Persalinan
Dalam budaya Timor, kelangsungan hidup merupakan hal yang sangat penting.
Ini ditandai dengan proses persalinan yang melibatkan kehadiran semua
anggota keluarga.[4] Masyarakat Timor masih mempertahankan budaya
persalinan tradisional dengan posisi duduk untuk melahirkan. Pada posisi ini,
oksigenasi lebih baik dibandingkan dengan posisi telentang. Selama proses
persalinan, orang tua dan ibu mertua dari ibu hamil akan mendampinginya.
Setelah persalinan selesai, dilakukan pengurutan perut dan punggung dengan
minyak kelapa kepada ibu yang baru saja melahirkan.[5]
Mata pencaharian
Sebagian besar penduduk Timor bercocok tanam di ladang. Jenis tanaman
yang dibudidayakan yaitu jagung, padi, ubi kayu, keladi, labu, sayur-sayuran,
kacang hijau, kedelai, bawang, tembakau, kopi, dan jeruk. Tanah yang digarap
adalah hutan atau bekas hutan yang pohon-pohon telah ditebang dan semak-
semaknya telah dibakar. Setelh itu, tanah dicangkul dan dibajak. Para petani
bebas memilih tempat untuk bercocok tanam. Satu bidang tanah dapat
ditanami selama dua hingga lima tahun. Penggarapan tanah dilakukan oleh
satu keluarga atau beberapa keluarga yang masih memiliki hubungan
kekerabatan yang dekat.[6] Laki-laki bertugas membersihkan dan membakar
hutan, membajak tanah, memagari batas lahan dan menyiangi tanaman.
Pekerjaan menanam benih dan memanen hasil adang dilakukan oleh
perempuan. Sebagian kecil wilayah melakukan pekerjaan bercocok tanam
secara perseorangan atau hasil kerja sama antar anggota dalam satu keluarga
saja.[7]
Selain bercocok tanam, masyarakat Timor juga beternak sapi, kerbau, kuda,
kambing. dan unggas. Kepemilikan ternak menjadi kepemilikan bersama antar
anggota dalam sebuah rumah tangga. Ternak diwariskan kepada anak laki-laki
yang sudah dewasa apabila ayahnya meninggal. Jika dalam keluarga hanya
terdapat anak perempuan, maka ternak diwariskan kepada saudara laki-laki
ayahnya atau anak laki-laki saudara perempuan ayahnya. Masyarakat yang
berada di wilayah pesisir bekerja sebagai nelayan. Mereka menangkap ikan-
ikan kecil, kerang, dan teripang. Selain hasil alam, masyarakat Timor juga
membuat kerajinan tangan tenun ikat dan anyaman keranjang. Mereka juga
membuat ukiran pada tiang-tiang rumah, kulit kerbau, tanduk kerbau,
tempurung kelapa, dan bambu. Kerajinan berbahan perak dibuat oleh orang Roti
yang berasal dari Ndau. Mereka membuat kalung, getang, giwang, piring, dan
perhiasan. Kegiatan perdagangan dilakukan seminggu sekali di pasar yang ada
di tiap desa. Hewan ternak dan hasil hutan dijual melalui pelabuhan Kupang.[7]
Referensi
1. Kristi, Navita (2012). Fakta Menakjubkan Tentang Indonesia; Wisata Sejarah, Budaya, dan
Alam di 33 Provinsi: Bagian 3 (https://books.google.co.id/books?id=eU1MDQAAQBAJ&pg=
PA72&dq=budaya+pulau+timor&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwju2uTfkq7WAhWHto8KHRBSB
9EQ6AEIXTAI#v=onepage&q=budaya%20pulau%20timor&f=false) . Cikal Aksara. hlm. 72.
ISBN 602-8526-67-3.
Daftar pustaka
Diperoleh dari
"https://id.wikipedia.org/w/index.php?
title=Budaya_Timor&oldid=18330775"
Terakhir disunting 5 bulan yang lalu oleh Emmanuel Lelo Talok