Anda di halaman 1dari 38

Sejarah

Menurut cerita yang beredar di masyarakat Alor, kerajaan tertua di Kabupaten Alor adalah
kerajaan Abui di pedalaman pegunungan Alor dan kerajaan Munaseli di ujung timur pulau
Pantar. Suatu ketika, kedua kerajaan ini terlibat dalam sebuah Perang Magic. Mereka
menggunakan kekuatan-kekuatan gaib untuk saling menghancurkan. Munaseli mengirim lebah
ke Abui, sebaliknya Abui mengirim angin topan dan api ke Munaseli. Perang ini akhirnya
dimenangkan oleh Munaseli. Konon, tengkorak raja Abui yang memimpin perang tersebut saat
ini masih tersimpan dalam sebuah goa di Mataru. Kerajaan berikutnya yang didirikan adalah
kerajaan Pandai yang terletak dekat kerajaan Munaseli dan Kerajaan Bunga Bali yang berpusat
di Alor Besar. Munaseli dan Pandai yang bertetangga, akhirnya juga terlibat dalam sebuah
perang yang menyebabkan Munaseli meminta bantuan kepada raja kerajaan Majapahit,
mengingat sebelumnya telah kalah perang melawan Abui.

Sekitar awal tahun 1300-an, satu detasmen tentara bantuan kerajaan Majapahit tiba di Munaseli
tetapi yang mereka temukan hanyalah puing-puing kerajaan Munaseli, sedangkan penduduknya
telah melarikan diri ke berbagai tempat di Alor dan sekitarnya. Para tentara Majapahit ini
akhirnya banyak yang memutuskan untuk menetap di Munaseli, sehingga tidak heran jika saat ini
banyak orang Munaseli yang bertampang Jawa. Peristiwa pengiriman tentara Majapahit ke
Munaseli inilah yang melatarbelakangi disebutnya Galiau (Pantar) dalam buku Negarakartagama
karya Mpu Prapanca yang ditulisnya pada masa jaya kejayaan Majapahit (1367). Buku yang
sama juga menyebut Galiau Watang Lema atau daerah-daerah pesisir pantai kepulauan. Galiau
yang terdiri dari 5 kerajaan, yaitu Kui dan Bunga Bali di Alor serta Blagar, Pandai dan Baranua
di Pantar. Aliansi 5 kerajaan di pesisir pantai ini diyakini memiliki hubungan dekat antara satu
dengan lainnya, bahkan raja-raja mereka mengaku memiliki leluhur yang sama.

Pendiri ke 5 kerajaan daerah pantai tersebut adalah 5 putra Mau Wolang dari Majapahit dan
mereka dibesarkan di Pandai. Yang tertua di antara mereka memerintah daerah tersebut. Mereka
juga memiliki hubungan dagang, bahkan hubungan darah dengan aliansi serupa yang terbentang
dari Solor sampai Lembata. Jalur perdagangan yang dibangun tidak hanya di antara mereka
tetapi juga sampai ke Sulawesi, bahkan ada yang menyebutkan bahwa kepulauan kecil di
Australia bagian utara adalah milik jalur perdagangan ini. Mungkin karena itulah beberapa waktu
lalu sejumlah pemuda dari Alor Pantar melakukan pelayaran ke pulau Pasir di Australia bagian
utara. Laporan pertama orang-orang asing tentang Alor bertanggal 825 Januari 1522 adalah
Pigafetta, seorang penulis bersama awak armada Victoria sempat berlabuh di pantai Pureman,
Kecamatan Alor Barat Daya. Ketika itu mereka dalam perjalanan pulang ke Eropa setelah
berlayar keliling dunia dan setelah Magelhaen, pemimpin armada Victoria mati terbunuh di
Philipina. Pigafetta juga menyebut Galiau dalam buku hariannya. Observasinya yang keliru
adalah penduduk pulau Alor memiliki telinga lebar yang dapat dilipat untuk dijadikan bantal
sewaktu tidur. Pigafetta jelas telah salah melihat payung tradisional orang Alor yang terbuat dari
anyaman daun pandan. Payung ini dipakai untuk melindungi tubuh sewaktu hujan.
Mengenal Suku Alor Yang Berasal Dari Nusa
Tenggara Timur
zulfa azizah Wednesday, February 11, 2015 Nusa Tenggara Timur, suku

suku alor (foto:www.academia.edu)


Sejarah, Kebudayaan dan Adat Istiadat Suku Alor yang berasal dari Nusa Tenggara Timur. Alor
adalah kabupaten yang terletak di Nusa Tenggara Timur, ibukota dari provinsi ini adalah
Kalabahi. Alor merupakan kepulauan disebelah selatan pulau Alor adalah Timor Leste dan Selat
Ombay, dibagian Utara Alor berbatasan dengan Laut Flores, di bagian Barat dengan Selat
Lomblen dan Kabupaten Lembata, sedangkan di bagian Timur dengan kepulauan Maluku
Tenggara Barat. Alor termasuk salah satu dari 92 pulau terluar di Indonesia karena berbatasan
dengan Timor Leste dan Selat Ombay di sebelah selatan.

Kerajaan yang terdapat di Alor

Menurut sejarah, kerajaan tertua di Alor adalah kerajaan Abui di pedalaman pegunungan
Alor dan kerajaraan Munaseli yang berada di pulau Pantar. Bukan hanya Kerajaan Munaseli dan
Abui saja, di pesisir pantai terdapat juga kerajaan Kui, Bunga Bali, Blagar, Pandai serta Baranua
yang memiliki hubungan dekat satusama lain, tidak heran jika mereka mengaku berasal dari
leluhur yang sama.

Agama suku Alor

Mayoritas agama pada penduduk Alor adalah kristen katolik dan kristen protestan,tapi tidak
sedikit pula dari masyarakat Alor yang menganut paham animisme dan dinamisme yang
menyembah:

1. Larra/Lera yaitu matahari


2. Wulang yaitu bulan
3. Neda yaitu sungai bisa disebut juga dewa air
4. Addi yaitu hutan bisa disebut juga dewa hutan
5. Hari yaitu laut bisa disebut juga dewa laut.

Sebagian lainnya lagi beragama islam, budha dan hindu.

TAU BANYAK DAN BANYAK TAU

MENGENAL LEBIH JAUH SUKU ALOR


Artikel

Created by Felisitas Damayanti


posted on 10 months ago
Share Tweet Google+ Reddit Pinterest

MENGENAL LEBIH JAUH SUKU ALOR


RT 01/ RW 01 (Suku Alor)

Suku Alor

A. Sejarah Suku Alor

Alor adalah kabupaten yang terletak di Nusa Tenggara Timur, ibukota dari provinsi ini adalah Ka
labahi. Alor sendiri berbentuk kepulauan dimana dilintasi jalur perlayaran dagang Samudra, di se
belah selatan pulau Alor adalah Timor Leste dan Selat Ombay, di bagian Utara Alor berbatasan d
engan Laut Flores, di bagian Barat dengan Selat Lomblendan Kabupaten Lembata, sedangkan di
bagian Timur dengan kepulauan Maluku Tenggara Barat. Alor termasuk salah satu dari 92 pulau
terluar di Indonesia karena berbatasan dengan Timor Leste dan Selat Ombay di sebelah selatan. S
uku bangsa Alor mendiami daratan pulau Alor, Pantar dan pulau-pulau kecil di antaranya. Nama
Alor mungkin diberikan oleh orang luar untuk menyebut seluruh kelompok masyarakat yang ber
diam di daerah tersebut.

Mereka sendiri terdiri atas sejumlah sub-suku bangsa, antara lain Abui, Alor, Belagar, Deing, Ka
bola, Kawel, Kelong, Kemang, Kramang, Kui, Lemma, Maneta, Mauta, Seboda, Wersin, dan Wu
wuli. Pada masa lampau sub-sub suku bangsa tersebut masing-masing hidup terasing di daerah p
erbukitan dan pegunungan, terutama untuk menghindari peperangan dan tekanan dari dunia luar.
Disanalah mereka mendirikan rumah-rumah bertiang kayu bulat, tinggi dan dengan atap dari alan
g-alang atau ijuk berbentuk bulat, dindingnya terbuat dari anyaman bambu, daun lontar atau papa
n. Karena kurangnya komunikasi di antara mereka, maka berkembanglah berbagai dialek yang m
embedakan satu kelompok dengan kelompok

G. Lokasi Suku Alor

Secara geografis terletak di antara 12548" -12348" BT dan antara 86"-836" LS. Sebagai daer
ah kepulauan paling timur Nusa Tenggara Timur, Kabupaten Alor berbatasan dengan:

UtaraLaut Flores
SelatanSelat Ombay dan Timor Leste
BaratSelat Lomblen dan Kabupaten Lembata
TimurWilayah kabupaten Maluku Barat Daya[3]

Home

Wisata Alam

Wisata Budaya

Wisata Religi

Hotel & Restorant


Tour & Travel

Berita Daerah

Tentang Kami

Advertise

Monday, 23 March 2015


ORANG MANGGARAI: ASAL-USULNYA - bagian pertama

Pendahuluan

Orang-orang Flores bukan merupakan satu suku dengan latar belakang yang sama.
Demi mudahnya, ketika merantau mereka memperkenalkan diri sebagai orang Flores
karena memang mereka berasal dari Flores.
Sebetulnya pulau Flores didiami oleh beberapa suku, di antaranya Manggarai, Ngadha,
Nage Keo, Ende-Lio, Sika, Larantuka dan Lamaholot. Bila ditinjau dari sudut bahasa
dan budaya, orang Flores terdiri dari beberapa etnis, yaitu: etnis Manggarai - Riung
(yang meliputi kelompok bahasa Manggarai,
Wanita Lamaholot dan Manggarai, dua etnis di Flores
Pae, Mbai, Rajong, dan Mbaen), etnis Ngadha-Lio (terdiri dari kelompok bahasa-
bahasa Rangga, Maung, Ngadha, Nage, Keo, Palue, Ende dan Lio), etnis Mukang
(meliputi bahasa Sikka, Krowe, Mukang dan Muhang), etnis Lamaholot (meliputi
kelompok bahasa Lamaholot Barat, Lamaholot Timur, dan Lamaholot Tengah) dan etnis
Kedang (yang digunakan di wilayah Pulau Lembata bagian selatan).
Kami akan mendeskripsikan suku-suku asli yang mendiami Flores itu satu-satu
persatu. Mudah-mudahan dapat membantu pembaca yang terhormat untuk memahami
budaya Flores secara lebih mendalam. Kami akan memulai dari Flores bagian barat.

MANGGARAI SUKU TERBESAR FLORES


Pulau Flores bagian barat didiami orang Manggarai. Paling tidak ada dua versi terkait
penamaan suku terbesar di Flores ini.

Versi pertama mengatakan bahwa Manggarai merupakan gabungan dua kata bahasa
Gowa - Sulawesi Selatan, yaitu manggar, artinya sauh atau jangkar dan rai, artinya
putus. Jadi menurut versi ini, Manggarai artinya jangkar putus.

Penamaan ini terkait dengan kisah penemuan atau interaksi suku ini dengan orang luar.
Menurut ceritera rakyat Manggarai, orang-orang Gowa berlayar ke arah selatan dan
akhirnya menemukan sebuah pulau yang berhutan sangat lebat dan sangat subur.
Mereka berencana mendarat di daerah itu. Namun karena hujan badai yang sangat
besar, jangkar mereka putus sehingga dengan segenap kekuatan berusaha
menyelamatkan diri kembali ke laut lepas dan kembali ke temapt asal mereka - Gowa.

Kedatangan mereka disambut dengan sukacita mendalam oleh anggota keluarga. Para
pelaut itu mengatakan bahwa mereka menemukan sebuah pulau yang subur dan
berhutan sangat lebat. Mereka berusaha mendarat, tetapi karena badai besar jangkar
perahu putus dan mereka tak berhasil mendarat.

Demi mudahnya, daerah itu mereka namakan Manggar-Rai. Kelak, daerah itu didatangi
kembali dan Manggarai selanjutnya dipakai untuk menunjuk daerah itu.

Orang Todo, pakaian adatnya berbeda dengan Manggarai lainnya


Versi kedua mengatakan bahwa Manggarai merupakan gabungan kata Manggar dan Rai. Versi
ini mengatakan bahwa kata manggar diambil dari nama batu yang dibawa oleh Empo Masur
seorang keturunan raja ( Raja Luwu ) dan merupakan cikal bakal orang Todo-Pongkor dari
Sumatera Barat yang artinya watu jangkar yang biasanya digunakan untuk menahan Wangka
(Perahu) ketika berlabuh. Sedangkan kata watu rai berarti batu asah yang digunakan untuk
mengasah parang, tombak dan benda-benda tajam lainnya. Kedua batu ini merupakan dasar
pemberian nama Manggarai.

Ada banyak versi yang berkembang di Manggarai tentang asal-usul mereka. Ada yang
mengatakan bahwa mereka adalah keturunan Sumba, Bima, Bugis Luwu, Melayu
Malaka atau Minangkabau.

Orang Cibal - lihat songketnya berbeda dengan Orang Todo


Versi yang mengatakan orang Manggarai berasal Minangkabau berkembang di wilayah
Todo-Pongkor. Para tetua Todo-Pongkor mengatakan bahwa leluhur mereka bernama
Masur, salah seorang keturunan Raja Luwu. Kemungkinan Masur adalah seseorang
yang diberi kepercayaan untuk memimpin pasukan kesultanan Goa memasuki daerah
Flores barat tahun 1666. Pasukan Goa ini memasuki wilayah barat Flores dari Warloka
di Pulau Komodo lalu memasuki pantai selatan Flores, tepatnya dari daerah Iteng
Satarmese sekarang. Dari situ mereka bergerak ke arah pedalaman dan sampai ke
daerah Todo-Pongkor. Todo-Pongkor lantas dijadikan pusat kekuasaan baru. Pada
mulanya kesultanan Goa itu ( di bawah perwakilan Masur ) hanya menguasai Flores
Barat bagian selatan tetapi tidak lama berselang mereka menguasai hampir seluruh
daerah yang saat ini disebut Manggarai Raya itu.

Topi Manggarai - mirip kopiah: salah satu pengaruh Goa - Makasar


Pengaruh kesultanan Goa atas wilayah ini sangat besar. Selain harus menyetorkan
upeti atau pajak ke kesultanan Goa yang diambil dari penduduk asli, Masur juga
menikahi perempuan penduduk asli. Itulah mengapa orang Todo-Pongkor saat ini
mengatakan bahwa mereka berasal dari Minangkabau.
Bila dilihat dari sisi historis, pengakuan itu tidak seluruhya benar dan juga tidak
seluruhnya salah. Paling tidak ada dua alasan.

Pertama, ada perbedaan sistem kekerabatan antara suku Manggarai dengan suku
Minang. Orang Manggarai menganut sistem kekerabatan patrilineal semantara orang
Minang menganut sistem kekerabatan matrilineal. Bagaimana mungkin orang Minang
membalikkan sistem kekerabatan ini secara radikal? Kedua, adalah apa yang
dikatakan antropolog Maribert Erb. Ia mengatakan asal-usul orang Manggarai bukan
dari Minangkabau. Karena belum ada bukti sejarah bisa memastikan bahwa orang
Minangkabau pernah datang dan menetap di daerah Flores barat tersebut.
Berdasarkan penelusurannya, orang Minangkabau biasanya mendatangi suatu daerah
dan menetap daerah itu karena mendapatkan keuntungan ekonomis. Pertanyaannya,
untuk apa mereka datang ke Manggarai yang saat itu belum menunjukan keuntungan
ekonomis bagi mereka?

Karena kedua alasan itu, mungkin lebih tepat dikatakan bahwa orang Manggarai,
terutama Todo-Pongkor, merupakan hasil perkawinan antara penduduk asli dengan
pendatang dari Minangkabau yang memasuki Flores Barat lewat penetrasi kekuasaan
kesultanan Goa dari Sulawesi Selatan.
Secara geografis, Flores Barat ( Manggarai ) sangat
dekat dengan P. Sumba
Hipotesa ini membawa kita pada versi yang lain. Versi ini mengatakan bahwa orang
Manggarai berasal dari Sumba. Nenek moyang orang Manggarai meninggalkan Sumba
dengan perahu dan berlayar ke arah utara dan menemukan sebuah daratan yang
berhutan lebat dan subur. Mereka mendarat di dataran rendah yang luas dan subur.
Mereka tinggal di daerah itu, lalu sebagian dari antara mereka berpindah secara
nomaden memasuki pedalaman, menuju ke arah timur laut. Pada suatu mereka tiba di
daerah yang saat ini bernama Mano. Dari itu sebagian lagi bergerak ke arah barat dan
akhirnya tiba di daerah yang sekarang bernama Ruteng.

Pinisi, kapal orang Goa mengarungi lautan hingga ke mana saja


Versi lain lagi mengatakan bahwa nenek moyang orang Manggarai, terutama orang Cibal berasal
dari Makasar. Versi ini mengatakan bahwa orang-orang Makasar di utara Floress Barat dan
bergerak menuju pedalaman dan tiba di daerah Cibal lalu mendirikan kerajaan di daerah itu.
Mereka inilah yang merupakan nenek moyang orang Cibal. Pendukung versi ini melihat
kesamaan kata-kata bahasa Manggarai dengan bahasa Makasar serta bentuk rumah panggung
( mbaru ngaung ) selain kain sarung berupa songke (lipa songke, towe songke) sebagai alasan.

Namun ada catatan yang harus dikemamukakan di sini. Adanya kesamaan kata-kata itu
tidak berkorelasi langsung dengan kesamaan suku. Karena ada juga kata-kata yang
sama yang ditemukan di suku lain, misalnya suku Ngada di sebelah timur Manggarai.

Bugis Goa/Makasar Manggarai Ngada Indonesia


manuk - manuk manu ayam
lipa Lipa lipa/towe lipa kain sarung
- Nyarang Jarang jara kuda

Jadi, pendukung versi manapun belum bisa mengungkapkan fakta-fakta yang


meyakinkan terkait asal-usul nenek moyang orang Manggarai.

Ada juga versi yang mengatakan bahwa nenek moyang orang Manggarai berasal dari
Melayu-Malaka. Hingga kini belum ada fakta yang mendukung pandangan ini. Bagi
saya, mungkin versi inilah yang paling mendekati kebenaran. Saya mengatakan hal ini
berdasarkan Teori Penyebaran Manusia Modern seperti yang bisa pembaca lihat dalam
Teori Out of Afirica dalam tulisan ini.

Katakanlah kalau semua versi yang beredar itu memang benar, itu semakin
menunjukkan bahwa sebetulnya tidak ada satu suku Manggarai yang murni. Yang ada
adalah kelompok-kelompok pendatang yang menempati wilayah tertentu yang dalam
waktu relatif panjang mengembangkan adat-istiadat dan pusat kekuasaan sendiri-
sendiri serta saling berinteraksi dalam waktu yang relatif lama sehingga menghasilkan
realitas orang-orang Manggarai seperti yang dikenal dewasa ini.

Dalam beberapa wawacara yang dilakukan antropolog Maribert Erb dengan beberapa tetua
Manggarai tentang asal-usul mereka sering didapati jawaban berupa dongeng atau bahasa kiasan.
Satu diantaranya adalah cerita bahwa orang Manggarai berasal dari bambu. Menurut Maribert
Erb, jawaban ini hanya mengungkapkan bahwa mereka sudah lama menetap di daerah tersebut
sehingga mereka pun tidak tahu dari mana mereka berasal. Selanjutnya ia mengatakan bahwa
keaslian orang Manggarai adalah suatu mitos. Semakin kita bertanya tentang keaslian maka kita
tidak akan pernah menenukan jawabannya. Suatu keaslian selalu disertakan dengan
pertanyaan tentang keasilannya.
Peta migrasi manusia modern menurut teori Out of Africa
Asal-usul orang Manggarai mungkin akan lebih jelas bila kita menggunakan parameter Teori
Out of Africa. Teori Out of Africa ini mengatakan bahwa seluruh ras manusia modern berasal
dari Africa.
Dalam dunia akademis, teori ini lebih diterima dari pada Teori Multiregional
(Kontinuitas Regional). Sebuah teori lain yang mengatakan bahwa ras-ras manusia
modern dewasa ini merupakan hasil evolusi manusia purba yang terjadi secara
independen atau sendiri-sendiri di banyak wilayah di bumi ini. Teori ini tidak tahan uji
karena tidak mampu menjawab masalah adanya missinglink antara manusia purba
dengan manusia modern.

Teori Out of Africa mendasarkan diri atas penelusuran genetik populasi manusia dengan
menggunakan biologi molekuler. Dipastikan bahwa seluruh ras manusia merupakan hasil
evolusi manusia modern benua Afrika (Homo sapiens) dan tidak mendapatkan turunan genetic
dari hominid-hominid pendahulunya seperti hominid Eropa (Neanderthal) maupun hominid Asia
baik yang fosilnya ditemukan di Peking maupun di Jawa.

Dr. Alice Robert - salah satu pendukung Teori Out of Africa


Dalam bukunya, The Incredible Human Journey, Dr. Alice Roberts menelusuri sejarah migrasi
manusia berdasarkan penemuan-penemuan tulang belulang homo sapiens dan merangkainya
dalam teori perjalanan manusia yang dimulai dari Afrika pada 150.000 tahun yang lalu. Dari
penemuan-penemuan itu, Roberts dan para ahli lainnya membangun teori bahwa seluruh manusia
apapun rasnya berasal dari Afrika dan menyebar keseluruh penjuru dunia. Teori itu dibangun
lewat jejak DNA dari berbagai ras manusia di dunia dan metode menghubungkan iklim dunia
pada saat itu dengan proses migrasi manusia.
Dr Roberts memperkirakan bahwa ini terjadi pada 70.000 tahun yang lalu, ketika iklim
bumi berubah, dan gurun Sahara menghijau hanya beberapa ratus tahun lamanya.
Kesempatan ini memungkinkan sekelompok manusia melintasi Afrika dan menyeberang
ke jazirah Arab sebelah selatan.Dari sana kelompok itu memecahkan diri. Ada yang
menuju ke timur dan ada yang menuju ke barat.
Kelompok yang menuju ke timur, mencapai Anak Benua India melalui Timur Tengah dan
mencapai Oseania melalui Indonesia . Diperkirakan 50 sampai 60 ribu tahun lalu
mereka telah sampai di Australia lebih dahulu sebelum menyebar di wilayah Asia
lainnya.

Paparan Sunda dan Sahul yang memungkinkan migrasi fauna & manusia
Pada Jaman Es, ketika permukaan air laut lebih rendah, Indocina , Indonesia bagian
barat dan sebagian kecil Filipina menyatu membentuk Paparan Sunda yang dianggap
sebagai cikal bakal negara-negara Asia saat ini. Australia dan Pulau Papua ( New
Guinea ) juga bergabung membentuk Paparan Sahul yang dipisahkan dari Paparan
Sunda oleh Selat Sahul. Namun demikian beberapa kelompok manusia berhasil
menyeberanginya dan mencapai pulau-pulau di Oseania.

Sementara itu beberapa kelompok manusia juga meninggalkan Afrika menuju Eropa
melalui bagian utara Laut Merah, Asia Tengah dan Timur Jauh, tapi lebih banyak yang
menuju timur ke arah Paparan Sunda karena tertarik dengan iklim yang lebih
bersahabat dan alam yang subur.
Teori Out of Africa bisa membantu kita membangun sebuah hipotesa baru bahwa asal-
usul Orang Manggarai
Garis Wallace & Weber, pemisah sebaran fauna Indonesia
tidak bisa dipisahkan dari suku-suku lain di Flores. Mereka merupakan bagian dari
manusia modern yang melakukan migrasi ke Oceania hingga Autralia seperti yang
dikatakan Dr. Alice Robert di atas.
Hipotesa ini diperkuat oleh beberapa kemiripan fisik dan bahasa antar suku-suku di
Flores seperti telah dikemukakan di atas, terkait adanya kesamaan suku kata antara
Goa-Bugis, Manggarai dan Ngada.

Gadis-gadis Manggarai, unik karena merupaka perpaduan antara Proto Melayu - Deutero Melayu
Selanjutnya berbedaan-perbedaan lainnya muncul karena kenyataan historis lainnya.
Tidak ada suku lain di Flores yang telah membangun interaksi yang intensif dengan
orang-orang luar seperti orang Manggarai. Interaksi yang intensif antar orang-orang
yang mendiami wilayah Manggarai dengan suku-suku yang datang kemudian yang
akhirnya melahirkan versi-versi keaslian orang Manggarai seperti sudah diungkapkan
sebelumnya.
Dalam konteks ini, Manggarai adalah suku yang paling unik di seluruh Indonesia. Bisa
jadi Manggarai adalah semacam "garis Wallace" dan "garis weber" dalam konteks
penyebaran ras dan suku manusia di Indonesia.

[tutup]

Pulau Alor
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Untuk kabupaten dengan nama sama, lihat Kabupaten Alor.
Alor

Peta lokasi pulau Alor


Koordinat 815LU 12445BT
Negara Indonesia
Gugus kepulauan Sunda kecil
Provinsi Nusa Tenggara Timur
Kabupaten Alor
Luas 2.119,7 km
Populasi -

s
Sebuah moko

Alor adalah sebuah pulau yang terletak di ujung timur Kepulauan Nusa Tenggara. Luas
wilayahnya 2.119 km, dan titik tertingginya 1.839 m. Pulau ini dibatasi oleh Laut Flores dan
Laut Banda di sebelah utara, Selat Ombai di selatan (memisahkan dengan Pulau Timor), serta
Selat Pantar di barat (memisahkan dengan Pulau Pantar. Pulau Alor adalah satu dari 92 pulau
terluar Indonesia karena berbatasan langsung dengan Timor Leste di sebelah selatan.

Pulau Alor merupakan salah satu dari dua pulau utama di Kabupaten Alor, Provinsi Nusa
Tenggara Timur, Indonesia. Di pulau ini terdapat Kota Kalabahi, ibukota Kabupaten Alor.

Letak dan Luas

(1) Pulau Alor terletak pada posisi 08o 1350 LU 125o 0755 BT dengan batas-batas :

* Sebelah Utara : Laut Flores


* Sebelah Timur : Maluku Tenggara Barat
* Sebelah Barat : Selat Lomblen Kecamatan Lembata
* Sebelah Selatan : Selat Ombay dan Timor Leste

Iklim dan Cuaca

1. Temperatur.
Letak Pulau Alor berada di sebelah selatan Khatulistiwa. Hal ini
menyebabkan Alor beriklim Semiarid (Kering). Suhu di Alor dapat mencapai 22,2
C sampai 32,2 C.
2. Kelembaban.
Prosentase kelembaban tertinggi 92%, terendah 80%, penyinaran matahari
tertinggi dan terendah 62%.

Pulau Alor selain memiliki keindahan Alam yang dapat dilihat secara langsung didaratan dan
dipantai, juga memiliki keindahan Alam dibawah laut berupa ikan-ikan langka nan indah serta
karang dan tumbuhan-tumbuhan laut yang begitu mempesona. berikut ini akan kami berikan
beberapa titik selam yang memiliki keindahan alam Memiliki 18 titik selam yang disebut
Barunas Dive Sites at Alor : 1. Barunas Point 2. Never Never wall 3. Cave Point 4. Barrel
Sponge Wall 5. Mola mola Point 6. Night Snacks 7. Alor Expree / Alor Dreaming 8. Rocky
Point 9. Three Coconuts 10. Moving Pictures 11. Eagle Ray Point 12. Rahims Point 13. Tuna
Channel 14. Anemone Country 15. Sharks Reeway 16. Octopus Garden 17. Captains Choice 18.
The Refrigerator

Objek Wisata Selain potensi wisata bahari, Alor juga menyimpan sejumlah objek wisata yang
memiliki daya tarik secara kultural dan historis yang jarang dijamah dan dikunjungi baik oleh
penduduk setempat maupun oleh wisatawan. Meski memiliki aksebilitas amat terbatas, tetapi
bagi para pencinta petualangan alam justru menjadi tantangan dan keunikan.

Salah satunya, alquran tua dari kulit kayu yang ditulis dengan tinta ramuan tradisional yang
diperkirakan berusia lebih dari 800 tahun, sebuah bukti sejarah tentang keberadaan Islam di Alor.
Daya pemikat lainnya yaitu kampung Takpala, sebuah desa tradisional yang dihuni oleh suku
Abui dengan pola perkampungan linear dengan deretan rumah adat.

Masyarakatnya yang masih memegang teguh adat dan tradisi akan mempertontonkan atraksi
budayanya yang khas dalam menyambut para pelancong, membuat nama desa ini melambung
sampai ke mancanegara. Bagi pendaki gunung yang menggilai tantangan di tempat yang masih
perawan, Gunung Delaki Sirung di Pulau Pantar dan Gunung Koya-Koya di Pulau Alor, adalah
tempatnya. Kepenatan yang melelahkan itu segera sirna membawa kesejukan dan kesegaran jiwa
setelah menyaksikan fenomena geologi vulkanik di Desa Air Panas dan Air Terjun di Pulau
medan

, taman wisata alam Tuti Adagae di Pulau Alor.

Sementara ranch mini peternakan rusa (terbaik di kawasan timur Indonesia) jangan dilewatkan
untuk dikunjungi. Kesejukan dan kesegaran di alam Hutan Nostalgia juga akan menyapa setiap
pengunjung yang ingin melepas kepenatan. Sebelum beranjak kembali pulang, jangan lupa
menanam pohon di Hutan Nostalgia sebagai tanda Anda pernah mengunjungi Pulau Alor. Nama
dan alamat Anda akan diabadikan pada pohon yang ditanam dan dikenang sepanjang masa.

Akses Menuju Lokasi Wisatawan bisa datang dari Kupang dengan naik kapal feri dengan waktu
tempuh 12-13 jam menuju Larantuka. Kemudian melanjutkan perjalanan dengan naik kapal kayu
menuju pelabuhan laut Kalabahi dengan waktu tempuh sekitar 1 jam. Di depan pelabuhan
Kalabahi yang berada di Kepulauan Alor, terbentang Taman Laut Selat Pantar.

Akomodasi Di Kepulauan Alor tersedia rumah makan, penginapan, pemandu wisata, dan
perdagangan souvenir khas Pulau Pantar.
Prajurit pribumi Alor, 1895.

Lihat pula
Kabupaten Alor

Artikel bertopik pulau di Indonesia ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu
Wikipedia dengan mengembangkannya.

Alor adalah sebuah pulau yang terletak di ujung timur Kepulauan Nusa Tenggara. Luas
wilayahnya 2.119 km, dan titik tertingginya 1.839 m. Pulau ini dibatasi oleh Laut Flores dan
Laut Banda di sebelah utara, Selat Ombai di selatan (memisahkan dengan Pulau Timor), serta
Selat Pantar di barat (memisahkan dengan Pulau Pantar. Pulau Alor adalah satu dari 92 pulau
terluar Indonesia karena berbatasan langsung dengan Timor Leste di sebelah selatan. Pulau Alor
merupakan salah satu dari dua pulau utama di Kabupaten Alor, Provinsi Nusa Tenggara Timur,
Indonesia. Di pulau ini terdapat Kota Kalabahi, ibukota Kabupaten Alor.

Kategori:

Pulau di Indonesia

Pulau di Nusa Tenggara Timur

Pulau terluar Indonesia

Kabupaten Alor

Menu navigasi
Belum masuk log

Pembicaraan

Kontribusi

Buat akun baru

Masuk log

Halaman
Pembicaraan

Baca

Sunting

Sunting sumber

Versi terdahulu

Pencarian

Halaman Utama

Perubahan terbaru

Peristiwa terkini

Halaman baru

Halaman sembarang

Komunitas

Warung Kopi

Portal komunitas

Bantuan

Wikipedia

Tentang Wikipedia

Pancapilar

Kebijakan

Menyumbang

Hubungi kami

Bak pasir
Bagikan

Facebook

Twitter

Google+

Cetak/ekspor

Buat buku

Unduh versi PDF

Versi cetak

Dalam proyek lain

Wikimedia Commons

Perkakas

Pranala balik

Perubahan terkait

Halaman istimewa

Pranala permanen

Informasi halaman

Item di Wikidata

Kutip halaman ini

Pranala menurut ID

Bahasa lain

Cebuano
Deutsch

English

Espaol

Eesti

Suomi

Franais

Galego

Italiano

Basa Jawa

Lietuvi

Nederlands

Polski

Portugus

Svenska

Kiswahili

Ting Vit

Sunting interwiki

Halaman ini terakhir diubah pada 30 Oktober 2016, pukul 14.45.


Teks tersedia di bawah Lisensi Atribusi-BerbagiSerupa Creative Commons; ketentuan
tambahan mungkin berlaku. Lihat Ketentuan Penggunaan untuk lebih jelasnya.

Kebijakan privasi

Tentang Wikipedia

Penyangkalan

Pengembang

Cookie statement

Tampilan seluler

1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Alor
adalah sebuah pulau yang terletak di ujung timur
Kepulauan
Nusa Tenggara
. Luas wilayahnya 2.119 km, dan titik
tertingginya 1.839 m. Pulau ini dibatasi oleh
Laut Flores
dan
Laut
Banda
di sebelah utara,
Selat Ombai
di selatan (memisahkan
dengan
Pulau Timor
), serta
Selat Pantar
di barat (memisahkan
dengan
Pulau Pantar
. Pulau Alor adalah satu dari
92 pulau
terluar Indonesia
karena berbatasan langsung dengan
Timor
Leste
di sebelah selatan.
Pulau Alor selain memiliki keindahan Alam yang dapat
dilihat secara langsung didaratan dan dipantai, juga memiliki
keindahan Alam dibawah laut berupa ikan
-
ikan langka nan indah
serta karang dan tumbuhan
-
tumbuhan laut yang begitu
mempesona.
Terdapat
titi
km
enyelam
yang mem
iliki keindahan
alam Memiliki belasan
titik selam yang disebut
Barunas Dive
Sites at Alor
Seiring dengan perkembangan teknologi yang tidak
ada titik akhir, hal itu menjadi sebuah peluang untuk para
p
engembang Teknologi Informasi
. Apalagi
saat ini teknologi
mobile yang berkembang sangat signifikan. Sebagian besar
2
orang telah bergantung pada
mobile device
untuk memperoleh
informasi.
Informasi merupakan kebutuhan utama bagi sebagian
besar manusia. Dengan menggunakan perangkat
mobile
,
informasi bisa didapatkan dimanapun berada dalam waktu
singkat. Di antaranya yaitu informasi tentang lokasi menyelam.
Namun seringkali para Pen
y
elam kesulitan dalam
menemukan lokasi wisata yang ada, khususnya di Kabupaten
Alor. Sehingga banyak tempat wisat
a maupun tempat menyelam
yang tidak diketahui lokasinya sehingga jarang di kunjungi.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang
masalah di atas, maka untuk
membantu wisatawan atau para penyelam dalam menemukan
lokasi menyelam di Kabupaten Alor, dibangunlah sebuah Aplikasi
Lokasi Menyelam di Kabupaten Alor
dengan metode LBS
(
Location Based Service
)
pada
mobile
yang menukung aplikas
i
android.
1.3
Ruang Lingkup
Ruang lingkup yang penulis berikan yaitu, aplikasi ini
hanya memberikan informasi lokasi titik menyelam di Kabupaten
Abstrak. Alor merupakan salah satu pulau terluar Indonesia yang berbatasan
dengan Negara Republik Demokratik Timor Leste dan memiliki berbagai tinggalan
budaya penting dari masa lampau, berupa tradisi megalitik hingga berkembangnya
agama-agama besar di Nusantara. Tulisan ini bertujuan mengetahui potensi
arkeologi di Pulau Alor, yang kemudian perlu dikembangkan untuk memperkuat
karakter dan jati diri, cinta tanah air, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat
Alor. Data penelitian ini dikumpulkan melalui studi pustaka. Setelah data terkumpul,
pengolahan dilakukan secara descriptif-kualitatif dengan mendeskripsikan tinggalan
arkeologi, fungsi dan maknanya berdasarkan hasil penelitian yang kemudian
diakhiri dengan penyimpulan. Potensi tinggalan arkeologi di pulau ini berupa misba,
rumah adat, moko, struktur bangunan, Al Quran kuno, kubur tempayan, kubur
ceruk, dan periuk tumbuh. Berbagai potensi arkeologi tersebut membuktikan
tingginya nilai peradaban masyarakat Alor, sekaligus sebagai media komunikasi
dalam membangun hubungan harmonis dengan Tuhan, sesama, dan lingkungannya.
Pulau Alor, Nusa Tenggara Timur
Alor memiliki nama yang pendek hanya empat huruf tetapi keindahan di
darat dan di bawah lautnya sangatlah panjang bahkan tak cukup satu
minggu untuk menggapainya. Alor begitu penuh kejutan sekaligus
mengagumkan mulai dari taman bawah laut, budaya moko, suku tradisional
di pegunungan, hingga Al-Quran tertua di Asia Tenggara. Apakah ini tempat
wisata bahari idaman selain Raja Ampat? Alor dikenali sebagai Pulau 1.000
moko, berlokasi di bagian timur Flores, ProvinsiNusa Tenggara Timur. Sebuah
tempat dengan kekayaan bawah laut yang mengagumkan meski belum
tersohor seperti Raja Ampat atau Taman Nasional Komodo. Akan tetapi, para
penyelam yang pernah menjajalnya menceritakan dari mulut ke mulut
bahwa keindahan Alor tak kalah bahkan bila dibandingkan dengan Kepulauan
Karibia yang tersohor itu dan bisa jadi lebih megah.

Alor menyimpan daya tarik alam, budaya, dan sejarah yang diminati para
petualang, peneliti, dan tentunya wisatawan. Meski akses masih terbatas
(umumnya dari Kota Kupang dengan pesawat atau kapal laut) tetapi itu tidak
menyurutkan minat untuk menjelajahi keistimewaan dan keindahannya.
Salah satu keunikan pulau ini adalah ditemukannya banyak moko, padahal di
Alor sejak awal masyarakatnya memang tidak pernah memproduksi moko
karena merupakan budaya Dongson di Vietnam Utara. Anda dapat
mengunjungi Museum 1000 Moko untuk melihat lansung kekayaan budaya
Alor, termasuk juga tenunan indah dengan beragam warna dan corak.
Tenunan khas Alor (kawate) bahkan sudah melanglangbuana hingga ke
Jepang. Di bawah laut sekitar Alor setidaknya ada lebih dari 50 titik
menyelam yang tersebar hingga Pulau Pantar. Lokasi menyelam di Alor telah
dikunjungi oleh banyak penyelam dari berbagai negara, seperti Amerika,
Australia, Austria, Inggris, Belgia, Belanda, Jerman, Kanada, Selandia Baru,
dan beberapa negara di Asia.

Dari sekian banyak titik meyelam, 20 di antaranya berkualitas prima dan


termasuk terbaik di dunia. Karl Muller dalam bukunya East of Bali,
menyebutkan bahwa Alor memiliki air laut yang bersih, biota laut yang
beraneka ragam, dan terdapat titik-titik selam yang dapat dinikmati pada
malam hari. Ia menyebut Alor sebagai taman laut kelas dunia. Di daratan
Pulau Alor berdiam beberapa suku tradisional Flores dengan adat-istidat
yang tidak banyak berubah sejak zaman batu, bahkan salah satunya masih
menyimpan tradisi membuat pakaian dari kulit pohon (pakaian ka).
Kemegahan budaya Alor dapat Anda jumpai pada suku Takpala yang tinggal
di Desa Lembur Barat, Alor Tengah Utara. Suku adat ini masih memegang
teguh tradisi dengan mempertahankan rangkaian bangunan adat berbentuk
limas beratap daun kelapa, ditopang empat pilar dalam bingkai pohon asam
dan berdinding anyaman bambu. Desa ini didiami suku Abui sebagai suku
terbesar di Alor dengan dua rumah adat sebagai simbol utama dan 13 rumah
gudang (lumbung pangan).
Salah satu kekayaan budaya di Nusa Tenggara atau Sunda Kecil adalah
wilayah ini memiliki banyak sekali bahasa daerah (baca: bahasa suku). Di
Pulau Alor ada puluhan bahasa dari suku yang mendiami kampung-
kampungnya. Banyaknya bahasa di Alor telah ditelaah oleh peneliti bahasa
mancanegara sejak tahun 1930-an. Di pesisir pantai Alor, ada sebuah desa
yang menyimpan Al-Quran tertua di Indonesia bahkan di Asia Tenggara. Al-
Quran tersebut terbuat dari kulit kayu dan pewarna alam dengan usia
diperkirakan lebih dari 800 tahun. Al-Quran tua ini pernah sekali keluar dari
Alor pada April 2011 untuk dipamerkan dalam Festival Legu Gam, Ternate,
melalui Kesultanan Ternate.Luas Pulau Alor adalah 2.119,7 km dengan
jumlah penduduk sekira 181.913 jiwa (2010). Kabupaten Alor sendiri
merupakan wilayah kepulauan yang terdiri dari 20 pulau dalam 17
kecamatan. Ada 9 pulau yang telah dihuni, yaitu: Pulau Alor, Pulau Pantar,
Pulau Pura, Pulau Tereweng, Pulau Ternate, Kepa, Pulau Buaya, Pulau Kangge,
dan Pulau Kura. 11 pulau lainnya tidak berpenghuni, masing-masing Pulau
Sikka, Pulau Kapas, Pulau Batang, Pulau Lapang, Pulau Rusa, Pulau Kambing,
Pulau Watu Manu, Batu Bawa, Pulau Batu Ille, Pulau Ikan Ruing dan Pulau
Nubu. Alor termasuk salah satu dari 92 pulau terluar di Indonesia karena
berbatasan dengan Timor Leste dan Selat Ombay di sebelah selatan. Alor
adalah kepulauan yang dilintasi jalur pelayaran dagang internasional ke
Samudera Pasifik. Di bagian Utara Alor berbatasan dengan Laut Flores, di
bagian Barat dengan Selat Lomblen dan Kabupaten Lembata, serta di bagian
Timur dengan kepulauan Maluku Tenggara Barat.
Wilayah Pulau Alor mempunyai ketinggian rata-rata sekira 6 hingga 1700
meter di atas permukaan laut dengan iklim semiarid, yaitu terjadi pergantian
musim yang periodenya tidak seimbang. Setiap tahun musim hujannya
singkat selama 35 bulan dan musim kemaraunya panjang 7-8 bulan.
Sungai-sungai di Pulau Alor terbilang pendek dan sempit serta mengalir ke
arah utara dan selatan lalu bermuara di Laut Flores, Selat Ombai dan Teluk
Kalabahi. Saat ini Kabupaten Alor terdiri dari 17 kecamatan dengan kondisi
daratan yang berbukit dan bergunung sehingga memberi variasi iklim yang
berbeda tetapi bermanfaat untuk beragam tanaman produksi. Beberapa
tanaman yang dibudidayakan adalah: padi, jagung, ubi kayu, ubi jalar,
kacang tanah, kacang hijau, kacang kedelai, kelapa, kopi, jambu mente,
cengkeh, kemiri, pinang, vanili, kakao, pala, dan lada. Keindahan alam dan
keramahan masyarakat di pulau ini seakan menyatu dan membingkiskan
pengalaman yang berkesan. Kadang dalam kesederhanaan dapat Anda
termukan kedekatan hati dan kesan yang mendalam. Berkunjung ke Alor
akan memberi Anda pengalaman menikmati alam yang indah dan sentuhan
interaksi m

Prosiding The 4
th
International Conference on Indonesian Studies: Unity, Diversity and Future
481
BAHASA, KEBUDAYAAN MATERI
AL, DAN TRADISI LISAN:
STUDI ETNOLINGUISTIK
ORANG KUI DI ALOR,
NUSA TENGGARA TIMUR
1
Katubi
Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Kebudayaan (PMB)
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
Obingk@yahoo.com
Abstrak
Tulisan ini memfokuskan diri pa
da hubungan bahasa, kebudayaan
material, dan tradisi lisan,
terutama mitologi dan
lego-lego
, pada orang Kui di Alor, Nusa Tenggara Timur. Masalah yang
dibahas ialah situasi kebahasaan orang Kui
di wilayah yang multietnik dan multilingual,
materialisasi struktur sosial orang Kui yang
tercermin dalam tradisi lisan mereka, yakni
lego-
lego
dan mitologi, serta penggunaan ketiga aspek
itu untuk mengonstruksi identitas etnik.
Situasi kebahasaan orang Kui menujukkan tela
h terjadinya pergeseran bahasa Kui menuju
bahasa Melayu Alor. Hal itu akibat tidak ditr
ansmisikannya bahasa Kui kepada generasi
berikutnya. Sementara itu, narasi asal-usul ora
ng Kui yang terdapat dalam mitologi orang Kui
direpresentasikan dalam kebudayaan material, te
rutama mesjid tua di Lerabaing dan juga
ungkapan kebudayaan,
lego-lego
. Tulisan ini berdasar hasil penelitian lapangan dengan
menggunakan metode etnografi.
Kata kunci
: bahasa Kui, materi budaya, tradisi lisan, mitos,
lego-lego
A. PENDAHULUAN
1. Latar
Bagi sebagian pembaca, istilah
bahasa
,
kebudayaan material
, dan
tradisi lisan
dianggap sebagai maujud yang berbeda dan terp
isah satu sama lain. Ketiganya dianggap
memiliki tradisi akademik tersendiri de
ngan metode penelitian tersendiri pula.
Anggapan itu ada benarnya karena bahasa,
kebudayaan material, dan mitologi dapat
diteliti dengan menggunakan disiplin ilmunya
sendiri. Akan tetapi, bagi orang Kui di
Alor, Nusa Tenggara Timur, ketiga istilah itu
merupakan satu kesatuan dalam memori
kolektif mereka. Leluhur mereka mewariskan
ketiganya sebagai sumber daya simbolik
untuk membedakan diri sebagai sebuah kelompok etnis dengan liyan.
Memang sudah ada tulisan yang membahas bahasa-bahasa yang ada di Alor.
Namun, dari sekian banyak tulisan belum
ada hasil penelitian yang secara khusus
membahas bahasa dan kebudayaan orang Kui, apalagi yang mengaitkan
ihwal bahasa,
kebudayaan material, dan mitologi dengan
identitas orang Kui. Bahasa Kui memang
1
Data yang digunakan untuk menulis makalah ini adalah data hasil penelitian lapangan pada
Penelitian
Program Nasional Bidang Bahasa, Pusat Penelitia
n Kemasyarakatan dan Kebudayaan-LIPI tahun 2011
Prosiding The 4
th
International Conference on Indonesian Studies: Unity, Diversity and Future
482
pernah disebut dalam
Preliminary Notes on the Alor and Pantar Languages (East
Indonesia)
(W.A.L. Stokhof 1975). Tulisan
Stokhof ini sedikit menyinggung bahasa
Kui. Dia menyatakan bahwa bahasa Ku
i berhubungan dengan bahasa Kiraman(g)
dituturkan di wilayah pantai
selatan, Lerabaing, Buraga,
dan di sekitar Batulolong dan
Sibera (Kiraman(g)). Bahasa ini juga ditu
turkan di sekitar Moru. Menurut Stokhof,
penutur bahasa Kui berasal dari Atapupu (p
antai utara Timor). Namun, dia menyatakan
bahwa sejarah migrasi mereka tampak tidak
didukung oleh data yang tersedia. Stokhof
juga mencantumkan daftar kosakata da
sar bahasa Kui dalam tulisannya itu.
Pada tahun 2010, Shiohara menulis penggunaan bahasa oleh orang Kui
berdasar
konsep multibahasa dan membandingkannya
dengan penggunaan bahasa Sumbawa di
Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Shiohara juga membahas upaya
pemerintah
daerah dan masyarakat dalam hal penggunaan
bahasa Kui. Dia menyatakan bahwa
gerakan mendorong penggunaan bahasa daerah hampir sama sekali tidak ada.
Hasil
kajian utama Shiohara menunjukkan bahwa ad
anya ketidaksadaran orang Kui tentang
bahasa mereka sebagai pemarkah identita
s. Orang Kui hanya menganggap bahasa Kui
sebagai sarana komunikasi.
Perbedaan mendasar tulisan ini dengan tulisan sebelumnya yang sama-sama
membahas bahasa Kui ialah tulisan
ini mengkaji identitas orang Kui dengan
memperhatikan ketiga maujud: bahasa, kebud
ayaan material, dan tradisi lisan. Unsur
kebudayaan material maupun mitologi belum pe
rnah disinggung sama
sekali, baik oleh
Stokhof (1975) maupun Shiohara (2010).
2. Masalah Penelitian
Pandangan Spolsky (1998:57) yang me
nyatakan bahwa kelompok etnis
menggunakan bahasa sebagai salah satu ci
ri yang paling maknawi, memperlihatkan
pentingnya bahasa (bahasa etnis) bagi
kebudayaan penutur. Persoalan tidak akan
muncul apabila suatu bahasa digunakan dala
m suatu kelompok etnis. Akan tetapi, tidak
demikian halnya dengan situasi kebahasaan
di daerah tempat
tinggal orang Kui yang
memperlihatkan situasi multietnik dan mutibah
asa. Di sini telah terjadi pertemuan
antarberbagai kelompok etnis dan bahasa. Hal itu menyebabkan terjadinya
kontak
bahasa dan bahasa kontak. Denga
n demikian, yang terjadi di
Alor adalah heterogenitas
bahasa akibat heterogenitas kelompok etnis.
Masalah tersebut dapat dirumuskan dala
m bentuk pertanyaan penelitian sebagai
berikut.
1)
Bagaimanakah situasi kebaha
saan orang Kui di Alor?
2)
Bagaimanakah keterkaitan kebudayaan ma
terial orang Kui dengan tradisi lisan
orang Kui?
3)
Bagaimanakah bahasa, kebudayaan material
, dan tradisi lisan orang Kui digunakan
sebagai sumber daya untuk me
ngonstruksi identitas etnik?
3. Kerangka Pemikiran
Ada tiga hal yang dibahas dalam penelitian ini, yaitu bahasa, kebudayaan
material, dan tradisi lisan. Karena itu,
perlu ada kerangka akademis yang mengemas
keterkaitan ketiga hal itu.
Prosiding The 4
th
International Conference on Indonesian Studies: Unity, Diversity and Future
483
a). Kebudayaan Material, Bahasa, da
n Mitologi sebagai Tradisi Lisan
Salah satu cara untuk menyingkap sistem
sosial dan budaya dalam masyarakat
ialah peneliti dapat memulai dari analisis kebudayaan materi. Hal itu terkait
dengan
adanya lima jenis data dalam penelitian ke
budayaan seperti dikemukakan Masinambow
(2004: 11) sebagai berikut.
Bagan 1: Data dalam penelitian kebudayaan
Berdasar bagan 1, kita dapat membedakan
lima jenis data, yaitu (1) artefak, yang
digarap dan diolah dari ba
han-bahan dalam lingkungan fisik
dan hayati (batu, logam,
kayu, kulit, dan hasil-hasil pe
ngolahan bahan tersebut sepe
rti kertas); (2) perilaku
kinetis yang digerakkan oleh otot manusia;
(3) perilaku verbal yang mewujudkan diri ke
dalam dua bentuk, yaitu (4) tuturan (bahasa lis
an) yang terdiri atas bunyi bahasa yang
dihasilkan oleh pita suara dan otot-otot da
lam rongga mulut, dan (5) teks yang terdiri
atas tanda-tanda visual
sebagai representasi bunyi bahasa
atau perilaku pada umumnya.
Sebagai hasil perilaku da
n tindakan kinetis terhadap
lingkungan alam terjadilah
berbagai modifikasi seperti ladang,
sawah, dan hewan peliharaan. Lingkungan alam
murni pun dapat memainkan peranan dalam
kehidupan manusia, seperti kalau gunung
dianggap keramat atau jika hutan belantar
a dianggap sebagai hunian makhluk-makhluk
supernatural atau peranan hewan dalam mitos
suatu masyarakat seperti kancil atau jenis
burung yang dianggap sebagai pembawa bencana, dan sebagainya. Bahasa
lisan, teks,
artifak, dan lingkungan alam terolah itulah
yang dapat disebut sebagai kebudayaan
materi. Hal utama yang harus diperhatikan dalam analisis kebudayaan materi
ialah
hubungan antara orang dan objek
kebudayaan materi tersebut.
Pentingnya kajian kebudayaan material
ini berdasar pendapat Hodder (1997:
546), yang menyatakan bahwa jejak material
perilaku memberikan arti yang penting dan
berbeda dengan jejak perilaku yang dihasilk
an melalui kuesioner.
Apa yang dikatakan
manusia seringkali sangat berbeda dengan apa yang dilakukan oleh
manusia. Lebih
jauh dia menyatakan bahwa nilai penting ana
lisis kebudayaan material lahir karena
kesadaran bahwa kebudayaan material tida
k hanya sebagai sebuah produk-pasif kisah
Jenis Data
Perilaku Kineris
Perilaku Verbal
Tuturan Teksl
Artefak Lingkungan Alam
Lingkungan ALam
Lisan
Tulisan
Termodifikasi
(terolah
Murni
Prosiding The 4
th
International Conference on Indonesian Studies: Unity, Diversity and Future
484
kehidupan, namun sebaliknya, justru sebagai
sebuah produk-aktif dari kisah kehidupan.
Maksudnya, berbagai artefak budaya dici
pta sebagai perangkat transformasi
masyarakat. Proses ini kemudian menguba
h fungsi diri artefak yang membentuk
hubungan sosial. Dengan demikian, kebudayaan ma
terial bersifat esensial bagi semua
bangunan-sosial kemasyarakatan. Kajian tentan
g interaksi sosial
baru akan memadai
jikalau juga melibatkan kajian tentang
bukti-bukti material kebudayaan bisu.
Pentingnya mengkaji kebudayaan material
itu juga dikemukakan oleh Woodard
(2007: 4). Menurut dia, denga
n mengkaji kebudayaan sebagai sesuatu yang diciptakan,
kita dapat memahami dengan lebih baik, baik
struktur sosial maupun dimensi sistemik
yang lebih besar, seperti ketidakseimbanga
n dan perbedaan sosial, dan juga tindakan
manusia, emosi, dan maknanya. Objek kebudayaan material memiliki
kemampuan
untuk menunjukkan sesuatuatau membangun
makna sosial. Objek material dapat
menunjukan afinitas subkebudayaan, pekerjaan
, partisipasi anggota kelompok dalam
waktu tertentu, atau status sosial. Selanjut
nya, objek material bergabung ke dalam dan
merepresentasikan wacana sosial yang lebih
luas yang berkaitan de
ngan norma dan nilai
yang dipegang oleh kelompok dengan berbagai institusi sosialnya.
Ditinjau dari aspek kebahasaan, kebudayaan material diungkapkan dengan
unsur
leksikal bahasa berkategori nomina. Nomina (kata benda) dapat dilihat dari
segi
semantik, sintaktis, dan segi bentuk. Me
nurut penggolongan semantik, unsur leksikal
kebudayaan material termasuk ke dalam kate
gori semantik tidak bernyawa dan mengacu
pada benda-benda sebagai hasil fisik dari akti
vitas, perbuatan, atau karya manusia, yang
dibutuhkan dan diberi nama oleh manusia pemilik kebudayaan. Dengan
demikian,
kebudayaan material diungkapkan dalam unsu
r leksikal atau kata yang dapat
menyampaikan informasi secara faktual me
lalui rujukan ke benda tak bernyawa.
Kebudayaan material tertentu diciptakan secara khusus bersifat komunikatif
dan
representatif. Layaknya
kata
dalam
bahasa
yang bersifat arbitrer, simbol-simbol dalam
kebudayaan material seringka
li juga bersifat arbitr
er (sewenang-wenang dalam
penyampaian makna). Sistem makna dala
m kajian kebudayaan material pun dapat
dianalogikan dengan kajian sistem makna dala
m bahasa yang disusun secara sintagmatis
dan paradigmatik. Bahkan, menurut Hodder
(1997: 548), kini berbagai penelitian
kebudayaan material menaruh perhatian pa
da batasan analogis antara kebudayaan
material dengan bahasa, yang membuat pema
knaan kebudayaan material akan menjadi
lebih jelas. Namun, harus diingat bahwa
mayoritas simbol-simbol material memiliki
dimensi pemaknaan yang berbeda dengan bahasa. Simbol-simbol material
memiliki
dimensi pemaknaan abstrak berdasar pola hubungan dan pola penerapan.
Berkaitan dengan aspek bahasa, menurut
Tilley (2002: 23), selama tiga puluh
tahun yang lalu beberapa kajian etnograf
is kebudayaan material yang menarik dan
inovatif adalah para pakar mengeksploitasi
analogis kebudayaan ma
terial dengan bahasa
untuk membuka ruang pemaknaan terhadap benda-benda (
things
) dan mengungkap
alasan di balik pentingnya benda-benda
tersebut pada suatu masyarakat. Ancangan
strukturalis menggiring kita untuk memikirk
an benda-benda sebagai penyampai makna
seperti halnya bahasa, pola yang diam dari
bentuk artifak seperti halnya urutan desain
pada rumah dan pakaian mengomunikasikan
makna. Hal itu juga tampak pada pola
yang tertata dalam perkampungan, tata cara
pemakaman, yang keduanya diproduksi dan
kemudian dikaitkan dengan struktur sosi
al dan hubungan politis melalui berbagai cara.
Benda-benda kemudian dianggap sebagai te
ks, sistem tanda yang terstruktur yang

Anda mungkin juga menyukai