Anda di halaman 1dari 6

Kebudayaan Timor Leste

A. Letak Geografis

Sebelah utara dan barat terdapat Laut Sawu, di sebelah timor negara Timor
Leste, dan sebelah selatan terdapat Laut Timor.

Pulau Timor terbagi menjadi 2 bagian, sebagian masuk wilayah Indonesia dan
sebagian merupakan negara merdeka yaitu Timor Leste. Pulau Timor yang
dikenal dengan sebutan “Nusa Cendana”, merupakan suatu dataran yang pada
umumnya terdiri dari padang sabana dan steppa yang luas, deretan bukit dan
hutan primer dan sekunder. Dari bukit-bukit itu mengalirlah banyak sungai kecil
jyang memotong padang sabana dan steppa tadi. Karena letaknya dekat
Australia, maka Timor amat terpengaruh angin kering dari benua itu dan
menyebabkan suatu musim kemarau yang amat kering, dengan perbedaan suhu
yang besar antara siang dan malam.

Pada musim kemarau, pemandangan di Pulau Timor tampak kering dan berdebu
dan banyak ternak yang mati karena kehausan dan kepanasan; sebaliknya pada
musim hujan angin basah menghembus dari arah barat dan mengubah dataran
Timor menjadi daerah padang rumput yang menghijau, sungai yang deras
arusnya dan mengakibatkan banjir.

B. Sistem Budaya

Pada zaman dahulu orang Timor membangun desanya di tempat-tempat yang


tidak mudah didatangi orang karena takut serangan musuh secara mendadak.
Biasanya desa – desa dibangun di atas puncak – puncak gunung karang yang
dikelilingin dengan dinding batu atau semak berduri. 

Rumah asli orang Timor di pedesaan berbentuk seperti sarang lebah, dengan
atapnya yang hampir mencapai tanah. Rumah biasanya didiami oleh keluarga
batih dan di situ mereka makan, tidur, bekerja dan menerima tamu. Rumah juga
merupakan tempat para wanita bekerja yaitu mencuci, memasak dan
menyimpan hasil ladang mereka. Di samping itu rumah juga merupakan tempat
untuk menjalankan upacara keagamaan asli yang bertalian dengan klan mereka.

C. Sistem Sosial

Setiap orang Timor menjadi anggota dari klan tertentu yang patrilineal. Satu
desa biasanya didiami oleh beberapa klan, sedangkan satu klan biasanya
mempunyai warga dari beberapa desa. Di samping klan patrilineal ada juga klan
matrilineal seperti di Wehalim Suai dan daerah Belu bagian selatan. Seorang
anak menjadi warga klan dari ayahnya menurut adat patrilineal, artinya ia
mempunyai hak dan kewajiban tertentu sebagai warga klan tersebut. Tiap klan
biasanya mempunyai benda pusaka tertentu yang dianggap suci dan yang
berhubungan dengan asal mula klan tersebut. Para warga klan wajib melakukan
serangkaian upacara yang berhubungan dengan benda suci tersebut.

Seorang istri diakui sebagai warga klan suaminya walaupun ia masih


mempunyai beberapa hak dan kewajiban tertenut terhadap klan asalnya. Ada
pula istri yang hubungannya dengan klan asalnya terputus, maka dalam keadaan
demikian kalau suaminya meninggal ia harus kawin secara levirat. Di samping
kewajiban klan yang bisa diperoleh secara patrilineal ada juga yang diperoleh
secara matrilineal dengan cara adopsi. Seseorang yang menjadi warga klan
ibunya dianggap lebih rendah derajatnya daripada saudaranya yang lain yang
menjadi warga klan ayahnya, Ia disebut feto (wanita) sedangkan saudaranya
yang lain disebut I mone (laki – laki). Di dalam setiap upacara yang diadakan
oleh suatu klan, warga klan yang mempunyai hubungan karena perkawinan
dengan klan yang mengadakan upacara tersebut diundang dan mendapat tempat
terhormat, sedangkan undangan lain yang tidak berasal dari klan tersebut
dianggap sebagai orang luar.

D. Kebudayaan Fisik

Bahasa
Suku Timor terdiri dari beberapa sub suku yang yang antara lain:

 Orang Rote, 
 Orang Helon, 
 Orang Belu, 
 Orang Helon, 
 Orang Atoni, 
 Orang Kemak, 
 Orang Buna’, 
 Orang Marae dan 
 Orang Kupang 

dengan bahasa yang berbeda.


Sistem Organisasi
a. Terbagi atas beberapa kesatuan
adalah lokal pemerintahan yang dinamakan vorstendom (kerajaan). Kesatuan
pemerintahan lokal tersebut adalah :

 Kupang, 
 Timor Tengah Selatan, 
 Timor Tengah Utara dan 
 Belu.

Kerajaan lokal ini masing-masing terbagi atas beberapa kekuasaan administratif


yang lebih kecil yang bernama kefettoran yang dikepalai oleh seorang fettor.
Wilayah kekuasaan dan kedudukan kefettoran di sini kira-kira sama dengan
distrik. 

Di bawah kefettoran ada desa-desa atau ketemukungan yang dikepalai oleh


seorang kepala desa yang dinamakan temukung.

Pada zaman sekarang pembagian secara administratif seperti tersebut belum


diubah hanya istilah kesatuan administratifnya yang diubah. 

 Vorstendum menjadi kabupaten, 


 swapraja menjadi distrik dan 
 kefettoran disamakan dengan kecamatan. 
 ketemukungan biasanya terdiri atas sebuah desa induk dengan beberapa
anak desa yang kecil-kecil yang berada dalam wilayah kekuasaannya.

Tugas seorang kepala desa pada masa sekarang adalah mengumpulkan pajak,
membagikan tanah untuk berladang, mempertahankan tata tertib dan
melaksanakan instruksi pemerintah serta perintah dari fettor dan Raja.

b. Stratifikasi Sosia 
sebagai berikut:

 Usif (golongan bangsawan)


 Tob (orang biasa)
 Ate (budak). Sekarang sudah tidak ada
c. Terdapat tradisi berupa:

 gotong royong
 makan sirih untuk menghormat tamu
 Sifon, yaitu setelah seorang perjaka dikhitan ia lalu berhubungan badan
dengan seorang wanita. Tidak jarang hal tersebut meningalkan penyakit
(misalnya HIV) pada wanita tersebut. Wanita yang telah dijadkan obyek
sifon seumur hidupnya tidak dapat kawin.

Sistem Pengetahuan
a. Mereka mempunyai sistem penamaan hari, yaitu: 

 Lodo Anni (Senin), 


 Lodo Due (Selasa), 
 Lodo Talhu (Rabu), 
 Lodo Appa( Kamis), 
 Lodo Lamni (Jumat), 
 Lodo Anna (Sabtu), 
 Lodo Pidu (Minggu). 
 Hari ini Lodone, 
 hari yang akan datang Lodo de, 
 besok Barri rai, 
 satu bulan Waru, 
 satu tahun Tou.

b. Incest (perkawinan terlarang) antara:

 bapak dengan anak gadisnya


 ibu dengan anak laki-lakinya
 kakak-beradik

Sistem Ekonomi
a. usaha peternakan secara besar-besaran 
karena tersedia sabana dan stepa yang luas. Ternak tidak dikandangkan tetapi
dilepas di padang rumput saja. Untuk membedakan milik ternak dari masing-
masing pemilik, ada sistem yang telah dilakukan yaitu milik ternak seseorang
dibedakan dengan milik orang lain dengan memberi tanda (melubangi) daun
telinga masing-masing, misalnya milik Bapak A dilubangi berbentu segitiga,
milik Bapak B dilubangi berbentuk bulat. Masing-masing pemilik juga
mengembangkan teknologi pemanggilan hewan ternaknya bila diperlukan (akan
dijual, untuk upacara, dan sebagainya), dengan cara masing-masing pemilik
ternak mempunyai ‘lagu’ yang berdea untuk memanggil ternaknya dengan
seruling yang dibuat dari daun nipah.
b. menternakkan lebah madu. 
Madu dari Timor amat terkenal, dengan bermacam-macam warnaya. Warna
madu tergantung dari macam bunga yang menghasilkan madu. Menjelang
pemungutan madu, diadakan upacara menghormati Dewi Lebah dengan cara
mengasapi tanah di mana di atasnya sarang lebah itu berada. Dengan demikian
pengambil madu dapat aman tanpa disengat lebah, demikian juga panen madu
diadakan pada waktu tertentu agar madunya cukup banyak

Sistem Religi
Agama asli orang Timor berpusat kepada suatu kepercayaan akan adanya :
Dewa Langit yaitu Uis Neno 
yang dianggap pencipta alam dan pendidikan kehidupan di dunia. Upacara yang
ditujukan kepada Uis Neno terutama bermaksud untuk meminta hujan, sinar
matahari atau mendapatkan keturunan, kesehatan, dan kesejahteraan.

Dewi Bumi bernama Uis Afu 


yaitu dewi yang mendampingi Uis Neno. Upacara yang ditujukan kepada Uis
Afu adalah untuk meminta berkah bagi kesuburan tanah.

makhluk gaib 
yang mendiami tempat tertentu: di hutan, mata air, sungai dan pohon tertentu.
Upacara dilakukan pada saat tertentu, khususnya pada waktu permulaan
penggarapan tanah. Meskipun agama Kristen secara resmi sudah diterima oleh
sebagian besar penduduk Timor, namun mereka masih percaya akan adanya
dewa-dewa, makhluk halus, di samping percaya kepada dukun karena para
pendeta dan guru agama dianggap tidak dapat memberikan pertolongan
langsung dalam soal kehidupan sehari–hari serta menolak malapetaka yang
disebabkan makhluk halus atau sihir.

Kesenian
Pakaian Adat: 
masyarakat Timor mempunyai beragam bentuk pakaian adat, hal ini tergantung
pada daerah masing-masing.

Rumah Adat : 
rumah adat masyarakat Timor yang ada di pedesaan berbentuk seperti sarang
lebah dengan atapnya hampir menyentuh tanah. Sebuah rumah dihuni oleh satu
keluarga dan di situ mereka makan, tidur, bekerja dan menerima tamu.
Tarian Adat: 
Tarian yang ada di Timor sangat beragam, hal ini disebabkan karena jumlah
subsuku yang ada di wilayah tersebut sangat banyak. Jenis tarian tersebut antara
lain:

 Tari Hopong: tarian dimulainya panen


 Tari Manekat: tarian yang melambangkan sapaan dengan pemberian sirih
pinang
 Tari Peminangan : tarian yang melambangkan ungkapan cinta yang tulus
 dan sebagainya.

Kain Tenun : 
tenunan yang dikembangkan oleh setiap suku/etnis di Timor, merupakan
kesenian kerajinan tangan turun temurun yang diajarkan kepada anak cucu demi
kelestarian seni tenun tersebut.

Topi Ti’ilangga, 
terutama dipakai ketika memainkan Sasando

Senjata Tradisional : 
senjata tradisional masyarakat Nusa Tenggara Timur disebut Subdu atau Sudu
yang berbentu seperti keris

g. alat musik, 
antara lain Sasando

Makanan khas: 

 Jagung Bose, 
 Tumis bunga dan 
 daun pepaya.

Anda mungkin juga menyukai