiang Sumedang
tandang,la..na..man..jang.. Mangka lana mangka manjang mangka nanjung Mangkalangan,
narawangan keur Sumedang tandang

18. Lagu Daerah “Nenun”

Tenun lagu bertenun tenun kain celupan Batu Bara

Ada kain bersulam sutera ada kain warna kesumba

Ada kain bermanik perada jenis kain berbagai macam ada

19. Sasalimpetan

Sasalimpetan adalah lagu permainan Sunda yang dinyanyikan oleh anak-anak ketika
memainkan permainan Sasalimpetan.

Sasalimpetan

Jajahan aing nu panjang héy! héy!

Saha nu panjang

20. Pim Pom Pilem

Pim Pom Pilem merupakan lagu permainan Sunda yang biasa dinyanyikan oleh anak-anak
untuk mengundi sesuatu. Dalam permainannya, akan ditunjuk salah seorang anak menjadi
semacam pemimpin. Pemimpin yang telah ditunjuk ini lalu mengepalkan tangan kirinya
kemudian diletakkan di tengah kumpulan.
Anak-anak yang lain kemudian menirukan si pemimpin tadi mengepalkan tangan kanannya
masing-masing dan meletakkannya di tengah kumpulan. Lalu, si pemimpin meletakkan
tangannya lagi ke kepalan tangan-tangan yang lain sambil menyanyikan lagu Pim Pom Pilem
bersama-sama.

Pim-pom pilem jabésé

Sédan beureum ti Jogja

Batu ngampur dikempis

Pisang cau karonéng

Néngtét bujal di gunung

Nungtun sapi keur depa

Parahuna tiguling

Anda mungkin juga menyukai