PROPOSAL
Oleh :
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa,
atas segala rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
Proposal penelitian yang berjudul “Kajian Kebijakan Pengelolaan Daerah Aliran
Sungai (Das) Dalam Pengendalian Banjir Dan Kekeringan Studi Kasus, Das Wae
Ela Negeri Negeri Lima Kecamatan Leihitu”
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
ii
1. Kuisioner ............................................................................................. 13
2. Wawancara .......................................................................................... 14
3. Observasi ............................................................................................. 14
4. Studi literatur ....................................................................................... 14
3.5 Pendekatan dan kerangka analisis ............................................................. 14
1. Situation-Structure-Behavior-Performance (SSBP) ........................... 14
2. Analitycal Hierarchy process (AHP) .................................................. 15
3. Expert Choice (EC) ............................................................................. 15
4. Inconsistency Ratio (CR) .................................................................... 16
3.6 Pengolahan, Analisa dan Interpretasi Instansi Pemerintah dalam
Mewujudkan DAS sehat ........................................................................... 16
1) Penanaman .......................................................................................... 16
2) Pelestarian ........................................................................................... 17
3) Pengembalian fungsi ........................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Data responden studi kasus DAS Wae Ela ..................................... 13
iv
DAFTAR GAMBAR
v
BAB II
PENDAHULUAN
1
Berdasarkan uraian diatas, menjadi acuan untuk melihat masalah
yang terjadi di sungai Wae Ela Negeri Lima yang perlu di perhatikan lebih
dalam oleh pemerintah pasca banjir bandang, upaya atau kebijakan
pengelolaan yang dibuat oleh pemerintah untuk menangani masalah
kerusakan lingkungan pada lahan kering di DAS sebenarnya sudah dimulai
setelah gunung roboh menutupi DAS di Wae Ela. Sudah lima tahun pasca
terjadinya banjir bandang sungai Wae Ela namun penangan pemerintah dari
hulu ke hilir sampai saat ini belum terlihat serius. Olenya itu, kajian
Kebijakan Pengelolalan Daerah Aliran Sungai (DAS) Dalam Pengendalian
Banjir dan Kekeringan perlu di buat dalam satu aturan yang mengikat antara
masyarakat dan pemerintah agar bisa bersinergis dalam penangananya.
Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu daerah yang dibatasi
oleh igir-igir gunung yang semua aliran permukaannya mengalir kesuatu
sungai utama (Soemarwoto, 1985).
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Kebijakan Pemerintah Dalam Pengelolaan Daerah Aliran
Sungai (DAS) Wae Ela Negeri Negeri Lima ?
2. Bagaimana Strategi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Dalam
Pengendalian Banjir Dan Kekeringan di DAS Wae Ela Negeri Negeri
Lima ?
2
terwujudnya kelestarian DAS Wae Ela. Juga sebagai informasi bagi pihak-
pihak yang bersangkutan dalam melestarikan DAS sesuai dengan
kebijakan-kebijakan yang diberlakukan oleh pemerintah.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Salah satu fungsi DAS adalah fungsi hidrologis, dimana fungsi tersebut
sangat dipengaruhi oleh jumlah curah hujan yang diterima, geologi dan bentuk
lahan. Fungsi hidrologis yang dimaksud termasuk kapasitas DAS untuk
mengalirkan air, menyangga kejadian puncak hujan, melepaskan air secara
bertahap, memelihara kualitas air, serta mengurangi pembuangan massa (seperti
terhadap longsor). Fungsi suatu DAS merupakan fungsi gabungan yang dilakukan
oleh seluruh faktor yang ada pada DAS tersebut, yaitu vegetasi, bentuk wilayah
(topografi), tanah, dan manusia. Apabila salah satu faktor tersebut mengalami
perubahan, maka hal tersebut akan mempengaruhi juga ekosistem DAS tersebut
dan akan menyebabkan gangguan terhadap bekerjanya fungsi DAS. Apabila
4
fungsi suatu DAS telah terganggu, maka sistem hidrologisnya akan terganggu,
penangkapan curah hujan, resapan dan penyimpanan airnya menjadi sangat
berkurang atau sistem penyalurannya menjadi sangat boros. Kejadian itu akan
menyebabkan melimpahnya air pada musim penghujan dan sangat minimum pada
musim kemarau, sehingga fluktuasi debit sungai antara musim hujan dan musim
kemarau berbeda tajam (Asdak, 2004).
Banjir dapat disebabkan hujan sangat deras yang terjadi di hulu sungai,
atau kalau banjir bandang dapat disebabkan oleh bendungan yang jebol. Banjir
maupun banjir bandang menunjukkan fenomena perubahan tata air sebagai bentuk
respon alam atas interaksi alam dan manusia dalam sistem pengelolaan. Hal ini
dapat ditangkap sebagai suatu fenomena pengelolaan sumber daya alam oleh
manusia telah menimbulkan kerusakan siklus air, di mana air hujan yang jatuh di
atas bumi cepat menjadi aliran permukaan dan langsung ke sungai, sebaliknya
sedikit yang meresap ke dalam tanah. Telaah masalah kerusakan siklus air
tersebut harus menggunakan satuan Daerah Aliran Sungai (DAS), karena
perubahan tata air yang terjadi dalam suatu DAS merupakan resultante dari
interaksi pengelolaan sumber daya alam yang ada di daerah tangkapannya
(catchment area).
1. Curah hujan yang jatuh dalam satu tahun kurang atau jauh lebih kecil
evapotranspirasi < 1500 mm/th.
2. Curah hujan tidak terdistribusi dengan baik terhadap bulan atau terkonsentrasi
pada periode singkat.
5
2.4 Hakikat DAS Sebagai Landasan Pengelolaan
6
berkepentingan dengan DAS. Pendekatan menyeluruh dan terpadu sangat
diperlukan yaitu pendekatan yang menuntut suatu manajemen terbuka yang
menjamin berlangsungnya proses koordinasi antara lembaga atau instansi
terkait, memandang pentingnya partisipasi masyarakat dalam pengelolaan DAS
(Isrun, 2009).
7
2.5 Situation-Structure-Behaviour-Performance (SSBP)
Situation-structure-behavior-performance atau disingkat SSBP adalah
metode yang digunakan untuk mempermudah suatu observasi dengan menentukan
poin-poin pada saat dilapangan. Metode SSBP biasa digunakan untuk mendata
suatu lokasi penelitian dengan meninjau dari segi situasi, struktur penerapan,
perilaku timbal balik dari masyarakat maupun yang lainnya dan juga meninjau
dari segi perkembangan atas apa yang telah diberlakukan seperti kebijakan-
kebijakan yang diterapkan pemerintah pada suatu daerah atau kawasan tertentu.
Sistem ekonomi terdiri dari tiga komponen yang saling mempengaruhi
satu sama lain, yaitu kondisi lingkungan, respon dan reaksi pelaku-pelaku
ekonomi terhadap lingkungan yang dihadapinya, serta kinerja ekonomi yang
diakibatkannya. Konsep ini disebut konsep lingkungan-prilaku-kinerja. Bentuk
kesempatan yang tersedia dalam lingkungan yang dimaksud, tergantung dari
aturan main, baik yang bersifat formal seperti peraturan pemerintah, maupun
informal seperti adat, kebiasaan, dan lain-lain. Selanjutnya konsep lingkungan
perilaku-kinerja perlu pengembangan untuk dapat mengintegrasikan pengaruh
kebijakan pemerintah sehingga ruang analisis dapat diperluas dan melingkupi
situasi ekonomi makro. Konsep ini kemudian dikembangkan lebih lanjut kedalam
kerangka SSBP (Situation - Structure – Behaviour – Performance), dimana situasi
lingkungan (Situation) dan kebijakan pemerintah (Structure) akan direspon dalam
bentuk perilaku tertentu oleh para aktor (Behavior), yang menghasilkan kinerja
(Performance) tertentu.
8
diuraikan ke dalam kelompok-kelompoknya yang kemudian diatur menjadi suatu
bentuk hirarki sehingga permasalahan akan tampak lebih terstruktur dan
sistematis (Darmanto, et al., 2014). AHP merupakan metode yang sangat
Powerfull dalam menyelesaikan masalah yang rumit. AHP telah digunakan pada
berbagai bidang ilmu, mulai dari ekonomi, kebijakan publik sampai dengan
pengambilan keputusan. Suatu persoalan akan diselesaikan dalam suatu kerangka
pemikiran yang terorganisir, sehingga dapat diekspresikan untuk mengambil
keputusan yang efektif sehingga persoalan yang kompleks dapat disederhanakan
dan dipercepat proses pengambilan keputusannya (Sestri, 2013).
1. Dekomposisi
2. Menetapkan Prioritas
9
yaitu elemen-elemen dibandingkan berpasangan terhadap suatu kriteria yang
ditentukan. Proses pembandingan ini dimulai dari puncak hirarki untuk memilik
kriteria C, atau sifat yang akan digunakan untuk melakukan pembandingan yang
pertama.
3. Sintesis
4. Konsistensi
10
disediakan adalah mampu melakukan analisis secara kuantitatif dan kualitatif
sehingga hasilnya rasional. Didukung dengan gambar grafik dua dimensi
membuat EC semakin menarik. EC didasarkan pada metode atau proses hirarki
analitik ( Retnoningsih, 2009).
11
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis, kamera,
komputer dan Software Expert Choice. Bahan yang digunakan dalam penelitian
adalah kuesioner, Peraturan Pemerintah No. 37 Tahun 2012 dan peta DAS Wae
Ela. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah melalui Purposive
sampling. Peneliti melakukan wawancara secara mendalam kepada para
responden yang mengetahui dan memahami persoalan yang terkait dengan
pengelolaan DAS Wae Ela. Peneliti juga mewawancarai responden yang perduli
12
dengan pengelolaan DAS hulu sampai hilir, baik langsung maupun tidak
langsung.
a. Data Primer
b. Data Sekunder
1. Kuisioner
13
2. Wawancara
3. Observasi
Teknik ini dilakukan untuk memperoleh data yang tidak bisa diperoleh
dengan cara wawancara, karena terdapat hal-hal yang bersifat rahasia. Sehingga
peneliti harus belajar mengamati secara cermat kondisi yang ada di wilayah
penelitian.
1. Situation-Structure-Behaviour-Performance (SSBP)
Menganalisis kebijakan pemerintah terkait DAS Wae Ela untuk
mendapatkan data dari masyarakat DAS Wae Ela dibagian hilir sungai ialah
menggunakan metode Situation - Structure – Behaviour – Performance atau
metode analisis SSBP digunakan untuk pengklasifikasian data analisis
berdasarkan 4 (empat) kriteria, yaitu:
a. Situation (situasi lingkungan), diperoleh bagaimana keadaan suatu wilayah
DAS tersebut, apakah kondisi dan lingkungan sekitar terjalin dengan sangat
baik atau sebaliknya.
14
b. Structure (kebijakan pemerintah) mengetahui bagaimana struktur yang
diberlakukan oleh pemerintah dalam mengelola DAS.
c. Behavior (perilaku), respon masyarakat terhadap pembentukan kebijakan
pemerintah dalam mengelola DAS.
d. Performance (kinerja), indikator dalam pendataan bagaimana kinerja yang
sudah dilakukan pemerintah ialah dengan mengetahui sebagaimana
pengelolaan DAS dalam fungsinya dalam mensejahterakan masyarakat.
15
didapat dilakukan perataan masing-masing nilai dari alternatif. Setelah melakukan
perataan nilai dari masing-masing alternatif, masukkan data nilai tersebut pada
aplikasi tools EC pada masing-masing alfternatif yang telah dipersiapkan.
16
permukiman yang sudah lama ditinggalkan akan terlihat gersang maka
dengan di lakukan penanam pohon akan membuat kawasan tersebut menjadi
hijau dan sejuk, oleh karena itu alternatif penanaman merupakan salah satu
cara dalam mewujudkan DAS sehat.
2) Pelestarian
Pelestarian merupakan salah satu alternatif dalam mewujudkan
DAS sehat yang diharapkan dapat menyeimbangkan kembali ekosistem DAS.
Pelestarian bertujuan untuk merapatkan kembali tajuk pohon yang sudah
mulai berkurang komoditinya di alam. Jika kerapatan tajuk pohon dapat
terjaga, maka daya serap akar terhadap air akan maksimal dan debit air pada
sungai di bagian hilir berada pada batas ketinggian normal. Sehingga
alternatif pelestarian merupakan salah satu cara dalam mewujudkan DAS
sehat.
3) Pengembalian fungsi
Alternatif terkahir untuk mewujudkan DAS sehat adalah
pengembalian fungsi. Pengembalian fungsi dimaksudkan kepada areal
perkebunan yang dahulunya merupakan areal kawasan hutan yang dialih
fungsikan oleh masyarakat. Kurangnya kesadaran dan wawasan merupakan
faktor pertama terjadinya perubahan ekosistem DAS. Masyarakat cenderung
lebih mengutamakan kepentingan pribadi untuk memenuhi kebutuhan
finansial tanpa berfikir dampak negatif yang akan terjadi dari peralihan fungsi
areal hutan menjadi lahan permukiman. Namun pengalihan fungsi lahan
dengan permukiman tidak dilakukan berdekatan dengan DAS Wae Ela
dikarenakan kekawatiran masyarakat akan masalah banjir maka masyarakat
diharapkan dapat berpartisipasi menjaga kawasan DAS agar terciptanya DAS
yang sehat.
17
DAFTAR PUSTAKA
18