Sejarah Negeri Lima atau dalam bahasa setempat disebut Hena Lima berawal dari
gabungan beberapa soa yang dahulunya tersebar di atas pegunungan Tuna, Pegunungan Negeri
masyarakat hidup dalam kesatuan wilayah yang dikenal dengan sebutan soa. Adapun beberapa
soa tersebut adalah Soa Nau Binau, Soa Dale, Soa Helu, Soa Elatua dan Soa Elisiahu.Soa-soa
tersebut hidup secara terpisah yang berlokasi antara satu wilayah dengan wilayah lainnya cukup
berdekatan.Karena jarak antara soa yang cukup berdekatan, pada umumnya masyarakat tersebut
sudah saling mengenal terutama sesama para pemimpin dari masing-masing soa. Untuk lebih
jelasanya akan diuraikan sesuai dengan waktu kedatangan mereka ke wilayah pesir pantai atau
yang saat ini sebagai Negeri Lima. Urutannya akan dijelaskan sebagai berikut:
Soa Nau Binau merupakan salah satu soa yang menghuni wilayah pegunungan Tuna.
Soa tersebut kemudian membentuk sebuah perkampungan yang disebut dengan namaHena Nau
Binau. Hena Nau Binau memiliki arti (meramal) dalam bahasa setempat disebut hela
mawe.Disebut hela mawe karena hena tersebut melihat bahwa wilayah yang paling tepat untuk
dijadikan lokasi pemukiman baru bagi masyarakat adalah wilayah pesisir pantai.Soa Nau adalah
soa pertama yang turun menetap di pesisir pantai.Mereka pada saat itu telah memiliki pemimpin
yang bernama Datuk Kapitan Rakama dikenal sebagai laru ela (raja besar) yang artinya orang
yang memegang jabatan tinggi yang memimpin Hena Nau Binau.Matarumah yang terdapat
dalam Hena Nau Binau adalah Salong dan Likiloka (Uluputy) kedua marga ini masih ada dan
Soa Elisiahu, soa ini juga bermukim di wilayah gunung Tuna jarak pemukiman soa
tersebut ±2 kilo meter dari Negeri Lima saat ini.Soa tersebut juga telah memiliki kesatuan
masyarakat dan pemimpinya sehingga telah menjadi sebuah hena.Nama hena tersebut adalah
Hena Elisiahu.Elisiahu dalam bahasa setempat artinya umbi.Karena daerah mereka banyak
ditumbuhi oleh umbi.Dalam perkembangan selanjutnya sao Elisiahu kemudian diajak oleh
Kapitan Rakama dari Soa Nau Binau agar menemui masyarakat Hena Nau Binau dan
membangun pemukiman di wilayah pesisir pantai ajakan tersebut diteima oleh masyarakat
Elisiahu.Ketika masyarakat dari Soa Elisiahu dalam perjalanan mereka dari daerah pegunungan
menuju pesisir pantai, mereka mendapatkan sebuah batu yang merintagi perjalanan mereka
Peristiwa pemindahan batu itu dinamai “Talahatu”. Orang-orang yang terlibat dalam
pemindahan batu tersebut dijadikan sebagai nama marga mereka yaitu “Talahatu” artinya
memindahkan batu yang merupakan marga asli Soa Elisiahu disamping marga Talahatu terdapat
juga marga Tuny yang berada di dalam soa ini. Mereka merupakan soa kedua yang turun ke
wilayah pesisir pantai.Dan membangun pemukiman mereka di Negeri Lima sekarang ini.
c. Soa Helu
Soa Helu wilayah merupakan salah satu soa yang saat itu menghuni wilayah Tuna tepat
di puncak gunung Tuna, jarak yang ditempuh ±8 kilo meter dari Negeri Lima.Soa Helu saat itu
juga memiliki telah mempunyai masyarakat yang cukup banyak. Berdasarkan tradisi lisan yang
beredar dalam masyarakat Negeri Lima bahwa Soa Heluakan melakukan penculikan terhadap
setiap orang baru yang mereka temui dan dibunuh sehingga nama pemukiman mereka disebut
Mereka juga dibujuk oleh Kapitan Rakama agar turun dan menempati wilayah pesisir
pantai ajakan kapitan tersebut disetujui oleh masyarakat yang ada di wilayah ini.Beberapa
marga yang terdapat dalam Soa Helu adalah Pesihatu, Soumena Letehaha, Soumena Bailete,
Helalatu dan Sapalan.Saat ini masyarakat yang berada dalam Soa Helu telah menjadi bagian
dari masyarakat Negeri Lima.Hal ini dapat diketahui dari marga-maraga mereka yang terdapat
d. Soa Lale
Soa Lale adalah salah satu soa yang tidak menempati pegunungan Tuna namun soa
tersebut menempati wilayah sekitar pegunungan Wasindale jaraknya ±15 kilo meter dari
Hena Lale yang artinya banyak lalatnya. Dikatakan demikian karena kebiasaan yang dimiliki
oleh mereka ketika ada orang lain yang mengunjungi kediaman atau perkampungan mereka.
Maka mereka akan mengerumuni orang tersebut seperti lalat mengerumuni makanan. Saat ini
mereka juga telah bermukim di wilayah yang saat ini menjadi Negeri Lima.Kedatangan mereka
ke pesisir pantai diajak oleh Kapitan Hena Helu untuk turun dari pegunungan dan menempati
wilayah pesisir pantai ajakan tersebut diterima dan mereka kemudian menempati wilayah pesisir
pantai. Marga-marga yang terdapat dalam soa ini adalah : Hehaitu, Lili Polon (Heluth), dan
Mahulauw.
e. Soa Elatua
Soa Elatua adalah salah satu soa yang bermukim di wilayah pegunungan Negeri Lima
jarak perkampungan mereka ±4 kilo meter dari Negeri Lima. Elatua berasal dari kata Ela
artinya besar dan tua artinya orang yang dituakan (dihormati).Jadi Elatua adalah Raja tertua
yang dihormati dipimpin oleh kapitan Sarasahi yang biasa disebut Elatua.Karena empat soa
tetangganya yang berada di pegunungan tersebut, telah turun dan membangun pemukiman di
wilayah pesisir pantai maka mereka meminta kepada Elatua untuk mengajak masyarakatnya
turun ke pesisir pantai.Ajakan empat soa tersebut diterima oleh kapitan Elatua.Maka mereka
memutuskan untuk turun dan menempati wilayah tersebut bersama empat soa lainnya yang
telah turun terlebih dahulu.Marga yang terdapat dalam soa tersebut adalah marga Reing dan
Hatueli kedua marga tersebut masih menempati Negeri Lima hingga saat ini.Dari gabungan
lima soa yang menghuni wilayah pesisir pantai tersebut kemudia berubah menjadi hena. Dari
gabungan limaHena inilah sehingga disebut Hena Lima.Pada perkembangan selanjutnya setelah
terjadi akulturasi dengan masyarakat dari luar daerah maka masyarakat Maluku kemudian
mengadopsi kata negeri untuk menggantikan kata hena sehingga saat ini secara luas masyarakat
Negeri Lima merupakan salah satu negeri yang berada di wilayah pesisir pantai Pulau
Ambon bagian Utara.Jarak Negeri Lima ke Ibu Kota Kecamatan Leihitu di Hila kurang lebih
±18 kilo meter melalui jalan darat, sedangkan jarak ke ibukota Provinsi di Kota Ambon ±50 kilo
meter dan dari ibu kota kabupaten di Masohi berjarak ±210 km.